Anda di halaman 1dari 31

PRESENTASI KASUS

Gravida 2 Para 1 Abortus 0 Usia 30 Tahun Hamil 38 Minggu 3 Hari Janin


Tunggal Hidup Intra Uterine, Presentasi Kepala, Punggung Kiri, dalam
Persalinan Kala 1 Fase Laten; Hipertensi Gestasional

Pembimbing:
dr. Sutrisno, Sp.OG (K) Onk

Disusun oleh:
Franzeska Desca Ayudya G4A022046

SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2023
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS
Gravida 2 Para 1 Abortus 0 Usia 30 Tahun Hamil 38 Minggu 3 Hari Janin
Tunggal Hidup Intra Uterine, Presentasi Kepala, Punggung Kiri, dalam
Persalinan Kala 1 Fase Laten; Hipertensi Gestasional

Disusun Oleh :
Franzeska Desca Ayudya G4A022046

Disusun dan diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik di SMF Kebidanan & Kandungan RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Telah diterima dan disahkan pada,

Purwokerto, Agustus 2023

Pembimbing

dr. Sutrisno, Sp.OG (K) Onk


I. PENDAHULUAN

Terdapat lima penyebab utama kematian ibu di seluruh dunia, yaitu


perdarahan, tekanan darah tinggi saat hamil, infeksi, persalinan lama atau
gangguan persalinan, dan keguguran. Kematian ibu di Indonesia didominasi oleh
tiga penyebab utama yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan infeksi.
Hampir 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2011 disebabkan oleh
hipertensi dalam kehamilan.
Hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu hipertensi
gestasional, hipertensi kronis, preeklampsia, eklampsia dan hipertensi kronis
dengan superimposed preeklampsia. Hipertensi gestasional adalah peningkatan
tekanan darah selama kehamilan tanpa proteinuria dan tekanan darah turun
sebelum 12 minggu setelah melahirkan, atau dapat didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kali selama kehamilan
tanpa proteinuria dan tekanan darah menjadi normal sebelum 12 minggu pasca
melahirkan. Hipertensi kronis adalah tekanan darah tinggi selama kehamilan yang
terjadi sebelum 20 minggu kehamilan, atau tekanan darah yang terdeteksi pertama
kali setelah 20 minggu kehamilan dan bertahan hingga 12 minggu setelah
melahirkan. Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi setelah minggu ke-20
kehamilan dan disertai dengan proteinuria. Eklampsia adalah preeklampsia
dengan gejala kejang hingga koma. Hipertensi kronis dengan superimposed
preeklampsia adalah hipertensi kronik dengan tanda-tanda preeklampsia atau
hipertensi kronik yang disertai proteinuria.
Hipertensi gestasional adalah salah satu jenis hipertensi dalam kehamilan yang
memiliki resiko cukup tinggi baik untuk janin maupun ibu. Hipertensi gestasional
ini sebagian besar terjadi pada primigravida, usia maternal yang <20 tahun atau
>35 tahun, obesitas, dan riwayat hipertensi dari keluarga atau sebelum kehamilan.
Angka kejadian mencapai 6-17% pada wanita primigravida dan 2-4% pada wanita
multigravida. Apabila tidak ditangani dengan baik, dapat berkembang menjadi
preeklampsia
II. LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
1. Nama : Ny. M
2. Usia : 30 tahun
3. Agama : Islam
4. Suku/bangsa : Jawa
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Alamat : Gandatapa, Sumbang
7. No. CM : 002486XX
8. Tanggal masuk : 2 Agustus 2023

