Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

PLASENTA PREVIA TOTALIS

DISUSUN OLEH :

dr. Nur Harini Purba

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSAU DR MOHAMMAD SUTOMO
KABUPATEN KUBU RAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan


40-60%, infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-30%, sisanya sekitar 5%
disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan
perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat
yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain

plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya.

(Kemenkes RI, 2013).


Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal, sehingga
menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Kasus ini masih menarik
dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor
predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya
andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan
parameter pelayanan kesehatan. Di Indonesia, angka kejadian plasenta previa
sekitar 0,3% sampai 0,6% dari seluruh persalinan. (Manuaba, IBG, 2010).
Mortilitas plasenta previa sebesar 50 per 1000 kelahiran hidup bila dilakukan
penatalaksanaan yang baik. Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan
dengan paritas tinggi dan pada usia di atas 30 tahun, juga lebih sering terjadi pada
kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal. Insidennya pada beberapa Rumah
Sakit Umum Pemerintah, dilaporkan berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Insiden
plasenta previa lebih rendah di negara maju, yaitu kurang dari 1%. (Kurniawan
dan Maulina, 2015).
Plasenta previa pada kehamilan prematur lebih bermasalah karena
persalinan terpaksa; sebagian kasus disebabkan oleh perdarahan hebat, sebagian
lainnya oleh proses persalinan. Prematuritas merupakan penyebab utama kematian
perinatal sekalipun penatalaksanaan plasenta previa sudah dilakukan dengan
benar. Di samping masalah prematuritas, perdarahan akibat plasenta previa akan
fatal bagi ibu jika tidak ada persiapan darah atau komponen darah dengan segera.
BAB II
PENYAJIAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 27 tahun
Alamat : Komplek Megantara no 14
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 178593
Tanggal masuk RS : 6 Juli 2019 pukul 17.30 WIB

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada
keluarga pasien pada tanggal 06 Juli 2019

1. Keluhan Utama
Mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak 1 hari SMRS

2. Riwayat Penyakit Sekarang


G1P0A0 hamil 37-38 minggu mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit. Darah yang keluar berupa flek-flek .
Keluhan tidak disertai mules , keluar lendir disangkal. Keluhan tidak
disertai nyeri pada perut. Keluarnya darah seperti jaringan dan darah beku
disangkal. Gerakan anak masih dirasakan ibu. Pasien menyangkal keluarnya
cairan yang banyak dari jalan lahir. Keluhan ini adalah perdarahan yang
kedua kali dirasakan pasien selama kehamilan ini. Sebelumnya pasien
pernah mengalami hal sama ketika usia kehamilan 32 minggu.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien didiagnosa dengan Plasenta Previa Totalis pada kehamilan 32
minggu saat kontrol rutin kehamilannya dan telah dilakukan USG ulang
untuk mengkonfirmasi pada tanggal 2 Juli 2019 di RS AURI pada saat Poli
Kandungan.
 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat Diabetes melitus disangkal
 Riwayat asma disangkal

4. Riwayat Operasi
Pasien belum pernah dioperasi sebelumnya

5. Riwayat Alergi
 Riwayat Alergi makanan disangkal
 Riwayat alergi obat-obatan disangkal
 Riwayat alergi cuaca disangkal

6. Riwayat Perkawinan
Kawin ke-1, masih kawin, lama kawin 2 tahun

7. Riwayat Haid
Menarche: umur 15 tahun, teratur, tidak nyeri saat haid, lama haid 7 hari,
siklus 28 hari.
HPHT : 03 – 10 – 2018
Taksiran persalinan : 10 - 07 - 2019

