Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ULKUS DIABETIKUM

DI RUANG BOUGENVILE III RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu

Stase Keperawatan Medikal Bedah

DISUSUN OLEH :

MANDA SARI DEWI

62019040037

JURUSAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN 2019

LAPORAN PENDAHULUAN ULKUS DIABETIKUM

A. DEFINISI
Ulkus diabetikum adalah erosi yang terjadi pada jaringan epidermis/luka
di sisi distal telapak kaki, bagian dasar kaki penderita DM tipe 1 dan DM tipe 2
(Norwood, 2011 & May, 2008). Senada dengan definisi tersebut, Vancouver
Costal Health (2010) menjelaskan bahwa ulkus diabetikum adalah rusak atau
terbukanya kulit yang mengganggu fungsi proteksi kulit dalam melawan bakteri.
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan
ulkus adalahkematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit.
Adanya kuman saprofittersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejalaklinik dan perjalanan penyakit DM dengan
neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan
dengan morbiditasakibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan
komplikasi serius akibat Diabetes(Andyagreeni, 2010).
Klasifikasi Ulkus diabetic pada penderita diabetes mellitus menurut
Wagner dikutip oleh Waspadji S, terdiri dari 6 tingkatan:
0 Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.
1 Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.
2 Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.
3 Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.
Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari kaki,
4
bagian depan kaki atau tumit.
5 Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki.

B. ETIOLOGI
Apabila pada seseorang penderita kencing manis kadar glukosa darahnya
tinggi dalam jangka waktu yang lama, maka akan timbul komplikasi menahun
(kronis yang mengenai mata menyebabkan gangguan penglihatan bila mengenai
sistem syaraf akan menyebabkan gangguan rasa dan gangguan bila mengenai
ginjal menyebabkan gangguan fungsi ginjal). Adapun gambaran luka
padapenderita kencing manis dapat berupa: demopati (kelainan kulit berupa
bercak-bercak bitam di daerah tulang kering), selulitis (peradangan dan infeksi
kulit), nekrobiosisi lipiodika diabetik (berupa luka oval, kronik, tepi keputihan),
osteomielitis (infeksi pada tulang) dan gangren (lika kehitaman dan berbau
busuk). Ada beberapa hal yang mempengaruhiterjadinya ulkus diabetik, yaitu:
a. Neuropati diabetik.
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah
yang bisa merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau
menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami
trauma kadang-kadang tidak terasa. Gejala-gejala neuropati: kesemutan, rasa
panas (wedangan: bahasa jawa), rasa tebal ditelapak kaki, kram, badan sakit
semua terutama malam hari.
b. Angiopati Diabetik (Penyempitan pembuluh darah)
Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah
menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di
pembuluh darah sedang/ besar pada tungkai maka tungkai akan mudah
mengalami gangren diabetik yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman dan
berbau busuk. Adapun angiopati menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta
antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh.
c. Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik
(neoropati) (Soeparman, 2009).

C. MANIFESTASI KLINIS
Ulkus diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut
emboli membrikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh)
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola
dari fontaine :
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus) (Brunner
& Suddart, 2010).

D. PATHOFISIOLOGI
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes
mellitus adalah ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga faktor
yang sering disebut trias yaitu : Iskemik, Neuropati, dan Infeksi.
Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan
terjadi komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan
syaraf karena adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan
akson menghilang, penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek
otot, atrofi otot, keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila
diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus diabetika.
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena
kekurangan darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini
disebabkan adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga
sirkulasi jaringan menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut
nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin
dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga
timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai (Price, 2009).
Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan
menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah.
Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena
berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak
nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan
yang akan berkembang menjadi ulkus diabetika.
Proses angiopati pada penderita diabetes mellitus berupa penyempitan
dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah
terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi
berkurang kemudian timbul ulkus diabetika. Pada penderita DM yang tidak
terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membram
basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler bahkan dapat
terjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah
ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika.
Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan
HbA1C yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di
jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu
sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan
yang selanjutnya timbul ulkus diabetika (Windharto, 2010).
Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit
menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah
menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding
pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah.
Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL,
trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan
menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang
akan merangsang terjadinya aterosklerosis.
Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi
penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL (high-
density-lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah. Adanya faktor
risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap
aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan
menurun sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan
selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya
dimulai dari ujung kaki atau tungkai. aerobik Staphylokokus atau Streptokokus
serta kuman anaerob yaitu Clostridium perfringens, Clostridium novy, dan
Clostridium septikum Patogenesis ulkus diabetika pada penderita (Soeparman,
2009).

