BAB 1
PENDAHULUAN
Kebanyakan pasien datang berobat dalam fase lanjut, terlihat dari proporsi ulkus
kaki diabetik Wagner III-V mencapai 74,6 % dibandingkan dengan Wagner I-II
yang hanya mencapai 25,4 % dari seluruh kasus ulkus kaki diabetik, dengan
kecenderungan semakin tinggi derajat ulkus semakin besar risiko amputasi
(Muliawan, 2005).
Keadaan ini sangat berkaitan dengan keterlambatan diagnosis dan
konsultasi, penanganan yang tidak adekuat, serta luasnya kerusakan jaringan.
Amputasi kaki lebih sering dilakukan atas dasar infeksi jaringan lunak yang luas
atau kombinasi dengan osteomielitis, disamping faktor-faktor lain seperti iskemia
oleh karena Peripheral artery disease (PAD), dan neuropati. Dengan program
pelayanan kesehatan yang terstruktur, dimana semua disiplin ilmu yang terkait
bekerja secara koordinatif tercapai penurunan bermakna angka amputasi major
ulkus kaki diabetik lebih dari 75% dibandingkan dengan pelayanan standar. Tanpa
adanya perubahan strategi penanganan, maka peningkatan populasi penderita DM,
dan peningkatan biaya pengobatan DM dan komplikasinya, akan menjadi beban
berat bagi sistem pelayanan kesehatan (Widatalla dkk, 2009).
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Neuropati
Proses terjadinya Neuropati Diabetik (ND) berawal dari hiperglikemia yang
berkepanjangan. Hiperglikemia persisten menyebabkan aktivitas jalur poliol
meningkat, yaitu terjadi aktivasi enzim aldose-reduktase, yang merubah glukosa
menjadi sorbitol, yang kemudian dimetabolisme oleh sorbitol dehidrogenase
menjadi fruktosa. Akumulasi sorbitol dan fruktosa dalam sel saraf merusak sel
saraf melalui mekanisme yang belum jelas. Salah satu kemungkinannya ialah
akibat akumulasi sorbitol dalam sel saraf menyebabkan hipertonik intraseluler
sehingga mengakibatkan edema saraf. Peningkatan sintesis sorbitol berakibat
terhabatnya mioiniositol masuk ke dalam sel saraf. Penurunan mioniositol dan
akumulasi sorbitol secara langsung menimbulkan stress osmotik yang akan
merusak mitokondria dan akan menstimulasi protein kinase C (PKC). Aktivasi
PKC ini akan menekan fungsi Na-K-ATP-ase, sehingga kadar Na interseluler
menjadi berlebihan, yang beakibat terhambatnya mioniositol masuk ke dalam sel
saraf sehingga terjadi gangguan transduksi sinyal saraf (Rebolledo, 2011).
Reaksi jalur poliol ini juga menyebabkan turunnya persediaan NADPH
(Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate) saraf yang merupakan kofaktor
yang penting dalam metabolisme oksidatif. Karena NADPH merupakan kofaktor
penting dalam glutathion dan nitrit oxide synthase (NOS), pengurangan kofaktor
tersebut membatasi kemampuan saraf untuk mengurangi radikal bebas dan
penurunan produksi nitrit oxide (NO) (Rebolledo, 2011).
Ulkus sering terjadi di ujung-ujung jari dan di telapak kaki pada permukaan
dari head metatarsal dan sering didahului oleh pembentukan callus. Jika callus
tidak dihilangkan bisa terjadi perdarahan dan kematian jaringan. Dan terjadi
ulcer. Ulkus bisa terjadi karena infeksi sekunder oleh staphylococcus,
streptococcus, organisme gram negatif dan bakteri anaerob yang berperan penting
pada terjadinya cellulitis, abses, and osteomyelitis. Komplikasi sepsis ulkus jari-
jari ke apikal bisa menimbulkan trombosis pada digital arteri yang dapat
menimbulkan gangren pada jari.(Mendes, 2012).
