Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETIC FOOT ULCER

A. PENGERTIAN
Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).
Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang
berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah
(Decroli E, 2008). Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes
adalah kaki diabetik. Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf,
pasien tidak dapat membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun
berkurang.(Thoha, Wibowo.EW)
Kaki diabetik adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus
tidak terkendali. Kelainan kaki diabetes mellitus dapat disebabkan adanya
gangguan pembuluh darah, gangguan pensyarafan, dan adanya infeksi. Kaki
diabetes merupakan salah satu komplikasi diabetes yang masih luput dari perhatian.
Padahal, konsekuensi dari kaki diabetik yang terlanjur memburuk dapat
menyebabkan gangren dan mengarah pada tindakan amputasi (Soegondo,2009).
Luka Kaki Diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang
disebabkan karena neuropati, iskemik/angiopati, dan neuro-iskemik (Edmons,
2005). Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman
dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau
besar di tungkai. (Askandar, 2000).

B. ETIOLOGI
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati akan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan
distribusi tekanan pada telapak kaki dan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya

1
kerentanan terhadap infeksi inilah yang menyebabkan terjadinya infeksi lebih
mudah merebak dan menjadi infeksi yang luas. (Sarwono Waspadji,2006)
Ada 3 alasan mengapa orang diabetes lebih tinggi risikonya mengalami
masalah kaki. Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati)
membuat pasien tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi
karena tidak dirasakannya. Luka timbul spontan sering disebabkan karena trauma
misalnya kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal
yang sempit dan bahan yang keras. Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam
waktu yang tidak begitu lama. Luka akan menjadi borok dan menimbulkan bau
yang disebut gas gangren. Jika tidak dilakukan perawatan akan sampai ke tulang
yang mengakibatkan infeksi tulang (osteomylitis). Upaya yang dilakukan untuk
mencegah perluasan infeksi terpaksa harus dilakukan amputasi (pemotongan
tulang).
Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel
pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara
lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama).
Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan
bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian
dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak
jarang memerlukan tindakan amputasi.
Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah
dan hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan degenarasi
dari serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Di samping itu, dari
kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami infeksi akibat
munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk berkembanguya bakteri
patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh
subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes
yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi.
Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan
tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang
biak.
Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum
penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan
sel darah putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar

2
gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila KGD
menjadi normal dan terkontrol baik. Infeksi ini harus dianggap serius karena
penyebaran kuman akan menambah persoalan baru pada borok. Kuman pada borok
akan berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang bisa berakibat
fatal, ini yang disebut sepsis (kondisi gawat darurat). (Wibowo, EW, 1997).
Sejumlah peristiwa yang dapat mengawali kerusakan kaki pada penderita
diabetes sehingga meningkatkan risiko kerusakan jaringan antara lain :
 Luka kecelakaan
 Trauma sepatu
 Stress berulang
 Trauma panas
 Iatrogenik
 Oklusi vaskular
 Kondisi kulit atau kuku
Faktor resiko lain terjadinya kaki diabetik antara lain :
1. Penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia (usia pasien lebih dari 40
tahun) karena semakin tua usia penderita Diabetes Mellitus semakin mudah
untuk mendapatkan masalah yang serius pada kaki dan tungkainya.
2. Lamanya menderita Diabetes Mellitus (menderita Diabetes Mellitus lebih dari
10 tahun)
3. Riwayat merokok.
4. Penurunan denyut nadi perifer.
5. Penurunan sensibilitas.
6. Deformitas Anatomis (bagian yang menonjol).
7. Riwayat ulkus kaki / amputasi.

C. KLASIFIKASI
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetik yaitu klasifikasi oleh
Edmonds dari King’s College Hospital London, klasifikasi Liverpool, klasifikasi
Wagner, klasifikasi Texas, serta yang lebih banyak digunakan adalah yang
dianjurkan oleh International Working Group On Diabetik Foot karena dapat
menentukan kelainan apa yang lebih dominan yakni vaskular, infeksi dan neuropati,
sehingga arah pengelolaan dalam pengobatan dapat tertuju dengan baik, namun