B. Anamnesis
1. Teknik Anamnesis : Autoanamnesis
2. Keluhan utama : Tekanan darah tinggi saat kehamilan
3. Keluhan tambahan : Pusing
4. Riwayat Penyakit Sekarang
G2P1A0 merasa hamil 9 bulan datang untuk kontrol ke poli kebidanan
RSUD Margono dengan tekanan darah tinggi (140/90). Pasien mulai
mengalami peningkatan tekanan darah sejak usia kehamilan 34 minggu.
Saat ini pasien mengeluhkan pusing yang membaik dengan beristirahat.
Keluhan lain seperti pandangan kabur dan nyeri ulu hati disangkal oleh
pasien. Pasien mulai mengeluhkan mules-mules sejak 2 jam sebelum
masuk rumah sakit. Keluhan keluar cairan banyak dari jalan lahir
disangkal. Gerak janin dirasakan pasien. Keluhan nyeri BAK disangkal.
Keluhan keputihan disangkal. Riwayat penyakit kronis seperti tekanan
darah tinggi (+), kencing manis, asma, dan penyakit jantung disangkal.
Pasien sudah menerima vaksinasi COVID-19 3x (Sinovac 1, 2, Pfizer 3).
Sebelumnya, pasien di rujuk dari Puskesmas Sumbang 2 karena tekanan
darah tinggi. Pasien kontrol rutin ke RSMS sejak usia kehamilan 35
minggu selama 3 minggu sekali.
5. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 11 tahun
b. Lama Menstruasi : 5-7 hari
c. Siklus Menstruasi : 1x dalam 1 bulan
d. Keluhan Menstruasi : Tidak ada
e. HPHT : 06 November 2022
6. Riwayat Pernikahan
Pernikahan 1x telah berjalan 8 tahun
P/22 tahun/SMP/IRT
L/30 tahun/SD/Buruh
7. Riwayat Obstetri
a. Anak 1 : Bidan/spontan/aterm/3300/M/L/2016
b. Anak 2 : Hamil ini
8. Riwayat ANC : Bidan 7x, Sp. OG 3x
9. Riwayat Kontrasepsi : Suntik 3 bulan (2016 – 2021)
10. Riwayat Ginekologi
Perdarahan abnormal diluar siklus menstruasi (-)
Keputihan (-)
Benjolan/Massa pada organ genital dan jalan lahir (-)
11. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat hipertensi sebelum hamil : Disangkal
b. Riwayat alergi : Disangkal
c. Riwayat kejang : Disangkal
d. Riwayat kencing manis : Disangkal
e. Riwayat penyakit jantung : Disangkal
f. Riwayat penyakit paru : Disangkal
g. Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
h. Riwayat operasi : Disangkal
12. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat serupa : Disangkal
b. Riwayat hipertensi : Disangkal
c. Riwayat asma : Disangkal
d. Riwayat alergi : Disangkal
e. Riwayat DM : Disangkal
f. Riwayat jantung : Disangkal
g. Riwayat ginjal : Disangkal
h. Riwayat Keganasan : Disangkal
13. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama suami dan satu anaknya. Pasien merupakan
seorang ibu rumah tangga. Kebutuhan sehari-hari pasien dicukupi dari
suaminya. Pasien berobat ke RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dengan
menggunakan BPJS PBI. Pasien makan 3x dalam sehari dengan nasi, lauk
pauk dan sayur. Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman
keras.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum/ kesadaran : Baik / composmentis
2. Tanda vital
a. Tekanan darah : 142/88 mmHg
b. Denyut nadi : 85 x/menit
c. Laju pernapasan : 20 x/menit
d. Suhu : 36.4 C
e. SpO2 : 99% room air
3. Antropometri
a. BB sebelum hamil : 70 kg
b. BB saat hamil : 75 kg
c. TB : 158 cm
d. IMT sebelum hamil : 28.0 kg/m2 (overweight)
e. IMT saat hamil : 30.0 kg/m2
f. LILA : 25 cm
4. Status generalis
a. Kepala : Mesocephal
b. Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
c. Hidung : Discharge (-/-), nafas cuping hidung (-)
d. Telinga : Discharge (-/-)
e. Mulut : Sianosis (-), mukosa basah (+)
f. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB
g. Toraks
1) Paru-paru
a) Inspeksi : Simetris (+), retraksi (-)
b) Palpasi : Vocal fremitus (+/+)
c) Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
d) Auskultasi : SDV (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
2) Jantung
a) Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi
(1) Ictus cordis teraba
(2) Tidak kuat angkat
(3) Teraba pada SIC 5, 2 jari medial LMS
c) Perkusi
(1) Batas kanan atas SIC II LPD
(2) Batas kanan bawah SIC IV LPD
(3) Batas kiri atas SIC II LPS
(4) Batas kiri bawah SIC V LMS
d) Auskultasi : S1>S2 reguler, murmur (-/-), gallop (-/-)
h. Abdomen
1) Inspeksi : Cembung gravid, linea nigra (+), striae gravidarum
(+)
2) Auskultasi : Bising usus (sdn)
3) Perkusi : Pekak janin
4) Palpasi : Nyeri tekan (-), organomegali (sdn)
i. Ekstremitas
1) Superior : Edema (-/-), hangat (-/-), CRT <2 detik
2) Inferior : Edema (-/-), hangat (-/-), CRT <2 detik
5. Status lokalis
a. Pemeriksaan Obstetri
1) Palpasi
a) Leopold I : Teraba 1 bagian lunak, bulat, tidak
melenting (kesan bokong, presentasi kepala)
b) Leopold II : Teraba tahanan memanjang di sisi kiri ibu
dan bagian kecil di sisi kanan (kesan punggung bayi di
kanan ibu)
c) Leopold III : Teraba bagian bulat keras, melenting,
immobile (kesan kepala sudah masuk PAP)
d) Leopold IV : Jari pemeriksa membentuk sudut divergen
e) TFU : 28 cm
2) TBJ : (TFU - N) x 155 = (30-12) x 155 = 2 480 gr
3) DJJ : 12, 11, 12, regular = 140 x /menit
4) Perlimaan : 3/5
5) His : 2x/10’/20” kuat
b. Pemeriksaan Genitalia Eksterna
1) Inspeksi
a) Monspubis : Distribusi normal (+), lesi (-)
b) Labia mayor : Massa (-), lesi (-), hiperemis (-)
c) Labio minor : Massa (-), lesi (-), hiperemis (-)
d) Kelenjar Bartholin : Edema (-), hiperemis (-)
e) Introitus vagina : Bloody show (-), massa (-), luka (-)
2) Palpasi
a) Kelenjar Bartholin : Benjolan (-), nyeri tekan (-)
c. Pemeriksaan dalam
1) Vulva : Laserasi (-), peradangan (-)
2) Vagina : Licin (+), ruggae (+), massa (-)
3) Portio : Terletak mid, konsitensi lunak, teraba tipis,
pembukaan 2
4) Kulit ketuban : Utuh, presentasi kepala
5) Presentasi janin : Ubun-ubun kecil, presentasi belakang
kepala
6) Penurunan bagian terbawah janin : Setinggi spina ischiadica,
hodge 3, station 2
d. Luas panggul
1) Conjugata diagonalis : sulit dinilai, conjugata vera:sulit
dinilai
2) Linea terminalis : Teraba 1/3 bagian
3) Spina ischiadica : Tidak menonjol
4) Kelengkunagn sacrum : Cukup
5) Os Coccygeus : Mobilitas cukup