Trombosis/Fibrinolisis
DM akan disertai dengan keadaan protrombotik yaitu perubahan-
perubahan proses trombosis dan fibrinolisis. Kelainan ini disebabkan karena
7
Grade 0 : Tidak ada lesi tapi berisiko tinggi menjadi kaki diabetic
Grade 1 : Ulkus superfisial tanpa terlibat jaringan dibawah kulit
Grade 2 : Ulkus dalam tanpa terlibat tulang / pembentukan abses.
Grade 3 : Ulkus dalam dengan selulitis/abses atau osteomielitis
Grade 4 : Tukak dengan Gangren lokal
Grade 5 : Tukak dengan Gangren luas / melibatkan keseluruhan kaki
Grade 2
3. Klasifikasi Liverpool
Klasifikasi primer :
- Vascular
10
- Neuropati
- Neuroiskemik
Klasifikasi sekunder :
- Tukak sederhana, tanpa komplikasi
- Tukak dengan komplikasi
P-Perfusion (Perfusi)
Derajat 1: Tidak ada gejala maupun tanda penyakit arteri perifer pada kaki
yang terkena, dikombinasi dengan:
- Arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior yang teraba, atau
- ABI 0,9-1,10, atau
- Toe Brachial Index(TBI)>0,6, atau
- Tekanan oksigen transkutan (TcPO2)> 60 mmHg.
Derajat 2: Gejala atau tanda penyakit arteri perifer, namun belum mencapai
critical limb ischemia(CLI).
- Adanya klaudikasio intermiten
- ABI <0,9, namun tekanan ankle>50 mmHg, atau
- TBI <0,6, namun tekanan darah sistolik ibu jari >30 mmHg, atau
- TcPO2 30 – 60 mmHg, atau
- Ada kelainan lain pada uji noninvasive yang sesuai dengan penyakit arteri
perifer tapi bukan merupakan suatu CLI
Derajat 3: CLI
- Tekanan sistolik ankle <50 mmHg, atau
- Tekanan sistolik ibu jari <30 mmHg, atau
- TcPO2 <30 mmHg
E-Extent (Ukuran)
Ukuran luka dalam sentimeter persegi
11
D-Depth(Kedalaman)
Derajat 1: Ulkus tebal superfisial yang tidak menembus jaringan di bawah
dermis
Derajat 2: Ulkus dalam, menembus lapisan dibawah dermis hingga ke
subkutan, fascia, otot, atau tendon
Derajat 3: meliputi seluruh lapisan jaringan pada kaki, termasuk tulang
dan/atau sendi (tulang terpapar, probing mencapai tulang)
I-Infection (infeksi)
Derajat 1: tidak ada tanda atau gejala infeksi
Derajat 2: infeksi hanya melibatkan jaringan kulit dan subkutan (tanpa
keterlibatan jaringan yang terletak lebih dalam dan tanpa disertai tanda
sistemik di bawah ini). Setidaknya terdapat dua temuan dibawah ini:
- Pembengkakan atau indurasi lokal
- Eritema 0,5-0,2 cm di sekitar ulkus
- Nyeri lokal
- Hangat pada perabaan lokal
- Duh purulent (sekret tebal, opak, hingga putih atau sanguinosa). Penyebab
inflamasi lain seperti trauma, gout, charcot neuro-osteoartropati akut,
fraktur, thrombosis, stasis vena harus disingkirkan.
Derajat 3: eritema >2 cm ditambah salah satu temuan diatas, atau adanya
infeksi yang melibatkan struktur di bawah kulit dan jaringan subkutan,
misalnya abses, osteomyelitis, artritis septik, maupun fasciitis. Tidak
ditemukan tanda respon inflamasi sistemik.
Derajat 4: infeksi kaki dengan tanda sindrom respon inflamasi sistemik
(SIRS), yaitu dua atau lebih keadaan dibawah ini:
- Suhu <36 atau >38 derajat Celcius
- Frekuensi jantung >90x/menit
- Frekuensi pernapasan >20x/menit
12
S-Sensation(sensasi)
Derajat 1: Tidak ada kehilangan sensasi protektif pada kaki yang terkena
Derajat 2: Terdapat kehilangan sensasi protektif pada kaki yang terkena.