3
pada penelitian ini klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi berdasarkan
Wagner.
1. Klasifikasi menurut Edmons
a. Stage 1: Normal Foot

b. Stage 2: High Risk Foot

c. Stage 3: Ulcerated Foot

d. Stage 4: Infected Foot

e. Stage 5: Necrotic Foot

4
f. Stage 6: Unsavable Foot

2. Klasifikasi menurut Wagner


a. Derajat 0
Derajat 0 ditandai antara lain kulit tanpa ulserasi dengan satu atau lebih
faktor risiko berupa neuropati sensorik yang merupakan komponen primer
penyebab ulkus; peripheral vascular disease; kondisi kulit yaitu kulit kering
dan terdapat callous (yaitu daerah yang kulitnya menjadi hipertropik dan
anastesi); terjadi deformitas berupa claw toes yaitu suatu kelainan bentuk
jari kaki yang melibatkan metatarsal phalangeal joint, proximal
interphalangeal joint dan distal interphalangeal joint. Deformitas lainnya
adalah depresi caput metatarsal, depresi caput longitudinalis dan
penonjolan tulang karena arthropati charcot.
b. Derajat I
Derajat I terdapat tanda-tanda seperti pada grade 0 dan menunjukkan
terjadinya neuropati sensori perifer dan paling tidak satu faktor risiko
seperti deformitas tulang dan mobilitas sendi yang terbatas dengan ditandai
adanya lesi kulit terbuka, yang hanya terdapat pada kulit, dasar kulit dapat
bersih atau purulen (ulkus dengan infeksi yang superfisial terbatas pada
kulit).
c. Derajat II
Pasien dikategorikan masuk grade II apabila terdapat tanda-tanda pada
grade I dan ditambah dengan adanya lesi kulit yang membentuk ulkus.
Dasar ulkus meluas ke tendon, tulang atau sendi. Dasar ulkus dapat bersih
atau purulen, ulkus yang lebih dalam sampai menembus tendon dan tulang
tetapi tidak terdapat infeksi yang minimal.
d. Derajat III
Apabila ditemui tanda-tanda pada grade II ditambah dengan adanya abses
yang dalam dengan atau tanpa terbentuknya drainase dan terdapat

5
osteomyelitis. Hal ini pada umumnya disebabkan oleh bakteri yang agresif
yang mengakibatkan jaringan menjadi nekrosis dan luka tembus sampai ke
dasar tulang, oleh karena itu diperlukan hospitalisasi/ perawatan di rumah
sakit karena ulkus yang lebih dalam sampai ke tendon dan tulang serta
terdapat abses dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Derajat IV
Derajat IV ditandai dengan adanya gangren pada satu jari atau lebih,
gangren dapat pula terjadi pada sebagian ujung kaki. Perubahan gangren
pada ekstremitas bawah biasanya terjadi dengan salah satu dari dua cara,
yaitu gangren menyebabkan insufisiensi arteri. Hal ini menyebabkan
perfusi dan oksigenasi tidak adekuat. Pada awalnya mungkin terdapat suatu
area focal dari nekrosis yang apabila tidak dikoreksi akan menimbulkan
peningkatan kerusakan jaringan yang kedua yaitu adanya infeksi atau
peradangan yang terus-menerus Dalam hal ini terjadi oklusi pada arteri
digitalis sebagai dampak dari adanya edema jaringan lokal.
f. Derajat V
Derajat V ditandai dengan adanya lesi/ulkus dengan gangren-gangren
diseluruh kaki atau sebagian tungkai bawah.

3. Klasifikasi modifikasi Brodsky


Kedalaman Luka Definisi
0 Kaki berisiko tanpa ulserasi
1 Ulserasi superfisial, tanpa ulserasi
2 Ulserasi yang dalam sampai mengenai tendon
3 Ulserasi yang luas/abses
Luas Daerah Iskemik Definisi
A Tanpa iskemik
B Iskemik tanpa gangrene
C Partial gangrene
D Complete foot gangrene

Berdasarkan pembagian menurut Wagner di atas, maka tindakan


pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut :
a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada
b. Derajat I-IV : pengelolaan medik dan tindakan bedah minor
c. Derajat V : tindakan bedah minor, bila gagal dilanjutkan dengan tindakan bedah
mayor (amputasi diatas lutut atau amputasi bawah lutut).