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Lengkap
Laboratorium RSMS 02 Agustus 2023
Komponen Hasil Normal
Hemoglobin 12.2 g/dL 10.9-14.9 g/dL
Leukosit 11030 /mm3 4790-11340 /mm3
Hematokrit 37 % 34-45 %
Eritrosit 103/μL 4.11-5.55 x 106/uL
Trombosit 225000 /mm3 216000-451000 /uL
MCV 80.6 fL 71.8-92.0 fL
MCH 27.2 pg 26-31.0 pg
MCHC 31.6 g/dL 30.8-35.2 g/dL
MPV 10.3 fL 9.4-12.2 fL
Hitung jenis
Basofil 0.0 % 0-1 %
Eosinofil 1.3 % 0.7-5.4 %
Batang 0.1% 3-5 %
Segmen 66.6% 0-70 %
Limfosit 25.5 % 20.4-4.6 %
Monosit 6.5 % 3.6-9.9 %
Neutrofil 66.7 % 42.5-71.0 %
PT 11.9 detik 9.9-15.1 detik
APTT 29.7 detik 25.0-31.3 detik

GDS 72
SGOT 15
SGPT 6
Ureum 11.07
Creatinin 0.61
Albumin 3.42
Natrium 138
Kalium 3.9
Kalsium 8.7
Klorida 111
LDH 199
HBsAg Non Reaktif

Urinalisis
Bakteria 1 – 10
Leukosit 2–5
Nitrit Negatif
Protein urin Negatif

2. USG

Interpretasi:
Janin tunggal hidup intra uterin, presentasi kepala, biometri sesuai usia
kehamilan 35 minggu 3 hari, EFW 2689, FHR (+), FM (+), Plasenta
berinsersi di fundus, air ketuban cukup, SDP 5.8 cm
3. CTG
Interpretasi :
a. Baseline : 140 – 150 bpm
b. Variabilitas : > 5 bpm
c. Akselerasi : (+)
d. Deselerasi : (-)
e. Kesan : CTG Kategori I

E. Diagnosa
Gravida 2 Para 1 Abortus 0 Usia 30 Tahun Hamil 38 Minggu 3 Hari Janin
Tunggal Hidup Intra Uterine, Presentasi Kepala, Punggung Kiri, Sudah Masuk
Pintu Atas Panggul, Dalam Persalinan Kala 1 Fase Laten; Hipertensi
Gestasional

F. Perkembangan Pasien
Tanggal Jam Hasil Pemeriksaan Sikap/Tindakan
02/08/202 14.00 S: Kenceng-kenceng mulai - Observasi
3 teratur, keluar air ketuban (-), persalinan
keluar lendir darah (-) pervaginam
- Pengosongan
O: kandung kemih
TD: 140/80 mmHg - IVFD RL 20
N: 80 x /menit tpm
RR: 20 x/menit
S: 36.5o C
SpO2: 99% room air

Kontraksi 2x/10'/20"
DJJ 142-146 x/menit
Teraba 3/5 bagian
Pembukaan 2 cm, preskep
KK (+)
Bishop score 4
18.00 S: Kenceng-kenceng mulai - Vaginal Touche
teratur, keluar air ketuban (-), - Observasi
keluar lendir darah (+) persalinan
pervaginam
O: - Pengosongan
TD: 145/87 mmHg kandung kemih
N: 89 x /menit - IVFD RL 20
RR: 20 x/menit tpm
S: 36.5o C
SpO2: 99% room air

Kontraksi 2x10’/10”
DJJ 130 – 134 x/menit
Teraba 3/5 bagian
Pembukaan 3 cm, preskep
KK (+)
Bishop Score 5
22.00 S: Kenceng-kenceng mulai - Vaginal Touche
teratur, keluar air ketuban (-), - Observasi
keluar lendir darah (+) persalinan
pervaginam
O: - Pengosongan
TD: 142/85 mmHg kandung kemih
N: 89 x /menit - IVFD RL 20
RR: 20 x/menit tpm
S: 36.5o C
SpO2: 99% room air

Kontraksi 3x10’/40”
DJJ 140 – 144 x/menit
Teraba 2/5 bagian
Pembukaan 5 cm, preskep
KK (+)
22.30 S: Kenceng-kenceng mulai - Observasi
teratur, keluar air ketuban (-), persalinan
keluar lendir darah (+) pervaginam
- Pengosongan
O: kandung kemih
N: 90 x/menit - IVFD RL 20
DJJ: 140 – 144 x/menit tpm
His: 3x10’/40”
23.00 S: Kenceng-kenceng mulai
teratur, keluar air ketuban (-),
keluar lendir darah (+)

O:
N: 96 x/menit
DJJ: 140 – 144 x/menit
His: 3x10’/40”
23.30 S: Kenceng-kenceng mulai
teratur, keluar air ketuban (-),
keluar lendir darah (+)

O:
N: 87 x/menit
DJJ: 150 – 154 x/menit
His: 3x10’/40”
00.00 S: Kenceng-kenceng mulai
teratur, keluar air ketuban (-),
keluar lendir darah (+)

O:
N: 87 x/menit
DJJ: 150 – 154 x/menit
His: 3x10’/40”
00.30 S: Kenceng-kenceng mulai
teratur, keluar air ketuban (-),
keluar lendir darah (+)

O:
N: 87 x/menit
DJJ: 156 – 160 x/menit
His: 3x10’/40”
01.00 S: Kenceng-kenceng mulai
teratur, keluar air ketuban (+),
keluar lendir darah (+)

O:
N: 87 x/menit
DJJ: 140 – 144 x/menit
His: 3x10’/40”
01.30 S: Kenceng-kenceng mulai
teratur, keluar air ketuban (-),
keluar lendir darah (+)

O:
N: 87 x/menit
DJJ: 130 – 134 x/menit
His: 3x10’/40”
03/08/202 02.00 S: Kenceng-kenceng teratur,
3 keluar air ketuban (+) jernih,
keluar lendir darah (+)