8. Riwayat ANC
ANC teratur di Spesialis Sp.OG
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
a. Keadaan Umum : Tidak Tampak Sakit
b. Kesadaran : Kompos mentis
c. Tanda vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/m
Respirasi : 20 x/m
Suhu : 37,2 oC
d. Mata : OD/OS: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik
( - / - ), discharge ( - / - ) pupil isokor
e. Telinga : sekret ( - ), bekuan darah di meatus auricularis ( - )
f. Hidung : deviasi septum ( - ), massa (-/-), sekret ( - )
g. Rongga mulut : lidah kotor ( - ), tonsil T1/T1
h. Leher : deviasi trakea ( - ), pembesaran kelenjar tiroid ( - ),
pembesaran kelenjar getah bening ( - )
i. Wajah : vulnus ( - )
j. Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di SIC V linea
midklavikularis sinistra
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S I, II regular, murmur (-), gallop(-)
Interpretasi : Jantung dalam batas normal
k. Paru : Inspeksi : statis normochest, gerakan simetris
Palpasi : fremitus taktil simetris kiri dan
kanan
Perkusi : sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : vesikular (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Interpretasi : Paru dalam batas normal
l. Ekstremitas: ektremitas atas : akral hangat, edema (-)
ekstremitas bawah : akral hangat, edema pitting (-/-),
Status Obstretri
Pemeriksaan luar
I : cembung (+), abdomen melebar, fundus uteri diatas umbilikus, linea
nigra (+), striae gravidarum (+)
P : TFU 30 cm
Leopold I : teraba bagian besar lunak, presentasi bokong, TFU 30 cm
Leopold II : teraba bagian keras memanjang disisi kiri ibu
Leopold III : teraba bagian besar bulat keras, presentasi kepala
Leopold IV : belum masuk PAP
A : DJJ 140 x / menit, teratur
Pemeriksaan dalam  tidak dilakukan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
HASIL LABORATORIUM tanggal 06 Juli 2019
• Hb : 10,8 gr% • Eritrosit : 3,50 jt/mm3
• Ht : 32 vol% • GDS : 121 mg/dl
• Leukosit : 10.500 /mm3 • BT : 3,30’
• Trombosit : 241.000 /mm3 • CT:6’30”
• HbsAg Rapid: - • Lym/Mid/Gran: 22/7/71
 SGOT/SGPT: 26/23
 Ur/Cr: 38/0,84
HASIL USG:
Keterangan : janin tunggal hidup intrauterin letak oblik
Taksiran Berat janin 3500 gr
Plasenta insersi di corpus post meluas hingga kebawah
hingga Orifisium Uretri Interna
Liquor amnion jumlah cukup
Tidak nampak kelainan kongenital mayor

E. DIAGNOSIS
- G1P0A0 Hamil 37-38 minggu + Plasenta Previa Totalis
F. TATALAKSANA
- Pro - Sectio Secaria
- Ceftriaxone 1 gr IV/12 jam
- Hufabion 1 x 1 tab
-
G. PROGNOSIS
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam

H. LAPORAN SEKSIO SESARIA


- Pasien berbaring terlentang diatas meja operasi dalam anestesi spinal
- Asepsis dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya
- Insisi abdomen
- Setelah peritoneum dibuka,
- SBU disayat, ditembus dan dilebarkan secara tumpul berbentuk elips
- Dengan menarik kepala, dilahirkan bayi laki-laki, pukul 08.45 WIB, BB 3700 gr,
PB 50 cm
- Air ketuban jernih dan tidak berbau
- Lahir plasenta kesan lengkap
- Kedua adneksa dalam batas normal
- Kontrol perdarahan , perdarahan (-)
- Jahit dinding abdomen
- Operasi selesai

Keadaan post operasi:

- Sadar (+), muntah (-), refleks (+), sianosis (-)


- TD 120/85, FN 86 x/menit, FP 16 x/menit, suhu 36,7oC
I. DIAGNOSA POST SC
P1A0 Post SC a/i Plasenta Previa Totalis