Dalam hal ini berarti terdapat kehilangan persepsi pada salah satu pemeriksaan
di bawah ini:
- Tidak adanya sensasi tekanan pada pemeriksaan monofilament 10 g pada 2
dari 3 titik plantar pedis.
- Tidak adanya sensasi getar pada pemeriksaan garpu tala 128 Hz atau
ambang vibrasi >25 V. pemeriksaan dilakukan pada region hallux.
1. Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka / ulkus pada kulit atau
jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi / rasa berkurang atau
hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior
menurun atau hilang.
2. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi hematologi-
hemostasis, fungsi ginjal, fungsi hati, jantung, paru, faktor infeksi (kultur pus,
penanda infeksi, foto polos pedis) untuk mengetahui apakah pada ulkus kaki
diabetes terjadi infeksi dan untuk menentukan kuman penyebabnya, X-ray pedis,
dan EMG (Electromyography) (Priantono, 2014).
13
2.5.1.Pencegahan Primer
Pengelolaan kaki diabetes terutama ditujukan untuk pencegahan terjadinya
tukak, disesuaikan dengan keadaan risiko kaki.Berbagai usaha pencegahan
dilakukan sesuai dengan tingkat besarnya risiko tersebut. Dengan pemberian alas
kaki yang baik, berbagai hal terkait terjadinya ulkus karena faktor mekanik akan
dapat dicegah.
Keadaan kaki penyandang diabetes dapat digolongkan berdasarkan risiko
terjadinya dan risiko besarnya masalah yang mungkin timbul:
1. Sensasi normal tanpa deformitas
2. Sensai normal dengan deformitas dan tekanan plantar tinggi
3. Insensitivitas tanpa deformitas
4. Iskemia tanpa deformitas
5. Kombinasi/complicated
a. Kombinasi insensitivitas, iskemia dan/atau deformitas
b. Riwayat adanya tukak, deformitas charcot
Kontrol metabolik
14
Kontrol vaskuler
Keadaan vaskuler yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan luka.
Berbagai langkah diagnostic dan terapi dapat dikerjakan sesuai dengan keadaan
pasien dan juga kondisi pasien. Umumnya kelainan pembuluh darah perifer dapat
dikenali melalui berbagai cara sederhana seperti: warna dan suhu kulit, perabaan
arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior serta ditambah pengukuran
tekanan darah. Disamping itu saat ini juga tersedia berbagai fasilitas mutakhir
untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara non invasive, seperti
pemeriksaan ankle brachial index, ankle pressure, toe pressure, dan pemeriksaan
echodopler dan kemudian pemeriksaan arteriografi (Waspadji, 2014).
Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskulernya, dapat dilakukan
pengelolaan untuk kelainan pembuluh darah perifer dari sudut vaskuler, yaitu
berupa:
Terapi farmakologis
15
Revaskularisasi
Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jika ada klaudikasio
intermiten yang hebat, tindakan revaskularisasi dapat dilakukan.Sebelum
tindakan revaskularisasi diperlukan pemeriksaan arteriografi untuk
mendapatkan gambaran pembuluh darah yang lebih jelas.Pada oklusi yang
panjang dianjurkan operasi bedah pintas terbuka sedangkan untuk oklusi
yang pendek dapat dilakukan prosedur endovascular angioplasty.Pada
keadaan sumbatan akut dapat pula dilakukan tromboarterektomi.Dengan
berbagai teknik bedah tersebut, vaskularisasi daerah distal dapat
diperbaiki, sehingga hasil pengelolaan ulkus diharapkan lebih baik.