6
Beberapa tindakan bedah khusus diperlukan dalam pengelolaan kaki
diabetik ini, sesuai indikasi dan derajat lesi yang dijumpai seperti :
a. Insisi : abses atau selulitis yang luas
b. Eksisi : pada kaki diabetik derajat I dan II
c. Debridement/nekrotomi : pada kaki diabetik derajat II, III, IV dan V
d. Mutilasi : pada kaki diabetik derajat IV dan V
e. Amputasi : pada kaki diabetik derajat V

D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang
menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar
arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian
bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap timbulnya
kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit
maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi
kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi
nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan
amputasi.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,
metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia)
ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme
karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat
menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis),
akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil., yang
mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan
oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah
kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya
kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita
neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan
yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak
ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan
bahkan amputasi.
7
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita
diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah
putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah
(KGD) diatas 200 mg%. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang
akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita
diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi.
Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan
tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang
biak.

Kerusakan
integritas jaringan

Gangguan
Citra Tubuh

8
9
E. TANDA DAN GEJALA
1. Gangguan Pembuluh Darah (Angiopati)
Keadaan hiperglikimia (kadar gula darah tinggi dalam darah) yang terus
menerus akan mempunyai dampak pada kemampuan pembuluh darah tidak
berkontraksi dan relaksasi berkurang. Hal ini mengakibatkan sirkulasi darah
tubuh menurun, terutama kaki, dengan gejala antara lain :
a. Sakit pada tungkai bila berdiri, berjalan, dan melakukan kegiatan fisik.
b. Jika diraba kaki terasa dingin, tidak hangat.
c. Rasa nyeri kaki waktu istirahat pada malam hari.
d. Sakit pada telapak kaki satelah berjalan.
e. Jika luka sukar sembuh.
f. Pemeriksaan tekanan nadi kaki menjadi kecil atau hilang.
g. Perubahan warna kulit, kaki tampak pucat atau kebiru- biruan.
(Tjahjadi,2002)
2. Gangguan Pensyarafan (Neuropati)
Neuropati akan menghambat signal, rangsangan atau terputusnya
komunikasi dalam tubuh. Syaraf pada kaki sangat penting dalam
menyampaikan pesan ke otak, sehingga menyadarkan kita adanya bahaya pada
kaki, misalnya rasa sakit saat tertusuk paku atau rasa panas saat terkena benda-
benda panas. Kaki diabetes dengan gangguan neuropati akan mengalami
gangguan sensorik, motorik, dan otonomik. Neuropati sensorik ditandai dengan
perasaan pada baal atau kebal (parastesia), kurang berasa (hipestesia) terutama
pada ujung kaki terhadap rasa panas, dingin dan sakit, terkadang disertai rasa
pegal dan nyeri pada kaki. Neuropati mootorik ditandai dengan kelemahan
system otot, otot mengecil, mudah lelah, kram otot, deformitas kaki (charcot),
ibu jari seperti palu (hammer toe), sulit mengatur keseimbangan tubuh.
Gangguan syaraf otonomik pada kaki ditandai dengan kulit menjadi kering,
pecah- pecah dan tampak mengkilat karena kelenjar keringat di bawah kulit
berkurang (Foster, 2002).
3. Iskemik
Ini disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama
di daerah betis. Gambaran klinisnya adalah :
a. Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
b. Pada perabaan terasa dingin.
10
c. Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
d. Didapatkan ulkus sampai gangrene. (Waspadji,2006)
4. Infeksi
Penurunan sirkulasi darah pada daerah kaki akan menghambat proses
penyembuhan luka, akibatnya kuman masuk ke dalam luka dan terjadi infeksi.
Peningkatan kadar gula darah akan menghambat kerja leukosit dalam mengatasi
infeksi, luka menjadi ulkus gangrene dan terjadi perluasan infeksi sampai ke
tulang (osteomielitis). Kaki yang mengalami ulkus gangren luas sulit untuk
diatasi, yang memerlukan tindakan amputasi. (Tjahjadi,2002)

Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan


komplikasi kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes bagian
kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
- Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).
- Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).
- Nyeri saat istirahat.
- Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).
Gambaran klinis dibedakan: neuropatik dan iskemik.
1. Gambaran neuropatik
- gangguan sensorik
- perubahan trofik kulit
- ulkus plantar
- atropati degeneratif (sendi Charcot)
- pulsasi sering teraba
- sepsis (bakteri/jamur)
2. Gambaran iskemik
- nyeri saat istirahat
- ulkus yang nyeri disekitar daerah yang tertekan
- riwayat klaudikasio intermiten
- pulsasi tidak teraba
- sepsis ( bakteri/jamur)