J. FOLLOW UP
07 Juli 2019 (Hari Rawat ke-2)
S : Nyeri pada bekas Operasi
O : CM, TD : 110/70 mmHg, HR: 80 x/m, RR: 18 x/m, S: 36,8 C
Mata : CA +/+ , SI -/-
Thorax : suara napas vesikular +/+, Rh -/-, Wh -/-
S1/S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Payudara: ASI (+), puting menonjol
Abdomen : TFU 3 jari dibawah umbilikus
Ekstremitas : akral hangat, edema pitting tungkai bawah (-/-)
Otonom : BAB (-), BAK (+), Flatus (+).
A : P1A0 post SC a/i Plasenta Previa Totalis H+1
P : IVFD RL 30 tpm

Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram iv

Inj. Tramadol 3 x 1 ampul

Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul

08 Juli 2019 (Hari rawat ke-3)


S : Nyeri pada bekas Operasi (+) minimal, Perdarahan per vaginam (-),
minum (+) sedikit, miring kanan kiri (-)
O : CM, TD : 100/70 mmHg, HR: 76 x/m, RR: 20 x/m, S: 36,7 C
Mata : CA +/+ , SI -/-
Thorax : suara napas vesikular +/+, Rh -/-, Wh -/-,S1 S2 regular, murmur
(-), gallop (-)
Payudara: ASI (+), puting menonjol
Abdomen : BU (+) N, NT (-), TFU 3 jari dibawah umbilikus, Kontraksi
(+) baik
Ekstremitas : akral hangat, edema pitting pada kedua tungkai (-/-)
A : P1A0 post SC a/i Plasenta Previa Totalis H+2
P : IVFD RL 30 tpm

Inj. Ceftriaxon 2 x 1 gram iv

Inj. Tramadol 3 x 1 ampul (H-2)

Inj. Ranitidin 2 x 1 ampul

09 Juli 2019 (Hari rawat ke-4)


S : Nyeri pada luka post Operasi (+) minimal, Per darahan per vaginam (-), ,
miring kanan dan kiri (+), duduk (-), Bleeder training (+)
O : CM, TD : 100/70mmHg, HR: 98 x/m, RR: 20 x/m, S: 36,7 C
Mata : CA -/- , SI -/-
Thorax : suara napas vesikular +/+, Rh -/-, Wh -/-,S1 S2 regular, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen : BU (+) N, NT (-)
Ekstremitas : akral hangat, edema pitting pada kedua tungkai (-/-)
A : P1A0 post SC a/i Plasenta Previa Totalis H+3
P : IVFD RL 20 tpm

Yusimox 3 x 500 mg

Mefinal 3 x 1

Hufabion 1 x 1
10 Juli 2019 (Hari rawat ke-5)
S : Nyeri luka post op berkurang, Mobilisasi (+)
O : CM, TD : 100/60mmHg, HR: 80 x/m, RR: 18 x/m, S: 36,2 C
Mata : CA -/- , SI -/-
Thorax : suara napas vesikular +/+, Rh -/-, Wh -/-,S1 S2 regular, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen : supel, BU (+) N, Nyeri post op (+)
Ekstremitas : akral hangat, edema pitting minimal pada kedua tungkai
Hasil Laboratorium:
- Hb: 9,7 gr/dl
- Lekosit: 13.700
- Eritrosit: 3,18 juta/ul
- Trombosit : 280.000/ul
- Hematokrit: 29%
- Lym/Mid/Gran: 13/6/81
A : P1A0 post SC a/i Plasenta Previa Totalis H+4
P : Aff Infus, BLPL

