Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

G2P1A0 HAMIL 37 MINGGU DENGAN PEB

Oleh :

Rhadila Anjani, S.Ked

19360124

Pembimbing:

dr. Bambang Kurniawan., Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan presentasi kasus dengan judul

PREEKLAMSIA BERAT

Tanggal : Februari 2020

Mengetahui,

Penyaji, Pembimbing,

Rhadila Anjani,S.Ked dr. Bambang Kurniawan., Sp. OG

2
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. T

Umur : 24 Tahun

Alamat : Merak Batin, Natar

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal masuk : 17 Februari 2020, Pukul 15.10 WIB

II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama :
G2P1A0 hamil 37 minggu dengan keluhan nyeri dibagian perut

bawah.
2. Keluhan Tambahan :
Tidak ada
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSPBA pada senin, 17 februari 2020, pukul

15.10 WIB dengan keluhan hamil anak ke-2 dengan nyeri perut bagian

bawah. Pasien tidak mengeluhkan keluar flek darah dan lendir dari jalan

lahir, keluar air-air di sangkal, mual dan muntah disangkal.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien sebelumnya memiliki riwayat penyakit hipertensi yang

muncul sejak usia kehamilan anak pertama 9 bulan.

5. Riwayat Penyakit Keluarga :

3
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit asthma, penyakit

jantung, hipertensi (+) , diabetus mellitus, hipertensi, gemelli, anak cacat,

penyakit paru-paru.
6.
Riwayat Operasi : Tidak ada
7. Riwayat Alergi : Tidak ada
8.
Riwayat Menstruasi :

Menarche : 13 Tahun

Lama : 7 Hari

Siklus : 28 Hari

Jumlah darah : 3 kali ganti pembalut/hari

Keluhan saat haid : tidak ada

9. Riwayat Kehamilan Sekarang :

G2P1A0 hamil 37 minggu

HPHT : 3 Juli 2019

TP : 10 April 2020

10.
Riwayat Obstetri (G2P1A0) :

Anak
Tanggal Umur Jenis Keadaan
No Penolong BB TB
partus Hamil Partus JK anak
(gr) (cm)
1 2018 prematur normal Nakes L 600 43 meninggal
2
3
4

11. Riwayat Perkawinan : Menikah 1 kali


12. Riwayat Kontrasepsi : KB suntik 3 bulan
III. STATUS GENERALIS
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2.
Kesadaran : Commpos Mentis
3. Vital Sign

4
Tekanan Darah : 180/100 mmHg

Nadi : 76 x/menit

Suhu : 36,2 C

Pernafasan : 24 x/menit

4. Berat Badan : 64 Kg
5. Tinggi Badan : 149 cm
6.
LILA : 40 cm
7.
TFU : 28 cm
8. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Rambut : Hitam, tidak mudah di cabut.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
3mm/3mm, strabismus (-), eksoftalmus (-), endoftalmus (-),

ptosis (-), pandangan gelap.

Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan (-/-), nyeri tarik (-/-),

sekret (-/-), Tinitus (-/-)

Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deviasi septum
(-),Sekret (-/-).
Mulut : Sianosis (-), tidak ada karies gigi, lidah tidak deviasi
lidah tidak kotor.
b)
Leher
Pembesaran KGB : tidak terdapat pembesaran KGB
Pembesaran Tiroid : tidak terdapat pembesaran Tiroid
JVP : tidak ditemukan tanda-tanda peningkatan JVP
Trachea : tidak terdapat deviasi trachea, trackea terletak di central.
c) Thorak
Jantung
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga
(-),normothorak (-), IC tidak terlihat.
Palpasi : Nyeri tekan (-), tidak teraba pulsasi yang kencang.
Perkusi : Batas kanan : Atas ICS 2 linea parasternal dextra
Bawah ICS 4 linea parasternal dextra
Batas kiri : Atas ICS 2 linea parasternal sinistra
Bawah ICS 4 linea midclavivularis
sinistra
Batas atas : ICS 2 linea parasternal sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
d) Paru-paru
Inspeksi : Simetris

5
Palpasi : Fremitus suara +/+
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi
e) Abdomen
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, stria gravidarum (+)

Palpasi : Lepord 1 : TFU 28 cm. Bagian bokong bayi terletak

pada fundus uteri.