11
Tabel 2. Perbedaan klinis iskemia dan neuropati pada kaki diabetik
Iskemia Neuropati
Gejala Klaudikasio Biasanya tidak nyeri
Nyeri saat istirahat Kadang nyeri neuropati
Inspeksi Tergantung rubor Lenngkung tinggi
Perubahan Tropik Kuku-kuku jari kaki
Tak ada perubahan tropic
Palpasi Dingin Hangat
Tak teraba nadi Nadi teraba
Ulserasi Nyeri Tak nyeri
Tumit dan jari kaki Plantar

Tabel 3. Stadium dari Fontaine


Stadium Gejala dan Tanda Klinis
I Gejala tidak spesifik seperti kesemutan , rasa berat
II Claudicatio intermitten yaitu sakit bila berjalan, hilang bila
IIa istirahat
IIb Bila keluhan sakit pada jarak jalan >200 m
III Bila keluhan sakit pada jarak jalan <200 m
IV Rest pain : sakit meskipun waktu istirahat (malam hari)
Ulkus / gangrene

F. MASALAH UMUM PADA KAKI DIABETIK


1. Gangren ( Luka yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk)
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan
mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang
disebabkan oleh infeksi. Sedangkan gangren kaki diabetik adalah luka pada
kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang
terjadi pada pembuluh darah sedang. Gangren kaki diabetik ini bisa dibagi
menjadi enam tingkat yaitu:
a. Derajat 0
Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki seperti claw, callus.
b. Derajat 1
Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
c. Derajat 2
Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
d. Derajat 3

12
Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Derajat 4
Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
f. Derajat 5
Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai. (RA, 2009)

2. Kapalan (Callus)
Kapalan (Callus) merupakan penebalan atau pengerasan kulit yang juga
terjadi pada kaki diabetes, akibat dari adanya neuropati dan penurunan siklus
darah dan juga gesekan atau tekanan ang berulang- ulang pada daerah tertentu
kaki. Jika kejadian tersebut tidak diketahui dan diobati dengan tepat, maka akan
menimbulkan luka pada jaringan dibawahnya, yang berlanjut dengan infeksi
menjadi ulkus (Tjahjadi,2002).

3. Kulit Melepuh
Kejadian kulit melepuh atau iritasi sering diakibatkan oleh pemakaian
sepatu yang sempit, jika hal ini terjadi jangan mengobati sendiri. Kulit yang
mengalami iritasi seringkali disertai dengan infeksi (ulkus) dan terkadang tidak
dirasa akibat adanya neuropati, dan diketahui setelah keluarnya cairan atau
nanah, yang merupakan tanda awal dari masalah. Ulkus harus segera diobati
dan dirujuk ke podiatrist atau tim kesehatan. (RA,2009)
4. Cantengan ( kuku masuk ke dalam jaringan)
Cantengan merupakan kejadian luka infeksi pada jaringan sekitar kuku yang
sering disebabkan adanya pertumbuhan kuku yang salah. Keadaan ini
disebabkan oeleh perawatan kuku yang tidak tepat misalnya pemotongan kuku
yang salah (seperti terlalu pendek atau miring), kebiasaan mencungkil kuku
yang kotor. Seperti kita ketahui kuki juga merupakan sumber kuman, jadi bila

13
ada luka mudah terinfeksi. Cantengan ditandai dengan sakit pada jaringan
sekitar kuku, merah dan bengkak dankeluar cairan nanah, yang harus segera
ditanggulangi (Soegondo, 2005).

5. Kulit Kaki Kering dan Pecah


Dapat terjadi karena saraf pada kaki tidak mendapatkan pesan dari otak
(karena neuropati diabetik) untuk berkeringat yang akan menjaga kulit tetap
lembut dan lembab. Kulit yang kering dapat pecah. Adanya pecahan pada kulit
dapat membuat kuman masuk dan menyebabkan infeksi. Dengan gula darah
anda yang tinggi, kuman akan mendapatkan makanan untuk berkembang
sehingga memperburuk infeksi. (RA, 2009)
6. Jari Kaki Bengkok
Terjadi ketika otot kaki menjadi lemah. Kerusakan saraf karena diabetes
dapat menyebabkan kelemahan ini. Otot yang lemah dapat menyebabkan
tendon (jaringan yang menghubungkan otot dan tulang) di kaki memendek
sehingga jari kaki menjadi bengkok. Akan menimbulkan masalah dalam
berjalan dan kesulitan menemukan sepatu yang tepat. Dapat juga disebabkan
pemakaian sepatu yang terlalu pendek. (Soegondo,2009)

