Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
penyulit kelahiran. Persalinan dimulai pada uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. 1
World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat sekitar
295.000 kematian wanita atau 810 wanita meninggal setiap hari di dunia
tahun 2017 yang disebabkan karena komplikasi kehamilan dan persalinan.
Komplikasi kehamilan dan persalinan yang sering menyebabkan kematian
pada ibu yaitu perdarahan 27%, tekanan darah tinggi (pre- eklampsia dan

eklampsia) 14%, dan infeksi 11%. Infeksi pada ibu hamil sering
disebabkan oleh Ketuban Pecah Dini (KPD). 2
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam
obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya
infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Dalam keadaan normal
3
8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.
Menurut Maharrani & Nugrahini (2017), Ketuban Pecah Dini (KPD)
didefinisikan sebagai gangguan pada membran janin yang ditandai dengan

keluarnya cairan dari vagina secara spontan sebelum terjadinya persalinan.


Ketuban pecah dini yang terjadi pada usia kandungan ≥ 37 minggu disebut
Premature Rupture of Membranes (PROM), sedangkan ketuban pecah dini
terjadi yang pada usia kandungan < 37 minggu disebut Preterm Premature
Rupture of Membranes (P-PROM).3
Penyebab Utama dari Prematur Rupture of Membrane sampai saat
ini masih belum ditemukan secara pasti, namun ada beberapa faktor yang
merupakan faktor penyebab Prematur Rupture of Membrane antara lain:
infeksi, disposisi janin, tingginya tekanan intra uterin atau overdistensi,
trauma, multi graviditas (multipara), sevalo pelvic disproporsi, perdarahan
antepartum, Inkompetensi servik, Polihidramnion, Riwayat ketuban pecah
dini sebelumnya dan lain-lain. 4
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih
berisiko tinggi mengalami KPD pada kehamilan berikutnya. KPD banyak
terjadi pada paritas multipara. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Prihartini & Maesaroh (2022) menyatakan bahwa faktor yang
memengaruhi kejadian KPD adalah paritas kehamilan yang terlalu sering
karena dapat memengaruhi embriogenesis, selaput ketuban lebih tipis
sehingga mudah pecah sebelum waktunya, dan semakin banyak paritas
semakin mudah terjadi infeksi amnion karena rusaknya struktur servik
pada persalinan sebelumnya. Selain paritas, faktor usia juga beresiko
terjadi KPD. 5
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Lilik Les (668***)
Umur : 36 Tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Merapi No.86 Triwung Lor Kademangan
MRS : 09 Agustus 2022, Pukul 12.09 WIB

B. Anamnesa

1. Keluhan Utama
Keluar cairan merembes sedikit - sedikit dari kemaluan sekitar jam
01.00 pagi.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien kiriman dari Puskesmas Ketapang. Pasien mengatakan
keluar cairan merembes sedikit-sedikit berwarna jernih sekitar jam
01.00 pagi disertai dengan perut terasa mules sejak kemarin
malam, lalu dibawa ke Puskesmas Ketapang. Kemudian Pasien
datang ke IGD pukul 12.09 WIB, dengan keluhan keluar cairan
merembes sedikit- sedikit, nyeri (+), darah (+) disertai lendir (+),
pusing (+) sedikit.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Hipertensi : Disangkal
b. Diabetes mellitus : Disangkal
c. Asma : Disangkal
d. Alergi obat/ makanan : Disangkal
e. Maag : Disangkal
f. Riwayat operasi sebelumnya : Disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Hipertensi : Disangkal
b. Diabetes mellitus : Disangkal
c. Asma : Disangkal
d. Alergi : Disangkal

5. Riwayat Obstetri
a. Anak Pertama : Perempuan/15
tahun/Spontan/Bidan/3200 gram
b. Anak Kedua : Perempuan/9
tahun/Spontan/Bidan /3200gram
c. Anak Ketiga : Hamil Saat Ini

6. Riwayat Perkawinan
a. Menikah : 1 kali
b. Usia menikah : 22 Tahun
c. Lama menikah : 14 Tahun

7. Riwayat Haid
a. Menarche : 13 tahun
b. Siklus : ± 28-35 hari
c. Haid : Teratur Sebulan 1 kali
d. Lama : 5-7 hari
e. Dismenorrhea :-
f. HPHT : 20 November 2021
g. HPL : 27 Agustus 2022
8. Riwayat ANC
Pasien mengatakan setiap bulan selalu datang ke Puskesmas
maupun Bidan untuk memeriksakan kehamilan.