Leopord II: punggung bayi terletak di seblah kiri ibu dan

ekstremitas terletak di sebelah kanan perut ibu.

Leopord III: bagian terbawah bayi adalah kepala bayi.

Leopord VI: Bagian bawah bayi belum memasuki PAP

sehinggga menimbulkan sudut Konvergent.

Perkusi : (-)

Auskultasi : (-)
f)
Genital : Flek darah (-) , air ketuban (-)
g)
Ekstremitas : Oedema tungkai (+/+)

IV. STATUS OBSTETRI


1. Pemeriksaan Luar
a)
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, stria gravidarum (+)
b)
Palpasi :Lepord 1: TFU 28 cm. Bagian bokong bayi terletak pada

fundus uteri.

Leopord II: punggung bayi terletak di seblah kiri ibu dan

ekstremitas terletak di sebelah kanan perut ibu.

Leopord III: bagian terbawah bayi adalah kepala bayi.

Leopord VI: Bagian bawah bayi belum memasuki PAP

sehinggga menimbulkan sudut Konvergent.

c) Auskultasi : -
2. Pemeriksaan Dalam

6
Vaginal toucher : tidak dilakukan

Inspekulo : tidak dilakukan

V. Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan Laboratorium
a. RS Pertamina Bintang Amin Husada
Waktu hasil keluar : 17 Februari 2020, pukul 17.15 WIB

HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Lk: 14-18 gr
Hemoglobin 9,7
Wn: 12-16 gr
Leukosit 7,600 4500-10.700 ul
Hitung jenis
leukosit
 Basofil 0 0-1
 Eosinofil 0 1-3
 Batang 1 2-6
 Segmen 78 50-70
 Limposit 18 20-40
 Monosit 3 2-8
Lk: 4.6- 6.2 ul
Eritrosit 3,9
Wn: 4.2- 5,4 ul
Lk: 50-54 %
Hematokrit 30
Wn: 38-47 %
Trombosit 297.000 159.000-400.000 ul
MCV 80 80-96 fl
MCH 25 27-31 pg
MCHC 31 32-36 g/dl
CT (Masa 9-15
14
Pembekuan)
BT (Masa
4
Perdarahan)
IMUNOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
HBsAg Non Reaktif (-) Non Reaktif (-)
KIMIA DARAH
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Gula Darah <200
42
Sewaktu
URINE
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL

7
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1.025 1.005-1.030
PH 6 5-8
Negative (<10
Leukosit Negative
leuko/ul)
Nitrit Negative Negative
Negative (<30
Protein 100/(++)
mg/dl)
Negative (<30
Glukosa Negative
mg/dl)
Negative (<50
Keton 52/(++)
mg/dl)
Urobilinogen Negative Negative (<1 mg/dl)
Bilirubin Negative Negative (<2 mg/dl)
Negative (<10
Darah Samar Negative
ery/dl)
Sedimen Leukosit 3-5 10 / LPB
Sedimen Eritrosit 2-3 5 / LPB
Sedimen Epitel Beberapa
Sedimen Bakteri Negative
Sedimen Kristal Negative
Sedimen Silinder Sedikit

b. RS Pertamina Bintang Amin Husada (Post-OP)

Hasil keluar tanggal 18 Februari 2020 pukul 11.54 WIB

HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Lk: 14-18 gr
Hemoglobin 9,0
Wn: 12-16 gr
Leukosit 9.900 4500-10.700 ul
Hitung jenis
leukosit
 Basofil 0 0-1
 Eosinofil 0 1-3
 Batang 1 2-6
 Segmen 73 50-70
 Limposit 18 20-40
 Monosit 8 2-8
Lk: 4.6- 6.2 ul
Eritrosit 3,7
Wn: 4.2- 5,4 ul
Lk: 50-54 %
Hematokrit 32
Wn: 38-47 %

8
Trombosit 302.000 159.000-400.000 ul
MCV 84 80-96 fl
MCH 29 27-31 pg
MCHC 34 32-36 g/dl
IMUNOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
HBsAg Non Reaktif (-) Non Reaktif (-)