7. Kaki Atlet (Athlete’s Foot)


Disebabkan jamur yang menimbulkan rasa gatal, kemerahan, dan pecahnya
kulit. Pecahnya kulit diantara jari kaki memungkinkan kuman masuk ke dalam
kulit dan menimbulkan infeksi. Infeksi dapat meluas sampai ke kuku kaki
sehingga membuatnya tebal, kekuningan, dan sulit dipotong. (RA, 2009)
8. Radang Ibu Jari Kaki (Jari Seperti Martil)
Pemakaian sepatu yang terlalu sempit dapat menimbulkan luka pada jari-
jari kaki, kemudian terjadi peradangan. Adanya neuropati dan peradangan yang
lain pada ibu jari kaki menyebabkan terjadinya perubahan bentuk ibu jari kaki

14
seperti martil (hammer toe). Kejadian ini dapat juga disebabkan adanya
kelainan anatomik yang dapat menimbulkan titik tekan abnormal pada kaki.
Kadang- kadang pembedahan diperlukan untuk mencegah komplikasi ke
tulang. (Soegondo, 2009)
9. Kaki Charcot
Suatu kondisi yang menggambarkan efek dari pelunakan tulang yang terjadi
dalam kaki. Hal ini terjadi sebagai akibat dari neuropati atau kerusakan saraf
ekstrim. Tulang menjadi terlalu lemah dan akhirnya menjadi mudah retak.
Karena saraf telah menjadi terlalu rusak, rangsangan tidak lagi sedang dikirim
seperti perasaan sakit. Selain, gerakan otot juga terhambat. Karena tidak ada
yang dirasakan dalam wilayah karena kerusakan saraf, struktur tulang seluruh
kaki mengalami stress dan trauma berulang kali.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
1. Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
2. Pemeriksaan glukosa darah.
3. Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menginfeksi
luka segingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
4. Tes lain yang dapat dilakukan adalah: sensasi pada getaran, merasakan sentuhan
ringan, kepekaan terhadap suhu.

H. PROGNOSIS
Pada penderita diabetes, 1 diantara 20 penderita akan menderita ulkus pada
kaki dan 1 diantara 100 penderita akan membutuhkan amputasi setiap tahun. Oleh
karena itu, diabetes merupakan faktor penyebab utama amputasi non trauma
ekstremitas bawah di Amerika Serikat. Amputasi kontralateral akan dilakukan pada
50 % penderita ini selama rentang 5 tahun ke depan.
Neuropati perifer yang terjadi pada 60% penderita diabetes merupakan
resiko terbesar terjadinya ulkus pada kaki, diikuti dengan penyakit mikrovaskuler
dan regulasi glukosa darah yang buruk. Pada penderita diabetes dengan neuropati,
meskipun hasil penyembuhan ulkus tersebut baik, angka kekambuhanrrya 66% dan
angka amputasi meningkat menjadi 12%.

15
I. KOMPLIKASI
Komplikasi berat dari infeksi kaki pada pasien diabetes melitus adalah
fasciitis nekrotika dan gas gangren. Pada keadaan demikian diperlukan tindakan
bedah emergensi berupa amputasi. Amputasi bertujuan untuk menghilangkan
kondisi patologis yang mengganggu fungsi, penyebab kecacatan atau
menghilangkan penyebab yang dapat mengancam jiwa sehingga rehabilitasi
kemudian dapat dilakukan. Indikasi amputasi pada kaki diabetika:
a. Gangren terjadi akibat iskemia atau nekrosis yang meluas
b. Infeksi yang tidak bisa dikendalikan
c. Ulkus resisten
d. Osteomielitis
e. Amputasi jari kaki yang tidak berhasil,
f. Bedah revaskularisasi yang tidak berhasil
g. Trauma pada kaki
h. Luka terbuka yang terinfeksi pada ulkus diabetika akibat neuropati

J. PENCEGAHAN
Fokus utama penanganan kaki diabetik adalah pencegahan terhadap
terjadinya luka.Strategi pencegahan meliputi edukasi kepada pasien, perawatan
kulit, kuku dan kaki dan penggunaan alas kaki yang dapat melindungi.
Pada penderita dengan risiko rendah diperbolehkan menggunakan sepatu,
hanya saja sepatu yang digunakan tidak sempit atau sesak. Sepatu atau sandal
dengan bantalan yang lembut dapat mengurangi risiko terjadinya kerusakan
jaringan akibat tekanan langsung yang dapat memberi beban pada telapak kaki.
Pada penderita diabetes mellitus dengan gangguan penglihatan sebaiknya
memilih kaos kaki yang putih karena diharapkan kaos kaki putih dapat
memperlihatkan adanya luka dengan mudah.
Perawatan kuku yang dianjurkan pada penderita diabetes mellitus adalah
kuku-kuku harus dipotong secara transversal untuk mengurangi risiko terjadinya
kuku yang tumbuh kedalam dan menusuk jaringan sekitar.
Edukasi tentang pentingnya perawatan kulit, kuku dan kaki serta
penggunaan alas kaki yang dapat melindungi dapat dilakukan saat penderita datang
untuk kontrol.