9. Riwayat KB
KB Suntik 3 bulan

C. Pemeriksaan Umum
a. Tinggi badan : 160 cm
b. Berat badan : 53 Kg
c. Keadaan umum : Baik
d. A / I / C / D :-/-/-/-
e. Kesadaran : Compos mentis
f. Tekanan darah : 137/89 mmHg
g. Nadi : 106x/menit
h. Suhu (axilla) : 36.7°C
i. Pernafasan : 20x/menit
j. SpO2 : 100%

D. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Kepala : Oedema kelopak mata -/-
Konjungtiva anemis -/-
Sclera icterus -/-
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Bentuk normal, gerak simetris
Pulmo : Suara nafas vesikuler, Rh -/-, Whz -/-
Cor : S1/S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Ekstermitas : akral hangat + + oedem - -
+ + - -

2. Status Obstetri
a. Leoplold I : Teraba bulat, lembek, kesan bokong.
TFU : 26 cm
b. Leopold II : Teraba panjang, kesan keras punggung
kanan.
c. Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting kesan
kepala.
d. Leopold IV : Teraba bagian bawah sudah masuk PAP

3. Status Ginekologi
Genetalia eksterna
a. Labium mayor : Normal, simetris.
b. Labium minor : Normal, simetris, peradangan (-).
c. Vaginal touche : Portio konsistensi lunak Ø 1cm,
effacement: 25% ketuban (-), Kepala Hodge I (+)

4. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 1. Tabel hasil pemeriksaan laboratorium
Tanggal 09-08-2022
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Darah Lengkap
ALC 2.680 Normal:800-4000
Gula Darah Stick 65 mg/dl 80-124mg/dl
NLR 2.52
Hemoglobin (Hb) 9.7 g% L: 13,0-16,0g%
P: 12,0-14,0g%
Lekosit 10.280/cmm 4,000 - 11.000/cmm
Trombosit 330.000/cmm 150.000 - 450.000/cmm
Swab Antigen Cov-19 Negatif Negatif
HBsAg Negatif Negatif

Tanggal 10-08-2022
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 10.1 g/% L: 13,0-16,0g%
P: 12,0-14,0g%

E. Diagnosa Kerja
G3 P2 Ab0 Hamil 37-38 minggu dengan KPD Lebih dari 24 jam Inpartu
Kala I Fase Laten Memanjang Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala

F. Tatalaksana
Planning terapi
1. Infus RL 500 cc 20 tpm
2. Drip Oxytocin 2 amp
3. Inj. Santagesik 3x1
4. Inj. Ondansentrone 3x1
5. Inj. Lanzoprazole 2x1
6. Inj. Peinlos 2x1
7. Inj. Anbacim 2x1
8. Supp. Kaltrofen 3x1
9. Tab. Cefadroxil 2x500 mg
10. Tab. Asam Mefenamat 3x500 mg
Planning monitoring
1. Observasi TTV ibu
Planning Obstetri
1. Konsultasi dengan dr. Hytriawan Posma Putra Sp. OG (K) FISQua
G. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad Bonam
Ad functionam : Dubia ad Bonam
Ad sanationam : Dubia ad Bonam

H. Follow Up
Tanggal 10 Agustus 2022 pukul 06.00 di Ruangan Melati
S : Pasien kondisi lemas, nyeri luka (+) post op, Konjungtiva tampak
anemis, pusing (-), mual (-), muntah (-), pasien sudah bisa minum sedikit-
sedikit.
O : KU : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 87x/mnt
Pernapasan : 20x/mnt
Suhu : 36.50C
SpO2 : 98%
A : P3 Ab0 Post SC + MOW atas indikasi KPD lebih dari 24 jam Kala I
fase laten memanjang 8 jam Post OP
P:
1. Inf. RL 1500 cc/24 jam
2. Drip Oxytocin 2 amp/24 jam
3. Inj. Lanzoprazole 2x1/PZ 100 ml
4. Inj. Ondansentrone 3x1/IV
5. Inj. Santagesik 3x1/IV
6. Inj. Peinlos 2x1 /IV
7. Inj. Anbacim 1 amp/PZ 100 ml
8. Tab. Asam Mefenamat 3x500 mg
9. Tab Cefadroxil 2x500 mg