E. PATHWAY
Proses menu/kemunduran Life style yang jelek (junk food,
minim olahraga, konsumsi alkohol, dll)

Fungsi pengecap ↓ Fungsi pankreas ↓

Konsumsi gula >> ↓ kualitas dan kuantitas insulin

HIPERGLIKEMIA (DM)

Glukosa intra sel ↓ Komplikasi vaskuler Glycosuria

Glukoneogenesis ↑ Proses pembentukan osmotik


ATP/energi terganggu diuresis
Cadangan lemak Basa keton ↑ Mikrovaskuler Makrovaskuler
& protein <<

BB ↓ PK: KAD Retinopati Neuropati

Ketidakseimbangan Nefropati Kekuarangan


Nutrisi: kurang dari volume cairan
Kebutuhan tubuh Kelelahan/
Keletihan Risiko parestesia (kesemutan)
cedera semibilitas nyeri
suhu menurun

PK: GGK

Risiko infeksi

Nyeri Ulkus Ekstremitas

Tidak dirawat/kurang perawatan

Kurang vaskularisasi

Gangren

Kerusakan integritas kulit


(Andyagreeni, 2010).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Arora (2007), pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi 4 hal
yaitu:
1. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130
mg/dl mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat: Hb1C
Sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama 140 hari
terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr
gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal
dua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4. Tes glukosa darah dengan finger stick
Yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum, sample darah diletakkan pada
sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer,
pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa yang dapat
dilakukan dirumah.
5. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ )
6. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan
a. Medis
Menurut Soegondo (2013), penatalaksanaan medis pada pasien dengan
DM meliputi:
1) Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan yaitu
pemicu sekresi insulin, penambah sensitivitas terhadap insulin,
penghambat glukoneogenesis dan penghambat glukosidase alfa
2) Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan penurunan berat badan yang cepat,
hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis, ketoasidosis diabetic,
dan gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
3) Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar
glukosa darah.
b. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara
lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan
mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptik
ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg dan
penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara
mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka
amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.
Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan ulkus diabetikum:
1) Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan
energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan
kadar lemak
2) Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin
3) Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri
diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara
optimal.
4) Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada
malam hari
5) Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari
keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri
dan mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri
6) Kontrol nutrisi dan metabolik
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan
berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas
12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada
penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi
yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat
60%. Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula
darah yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses
atau infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya
penderita dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan
infeksi turun sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan
sebagai perawatan pasien secara total
7) Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus.
Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi
roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang
istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta
kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena
kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan
terjadi trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan bakteri
masuk pada tempat luka

H. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium
serta pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
5) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
8) Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut NANDA (2012) diagnosa keperawatan yang muncul untuk
penderita ulkus diabetes adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakseimbangan insulin dan makanan
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif (poliuria)
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Adanya ulkus diabetikum
pada kaki
5. Resiko infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah
.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)

1. Nyeri akut b.d agen NOC : Pain Control NIC : Pain Management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi :
cedera biologis
Domain 12. selama 3x24 jam diharapkan nyeri
 Monitor nyeri secara koprehensif
Kenyamanan kelas 1. berkurang /hilang dengan kriteria hasil : (PQRST)
1. Mampu mengontrol nyeri
Kenyamanan fisik
menggunakan tehnik non  Ajarkan teknik non farmakologi untuk
kode 00132 mengurang inyeri (nafas dalam)
farmakologi untuk mengurangi
nyeri  Edukasi pasien apa saja yang harus
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dilakukan ketika nyeri datang
dengan menggunakan manajemen  Kolaborasi pemberian analgesik
nyeri
3. Mampu mengenali nyeri ( skala,
intensitas, frekuensi, dan tanda
nyeri)
4. Mengatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang

2. Ketidakseimbangan NOC : Nutritional Status : food and NIC : Nutritional management


nutrisi kurang dari Fluid Intake
1) Kaji masukan nutrisi klien
kebutuhan tubuh b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan
ketidakseimbangan selama 3 x 24 jam diharapkan nutrisi 2) Anjurkan klien untuk makan
insulin dan makanan terpenuhi dengan kriteria hasil:
Domain 2. Nutrisi tinggi natrium.