Wound control
Perawatan luka sejak pertama kali pasien datang merupakan hal yang
harus dikerjakan dengan baik dan teliti.Evaluasi luka harus dikerjakan secermat
mungkin.Klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridement yang
adekuat.Saat ini terdapat banyak teknik dressingyang masing-masing tentu dapat
dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka.Dressing yang mengandung komponen
zat penyerap seperti carbonated dressing dan alginate dressingakan bermanfaat
pada keadaan luka yang masih produktif. Demikian pula hydrophilic fiber
dressing atau siver impregmenated dressingakan bermanfaat untuk luka yang
produktif dan terinfeksi. Debridement yang baik dan adekuat tentu akan sangat
membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh, dengan
demikian akan mengurangi produksi pus/cairan dari ulkus/gangrene(Waspadji,
2014).
Berbagai terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba
pada luka, seperti cairan salin sebagai pembersih luka atau iodine encer, senyawa
silver sebagai bagian dressing, dan lain sebagainya. Demikian pula berbagai cara
16
Microbiological control
Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala di setiap
daerah.Umumnya didapatkan pola kuman yang polimikrobial, campuran gram
positif dan gram negatif, serta kuman anaerob untuk luka yang dalam dan
berbau.Karena itu untuk lini pertama pemberian antibiotik harus diberikan
antibiotik dengan spektrum luas, mencakup kuman gram positif dan negatif
(seperti golongan sefalosporin), dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat
terhadap kuman anaerob (seperti metronidazol).
Pressure control
Jika kaki tetap dipakai untuk berjalan (kaki dipakai untuk menahan berat
badan/ weight bearing).Luka yang selalu mendapat tekanan tidak sempat
mengalami proses penyembuhan yang sempurna apalagi kalau luka tersebut
terletak dibagian plantar seperti luka pada kaki Charcot.
Berbagai cara untuk mencapai keadaan non weight-bearing dapat dilakukan antara
lain denganRemovable cast walker, Total contact casting,Temporary shoes, Felt
padding, Crutches, Wheelchair, Electric carts,danCradled insoles.
Berbagai cara surgikal juga dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada
luka seperti:
17
Educational control
Edukasi sangat penting penting untuk semua tahap pengelolaan kaki
diabetes. Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM dan ulkus/gangrene
diabetikum maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan
mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang
optimal.
Rehabilitasi juga merupakan program yang penting untuk pengelolaan kaki
diabetes.Bahkan sejak pencegahan terjadinya ulkus diabetikum dan kemudian
setelah perawatan. Pemakaian alas kaki/sepatu khusus untuk mengurangi tekanan
plantar akan sangat membantu mencegah terjadinya ulkus baru. Ulkus yang terjadi
berikutnya dapat memeberikan prognosis yang jauh lebih buruk daripada ulkus
yang pertama (Waspadji, 2014).
2.6. Prognosis
Prognosis kaki diabetes bergantung pada berbagai faktor yang terlibat
dalam patofisiologinya. Berat ringannya komplikasi dan penyerta lain juga
mempengaruhi prognosis. Angka kejadian amputasi pada kaki diabetes dapat
mencapai 25% kasus.Oleh karena itu penatalaksanaan secara holistik harus
ditekankan untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas kaki diabetes (Priantono,
2014).