VI. DIAGNOSA KERJA


G2P1A0 Hamil 37 minggu dengan PEB
VII. PENATALAKSANAAN
-Observasi TTV + keluhan
-IVFD RL + MGS04 40 % 15 cc xv tpm
-Nifedipin 3 x 1
-cefazolin 2 gram/ iv
-Puasa (+)
-Rencana SC pukul 14.50

VIII. LAPORAN OPERASI


Operator : dr. Fonda Oktariningsih Sp.OG
Ruang : OK (2)
- 15.00 Persiapan pasien
- 15.06 Tindakan Anasatesi
- 15.10 Tindakan desinfeksi alcohol + povidon iodine
- 15.27 Insisi PF anenstiel 2 jari di atas sympisis pubis
- 15.29 Insisi SBR
- 15.30 Bayi dilahirkan
- 15.30 Lahir neonates hidup
- 15. 33 Potong tali pusat
- 15.34 Plasenta dilahirkan lengkap
- 15.36 SBR dijahit all layer (peritoneum, otot, fascia subcutis,

cutis, lapis demi lapis)


- 16. 06 Operasi selesai
-Lahir Neonatus hidup
Pukul : 15.30
Jenis kelamin : Perempuan
Panjang badan: 40 cm
Berat badan : 2600 gram
Apgar score : 7/8
Berat plasenta: 500 gram

IX. DIAGNOSIS AKHIR

P2A0 post SC a/i PEB


X. Follow Up

9
Tanggal / Jam Catatan Perkembangan Terintegrasi
17 Februari 2020 S : nyeri perut bagian ba3ah

Pukul 17.15 O: TD : 180/100 mmHg

N : 76 x/menit

RR : 22 x/menit

T : 36 c

HB : 9,7

Leukosit : 9.800

Trombosit : 431.000

Protein : (++)

Keton : (++)

A: G2P1A0 hamil 37 minggu dengan PEB

P : -IVFD RL + MgSO4 xx tpm

-Nifedipine 3x1 mg/ oral

-Cefazolin 2 grm

-Puasa pre op

-rencana SC pukul 14.50

18 Februari 2020 S : nyeri luka operasi di perut

06.30 WIB O : Keadaan umum: Baik,

Kesadaran: Commpos Mentis

GCS : 15

Skala nyeri : 5

TD : 140/90 mmHg,

10
N : 80 x/menit
O
S : 36,8 C

RR : 20 x/menit

Perdarahan : +/- 20 cc

KUT : (+) bulat dan keras

TFU : 2 jari di bawah pusat

A: P2A0 post sc a/I PEB


P : - Observasi TTV, GCS, kesadaran,skala nyeri
-IVFD RL + MGSO4 40 % 15cc gtt xx tpm (1 kali)
-
Inj. Cefazolin 1x post op
19 Februari 2020 S : nyeri luka operasi berkurang

07.45 WIB O : Keadaan umum: baik

Kesadaran: Commpos Mentis

TD: 130/90 mmHg

HR: 80 x/menit

RR: 20x/menit

T : 36,5 C

GCS : 15

Skala nyeri : 2

KUT: (+) keras, bulat

TFU: 1 jari dibawah pusat

Pedarahan +/- 20 cc

A: P2A0 post SC a/i PEB


P : - observasi TTV
- Obimin 1x1 tab
- Laktafit 1x1 tab
- Nipedipin 3x10 mg
- Cefadroxil 3x1 tab

BLPL

11
XI. PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
2. Apakah faktor resiko pada kasus ini?
3. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini?
XII. ANALISA KASUS
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
Pasien datang ke IGD RSPBA pada senin, 17 februari , pukul 15.10

WIB dengan keluhan hamil anak ke-2 dengan nyeri perut bagian

bawah. Pasien tidak mengeluhkan keluar flek darah dan lendir dari

jalan lahir, keluar air-air di sangkal, mual dan muntah disangkal.


Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan keadaan umum

tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, dan tanda – tanda

vital : tekanan darah 180/110 mmHg, nadi : 111 x/menit, suhu : 36,2 o C,

respirasi : 24 x/menit.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan inspeksi terlihat dinding perut

> dinding dada, stria gravidarum (+). Pada palpasi Lepord I sampai IV

didapatkan tinggi fundus uteri 33 cm dan bagian bokong bayi terletak

pada fundus uteri, punggung bayi terletak di seblah kiri perut ibu dan

ekstremitas terletak di sebelah kanan perut ibu, bagian terendah pada

bayi adalah kepala bayi dan belum memasuki PAP sehinggga

menimbulkan sudut Konvergent.

Pada pemeriksaan penunjang urine di dapatkan protein urinen

100 (++). Pada kasus ini Ny. T 24 tahun G2P1A0 Hamil 37 minggu

dengan Preeklamsia berat berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan

fisik.

12
Preeklamsia Berat ialah preeklamsia dengan tekanan darah

sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥110mmHg disertai

proteinuria lebih dari 5 g/24 jam.

Kriteria diagnosis preeklamsia berat adalah bila ditemukan satu

atau lebih gejala sebagai berikut:

- Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah

diastolic ≥110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun

meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah sakit dan sudah

menjalani tirah baring.

- Proteinuria lebih dari 5 g/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan

kualitatif.

- Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.

- Kenaikan kadar kreatinin plasma.

- Gangguan visus dan cerebral: penurunan kesadaran, nyeri

kepala, skotoma dan pandangan kabur.

- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas

abdomen (akibat tereganganya kpsula glisson).

- Edema paru-paru dan sianosis.

- Hemolysis mikroangiopatik.

- Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau penururnan

trombosit dengan cepat.

- Gangguan fungi hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan

kadar alanin dan aspartate aminotransferase.

- Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat

13
- Sindrom HELLP.

Preeklamsia berat dibagi menjadi preeklamsia berat tanpa

impending eclampsia dan preeklamisa dengan impending

eclampsia.Disebut impending eclampsia bila preeklampsia berat

disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan

visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif

tekanan darah
2. Apakah faktor risiko pada kasus ini?

1. Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan penyakit

mikrovaskular (antara lain: diabetes mellitus, hipertensi kronis,

gangguan pembuluh darah).

2. Sindrom antibody antiphospolipid (APS)

3. Nefropati

4. Faktor resiko lainnya dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri,

dan faktor spesifik dari ibu maupun janin: Umur ibu >40 tahun

dan nulipara dan kehamilan multiple.

5. Obesitas sebelum hamil.

6. Riwayat keluarga pre-eklampsia dan eklampsia.

7. Riwayat pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya.

3. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini?

Pada kasus ini dilakukan penanganan yaitu tindakan section

caesarea atas kehamilan dengan preeklampsia berat, pada saat pre

14
operasi diberikan Ringer Laktat ditambah MgSO4 xx tpm. Ringer

laktat merupakan cairan isotonik golongan kristaloid yang digunakan

sebagai terapi cairan dan MgSO4 digunakan untuk mencegah

kejang,sedangkan untuk post operasi diberikan cairan ringer laktat

ditambah oxytocin yang berfungsi untuk menjaga kontraksi uterus

agar tetap baik sehingga tidak terjadi perdarahan berlebih post partum,

ceftriaxone 1gr 3x1/IV merupakan antibiotik yang diberikan untuk

mencegah adanya infeksi, asam tranexamat 500mg 3x1/IV merupakan

obat antifibrinolitik yang berfungsi untuk menghentikan

perdarahan,nifedipine tablet 3x1 mg oral untuk menurunan tekanan

darah, imbion tablet 1x1 merupakan multivitamin dan mineral yang

berfungsi untuk menjaga kesehatan ibu, pronalges suppositoria 100mg

3x1/rektal untuk mengatasi nyeri, cefadroxil 500mg 3x1 tablet/oral

merupakan antibiotik yang diberikan untuk mencegah adanya infeksi.

 Perawatan dan pengobatan preeklampsia berat

Pengelolaan preeklan-rpsia dan eklampsia mencakup pencegahan

kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif

terhadap penyuiit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.

 Monitoring selama di rumah sakit

Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang

tanda-tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium,

dan kenaikan cepat berat badan. Selain itu, perlu dilakukan penimbangan berat

badan, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan

laboratorium, dan pemeriksaan USG dan NST.