16
Jenis alas kaki yang direkomendasikan
Pencegahan kaki diabetik, yaitu :
a. Setiap infeksi meskipun kecil merupakan masalah penting sehingga menuntut
perhatian penuh.
b. Kaki harus dibersihkan secara teliti dan dikeringkan dengan handuk kering
setiap kali mandi.
c. Kaki harus diinspeksi setiap hari termasuk telapaknya, dapat dengan
menggunakan cermin.
d. Kaki harus dilindungi dari kedinginan.
e. Kaki harus dilindungi dari kepanasan,batu atau pasir panas dan api.
f. Sepatu harus cukup lebar dan pas.
g. Dianjurkan memakai kaus kaki setiap saat.
h. Kaus kaki harus cocok dan dikenakan secara teliti tanpa lipatan.
i. Alas kaki tanpa pegangan, pita atau tali antara jari.
j. Kuku dipotong secara lurus.
k. Berhenti merokok

K. PENATALAKSANAAN
Manajemen kaki diabetik dilakukan secara komprehensif melalui upaya;
mengatasi penyakit (commorbidity), menghilangkan/mengurangi tekanan beban
(offloading), menjaga luka agar selalu lembab (moist), penanganan infeksi,
debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah elektif, profilaktik, kuratif atau
emergensi. Penyakit diabetes melitus melibatkan sistem multi organ yang akan
mempengaruhi penyembuhan luka. Hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia,
gangguan kardiovaskular (stroke, penyakit jantung koroner), gangguan fungsi
ginjal, dan lainnya harus dikendalikan.
1. Debridemen
Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting pada kasus kaki
diabetika. Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya pembersihkan benda
asing dan jaringan nekrotik pada luka. Luka tidak akan sembuh apabila masih

17
didapatkan jaringan nekrotik, debris, kalus, fistula/rongga yang memungkinkan
kuman berkembang. Setelah dilakukan debridemen luka harus diirigasi dengan
larutan garam fisiologis atau pembersih lain dan dilakukan dressing (kompres).
Ada beberapa pilihan dalam tindakan debridemen, yaitu debridemen
mekanik, enzimatik, autolitik, biologik, dan debridement bedah. Debridemen
mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka cairan fisiolofis, ultrasonic laser,
dan sebagainya, dalam rangka untuk membersihkan jaringan nekrotik.
Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan pemberian enzim eksogen
secara topikal pada permukaan lesi. Enzim tersebut akan menghancurkan
residu-residu protein. Contohnya, kolagenasi akan melisikan kolagen dan
elastin. Beberapa jenis debridement yang sering dipakai adalah papin, DNAse
dan fibrinolisin. Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila seseorang
terkena luka. Proses ini melibatkan makrofag dan enzim proteolitik endogen
yang secara alami akan melisiskan jaringan nekrotik.
Secara sintetis preparat hidrogel dan hydrocolloid dapat menciptakan
kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit tubuh dan bertindak sebagai agent
yang melisiskan jaringan nekrotik serta memacu proses granulasi. Belatung
(Lucilla serricata) yang disterilkan sering digunakan untuk debridemen biologi.
Belatung menghasilkan enzim yang dapat menghancurkan jaringan nekrotik.
Debridemen bedah merupakan jenis debridemen yang paling cepat dan efisien.
Tujuan debridemen bedah adalah untuk:
a. Mengevakuasi bakteri kontaminasi,
b. Mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat penyembuhan,
c. Menghilangkan jaringan kalus,
d. Mengurangi risiko infeksi lokal
2. Mengurangi Beban Tekan (Off Loading)
Pada saat seseorang berjalan maka kaki mendapatkan beban yang besar. Pada
penderita diabetes melitus yang mengalami neuropati permukaan plantar kaki
mudah mengalami luka atau luka menjadi sulit sembuh akibat tekanan beban
tubuh maupun iritasi kronis sepatu yang digunakan. Salah satu hal yang sangat
penting namun sampai kini tidak mendapatkan perhatian dalam perawatan kaki
diabetik adalah mengurangi atau menghilangkan beban pada kaki (off loading).
Upaya off loading berdasarkan penelitian terbukti dapat mempercepat
kesembuhan ulkus. Metode off loading yang sering digunakan adalah:

18
mengurangi kecepatan saat berjalan kaki, istirahat (bed rest), kursi roda, alas
kaki, removable cast walker, total contact cast, walker, sepatu boot ambulatory.
Total contact cast merupakan metode off loading yang paling efektif
dibandingkan metode yang lain. Berdasarkan penelitian bahwa dapat
mengurangi tekanan pada luka secara signifikan dan memberikian kesembuhan
antara 73%-100%. TCC dirancang mengikuti bentuk kaki dan tungkai, dan
dirancang agar tekanan plantar kaki terdistribusi secara merata. Telapak kaki
bagian tengah diganjal dengan karet sehingga memberikan permukaan rata
dengan telapak kaki sisi depan dan belakang (tumit).
3. Perawatan Luka
Perawatan luka moderen menekankan metode moist wound healing atau
menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh
apabila eksudat dapat dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka
tidak lengket dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeabel
terhadap gas. Tindakan dressing merupakan salah satu komponen penting
dalam mempercepat penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah bagaimana
menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat meminimalisasi
trauma dan risiko operasi.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dressing
yang akan digunakan, yaitu tipe ulkus, ada atau tidaknya eksudat, ada tidaknya
infeksi, kondisi kulit sekitar dan biaya. Ada beberapa jenis dressing yang sering
dipakai dalam perawatan luka, seperti: hydrocolloid, hydrogel, calcium
alginate, foam, kompres anti mikroba, dan sebagainya.

19
Ovington memberikan pedoman dalam memilih dressing yang tepat dalam
menjaga keseimbangan kelembaban luka (Science of wound management):
a. Kompres harus mampu memberikan lingkungan luka yang lembab
b. Gunakan penilaian klinis dalam memilih kompres untuk luka luka tertentu
yang akan diobati
c. Kompres yang digunakan mampu untuk menjaga tepi luka tetap kering
selama sambil tetap mempertahankan luka bersifat lembab
d. Kompres yang dipilih dapat mengendalikan eksudat dan tidak menyebabkan
maserasi pada luka
e. Kompres yang dipilih bersifat mudah digunakan dan yang bersifat tidak
sering diganti
f. Dalam menggunakan dressing, kompres dapat menjangkau rongga luka
sehingga dapat meminimalisasi invasi bakteri
g. Semua kompres yang digunakan harus dipantau secara tepat

Pengendalian Infeksi
Pemberian antibitoka didasarkan pada hasil kultur kuman. Namun sebelum
hasil kultur dan sensitifitas kuman tersedia antibiotika harus segera diberikan secara
empiris pada kaki diabetik yang terinfeksi. Pada kaki diabetika ringan/sedang
antibiotika yang diberikan di fokuskan pada patogen gram positif. Pada ulkus
terinfeksi yang berat (limb or life threatening infection) kuman lebih bersifat
polimikrobial (mencakup bakteri gram positif berbentuk coccus, gram negatif
berbentuk batang, dan bakteri anaerob) antibiotika harus bersifat broadspectrum,
diberikan secara injeksi.
Pada infeksi berat yang bersifat limb threatening infection dapat diberikan
beberapa alternatif antibiotika seperti: ampicillin/sulbactam, ticarcillin/clavulanate,
piperacillin/tazobactam, Cefotaxime atau ceftazidime+clindamycin,
fluoroquinolone + clindamycin. Sementara pada infeksi berat yang bersifat life
threatening infection dapat diberikan beberapa alternatif antibiotika seperti berikut:
ampicillin/sulbactam + aztreonam, piperacillin/tazobactam + vancomycin,
vancomycin + metronbidazole + ceftazidime, imipenem/cilastatin atau
fluoroquinolone + vancomycin + metronidazole.