18
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
ANAMNESIS PRIBADI
Nama : FARIDA HANUM
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Batak
Agama : ISLAM
Alamat :
ANAMNESIS
☐Autoanamnese ☐Alloanamnese
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama : Luka Borok pada kaki kanan
Deskripsi : Hal ini dialami OS sejak ± 3 minggu yang lalu,
terjadi secara tiba-tiba, awalnya melepuh, berdarah
hingga bernanah dibagian punggung kaki dan
meluas sampai ke tumit kaki. Riwayat luka pada
kaki disangkal. Demam tidak dijumpai. Riwayat
19
RPT : -
RPO : tidak jelas
20
ANAMNESIS ORGAN
STATUS PRESENS
Keadaan Umum : Sedang Keadaaan Penyakit : Sedang
Sensorium : CM Pancaran Wajah : pucat
Tekanan Darah : 160/80 mmHg Sikap Paksa :-
Reflek Fisiologis :+
Nadi : 88x/i, reg, t/v cukup Reflek Patologis :-
Pernapasan : 20 x/i
Temperatur : 36,0C (axilla)
Keadaan Gizi :
BB TB : 155 cm
RBW = × 100 %
TB−100
BB : 60 kg
RBW = 109%
BB
IMT ¿ = 24,9 kg/m2
(TB )2
Kesan : overweight
22
KEPALA :
Mata : Konjungtiva palp. inf. pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor ki=ka, diameter ±3 mm, reflex cahaya direk (+/+),
indirek(+/+),
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Lidah : dalam batas normal
Gigi geligi : dalam batas normal
Tonsil/faring : dalam batas normal
LEHER :
Struma tidak membesar, pembesaran kelenjar limfa (-)
Posisi trakea: terdorong sedikit kekiri, TVJ : R-2 cm H2O
Kaku kuduk (-), lain-lain: (-)
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Tidak ada ketinggalan bernapas
Torako-abdominal
Palpasi
Nyeri tekan :-
Fremitus suara : stem fremitus
Iktus : Ictus kordis teraba di ICR V LMCS
Perkusi
Paru
Batas paru-hati R/A : relatif ICS V/absolut ICS VI
Peranjakan : 1 cm
Jantung
Batas atas jantung : ICS III LMCS
Batas kiri jantung : 1 cm medial LMCS
Batas kanan jantung : 1 cm lateral LPSD
23
Auskultasi
Paru
Suara Pernapasan : vesikuler di kedua lapangan paru
Suara Tambahan :-
Jantung
M1>M2,P2>P1,T1>T2,A2>A1, desah sistolis(-), desah diastolis(-),
HR :88 x/i, reguler, intensitas cukup
THORAX BELAKANG
Bentuk : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, kesan normal
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP : vesikuler di kedua lapangan paru
ST : -
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Gerakan lambung/usus : normal
Vena kolateral : (-)
Caput medusae : (-)
Palpasi
Dinding Abdomen : Soepel, H/L/R dbn
HATI
Pembesaran :-
Permukaan :-
Pinggir :-
Nyeri tekan :-
LIMFA
Pembesaran : (-), Schuffner : , Haecket : (-)
24
GINJAL
Ballotement :-
UTERUS/OVARIUM : (-)
TUMOR : (-)
Perkusi
Pekak hati :-
Pekak beralih :-
Undulasi :-
Auskultasi
Peristaltik usus : normal (6-12x/i)
Lain-lain :-
PINGGANG
Nyeri ketuk sudut kosto vertebra (-), Kiri / Kanan
Deformitas Sendi :-
Lokasi :-
Jari tabuh :-
Tremor Ujung Jari :-
Telapak Tangan Sembab :-
Sianosis :-
Eritema Palmaris :-
Lain-lain :
Rencana Penjajakan
1. Urinalisa dan Feses Rutin
2. Darah Lengkap
28
BAB 4
DISKUSI
Teori Pasien
Etiologi Pada pasien ini ulkus diabetikum dapat
Penyebab terjadinya ulkus diabetikum terjadi disebabkan oleh DM yang diderita
antara lain : pasien selama 5 tahun belakangan, yang
merupakan faktor metabolik. Dan faktor
- Neuropati
lain berupa hipertensi yang dapat
- Faktor Metabolik
menyebabkan kelainan vaskuler.
29
- Kelainan Vaskuler
Klasifikasi Liverpool
Klasifikasi primer :
- Vascular
- Neuropati
- Neuroiskemik
Klasifikasi sekunder :
Impaired Perfusion:
1 = None
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi kaki untuk mengamati Terdapat ulkus diabetikum o/t pedis
terdapat luka / ulkus pada kulit atau dextra regio dorsum pedis dan calcaneus
jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan lateral dengan gambaran ulkus dalam dan
sensasi vibrasi / rasa berkurang atau mengenai tendon. Ulkus disertai pus dan
hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis darah. Pada pasien pulsasi denyut arteri
pedis menurun atau hilang. dorsalis pedis teraba normal saat di
32
palpasi.