Tanggal 11 Agustus 2022 pukul 06.00 WIB di Ruangan Melati


(pulang)
S : Pasien mengatakan nyeri luka post operasi berkurang, konjungtiva
tidak anemis, pusing (-), mual (-), muntah (-), mobilisasi (+), BAK (+),
flatus (+), pasien sudah bisa makan minum.
O : KU : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 103/72 mmHg
Nadi : 76x/mnt
Pernapasan : 20x/mnt
Suhu : 36.50C
SpO2 : 98%
A : P3 Ab0 Post SC + MOW atas indikasi KPD lebih dari 24 jam Kala I
Fase Laten memanjang hari ke 2
P:
1. Infus Ringer Lactate 500 cc 7 tpm
2. Tab. Cefadroxil 2x500 mg
3. Tab. Asam Mefenamat 3x500 mg

I. Data Bayi
1. Nama orang tua : Ny. Lilik Kholipah
2. Tanggal Lahir : 09 Agustus 2022
3. Jam Lahir : 22.30 WIB
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Berat Badan : 2750 gram
6. Panjang Badan : 47 cm
7. Lahir dengan : Sectio Cesaria atas indikasi KPD lebih dari
24 Jam Kala I Fase Laten Memanjang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. KPD (Ketuban Pecah Dini)


1. Definisi
Ketuban percah dini (KPD) atau Early rupture of
membrane adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan setelah satu jam tidak diikuti proses inpartu yang
sebagaimana mestinya. Apabila didapatkan pembukaan pada primi
kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. 6 Premature
rupture of membrane (PROM) didefiniskan sebagai ketuban pecah
dini pada usia kehamilan ≥ 37 minggu tetapi sebelum terjadinya
persalinan, namun bila terjadi ketuban pecah dini pada usia
kehamilan < 37 minggu disebut Preterm Premature Rupture of
Membranes (P-PROM). 7

2. Epidemiologi
Insiden KPD secara umumnya terjadi pada sekitar 8-10%
dari semua kehamilan yang terjadi. Insiden KPD pada kehamilan
aterm sebesar 70% sedangkan pada kehamilan preterm KPD terjadi
hanya pada 2% dari semua kehamilan. Hampir semua KPD pada
kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan
terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar
85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh
prematuritas. KPD berhubungan dengan penyebab kejadian
prematuritas dengan insidensi 30- 40%. 6 Angka kematian perinatal
yang cukup tinggi disebabkan oleh kematian akibat partus preterm,
dan meningkatnya kejadian infeksi karena partus macet, partus
lama sering ditemukan pada kasus ketuban pecah dini. Wanita
dengan ketuban pecah dini 50% lebih mungkin melahirkan dalam
24 hingga 48 jam, 70-90% melahirkan dalam 7 hari. Ketuban
pecah dini berhubungan dengan peningkatan angka kematian
perinatal dan angka kematian neonatal. 8