O:
TD: 139/82 mmHg
N: 79 x /menit
RR: 20 x/menit
S: 36.5o C
SpO2: 99% room air

Kontraksi 4x10’/40”
DJJ 156 – 160 x/menit
Teraba 0/5 bagian
Pembukaan 8 cm, preskep
KK (-)
02.30 S: Kenceng-kenceng mulai
teratur, keluar air ketuban (-),
keluar lendir darah (+)

O:
N: 90 x/menit
DJJ:130 – 14 x/menit
His: 4x10’/40”
03.00 S: Kenceng-kenceng teratur, - Vaginal Touche
keluar air ketuban (+) jernih, - Pimpin
keluar lendir darah (+) persalinan

O:
TD: 139/82 mmHg
N: 79 x /menit
RR: 20 x/menit
S: 36.5o C
SpO2: 99% room air

Kontraksi 4x10’/40”
DJJ 156 – 160 x/menit
Teraba 0/5 bagian
Pembukaan 10 cm, preskep
KK (-)
03.15 Lahir bayi laki-laki, pukul - Manajemen
03.00 aktif kala III
BBL: 2990 gr - Inj oksitosin
TB: 47 cm 1amp
- Peregangan tali
APGAR 8/9/10 pusat terkendali
- Masase uteru
Para 2 Abortus 0 Usia 30 tahun partus matures spontan; hipertensi
gestasional
03/08/202 03.30 TD: 147/85 mmHg - Manajemen
3 N: 107 x/menit aktif kala IV
TFU 2 jari di bawah umbilicus - Cefixime
Kontraksi adekuat 2x200mg PO
Kandung kemih terpasang - Asam
kateter mefenamat
Perdarahan 5 cc 3x500mg PO
03.45 TD: 141/85 mmHg - Adfer 1x1 PO
N: 87 x/menit - Vit A
TFU 2 jari di bawah umbilicus 1x200.000 IU
Kontraksi adekuat PO
Kandung kemih terpasang
kateter
Perdarahan 5 cc
04.00 TD: 139/90 mmHg
N: 101 x/menit
TFU 2 jari di bawah umbilicus
Kontraksi adekuat
Kandung kemih terpasang
kateter
Perdarahan 5 cc
04.15 TD: 147/86 mmHg
N: 90 x/menit
TFU 2 jari di bawah umbilicus
Kontraksi adekuat
Kandung kemih terpasang
kateter
Perdarahan 5 cc
04.45 TD: 147/85 mmHg
N: 107 x/menit
TFU 2 jari di bawah umbilicus
Kontraksi adekuat
Kandung kemih terpasang
kateter
Perdarahan 5 cc
05.15 TD: 147/85 mmHg
N: 107 x/menit
TFU 2 jari di bawah umbilicus
Kontraksi adekuat
Kandung kemih terpasang
kateter
Perdarahan 5 cc
12.00 S: Nyeri Aff infus

O:
TD: 130/86 mmHg
N: 89 x /menit
RR: 18 x/menit
S: 36.5o C
SpO2: 99% room air

Conjungtiva anemis (-/-)


ASI (+/+)
Abdomen: TFU 2 jari di bawah
pusat, kontraksi uterus baik
Perdarahan per Vaginam (-)
BAK (+) spontan
04/08/202 07.00 Boleh pulang
3
III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi wanita yang tebal dan terdiri atas
ruangan muskular dengan bagian yang terhubung dengan vagina dan tuba
fallopi. Uterus (rahim) berfungsi menerima blastokista yang berkembang dari
oosit dan menyediakan tempat untuk implantasi. Perkembangan prenatal
terjadi di dalam uterus sampai masa gestasi tuntas. Uterus juga berfungsi aktif
dalam proses kelahiran bayi (Kent, 2008).

Gambar 3.1 Anatomi Uterus (Britannica, 2012).

Uterus adalah organ berongga, berdinding tebal, berotot dan berbenuk


seperti buah pear. Uterus berada dekat dasar panggul, bagian anterior ke arah
rektum dan bagian posterior ke arah vesica urinaria. Panjang uterus pada saat
tidak hamil ialah sekitar 7 cm, lebar sekitar 5 cm, dan diameter sekitar 2.5 cm.
Region anatomi uterus dibagi menjadi 3: 1) fundus uteri, bagian superior yang
berbentuk kubah dan berhubungan dengan tuba uteri; 2) korpus uteri,
merupakan bagian utama yang membesar pada saat hamil; 3) serviks uterus,
bagian inferior yang membuka menuju vagina. Sambungan antara kanalis
servikalis menuju vagina disebut ostium uterine (Kenneth, 2008).
Dinding uterus terdiri atas tiga lapisan, yakni perimetrium, miometrium,
dan endometrium. Perimetrium merupakan lapisan terluar yang berhubungan
dengan ligamentum latum, terdiri atas sel-sel epitel pipih selapis. Miometrium
terdiri atas tiga lapisan tebal otot polos yang sukar dibedakan, tersusun
membentuk susunan longitudinal, sirkular, dan spiral. Selama proses
melahirkan, otot-otot miometrium memegang peran oleh kontraksinya yang
kuat. Endometium, lapisan mukosa terdalam, memiliki 2 lapisan yang
berbeda. Stratum fungsionale, terdiri atas sel epitel kolumnar dan mengandung
kelenjar sekretorik, dapat terlepas pada saat menstruasi normal dan dapat
terbentuk kembali dengan rangsangan hormon steroid ovarium. Lapisan yang
lebih dalam, stratum basale, kaya akan vaskularisasi dan berfungsi
meregenerasi stratum fungsionale setelah menstruasi (Kenneth, 2008).
Uterus mendapatkan suplai darah melewati arteri uterina, yang muncul
dari arteri iliaca interna, dan melalui percabangan uterus dari arteri ovarian.
Darah dari uterus kembali melewati vena uterine yang paralel dengan susunan
arterinya. Uterus mendapat inervasi simpatis dan parasimpatis melalui pleksus
hipogastrik. Kedua inervasi otonom ini menginervasi pembuluh darah uterus,
sedangkan otot-otot polos miometrium menerima hanya inervasi simpatis
(Kent, 2008).