Pemeriksaan Penunjang Pada pasien ini selain pemeriksaan lab,
X-ray, EMG (Electromyography) urinalisa, dan feses rutin, belum
dan pemeriksaan laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
mengetahui apakah ulkus kaki diabetes
menjadi infeksi dan menentukan kuman
penyebabnya (Waspadji, 2014).
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Hastuti RT., 2008. Faktor-faktor risiko ulkus diabetika pada Penderita Diabetes
Mellitus (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.
Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus : Ulcer, Infeksi, Ganggren. Jakarta: Penerbit
Populer Obor.
Muliawan, M., Semadi, N., Yasa, K.P. 2007.Pola Kuman dan Korelasi Klinis
Ulkus Kaki Diabetikum di RSUP Sanglah Denpasar (tesis). Denpasar:
Universitas Udayana
Priantono, D. & Sulistianingsih, D.P., 2014.Kaki Diabetik. Dalam: Tanto C.,
Liwang F., Hanifati S. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV Buku 2. Jakarta:
Media Aesculapius.
Rebolledo, F.A., Teran Soto, J.M., & de la Pena, J.E. 2011.The Pathogenesis of
the Diabetic Foot Ulcer: Prevention and Management. Available From:
http://cdn.intechopen.com/pdfs-wm/24693.pdf. [Accessed 13 April 2016]
35
Lampiran
Follow Up Pasien
Tanggal S O A P
Terapi Rencana
13-04- Luka Sens: Compos Ulkus Tirah baring Transfusi
2016 borok di mentis diabetikum Diet DM 1700 PRC 1 bag
kaki TD: 160/80 grade IV o/t kkal
kanan (+) mmHg dorsum pedis IVFD NaCl 0,9
HR: 88x/i dextra % 10 gtt/i
RR: 20xi DM tipe 2 •Inj Ceftazidine
Temp: 36,00C HT terkontrol 1 gram / 12 jam
Pem fisik Hiponatremia IV
Kepala : mata •Drip
anemis -/-, Metronidazole
36
dextra ukuran
4x5cm, nyeri
(+), darah (+)
18-04- Luka Sens: Compos - Tirah baring
2016 borok di mentis Ulkus Diet DM 1700
kaki TD: 130/80 diabetikum kkal
kanan (+) mmHg grade III o/t IVFD NaCl 0,9
HR: 98x/i dorsum pedis % 10 gtt/i
RR: 22xi dextra Inj. Ranitidin
Temp: 36,80C DM tipe 2 50mg/12jam/IV
KGD HT terkontrol Inj.
adrandom : Hiponatremia Ceftazidime
144mg/dl 1gr/ 12 jam/IV
Pem fisik Drip
Kepala : mata Metronidazole
anemis -/-, 500mg/8jam
skelra ikterik Inj. Novorapid
-/- 10-10-10
Leher: TVJ R- IU/SC
2 cmH2O Inj. Levemir 0-
Thoraks: SP: 0-8 IU/SC
Vesikuler, ST: Valsartan 1x
(-) 80mg
Abdomen: Rawat luka
Simetris dengan
fusiformis, kompres NaCl
soepel 2x/hari
H/L/R tidak Inj.
teraba Metoclopramid
Peristaltik (+) e 1 amp /8 jam
Normal Omeprazole
Ekstremitas: 2x20mg
42
Sup : Akral
hangat, pulsasi
arteri teraba
Inf : Ulkus
(+)pretibial,
dorsum pedis
dextra ukuran
4x5cm, nyeri
(+), darah (+)
19-04- Luka Sens: Compos - Tirah baring Foto
2016 borok di mentis Ulkus Diet DM 1700 Calcaneus
kaki TD: 160/90 diabetikum kkal lateral pedis
kanan (+) mmHg grade III o/t IVFD NaCl 0,9 dextra
HR: 72x/i dorsum pedis % 10 gtt/i
RR: 24xi dextra Inj. Ranitidin
Temp: 35,50C DM tipe 2 50mg/12jam/IV
Pem fisik HT terkontrol Inj.