3. Etiologi
Penyebab Ketuban pecah dini masih belum diketahui dan tidak
dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan
faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-
faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Adapun faktor
predisposisi pada ketuban pecah dini adalah :
a. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat
berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama kehamilan
maupun menghadapi persalinan. Usia untuk reproduksi
optimal bagi seorang ibu antara umur 20-35 tahun. dibawah
atau diatas usia tersebut akan meningkatkan risiko
kehamilan dan persalinan. Usia seorang sedemikian
besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena
organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang
kemampuannya dan elastisitanya menurun dalam menerima
kehamilan.
b. Paritas
Ada beberapa pembagian paritas yaitu primipara, multipara
dan grande multipara. Primipara adalah seorang Wanita
yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai
usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara dan grande
multipara. Primipara adalah seorang Wanita yang baru
pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia
kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah
seseorang Wanita yang telah mengalami kehamilan dengan
usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan
hasil kehamilannya 2 kali atau lebih. Sedangkan grande
multipara adalah seorang Wanita yang mengalami hamil
dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah
melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali. Wanita
yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami
KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kehamilan
yang terlampau dekat diyakini lebih berisiko akan
mengalami KPD pada kehamilan berikutnya.
c. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan
zat besi. Jika persedian zat besi minimal, maka setiap
kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh akan
akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif
terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami
hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume
(30%) sampai (40%) yang puncaknya pada kehamilan 32
sampai 34 minggu. Pada ibu yang mengalami anemia
biasanya ditemukan cirri- ciri lemas, pucat, cepat lelah,
mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu pada trimester
pertama dan trimester ke tiga.
Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi
kematian intrauterine, prematuritas, berat badan lahir
rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat
kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan
premature, ancaman dekompensasikordis dan ketuban
pecah dini . pada saat persalinan dapat mengakibatkan
gangguan his , retensio plasenta dan perdarahan postpartum
karena Antonia uteri (manuaba, 2009).
d. Riwayat KPD
Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami
ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD
secara singkat ialah akibat penueunan kandungan kolagen
dalam membrane sehingga memicu terjadinya ketuban
pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang
mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang
pwesalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih
beresiko dari pada wanita tidak pernah mengalami KPD
sebelumnya karena komposisi membrane yang menjadi
rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada
kehamilan berikutnya
e. Serviks yang inkompetensi
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebutkan
kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks )
yang terlalu lunakdan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah- tengah kehamilan karena tidak mampu menahan
desakan janin yang semakin besar. Inkompetensia serviks
adalah serviks dengan suatu kelainan antomi yang nyata,
disebab kan leserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau
merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang
memungkinkan terjadinya dilatasi berlebih tanpa perasaan
nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua
atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan
dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi
f. Tekanan intra uterine
Tekanan yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan.Tekanan intra uterin yang meninggi atau
meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini ,misalnya :
1) Trauma, berupa hubungan seksual, pemerikasaan
dalam dan amniosintesis.
2) Gamelli adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. pada kehamilan gamelli terjadi distensi uterus
yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya
keteganggan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang besar dan
kantung (selaput ketuban) relatif kecil sedangkan
bagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah
pecah
g. Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan yang meningkat merupakan kondisi yang
menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang.
Rendah nya pendapatan merupakan rintangan yang
menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi fasilitas
kesehatan sesuai kebutuhan

4. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan
oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban
pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh
selaput ketuban rapuh. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan
muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah.
Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim, gerakan janin. Pada trimester
terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi
ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk terjadinya
ketuban pecah dini adalah berkurangnya asam askorbik sebagai
komponen kolagen serta kekurangan tembaga dan asam askorbik
yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain
merokok. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks
metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan
spesifik dan inhibitor protease (TIMP-1). Mendekati waktu
persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah
pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran
janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang
persalinan. Pada penyakit periodontitis dimana terdapat
peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.
Pada kondisi yang normal kolagen terdapat pada lapisan
kompakta amnion, fibroblast, jaringan retikuler korion dan
trofoblas, sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol
oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin -1 ( iL-1) dan
prostaglandin, tetapi karan ada infeksi dan inflamasi, terjadi
peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan
kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada
selaput korion/amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan sehingga terjadi ketuban pecah dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada
trimester ketiga, selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya
kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran
uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada trisemester terakhir
terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya
ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban
pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramnion,
inkompetens serviks dan solusio plasenta. Selain itu, faktor yang
paling sering menyebabkan ketuban pecah dini adalah faktor
ekstemal misalnya infeksi.
Ketuban Pecah Dini Prematur terjadi pada 1% kehamilan.
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses
biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraseluler amnion,
korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua
bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput
ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin,
sitokin, dan protein hormone yang merangsang aktivitas “matrix
degrading enzym”. 12
5. Diagnosis
Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan
ketuban di vagina. Bila tidak ditemukan cairan ketuban pasien
diminta untuk menggerakan sedikit bagian bawah terbawah janin
atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan
ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah
menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan
pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda
terjadinya infeksi adalah bila suhu tubuh ibu lebih dari 38 0C serta
air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah >15.000/mm3. Janin
yang mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi
intrauterine. Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring pelvik.
Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan
bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan). 9
Menegakkan diagnosis ketuban pecah dini secara tepat
sangat penting. Diagnosis yang positif palsu berarti melakukan
intervensi seperti melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan
seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosis
yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin
mempunyai risiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin,
ibu atau keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosis yang cepat
dan tepat.
Menetapkan diagnosis pecahnya ketuban tidak selalu
mudah, kecuali jelas tampak atau dirasakan oleh pemeriksa, yaitu
mengalirnya air ketuban dari mulut rahim.10
1) Anamnesis
Penderita merasa basah pada vagina, atau
mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba
dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga
diperhatikan warna keluamya cairan tersebut, his
belum teratur atau belum ada dan belum ada
pengeluaran lendir darah.
2) Pemeriksaan fisik
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak
keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru
pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
pemeriksaan ini akan lebih jelas. Adanya cairan
yang berisi mekonium (kotoran janin), vernik
kaseosa (lemak putih) rambut lanugo (bulu-bulu
halus), dan dimana bila telah terjadi terlnfeksi akan
tercium. bau.
Pada pemeriksaan dengan spekulum, akan
tampak keluar cairan dari OUE. Seandainya belum
keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta
batuk, mengejan atau mengadakan manuver
valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan
lampak keluar cairan dari ostium uteri dan
terkumpul pada forniks anterior. Lihat dan
perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari
kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah,
atau terdapat cairan ketuban pada fomiks posterior.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan cairan
di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada
lagi. Pemeriksaan dalam bimanual perlu
dipertimbangkan karena pada waktu pemeriksaan
dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen
bawah rahim dengan flora vagina yang normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi
patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya
dilakukan kalau ketuban pecah dini sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan
dan dibatasi sesedikit mungkin
3) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam menegakkan
diagnosis ketuban pecah dini antara lain :
a) Analisis urin dan kultur untuk infeksi
saluran kemih
b) Pemeriksaan serviks atau kultur Chlamydia
trachomatis atau Neisseria Gonorrhoea
c) Pemeriksaan vagina atau vaginosis bacterial
(VB) dan trikomoniasis
d) Lakukan pemeriksaan pH dengan kertas
lakmus nitriazin. pH vagina yang asam (4,5)
akan berubah menjadi basa (7.0-7,7) dan
tampak warna biru pada kertas nitriazin.
e) Pemeriksaan mikroskopik akan tampak
kristalisasi cairan amnion saat mengering.