B. Definisi Hipertensi dalam Kehamilan


Penyakit hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai kelainan
pembuluh darah yang terjadi sebelum kehamilan atau muncul dalam
kehamilan atau pada masa nifas. Kasus hipertensi dalam kehamilan masih
sering ditemui pada masyarakat dan masih merupakan salah satu penyebab
dari kematian ibu. Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun
masih jauh dari target MDGs (sekarang SDGs) tahun 2015. Hipertensi dalam
kehamilan juga dapat menjadi penyebab dari kelahiran mati dan kematian
perinatal yang disebabkan akibat partus prematur. (Sari, Rahayujati and
Hakimi, 2018).
Dikatakan hipertensi dalam kehamilan apabila tekanan darah ibu mencapai
140 mmHg atau lebih setelah kehamilan berumur 20 minggu pada wanita yang
sebelumnya normotensif, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan
tekanan diastolik 15 mmHg diatas nilai normal. Hipertensi ini merupakan
salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang sering kali muncul selama
masa kehamilan dan dapat juga menyebabkan komplikasi pada 2- 3%
kehamilan. Selain itu hipertensi pada kehamilan juga masih merupakan
sumber utama penyebab kematian pada ibu. (Imaroh, Nugraheni and
Dharminto, 2018)
Hipertensi dalam kehamilan dianggap sebagai komplikasi obstetrik karena
dapat merugikan ibu hamil. Beberapa kasus dapat menghasilkan morbiditas
atau kematian pada ibu, namun ada pula beberapa kondisi ibu yang memiliki
efek buruk bagi janin, yaitu abrupsio plasenta, gagal ginjal akut, pendarahan
intraserebral dan edema paru. Demi keselamatan ibu diperlukan rencana untuk
melahirkan lebih awal, kelahiran dini ini dapat menyelamatkan ibu namun
dapat juga meningkatkan risiko pada bayi. Selanjutnya dokter kandungan
harus menentukan apakah lebih baik untuk melanjutkan kehamilan atau segera
melahirkan. (Alatas, 2019).

C. Epidemiologi Hipertensi dalam Kehamilan


Berdasarkan data pada WHO angka kematian ibu hamil akibat
hipertensi mencapai 14% dari seluruh kasus kematian ibu hamil, didapatkan
jumlah kematian ibu hamil di dunia sekitar 210 kematian pada tahun 2013
(Basri, Akbar and Dwinata, 2018). Angka Kematian Ibu (AKI) saat persalinan
di Indonesia sendri telah menduduki posisi tiga tertinggi di kawasan Asia
Selatan dan Asia Tenggara. Berdasarkan data yang didapat dari Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, AKI di Indonesia telah
mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)
mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup. (Sari, Rahayujati and Hakimi, 2018).
Jumlah ibu hamil yang menderita hipertensi terbesar pada daerah kawasan
Indonesia bagian timur adalah Provinsi Sulawesi Selatan dengan angka 95
orang ibu hamil. Pada tahun 2009 di Makassar, penyebab kematian maternal
terbesar kedua adalah HDK dengan presentase sebesar 33,3%, Berdasarkan
data pada Dinas Kesehatan Kota Makassar didapatkan jumlah kasus HDK
yaitu 73 orang ibu hamil dari seluruh laporan puskesmas yang ada di Kota
Makassar. (Basri, Akbar and Dwinata, 2018).

D. Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan


Klasifikasi berikut merupakan klasifikasi yang paling umum dipakai saat
ini (Saifuddin, 2010):
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan
20 minggu atau sudah ada sebelum kehamilan. Hipertensi yang menetap
lebih dari 6 minggu pascapersalinan juga diklasifikasikan sebagai
hipertensi kronis. Tanda gejala dari hipertensi kronis adalah tekanan darah
tinggi yang ditemukan pada usia kehamilan < 20 minggu, tidak terdapat
proteinuria.
2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria. Tanda gejala dari preeklampsia adalah
Tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90 mmHg pada kehamilan > 20
minggu, Proteinuria >1+, Nyeri kepala, penglihatan kabur, oliguria
(produksi urine < 500cc/24 jam), nyeri abdomen kuadran atas, oedema
Paru. 13
3. Eklampsia adalah preeklampsi yang disertai dengan kejang-kejang
dan/atau koma.
4. Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed upon
chronic hypertension) adalah hipertensi kronik disertai tandatanda
preeklampsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.
5. Hipertensi gestasional disebut juga transient hypertension adalah
hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan
dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.

E. Definisi Hipertensi Gestasional


Hipertensi gestasional merupakan tekanan darah tinggi yang terjadi saat
hamil pada tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolic ≥ 90 mmHg dan
biasa terjadi setelah usia 20 minggu kehamilan yang tidak disertai proteinuria.
Ibu hamil kemungkinan mengalami sakit kepala, penglihatan kabur, trombosit
rendah dan tes fungsi hati abnormal (ACOG, 2020).