Kepala : mata Hiponatremia Ceftazidime
anemis -/-, 1gr/ 12 jam/IV
skelra ikterik Drip
-/- Metronidazole
Leher: TVJ R- 500mg/8jam
2 cmH2O Inj. Novorapid
Thoraks: SP: 10-10-10
Vesikuler, ST: IU/SC
(-) Inj. Levemir 0-
Abdomen: 0-8 IU/SC
Simetris Valsartan 1x
fusiformis, 80mg
soepel Inj.
H/L/R tidak Ondansetron
teraba 8mg/8jam/IV
43
teraba 8mg/8jam/IV
Peristaltik (+) Captopril
Normal 2x12,5 mg
Ekstremitas: Amlodipine
Sup : Akral 1x50mg
hangat, pulsasi
arteri teraba
Inf : Ulkus (+)
grade III
ukuran
6x8x1cm
21-04- Luka Sens: Compos Ulkus Tirah baring Transfusi
2016 borok di mentis diabetikum Diet DM 1700 PRC
kaki TD: 160/80 grade III o/t kkal
kanan (+) mmHg dorsum pedis IVFD NaCl 0,9
HR: 88x/i dextra % 10 gtt/i
RR: 20xi - Inj. Ranitidin
Temp: 36,70C DM tipe 2 50mg/12jam/IV
Pem fisik HT terkontrol Inj.
Kepala : mata Hiponatremia Ceftazidime
anemis -/-, 1gr/ 12 jam/IV
skelra ikterik Drip
-/- Metronidazole
Leher: TVJ R- 500mg/8jam
2 cmH2O Inj. Novorapid
Thoraks: SP: 10-10-10
Vesikuler, ST: IU/SC
(-) Inj. Levemir 0-
Abdomen: 0-10 IU/SC
Simetris Valsartan 1x
fusiformis, 80mg
soepel Omeprazole
45
fusiformis, 2x20mg
soepel Inj.
H/L/R tidak Ondansetron
teraba 8mg/8jam/IV
Peristaltik (+) Captopril
Normal 2x12,5 mg
Ekstremitas: Amlodipine
Sup : Akral 1x5 mg
hangat, pulsasi Kompres
arteri teraba dengan NaCl
Inf : Ulkus (+) o,9% 2x sehari
grade IV Inj.
ukuran Dexametazone
6x8x1,5 cm, 200mg x12jam
pus (+)
23-04- Luka Sens: Compos Ulkus Tirah baring
2016 borok di mentis diabetikum Diet DM 1700
kaki TD: 140/90 grade IV o/t kkal
kanan (+) mmHg pedis dextra IVFD NaCl 0,9
HR: 84x/i - % 10 gtt/i
RR: 21xi DM tipe 2 Inj. Ranitidin
Temp: 36,60C HT stg I 50mg/12jam/IV
Pem fisik Inj.
Kepala : mata Ceftazidime
anemis -/-, 1gr/ 12 jam/IV
skelra ikterik Drip
-/- Metronidazole
Leher: TVJ R- 500mg/8jam
2 cmH2O Inj. Novorapid
Thoraks: SP: 10-10-10
Vesikuler, ST: IU/SC
(-) Inj. Levemir 0-
47
-/- Metronidazole
Leher: TVJ R- 500mg/8jam
2 cmH2O Inj.