6. Tatalaksana
Penanganan ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan 2 hal yaitu:
a) Penatalaksanaan Konservatif
1) Rawat di Rumah Sakit
2) Berikan Antibiotik : bila ketuban pecah >6 jam
(ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tak tahan
ampisilin) dan metrodinazol 2 x 500 mg selama 7
hari.
3) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat
selama air ketuban masih keluar atau sampai air
ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu,
tidak ada infeksi, tes busa negatif: beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37
minggu
5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu,
tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol),
deksametason dan induksi sesudah 24 jam
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi beri
antibiotik dan lakukan induksi
7) Nilai tanda-tanda infeksi(suhu, leukosit, tanda-tanda
infeksi intra uterin)
8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid,
untuk memacu kematangan paru janin dan kalau
memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis deksametason IM
5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

b) Aktif
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin. bila
gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25-
50 μg intravaginal setiap 6 jam maksimal 4 kali, bila ada
tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri.
1) Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri
persalinan dengan seksio sesarea.
2) Bila syok pelvik >5, induksi persalinan.

7. Komplikasi
komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada
usia kehamilan. Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan
janin adalah sebagai berikut. 11
a) Infeksi
resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah
dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Umunya terjadinya
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Korioamnionitis
adalah keadaan pada perempuan hamil di mana korion,
amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.
Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi
ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjasi sepsis.
Pada ketuban pecah dini prematur infeksi lebih sering dari
pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada
ketuban pecah dini meningkat dibandingkan dengan
lamanya periode laten. Sedangkan pada bayi dapat terjadi
pneumonia dan omfalitis.
b) Persalinan prematur
Persalinan prematur, setelah ketuban pecah dini biasanya
segera di susul oleh persalinan. Periode laten tergantung
umur kehamilan . pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam
24 jam setelah ketuban lahir. Pada kehamilan antara 28-34
minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
c) Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang
menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia.
Terdapat hubungan antara kejadian gawat janin dan derajat
oligohidramnion, sehingga semakin sedikit air ketuban
maka janin semakin gawat.
d) Sindrom deformitas janin
Terjadi akibat oligohidramnion. Di antaranya terjadi
hipoplasi pulmonar, deformitas ekstremitas dan
pertumbuhan janin terhambat (PJT). Kelainan disebabkan
oleh kompresi muka dan anggota badan janin.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analaisis Kasus
Pasien Ny. Lilik Usia 36 tahun datang pukul 12.09 WIB ke IGD
(RSUD Mohamad saleh) dengan kiriman dari Puskesmas Ketapang.
Pasien mengatakan keluar cairan merembes sedikit-sedikit berwarna jernih
sekitar jam 01.00 pagi disertai dengan perut terasa mules sejak kemarin
malam, lalu dibawa ke Puskesmas Ketapang. Pasien datang ke IGD
dengan keluhan keluar cairan merembes sedikit- sedikit, nyeri (+) di
bagian perut bawah, darah (+) disertai lendir (+), pusing (+) sedikit.
Keadaan umum pasien cukup, kesadaran compos mentis, tekanan
darah 137/89 mmHg, nadi 106x/menit, suhu 36.70C, pernafasan 20x/menit.
Pada palpasi didapatkan TFU setinggi 26 cm, Portio konsistensi lunak Ø
1cm, effacement: 25% ketuban (-), Kepala Hodge I (+)
Dasar diagnosis pasien ini diapatakn berdasarkan anamnesa yang telah
di lakukan secara klinis pada anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
adanya cairan yang merembes berwarna jernih disertai pembukaan Ø 1cm,
effacement: 25% ketuban (-), Kepala Hodge I (+) yang mengarah ke
diagnosa KPD. Beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu umur pasien
sudah lebih dari 35 tahun.
BAB V
KESIMPULAN