F. Etiologi dan Patogenesis


Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui
dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi
dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori yang dianggap mutlak benar.
Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah (Prawirohardjo, 2010) :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya.
Lapisan otot arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi, dan
terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah utero
plasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak
iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat
menjelaskan patogenesis hipertensi dalam kehamilan selanjutnya.
2. Teori iskemia plasenta
Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam
kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, dengan akibat
plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan
hipoksia akan menghasilkan oksidan (radikal bebas).
Salah satu oksidan penting yang dihasilkan iskemia plasenta adalah
radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel
endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel,
yang mengandung banyak asam lemak tidak jernih menjadi peroksida
lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membran sel, juga akan
merusak nukleus dan protein sel endotel.
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Faktor imunologik berperan terhadap terjadinya hipertensi dalam
kehamilan dengan fakta sebagai berikut :
a) Primigravida mempunyai resiko lebih besar terjadinya hipertensi
dalam kehamilan jika dibandingkan dengan multigravida.
b) Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai resiko lebih
besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan
suami yang sebelumnya.
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya
“hasil konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human
leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam
modulasi respon imun, sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi
(plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin
dari lisis oleh natural killer cell (NK) ibu. Selain itu, adanya HLA-G akan
mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu, jadi
HLA-G merupakan prokondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam
jaringan desidua ibu disamping untuk menghadapi sel natural killer. Pada
plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan HLA-G.
Berkurangnya HLA-G di desidua didaerah plasenta, menghambat invasi
trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan
desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga mempermudah terjadinya
reaksi inflamasi kemungkinan terjadi immune-maladaptation pada
preeklampsia.

Menurut Granger et al., (2001) patofisiologi hipertensi dalam


jehamilan dapat digambarkan sebagai berikut :
G. Faktor Risiko
Hipertensi dalam kehamilan merupakan gangguan multifaktorial, dimana
terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, yaitu:
1. Usia Ibu
Usia ialah salah satu penyebab kematian maternal, pada usia yang
kurang dari 20 tahun dapat menyebabkan hipertensi pada kehamilan
dikarenankan ukuran uterus yang belum mencapai ukuran yang normal
untuk kehamilan sehingga meyebabkan gangguan kehamilan. Sedangkan
usia lebih dari 35 tahun dapat menyebabkan hipertensi pada kehamilan
dikarenakan proses degenerative yang menyebabkan perubahan pada
structural serta fungsional pada pembuluh darah perifer yang membuat ibu
hamil lebih rentan terkena. Dibandingkan ibu hamil yang berusia normal
sekitar usia 20-30 tahun (Ryska Andarista Ayu Ningtias, 2021).
2. Paritas
Paritas ialah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang
dilahirkan, yang dapat menyebabkan hipertensi pada ibu hamil. Karena ibu
yang baru pertama menghadapi kehamilan merasa cemas dan mudah
khawatir dalam kehamilannya sehingga menyebabkan tekanan darah
menjadi naik. Paritas anak kedua dan ketingga merupakan paritas paling
aman dibandingkan dengan paritas lebih dari 3 mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi (Yani, 2020).
Salah satu determinan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
HDK adalah paritas. Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai
banyak risiko terhadap kehamilan selanjutnya. Kehamilan lebih dari empat
kali atau grande multipara bisa menyebabkan beragam komplikasi
kehamilan yang akan dialami oleh si ibu, salah satunya hipertensi dalam
kehamilan. Setiap kehamilan akan terjadi peregangan rahim, jika
kehamilan berlangsung terus menerus maka rahim akan semakin melemah
sehingga dikhawatirkan akan terjadi komplikasi pada saat kehamilan,
persalinan, bahkan pasca bersalin (Nurfatima et al. 2020).