Yusimox 3 x 500 mg

Mefinal 3 x 500 mg

Hufabion 1 x 1

Dermafim 3 x 1 app
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

Seorang wanita, 27 tahun G1P0A0 hamil 37-38 Minggu dengan keluhan


keluar darah dari jalan lahir. Perdarahan Antepartum adalah perdarahan jalan lahir
setelah kehamilan usia 20 minggu dengan insiden 2-5%. (Alamsyah, 2012).
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi
setelah anak plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika
tidak segera mendapatkan penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang
fatal. Salah satu penyebabnya adalah plasenta previa. (Wiknjosastro, 2008)
Berdasarkan laporan World Health Organization, 2008 angka kematian ibu
di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat disebabkan oleh
25% perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15% infeksi, 13% aborsi yang
tidak aman, 12% eklampsi, 8% penyulit persalinan, dan 7% penyebab lainnya.
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda disebut abortus sedangkan pada
kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Yang termasuk perdarahan
antepartum adalah plasenta previa, solusio plasenta dan rupture uteri.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosa keluhan
perdarahan dari jalan lahir di usia kehamilan trimester tiga antara lain
Transabdominal Ultrasonografi, Transvaginal USG, Transperineal USG, MRI,
atau VT dikamar Bedah (jika tidak ada USG).
Pasien wanita, 27 tahun ini sudah pernah didiagnosa dengan Plasenta
Previa Totalis pada saat usia kehamilannya 33-34 minggu kemudian dikonfirmasi
kembali di RSAU pada tanggal 2 Juli 2019 melalui USG transabdominal di Poli
Kandungan. Hasil anamnesis mengarahkan diagnosis pasien ini memang benar
Plasenta Previa yaitu adanya perdarahan jalan lahir berwarna merah segar tanpa
rasa nyeri, tanpa sebab. Terutama pada multigravida pada kehamilan di atas 20
minggu. Tetapi tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada kehamilan
Primigravida. Tanda klasik plasenta previa adalah perdarahan per vaginam yang
tidak menimbulkan nyeri dari trimester kedua sampai aterm. Perdarahan biasanya
tidak berkaitan dengan aktivitas dan dapat terjadi ketika ibu tidur. Perdarahan
awal mungkin sedikit, tetapi seiring kemajuan kehamilan, hemoragi mungkin
akan semakin berat. (Mangkuji, B, et al, 2012). Perdarahan yang terjadi sangat
terkait dengan luas plasenta dan kondisi segmen bawah rahim yang menjadi
tempat implantasi plasenta tersebut. Pada
pemeriksaan fisik, temuan positif yang didapatkan adalah Pasien tampak anemis,
ditemukan flek darah dari jalan lahir yang tidak disertai rasa nyeri, dan dari
pemeriksaan luar dijumpai Bagian terbawah janin belum masuk Pintu Atas
Panggul. Pasien dengan Plasenta Previa Totalis, Bagian terbawah janin biasanya
belum masuk pintu atas panggul. Apabila presentasi kepala, biasanya kepalanya
masih terapung di atas pintu atas panggul atau mengolak ke samping, dan sukar
didorong ke dalam pintu atas panggul. Tidak jarang terdapat kelainan letak janin,
seperti letak-lintang atau letak-sungsang. Sementara itu dapat juga dilakukan
pemeriksaan menggunakan inspekulo. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari
kelainan serviks dan vagina, seperti erosio porsionis uteri, karsinoma porsionis
uteri, polipus servisis uteri, varises vulva, dan trauma. Apabila perdarahan berasal
dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan hemoglobin pasien 10,8 gl/dl dan Ht: 32%.
Ini menandakan pada pasien anemia karena telah terjadi perdarahan yang
diakibatkan oleh Keadaan plasenta Previa Totalis yang dialaminya. Hasil
pencitraan ultrasonografi didapatkan Janin tunggal hidup intrauterine, TBJ 3500
gr, Plasenta di corpus post hingga kebawah hingga OUI, amnion jumlah cukup.
Diagnosis pasti (definite diagnose) ditegakkan dengan menggunakan USG, yang
dapat mengidentifikasi plasenta previa dengan keakuratan 98%. Hasil positif palsu

pada pemeriksaan USG dapat terjadi apabila kandung kemih terdistensi. Menurut
Prawirohardjo dan Winkjoastro (2009), terdapat 4 klasifikasi plasenta previa
yaitu;

- a)  Plasenta previa totalis : Seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta.

- b)  Plasenta previa parsialis : Hanya sebagian dari ostium yang tertutup oleh
plasenta.
- c)  Plasenta previa marginalis : Hanya pada pinggir ostium internum yang
terdapat jaringan plasenta.