Ketuban percah dini (KPD) atau Early rupture of membrane adalah


pecahnya selaput ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan setelah satu jam
tidak diikuti proses inpartu yang sebagaimana mestinya. Apabila didapatkan
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
Premature rupture of membrane (PROM) didefiniskan sebagai ketuban pecah dini
pada usia kehamilan ≥ 37 minggu tetapi sebelum terjadinya persalinan, namun
bila terjadi ketuban pecah dini pada usia kehamilan < 37 minggu disebut Preterm
Premature Rupture of Membranes (P-PROM).
Menegakkan diagnosis ketuban pecah dini secara tepat sangat penting.
Diagnosis yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi
terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya.
Sebaliknya diagnosis yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin
mempunyai risiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau
keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosis yang cepat dan tepat. Seluruh
kasus KPD harus dirujuk setelah diberikan penatalaksanaan awal, yaitu antibiotik
profilaksis dan kortikosteroid (sesuai ketersediaan fasilitas).
DAFTAR PUSTAKA

1. Evareny L, Ramadani Lubis K, Rahmi L, Kebidanan Bukittinggi P,


Kemenkes P. Family Support and Mother’S Readiness With Anxiety
Levels of Pregnant Women a Head of Delivery. J Menara Med [Internet].
2022;4(2):145.
2. Novirianthy R, Safarianti, Syukri M, Yeni CM, Arzda MI. Profil Ketuban
Pecah Dini pada Ibu Bersalin di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Kedokt Syiah Kuala. 2021;21(3):249–57.
3. Maharrani T, Nugrahini E. Hubungan Usia, Paritas Dengan Ketuban Pecah
Dini Di Puskesmas Jagir Surabay. J Penelit Kesehat Suara Forikes.
2017;VIII(2):102–8.
4. Prihartini AR, Maesaroh M, Widiastuti F. HUBUNGAN ANTARA
KELAINAN LETAK JANIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI PADA
IBU BERSALIN DI KABUPATEN INDRAMAYU. J Menara Med
5. M S, Rahmawati R. Risiko Usia dan Paritas Ibu Hamil terhadap Kejadian
Ketuban Pecah Dini Risk of Age and Parity Pregnant Women on Premature
Rupture Membranes. Nurs Arts. 2021;14(2):90–7.
6. Sefin IS. Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini Dengan Kejadian Asfiksia
Dan Sepsis Neonatorum. J Med Hutama. 2020;3(3):402–6.
7. Abebe Diriba T, Geda B, Jabessa Wayessa Z. Premature rupture of
membrane and associated factors among pregnant women admitted to
maternity wards of public hospitals in West Guji Zone, Ethiopia, 2021. Int
J Africa Nurs Sci [Internet]. 2022;17(February):100440.
8. Maryuni, Kurniasih D. Risk factors of premature rupture of membrane.
Kesmas. 2017;11(3):133–7.
9. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba I. Pengantar kuliah obstetri.
Jakarta Egc. 2007;450–5.
10. Manuaba IBG, Manuaba F, Manuaba GBI. Gawat darurat obstetri
ginekologi dan obstetri ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta EGC.
2008;296–9.
11. Wiknjosastro, H anifa. 2 005. Ilmu Kebidanan. Edisi 3 C etakan ke -10.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

12. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman
BL, Casey BM, Sheefield JS, 2014. Williams Obstetrics 24th Ed.
NewYork-Toronto: McGraw-Hill Medical Publishing Division,

Anda mungkin juga menyukai