3. Stress
Stress ialah salah satu penyebab hipertensi pada ibu hamil pada
kehamilan pertama 3,9% resiko terjadi hipertensi, kehamilan kedua 1,7%
dan kehamilan ketiga 18%. Efek kehamilan secara fisiologis seperti
perubahan suasa hati akibat adanya perubahan hormone, kelelahan, sakit
punggung, kekhawatiran yang muncul terhadap kehamilan dan persalinan
yang sering ibu primigravida yang merupakan keadaan yang menimbulkan
stress (Ningsih and Restu, 2018).
Stress merupakan faktor resiko terhadap terjadinya preeklamsia.
Stres memicu kejadian preeklamsia melalui beberapa mekanisme yaitu
Stres akan mengaktifkan hipotalamus, kemudian melepaskan rantai
peristiwa biokimia yang mengakibatkan desakan adrenalin dan non
adrenalin ke dalam sistem, dan setelah itu diikuti oleh hormon kortisol
(Husaidah, Ikhtiar, and Nurlinda, 2019).
Ibu hamil yang stress tetapi tidak mengalami preeklamsia
mendapatkan dukungan keluarga yang baik. Dimana terdapat hormon
bahagia meningkat dan hormonkortisil menurun. Hal ini lah yang
membuat ibu hamil merasa tenang dalam menjalankan kehidupan sehari-
hari sehingga jarang merasa khawatir. Dengan adanya dukungan dari
keluarga, keluarga dapat membantu ibu hamil untuk terhindar dari
penyakit hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia) antara lain dalam
mengatur pola makan yang sehat, mengajak olahraga bersama, menemani
dan mengingatkan untuk rutin dalam memeriksa tekanan darah. Ibu hamil
akan berfikir bahwa keluarga mereka masih peduli akan kehidupannya
terutama dalam segi kesehatan serta memberikan motivasi kepada ibu
untuk menjaga kehamilannya, dan mendampingi ibu saat memeriksakan
kehamilan. Hal tersebut tentunya akan membuat ibu hamil lebih terjaga
dan menjadi agak lebih tenang (Husaidah and Nurbaiti, 2020).
4. Obesitas
Obesitas ialah salah satu penyebab terjadi hipertensi karena faktor
gaya hidup yang tidak sehat, tidak bisa mengontrol makan atau sembarang
memakan makanan. Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah
gizi karena kelebihan kalori, kelebihan gula, dan garam yang bisa menjadi
faktor terjadinya berbagai jenis penyekit degeratif, seperti diabetes
mellitus, hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung coroner, dan
berbagai jenis penyakit lainnya. Adapun klasifikasi IMT indeks massa
tubuh ialah (Isnaniar, Norlita, and Safitri, 2019)
Obesitas terjadi akibat adanya ketidakseimbangan energi dalam
kurun waktu lama, yakni pengeluaran energi lebih kecil dibandingkan
dengan jumlah energi yang dikomsumsi. Asupan energi yang berlebihan,
atau kombinasi dari kedua faktor tersebut menyebabkan keseimbangan
energi menuju kearah positif. Kelebihan berat badan dan obesitas bukan
hanya akibat pola makan yang buruk saja. Ketimpangan dalam masukan
dan pemakaian kalori dapat disebabkan oleh banyak faktor. Faktor- faktor
tersebut genetik, metabolik, perilaku dan lingkungan. Interaksi berbagai
faktor tersebut. Secara kronis, akan menjadi penyebab obestitas (Silaban
and Rahmawati, 2021).
Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi karena
kelebihan kalori, kelebihan gula dan garam yang bisa menjadi faktor risiko
terjadinya.
hipertensi pada ibu hamil. Hal tersebut berkaitan dengan adanya
timbunan lemak berlebih dalam tubuh. Obesitas diartikan sebagai suatu
keadaan dimana terjadi penimbunan lemak yang berlebihan di jaringan
lemak tubuh dan dapat mengakibatkan terjadinya beberapa penyakit.
Terjadinya resistensi leptin merupakan penyebab yang mendasari beberapa
perubahan hormonal, metabolik, neurologi dan hemodinamik pada
hipertensi dengan obesitas. Ibu hamil yang mempunyai IMT ≥ 30 memiliki
risiko lima kali lebih besar untuk menderita hipertensi saat hamil
dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai IMT underweight
(IMT<18,5) dan normal (IMT 18,5-24,9) (Harsiwi, 2021).
5. Riwayat Hipertensi
Salah satu penyebab tejadinya hipertensi karena ibu pernah
mengalami hipertensi sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20
minggu. Ibu yang mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih besar
mengalami preeklampsi, serta menigkatkan morbiditas dan mortalitas
maternal dan neonatal lebih tinggi (Naibaho, 2021).
Hipertensi yang diderita sebelum kehamilan mengakibatkan
gangguan/ kerusakan pada organ-organ penting tubuh. Kehamilan itu
sendiri membuat berat badan naik sehingga dapat mengakibatkan
gangguan/ kerusakan yang lebih parah, yang ditunjukkan dengan edema
dan proteinuria (Utami, Utami, and Siwi 2020).
Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi
sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang
mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih besar mengalami
preeklampsia, srta meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan
neonatal lebih tinggi (Sukmawati, 2018).
6. Aktivitas
Aktivitas fisik ialah seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan
peredaran darah, begitu juga bila terjadi pada ibu hamil akan mengalami
perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan (Egan, 2017).
Dengan melakukan Aktivitas fisik secara teratur dapat membantu
kinerja jantung menjadi lebih baik. Sesorang yang sering melakukan
aktivitas fisik biasanya memiliki tekanan darah yang lebih rendah. Mereka
yang sering melakukan aktivitas mempunyai fungsi otot dan sendi yang
lebih baik, karena organ organnya lebih kuat dan lentur (Elsanti and
Yulistika, 2016).
Aktivitas fisik yang dilakukan selama masa kehamilan dapat
membantu menjaga berat badan yang sehat. Aktivitas fisik yang teratur
juga bisa membantu mengurangi resiko tekanan darah tinggi. Melakukan
aktivitas selama kehamilan juga dapat memberikan manfaat tambahan
sepertu, mengurangi keluhan kehamilan secara umum, seperti bengkak
pada kaki, nyeri punggung dan kelelahan. Bahkan beberapa penelitian
menunjukkan bahwa perempuan yang berolahraga selama kehamilan
memiliki komplikasi persalinan lebih sedikit daripada tidak berolahraga
(Rihiantoro and Widodo, 2018).

H. Penegakkan Diagnosis
Penegakkan diagnosis hipertensi gestasional dapat dilakukan dengan
melakukan (Hidayat, 2014):
1. Anamnesis
a. Pada pemeriksaan ANC sebelumnya (sebelum usia kehamilan <12
minggu) tidak didapatkan tekanan darah >140/90mmHg
b. Tidak memiliki Riwayat hipertensi sebelum hamil
c. Terdapat keluarga yang mengalami hipertensi gestasional
d. Dapat disertai tanda gejala preeklampsia seperti nyeri ulu hati
e. Biasanya pada wanita usia di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun
f. Biasanya terjadi pada ibu hamil primigravida, kehamilan ganda,
hidramnion, dan molahidatidosa
2. Pemeriksaan Fisik
a. Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami kelemahan
pada keadaan umum
b. Pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan tekanan darah
darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg.
c. Pada pemeriksaan janin biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa
terjadi bunnyi jantung janin yang tidak teratur dan gerakan janin yang
melemah
d. Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan bisa ditemukan
edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap dapat terjadi penurunan hemoglobin,
peningkatan hematokrit, dan penurunan trombosit
b. Urinalisis untuk memastikan terjadi proteinuria atau tidak
c. Radiologi Ultrasonografi dapat ditemukan retardasi pertumbuhan
janin intrauterus
d. Kardiotografi dapat diketahui denyut jantung janin lemah