- d)  Plasenta letak rendah : Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah


rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih
kurang dari 2cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2cm
dianggap sebagai plasenta letak normal. (Prawirohardjo, S., & Winkjoastro,
2009)

Berdasarkan pemaparan diatas, disimpulkan bahwa pasien didiagnosa


dengan Plasenta Previa Totalis. Terapi yang diberikan antara lain sebagai berikut:
Faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih,
tergantung: klasifikasi plasenta previa, perdarahan banyak atau sedikit tetap
berulang-ulang, keadaan umum ibu hamil, keadaan janin: hidup, gawat, dan
meninggal, pembukaan jalan lahir, paritas, fasilitas penolong dan rumah sakit.
Ada 2 jenis persalinan untuk plasenta previa ini yaitu: persalinan per vaginam dan
persalinan seksio sesarea. (Rukiyah, E.Y dan Yulianti. 2010). Menurut
Norwitz E.R dan Schorge J.O., (2007) tata laksana plasenta previa terbagi kepada
dua, yaitu tatalaksanan antepartum dan intrapartum.
1. Tata laksana antepartum: Tujuannya adalah untuk memaksimalkan
pematangan janin dan meminimalkan risiko terhadap ibu dan janin. ‘Gawat janin’
dan perdarahan ibu yang berlebihan merupakan kontraindikasi untuk tata laksana
observasi, dan mungkin mengharuskan dilakukannya bedah sesar segera tanpa
memandang usia gestasi. Meskipun demikian, sebagian besar periode perdarahan
tidak bersifat mengancam nyawa. Dengan pemantauan seksama, persalinan dapat
ditunda dengan aman pada sebagian besar kasus. Tata laksana secara rawat jalan
mungkin menjadi pilihan utuk ibu yang mengalami perdarahan tunggal dalam
jumlah sedikit jika mereka dapat mematuhi intruksi untuk membatasi aktivitas dan
berada di lokasi dekat rumah sakit. Plasenta previa dapat terkoreksi sejalan
dengan waktu, sehingga memungkinkan persalinan per vaginam.
2. Tata laksana intrapartum: Persalinan dengan bedah sesar elektif
direkomendasikan pada usia gestasi 36-38 minggu. Persalinan pervaginam jarang
dilakukan, tetapi dapat diindikasikan dalam kondisi IUFD, malformasi janin yang
tidak mungkin dipertahankan hidup, proses persalinan lanjut dengan kepala janin
telah masuk dan perdarahan per vaginam ringan, atau persalinan diindikasikan
dengan janin yang belum dapat hidup di luar uterus. Pemeriksaan paket ganda
dalam persalinan mungkin diperlukan ketika USG tidak dapat menyingkirkan
kemungkinan plasenta previa dan pasien memiliki motivasi kuat untuk melahirkan
per vaginam. Prosedur ini dilakukan di ruang operasi dengan anestesi
pembedahan dan dua tim bedah. Satu tim sudah berpakaian lengkap untuk operasi
dan siap untuk melakukan pembedahan sesar segera jika terjadi perdarahan atau
gawat janin. Tim lain kemudian melakukan pemeriksaan bimanual dengan hati-
hati pada forniks vagina lalu pada serviks. Jika previa ditemukan, maka bedah
sesar diindikasikan untuk segera dilakukan. Jika tidak ada plasenta yang teraba,
maka amniotomi dapat dilakukan dan induksi persalinan dilaksanakan. (Norwitz
E.R, et al, 2007).