15
 Manajemen umum perawatan preeklampsia berat

Perawatan preeclampsia berat sama halnya dengan perawatan

preeklampsia ringan, dibagi menjadi dua unsur:

- Sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian obat-obat atau terapi

medisinalis.

- Sikap terhadap kehamilannya ialah:

 Aktif: manajemen agresif, kehamilan diakhiri (terminasi) seriap saat bila

keadaan hemodinamika sudah stabil.

Sikap terhadap penyakit: pengobatan medikamentosa

 Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat

inap dan dianjurkan tirah baring miring ke saru sisi (kiri). Perawatan yang

penting pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan karena penderita

preeklampsia dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya

edema paru dan oliguria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut belum

jelas, tetapi fakror yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan

oliguria ialah hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan

gradien tekanan onkotik koloid/pulmonary capillary wedge pressure.

OIeh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan

output cairan (melalui urin) menjadi sangat penting. Ardnya harus

dilakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah cairanyang dimasukkan

dan dikeluarkan melalui urin. Bila terjadi tanda-tanda edema pam, segera

dilakukan tindakan koreksi. Cairan yang diberikan dapat berupa (a) 5 %

16
Ringer-dekstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan: < 1.25 cc/jam

atau (b) Infus Dekstrose 5 7o yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus

Ringer laktat (60 - 125 cc/jam) 500 cc.

Dipasang Folqt catbeter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi

bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2 - 3 jam atau < 500 cc/24 jam.

Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila

mendadak kejang, dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung yang

sangar asam. Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan

garam.

 Pemberian obat anti kejang

- Obat anti kejang adalah:

 MgSO4

 Contoh obat-obat lain yang dipakai untuk antikejang:

-Diazepam

-Fenitoin

Difenihidantoin obat anti kejang untuk epilepsi telah banyak

dicoba pada penderita eklampsia.

Beberapa peneliti telah memakai bermacam-macam regimen.

Fenitoin sodium mempunyai khasiat stabilisasi membran neuron) cepat

masuk jaringan otak dan efek antikejang terjadi 3 menit setelah injeksi

intravena. Fenitoin sodium diberikan dalam dosis 15 mg/kg berat badan

dengan pemberian intravena 50 mg/menit. Hasilnya tidak lebih baik dari

magnesium sulfat. Pengalaman pemakaian Fenitoin di beberapa senter di

dunia masih sedikit.

17
Pemberian magnesium sulfat sebagai anti kejang lebih efektif dibanding

fenitoin; berdasar Cochrane Review terhadap enam uji klinik, yang

melibatkan 897 penderita eklampsia.

Obat anti kejang yang banyak dipakai di Indonesia adalah magnesium

sulfat (MgSO4+7H2O)

Magnesium sulfar menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada

rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi

neuromuscular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium

sulfat, magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak

terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium).

Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium

sulfat. Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk

antikejang pada preeclampsia atau eklampsia. Banyak cara pemberian Magnesium

sulfat.

Cara pemberian:

Magnesium sulfat regimen.

 Loading dose: initial dose

4 gram MgSOa: intravena, (40 % dalam 10 cc) selama 15 menit.

 Maintenance dose:

Diberikan infus 5 gram dalam larutan Ringer/6 jam; atau diberikan 4 atau 5 gram

i.m. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram i.m. tiap 4 - 6 jam.

 Syarat-syarat pemberian MgSOa:

1. Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium

giukonas 10 % = 1 g (10 % dalam 10 cc) diberikan i.v. 3 menit.

18
2. Refleks patella (+) kuat.

3. Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distres napas.

 Magnesium sulfat dihentikan bila:

1. Ada tanda-tanda intoksikasi

2. Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir

 Dosis terapeutik dan toksis MgSOa

1. Dosis terapeutik 4 - 7 mEq/liter 4,8 - 8,4 mg/dl

2. Hiiangnya refleks tendon 10 mEq/liter 12 mg/dl

3. Terhentinya pernapasan 15 mEq/liter 18 mg/dl

4. Terhentinya jantung > 30 mEq/liter > 36 mg/dl

Pemberian Magnesium sulfat dapat menurunkan risiko kematian ibu dan

didapatkan 50% dari pemberiannya menimbulkan efekflushes (rasa panas).

- Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4, maka diberikan salah satu obat

berikut: tiopental sodium, sodium amobarbital, diasepam, atau fenitoin.

 Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru,

payah jantung kongestif atau anasarka. Diuretikum yang dipakai ialah

Furosemida. Pemberian diuretikum dapat merugikan, yaitu memperberat

hipovolemia, memperburuk perfusi utero-plasenta, meningkarkan

hemokonsentrasi, menimbulkan dehidrasi pada janin, dan menurunkan

berat janin.

 Pemberian antihipertensi.

Masih banyak pendapat dari beberapa negara tentang penentuan

batas atas tekanan darah, untuk pemberian antihipertensi.

19
Misalnya Belfort mengusulkan cut offyang dipakai adalah >

160/ll0 mmHg dan MAP > 126 mmHg.

Di RSU Dr. Soetomo Surabaya batas tekanan darah pemberian

anrihipertensi iaiah apabila rekanan sistolik ≥180 mmHg dan/aau tekanan

diastolik ≥110 mmHg.

Tekanan darah diturunkan secara bertahap, yairu penurunan awal 25 %

dari tekanan sistolik dan tekanan darah diturunkan mencapai < 160/105 atau MAP

< 1,25. Jenis antihipertensi yang diberikan sangar bervariasi.

Berdasarkan Cochrane Review atas 40 studi evaluasi yang melibatkan

3.797 perempuan hamil dengan preeklampsia, Duley menyimpulkan, bahwa

pemberian antihipertensi pada preeklampsia ringan maupun preeklampsia berat

tidak jelas kegunaannyaa.

Di sisi iain Hendorson, dalam Cochrane Review, juga meneliti 24 uji

klinik yang melibatkan 2.949 ibu dengan hipertensi dalam kehamilan,

menyimpulkan bahwa sampai didapatkan bukti yang lebih teruji, maka pemberian

jenis antihipertensi, diserahkan kepada para klinikus masing-masing, yang

tergantung pengalaman dan pengenalan dengan obat tersebut. Ini berarti hingga

sekarang belum ada antihipertensi yang terbaik untuk pengobatan hipertensi

dalam kehamilan. Namun yang harus dihindari secara mutlak, sebagai

antihipertensi, ialah pemberian diazokside, ketanserin, nimodipin, dan magnesium

sulfata2.

- Antihipertensi lini pertama

Nifedipin

20
Dosis 10 -20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit; maksimum 120 mg

dalam 24 jam.

- Antihipertensi lini kedua

Sodium nitoprusside;0,25 pg i.v./kg/menit, infus; ditingkatkan 0,25 pg

i.v./kg/ 5 menit,

Diazohside:30 - 60 mg i.v./5 menit; atau i.v. infus 1O mg/menit/ dititrasi.

- Antihipertensi sedang dalam penelitian

Calcium channel blockers; isradipin, nimodipin

Serotinin reseptor antagonis: ketan serin

Jenis obat antihipertensi yang diberikan di Indonesia adalah:

Nifedipin

Dosis awal: 1,0 - 20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum

120 m per 24 jam

Nifedipin tidak boleh diberikan sublingual karena efek vasodilatasi sangat

cepat, sehingga hanya boleh diberikan per oral.

Jenis obat antihipertensi yang diberikan di Amerika adalah hidralalazin

(apresoline) injeksi (di Indonesia tidak ada), suatu vasodilator langsung pada

arteriole yang menimbulkan refleks takikardia, peningkatan cardiac output,

sehingga memperbaiki perfusi utero-plasenta. Obat antihipertensi lain adalah

labetalol injeksi, suatu alfa1 bloker, non selektif B bloker. Obat-obat antihipertensi

yang tersedia dalam bentuk suntikan di Indonesia ialah klonidine (Catapres). Satu

ampul mengandung 0,15 mg/cc.

K.lonidine 1 ampul dilarutkan dalam 10 cc larutan garam faali atau larutan air

untuk suntikan.

21
 Edema paru

Pada preeklampsia berat, dapat terjadi edema paru akibat kardiogenik

(payah jantung ventrikel kiri akibat peningkatan arterload) atau non-

kardiogenik (akibat kerusakan sel endotel pembuluh darah kapilar paru).