Thoraks: SP: Dexamethasone
Vesikuler, ST: 20mg/12jam
(-) Inj. Novorapid
Abdomen: 10-10-10
Simetris IU/SC
fusiformis, Inj. Levemir 0-
soepel 0-12 IU/SC
H/L/R tidak Inj.
teraba Ondansetron
Peristaltik (+) 8mg/8jam/ IV
Normal Omeprazole
Ekstremitas: 2x20mg
Sup : Akral Amlodipine
hangat, pulsasi 1x5mg
arteri teraba Captopril 2x
Inf : Ulkus (+) 12,5mg
grade IV Kompres luka
ukuran dengan NaCl
6x8x1,5 cm, 0,9% 2x sehari
nyeri (-)
27-04- Luka Sens: Compos Ulkus Tirah baring Cek darah
2016 borok di mentis diabetikum Diet DM 1700 rutin post
kaki TD: 130/80 grade IV o/t kkal transfusi 2
kanan (+) mmHg pedis dextra IVFD NaCl 0,9 bag PRC,
HR: 76x/i - % 10 gtt/i RFT,
RR: 20xi DM tipe 2 Inj. Ranitidin elektrolit,
Temp: 36,80C HT stg I 50mg/12jam/IV KGD
Pem fisik Inj.
Kepala : mata Ceftazidime
51
6x8x1,5 cm,
nyeri (-)
01-05- Luka Sens: Compos Ulkus Tirah baring
2016 borok di mentis diabetikum Diet DM 1700
kaki TD: 130/80 grade IV o/t kkal
kanan (+) mmHg pedis dextra IVFD NaCl 0,9
HR: 76x/i - % 10 gtt/i
RR: 20xi DM tipe 2 Inj. Ranitidin
Temp: 36,80C HT stg I 50mg/12jam/IV
Pem fisik Inj.
Kepala : mata Ceftazidime
anemis -/-, 1gr/ 12 jam/IV
skelra ikterik Drip
-/- Metronidazole
Leher: TVJ R- 500mg/8jam
2 cmH2O Inj. Novorapid
Thoraks: SP: 10-10-10
Vesikuler, ST: IU/SC
(-) Inj. Levemir 0-
Abdomen: 0-12 IU/SC
Simetris Inj.
fusiformis, Ondansetron
soepel 8mg/8jam/ IV
H/L/R tidak Omeprazole
teraba 2x20mg
Peristaltik (+) Amlodipine
Normal 1x10mg
Ekstremitas: Captopril 2x
Sup : Akral 25mg
hangat, pulsasi Kompres luka
arteri teraba dengan NaCl
Inf : Ulkus (+) 0.9 % 2x sehari
56
grade IV
ukuran
6x8x1,5 cm,
nyeri (-)
02-05- Luka Sens: Compos Ulkus Tirah baring
2016 borok di mentis diabetikum Diet DM 1700
kaki TD: 130/80 grade IV o/t kkal
kanan mmHg pedis dextra IVFD NaCl 0,9
(+), post HR: 76x/i - % 10 gtt/i
perdaraha RR: 20xi DM tipe 2 Inj. Ranitidin
n akut Temp: 36,80C HT stg I 50mg/12jam/IV
Pem fisik Inj.
Kepala : mata Ceftazidime
anemis -/-, 1gr/ 12 jam/IV
skelra ikterik Drip
-/- Metronidazole
Leher: TVJ R- 500mg/8jam
2 cmH2O Inj. Novorapid
Thoraks: SP: 10-10-10
Vesikuler, ST: IU/SC
(-) Inj. Levemir 0-
Abdomen: 0-12 IU/SC
Simetris Inj.
fusiformis, Ondansetron
soepel 8mg/8jam/ IV
H/L/R tidak Omeprazole
teraba 2x20mg
Peristaltik (+) Amlodipine
Normal 1x10mg
Ekstremitas: Captopril 2x
Sup : Akral 25mg
hangat, pulsasi Kompres luka
57
teraba Captopril 2x
Peristaltik (+) 25mg
Normal Kompres luka
Ekstremitas: dengan NaCl
Sup : Akral 0.9 % 2x sehari
hangat, pulsasi
arteri teraba
Inf : Ulkus (+)
grade IV
ukuran
6x8x1,5 cm,
nyeri (-)
DOKUMENTASI