Selain itu, menurut Sujiyantini dkk (2009), penanganan pada pasien plasenta
previa dibagi 2 yaitu penanganan secara konservatif atau secara aktif.
1. Secara konservatif: Bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

a. Perdarahan sedikit, keadaan ibu dan anak baik maka biasanya penanganan
konservatif sampai umur kehamilan aterm. Penanganan berupa tirah baring,
hematinik, antibiotika dan tokolitik bila ada his. Bila selama 3 hari tidak ada
perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila setelah pasien berjalan tetap tidak ada
perdarahan pasien boleh pulang. Pasien dianjurkan agar tidak koitus, tidak bekerja
keras dan segera kerumah sakit jika terjadi perdarahan. Nasehat ini juga
dianjurkan untuk pasien yang di diagnosis placenta previa dengan USG namun
tidak mengalami perdarahan.

b. Jika perdarahan banyak dan diperkirakan membahayakan ibu dan janin maka
dilakukan resusitasi cairan dan penanganan secara aktif. (Sujiyatini dkk, 2009).

2. Secara aktif: Bila umur kehamilan 37 minggu atau lebih.Pada kondisi ini maka
dilakukan penanganan secara aktif yaitu segera mengakhiri kehamilan, baik secara
pervaginam/perabdominal. Persalinan pervaginam diindikasikan pada plasenta
previa marginalis, plasenta previa letak rendah dan plasenta previa lateralis
dengan pembukaan 4 cm/lebih. Pada kasus tersebut bila tidak banyak perdarahan
maka dapat dilakukan pemecahan ketuban agar bagian bawah anak dapat masuk
pintu atas panggul menekan plasenta yang berdarah. Namun bila perdarahan tetap
ada maka dilakukan seksio sesaria. Persalinan dengan seksio sesarea
diindikasikan untuk plasenta previa totalis baik janin mati maupun hidup, plasenta
previa letak rendah dimana pembukaan penentuan jenis plasenta previa dapat
dilakukan dengan USG dan pemeriksaan dalam atau spekulum dikamar operasi.
(Sujiyatini dkk, 2009). Prognosis pada pasien ini baik vitam, sanactionam, dan
fungsionam adalah dubia ad bonam.

KESIMPULAN

1. Diagnosis pada pasien ini adalah plasenta previa totalis

2. Terdapat 4 derajat kelainan dari plasenta, antara lain plasenta previa

totalis, plasenta previa parsial, plasenta previa marginal, serta plasenta

previa letak rendah

3. Dalam kasus ini pada dasarnya terdapat 2 pilihan cara persalinan, yaitu

persalinan pervaginam dan sectio caesaria. Tetapi dilakukan sectio


caesaria pada pasien ini dikarenakan terjadinya perdarahan pada pasien,

primigravida, anak berharga karena merupakan hamil yang pertama, serta

plasenta previa totalis yang merupakan indikasi dilakukannya sectio

caesaria.

4. Penanggulangan yang baik akan menurunkan kemungkinan kematian pada

ibu atau tidak ada sama sekali.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham Gary F, Leveno J Kenneth , Bloom L Steven , Hauth C


John , III Gilstrap Larry , Wenstrom D Katharine . Williams Obstetrics
22ND EDITION 2005 .
2. Norwitz E.R dan Schorge J.O., 2007. At A Glance Obstetric dan
Gynekology. Ed. 2. Penerbit Erlangga. Jakarta
3. Prawirohardjo, S., & Winkjoastro, 2009. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
4. Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. PT
Bina Pustaka Prawirohardjo. Jakarta.
5. Quant HS, Friedman AM, Wang E, Parry S, Schwartz N, et al. (2014)
Transabdominal Ultrasonography As A Screening Test for Second-
Trimester Placenta Previa. Obstet Gynecol. 2014 Mar;123(3):628-33.
doi:10.1097/AOG.0000000000000129.
6. Hanafiah, TM. 2004. Plasenta Previa. USU Digital Library. Available at :
http://www.usu.ac.id/ (Accessed : December 01 2014).
7. Oppenheimer, L et. al, 2007a. Diagnosis and Management of Placenta
Previa. Society of Obstetricians and Gynaecologists. Canada.
8. Oppenheimer L, 2007b. Diagnosis and Management of Placenta Previa.
SOGC Clinical Practice Guideline. J Obstet Gynaecol Can
2007;29(3):261-266.

Anda mungkin juga menyukai