I. Diagnosis Banding
Hipertensi dalam kehamilan dapat dibedakan melalui table berikut :

Gambaran Klinis Hipertensi Hipertensi Preeklampsia


Kronis Gestasional
Saat Muncul Kehamilan <20 Biasanya Kehamilan >20
minggu trimester III minggu
Derajat Hipertensi Ringan-berat Ringan Ringan-berat
Proteinuria Tidak ada Tidak ada Biasanya ada
Hemokonsentrasi Tidak ada Tidak ada Ada pada PEB
Trombositopenia Tidak ada Tidak ada Ada pada PEB
Disfungsi hati Tidak ada Tidak ada Ada pada PEB

J. Penatalaksanaan
Hipertensi pada kehamilan harus dikelola dengan baik agar dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu / janin, yaitu dengan
menghindarkan ibu dari risiko peningkatan tekanan darah, mencegah
perkembangan penyakit, dan mencegah timbulnya kejang dan pertimbangan
terminasi kehamilan jika ibu atau janin dalam keadaan bahaya.
Obat yang umum digunakan dalam pengobatan hipertensi pada kehamilan
adalah labetalol, methyldopa, nifedipine, clonidine, diuretik, dan hydralazine.
Labetalol adalah obat yang paling aman. Diuretik dan CCB (nifedipine)
mungkin aman tetapi data minimal dan tidak digunakan sebagai firstline drug.
Menurut ACC/AHA 2017 dan ESC/ESH 2018 obat antihipertensi pada
kehamilan yang direkomendasikan hanya labetalol, methyldopa dan
nifedipine, sedangkan yang dilarang adalah ACE inhibitor, ARB dan direct
renin inhibitors (Aliskiren) (Alatas 2019).
Guideline ESH/ESC 2018 menyarankan tekanan darah sistolik ≥ 140 atau
diastolik ≥ 90 mmHg tetapi pada kasus-kasus tertentu disarankan pada tekanan
darah sistolik ≥ 150 atau diastolik ≥ 95 mmHg. Pada tekanan darah sistolik ≥
170 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg pada wanita hamil dianggap emergensi
dan diperlukan rawat inap di rumah sakit (Regitz-Zagrosek, 2018). Pada
hipertensi krisis dengan kehamilan obat yang direkomendasikan labetalol IV,
nicardipine IV, magnesium. Pada pre-eklampsia yang disertai odema paru obat
yang direkomendasikan nitroglycerin infus (Williams et al., 2018).
Obat antihipertensi oral golongan ACE dan ARB yang tidak boleh
dibrikan pada kehamilan:

Rekomendasi klinis manajemen hipertensi pada kehamilan (Leeman et al.,


2016):
1. Wanita dengan hipertensi gestasional atau pre-eklampsia ringan sebaiknya
merencanakan persalinan pada minggu ke-37 kehamilan.
2. Magnesium sulfat lebih efektif daripada diazepam (valium) atau phenytoin
(dilatin) dalam mencegah kejang eklampsia dan menurunkan mortaliti ibu
hamil.
3. Intravenous labetalol atau hydralzine atau oral nifedipine boleh digunakan
untuk mengobati hipertensi parah selama kehamilan.
4. Wanita pre-eklampsia berat pada minggu 24-34 kehamilan dirawat dan
dipantau ketat untuk mengurangi komplikasi neonatal dan tinggal di ICU.
5. Aspirin dosis rendah dapat berdampak kecil sampai menengah dalam
mencegah pre-eklampsia.
6. Suplemen kalsium dapat mengurangi insiden hipertensi, pre-eklampsia dan
mortaliti wanita dengan intake rendah kalsium. Tetapi, wanita USA dan
negara maju tidak terlalu berpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA

ACOG Practice Bulletin. 2020. Gestational Hypertension And Preeclampsia:


ACOG Practice Bulletin, Number 222.Obstet Gynecol;135(6): E237.
Alatas, H. 2019. Hipertensi Pada Kehamilan. Herb-Medicine Journal Vol. 2, No. 2
Egan, B. M. 2017. Physical Activity And Hypertension.
Granger, J.P., Barbara T.A., William A.B., Raouf. 2001. Pathophysiology of
Pregnancy-Induced Hypertension. American Jpurnal of Hypertension.
Vol.14(6):176-186
Isnaniar, W. N. 2019. Pengaruh Obesitas Terhadap Kejadian Hipertensi Dalam
Masa Kehamilan Di Puskesmas Harapan Raya Pekan Baru
Kenneth S. S. 2008. Human Anatomy. 2nded. The Mcgraw-Hill; P749- 758
Kent M. Van De Graff. 2008. Human Anatomy. 6thed. The Mcgraw-Hill; 2001
July 28. P726-751
Leeman, L., Dresang, L.T., and Fontaine, P., 2016. Hypertensive disorder of
pregnancy. American Family Physicians. Vol 93 (2): 121-7
Naibabo, F. 2019. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Nunpene Kabupaten Timor Tengan Utara
Tahun 2018.
Ningsih, R. R. 2018. Hubungan Tingkat Stress Dengan Hipertensi Pada Ibu Hamil
Di RSUD MUNTILAN.
Nuraini, B. 2017. RISK FACTORS OF HYPERTENSION Faculty Of Medicine,
University Of Lampung.
Nurfatima, M. S. 2020. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Dalam
Kehamilan Pada Ibu Hamil Trimester III.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Ryska Andarista Ayu Ningtias, T. W. 2021. Hubuangan Usia Ibu Dan Usia
Kehamilan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kehamilan.
Saifuddin, A.B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Williams, B., Mancia, G., Spiering, W., et al., 2018. 2018 ESC/ESH Guidelines
for the management of arterial hypertension. European Heart Journal. Vol
39 (33): 3021-104
Yani Christina, M. D. 2020. Corelaton Of Dietary Habit With Hypertension In
Trimester III Pregnant Women At Puskesmas Batu Aji, Batam City.

Anda mungkin juga menyukai