Prognosis preeklampsia berat menjadi buruk bila edema paru disertai

oliguria.

 Glukokortikoid

Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan

ibu. Diberikan pada kehamilan 32 - 34 minggu, 2 x 24 jam. Obat ini juga

diberikan pada sindrom HELLP.

Sikap terhadap kehamilannya

Penelitian Duley, berdasar Cochrane Review, terhadap dua uji klinik,

terdiri atas 133 ibu dengan preeklampsia berat hamil preterm, menyimpulkan

bahwa belum ada cukup data untuk memberi rekomendasi tentang sikap terhadap

kehamilannya pada kehamilan preterm.

Berdasar Villiams Obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan

perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama perawatan, maka sikap

terhadap kehamilannya dibagi menjadi:

1. Aktif (agressive management): berarti kehamilan segera diakhiri/diterminasi

bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa.

2. Konservatif (ekspektatif): berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan

dengan pemberian pengobatan medikamentosa.

 Perawatan Aktif (agresif):Sambil memberi pengobatan, kehamilan

diakhiri.

22
-Indikasi perawaran aktif ialah bila didapatkan satu/lebih keadaan di

bawah ini:

 Ibu

o umur kehamilan > 37 minggu. Lockwood dan Paidas mengambil batasan

umur kehamllan > 37 minggu untuk preeklampsia ringan dan batasan

umur kehamilan > 37 minggu untuk preeklampsia berat.

o Adanya tanda-tanda/geiala-gejala Impending Eklampsia

o Kegagalan terapi pada perawaran konservatif, yaitu: keadaan klinik dan

laboratorik memburuk

o Diduga terjadi solusio plasenta

o Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan

 Janin

o Adanya tanda-tanda fetal distress

o Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction (IUGR)

o NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal

o Terjadinya oligohidramnion

 Laboratorik

o Adanya tanda-tanda "sindroma HELLP" khususnya menurunnya trombosit

dengan cepat.

- Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan berdasar keadaan

obstetric pada waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum.

 Perawatan konservatif

23
Indikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan preterm <37

minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dengan keadaan

janin baik. Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan

medikamentosa pada pengelolaan secara aktif. Di Bagian Kebidanan RSU

Dr. Soetomo Surabaya, pada perawatan konservatif preeklampsia, loading

dose MgSO4 tidak diberikan secara i.v., cukup i.m. saja.

Selama perawatan konservatif, sikap terhadap kehamilannya ialah hanya

observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif, kehamilan tidak

diakhiri.

Magnesium suifat dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda

preeklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila

setelah 24 jam tidak ada perbaikan, keadaan ini dianggap sebagai

kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus diterminasi. Penderita

boleh dipulangkan bila penderita kembali ke gejala-gejala arau tanda-tanda

preeklampsia ringan.

 Penyulit ibu

- Sistem saraf pusat

Perdarahan intrakranial, trombosis vena sentral, hipertensi ensefalopati,

edema serebri, edema retina, makular atau retina detachment dan kebutaan

korteks.

- Gastrointestinal-hepatik: subskapular hematoma hepar, ruptur kapsul

hepar.

- Ginjal: gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut.

- Hematologik DIC, trombositopenia dan hematoma luka operasi.

24
- Kardiopulmonar : edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, depresi

atau arrest, pernapasan, kardiak arrest, iskemia miokardium.

- Lain-lain: asites, edema laring, hipertensi yang tidak terkendalikan.

 Penyulit janin

Penyulit yang dapat terjadi pada janin ialah intrawterine fetal growtb

restriction, solusio plasenta, prematuritas, sindroma distres napas,

kematian janin intrauterin, kematian neonatal perdarahan intraventrikular,

necrotizing enterocolitis, sepsis, cerebral palsy.

DAFTAR PUSTAKA

25
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2016 .”Ilmu Kebidanan Sarwono

Prawirohardjo”. Ed ke-4, Cetakan ke-5. Jakarta : P.T. Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. Hal 544-550.


2. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas kesehatan primer,

2014.PBID.: Jakarta. Hal 584

26

Anda mungkin juga menyukai