kelas 1. Makan kode 1. Adanya peningkatan berat badan


3) Pertahankan hygiene mulut yang baik
00002 sesuai dengan tujuan
4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
2. Berat badan ideal sesuai dengan
pemberian diit.
tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi

4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi

5. Menunjukkan peningkatan fungsi


pengecapan dari menelan

6. Tidak terjadi penurunan berat


badan

3. Kekurangan volume NOC: Fluid Balance NIC : Fluid Management


Intervensi :
cairan b.d kehilangan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Monitor tanda-tamda vital, catat adanya
volume cairan aktif
selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan perubahan TD
 Kaji suhu, warna dan kelembapan kulit
(poliuria) cairan dan elektrolit terpenuhi dengan  Berikan penggantian nesogatrik sesuai
Domain 2. Nutrisi
kriteria hasil: output
kelas 5. Hidrasi  Pantau intake dan output Cairan
Kode 00027 1. Mempertahankan urine output  Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai
sesuai dengan usia dan BB, BJ indikasi
urine

2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh


dalam batas normal (120/80
mmHg, nadi 70x/menit, suhu 36,5-
37,5 C

3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,


Elastiditas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak
ada rasa haus berlebihan

4. Kerusakan integritas NOC : Penyembuhan Luka NIC : Perawatan Luka


Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi :
kulit b.d Adanya
 Kaji factor resiko yang menyebabkan
selama 3x24 jam diharapkan luka sembuh
ulkus diabetikum
kerusakan kulit
dengan kriteria hasil :
pada kaki  Kaji luas dan keadaan luka serta proses
1. Integritas kulit yang baik bisa
Domain 11.
dipertahankan (sensasi, elastisitas, penyembuhan
Keamanan/perlindun temperatur, hidrasi, pigmentasi)  Rawat luka dengan baik dan benar
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit  Kolaborasi dengan dokter untuk
gan .kelas 2. Cedera
3. Perfusi jaringan baik
fisik 4. Menunjukkan pemahaman dalam pemberian insulin, pemeriksaan kultur
Kode 00046 pus pemeriksaan gula darah pemberian
proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera antibiotik

berulang
5. Mmampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembapan kulit
5. Resiko infeksi b.d NOC : Risk Control NIC : Infection Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi :
tingginya kadar gula
 Monitor tanda dan gejala infeksi
selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi
darah  Kaji faktor yang menyebabkan
Domain 11. infeksi dengan kriteria hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala meningkatnya infeksi
Keamanan/  Anjurkan kepada pasian dan keluarga
infeksi
perlindungan Kelas 1. untuk selalu menjaga kebersihan
2. Mendiskripsikan proses penularan
Infeksi Kode 00004  Lakukan perawatan luka secara
penyakit, factor yang
aseptic
mempengaruhi penularan serta  Kolaborasi dengan dokter untuk
penatalaksanaannya pemberian antibiotika dan insulin
3. Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas normal
4500-10000 sel/mm3
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

Andyagreeni.2010. Ulkus Diabetik. http://medicom.blogdetik.com/2009/03/11/ulkus-


diabetik-2, diakses 26 Desember 2011

Brunner & Suddarth, (2010), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa. Jakarta: EGC.

McCloskey, Bulechek. (2010). “Nursing Interventions Classification (NIC)”. United


States of America: Mosby.

Meidean, J., M. (2010). “Nursing Outcomes Classification (NOC)”. United States of


America: Mosby.

NANDA Internasional. (2012). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta: EGC.

Price, S.A., (2009), Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,


Edisi 4. Jakarta: EGC.

Soeparman. (2009). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Jakarta: Gaya Baru.

Widharto. (2010). Kencing Manis (Diabetes Melitus). Jakarta: Sunda kelapa Pustaka.

Nurarif, Amin Huda., Kusuma, Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.
Norwood, D.V. (2011). Diabetic foot ulcer. EBSCO Publishing.
Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I (Editor). (2013). Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : balai Penerbit FKUI.
Vancouver Costal Health. (2010). Diabetic foot care: You and your feet. Vancouver
Coastal Health. http:/www.vch.eduhealth.ca. Diakses Desember 2016.

Anda mungkin juga menyukai