20
Pada infeksi berat pemberian antibitoika diberikan selama 2 minggu atau
lebih. Bila ulkus disertai osteomielitis penyembuhannya menjadi lebih lama dan
sering kambuh. Maka pengobatan osteomielitis di samping pemberian antibiotika
juga harus dilakukan reseksi bedah. Antibiotika diberikan secara empiris, melalui
parenteral selama 6 minggu dan kemudain dievaluasi kembali melalui foto
radiologi. Apabila jaringan nekrotik tulang telah direseksi sampai bersih pemberian
antibiotika dapat dipersingkat, biasanya memerlukan waktu 2 minggu.
Revaskularisasi
Ulkus atau gangren kaki tidak akan sembuh atau bahkan kemudian hari akan
menyerang tempat lain apabila penyempitan pembuluh darah kaki tidak dilakukan
revaskularisasi. Tindakan debridemen, mengurangi beban, perawatan luka, tidak
akan memberikan hasil optimal apabila sumbatan di pembuluh darah tidak
dihilangkan. Tindakan endovaskular (Angioplasti Transluminal Perkutaneus
(ATP) dan atherectomy) atau tindakan bedah vaskular dipilih berdasarkan jumlah
dan panjang arteri femoralis yang tersumbat. Bila oklusi terjadi di arteri femoralis
satu sisi dengan panjang atherosklerosis <15 cm tanpa melibatkan arteri politea,
maka tindakan yang dipilih adalah ATP. Namun lesi oklusi bersifat multipel dan
mengenai arteri poplitea/arteri tibialis maka tindakan yang direkomendasikan
adalah bedah vaskular (by pass). Berdasarkan penelitian revaskularisasi agresif
pada tungkai yang mengalami iskemia dapat menghindakan amputasi dalam
periode 3 tahun sebesar 98%.
Tindakan Bedah
Jenis tindakan bedah pada kaki diabetika tergantung dari berat ringannya
ulkus diabetes melitus. Tindakan bedah dapat berupa insisi dan drainage,
debridemen, amputasi, bedah revaskularisasi, bedah plastik atau bedah profilaktik.
Intervensi bedah pada kaki diabetika dapat digolongkan menjadi empat kelas I

21
(elektif), kelas II (profilaktif), kelas III (kuratif) dan kelas IV (emergency).
Tindakan elektif ditujukan untuk menghilangkan nyeri akibat deformitas, seperti
pada kelainan spur tulang, hammer toes atau bunions.
Tindakan bedah profilaktif diindikasikan untuk mencegah terjadinya ulkus
atau ulkus berulang pada pasien yang mengalami neuropati. Prosedur rekonsktuksi
yang dilakukan adalah melakukan koreksi deformitas sendi, tulang atau tendon.
Tindakan bedah kuratif diindikasikan bila ulkus tidak sembuh dengan perawatan
konservatif. Contoh tindakan bedah kuratif adalah bila tindakan endovaskular
(angioplasti dengan menggunakan balon atau atherektomi) tidak berhasil maka
perlu dilakukan bedah vaskular.
Osteomielitis kronis merupakan indikasi bedah kuratif. Pada keadaan ini
jaringan tulang mati dan jaringan granulasi yang terinfeksi harus diangkat, sinus
dan rongga mati harus dihilangkan. Prosedur bedah ditujukan untuk menghilangkan
penekanan kronis yang mengganggu proses penyembuhan. Tindakan tersebut dapat
berupa exostectomy, artroplasti digital, sesamodectomy atau reseksi caput
metatarsal. Tindakan bedah emergensi paling sering dilakukan, yang diindikasikan
untuk menghambat atau menghentikan proses infeksi. Tindakan bedah emergensi
dapat berupa amputasi atau debridemen jaringan nekrotik. Dari sudut pandang
seorang ahli bedah, tindakan pembedahan ulkus terinfeksi dapat dibagi menjadi
infeksi yang tidak mengancam tungkai (grade 1 dan 2) dan infeksi yang mengancam
tungkai (grade 3 dan 4).
Pada ulkus terinfeksi superfisial tindakan debridement dilakukan dengan
tujuan untuk: drainage pus, mengangkat jaringan nekrotik, membersihkan jaringan
yang menghambat pertumbuhan jaringan, menilai luasnya lesi dan untuk
mengambil sampel kultur kuman. Tindakan amputasi dilakukan bila dijumpai
adanya gas gangren, jaringan terinfeksi, untuk menghentikan perluasan infeksi,
mengangkat bagian kaki yang mengalami ulkus berulang.

L. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data
1) Identitas penderita

22
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum:
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
- Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.

23
- Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
- Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
- Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
- Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
- Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas/sakit saat berkemih.
- Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
- Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).
3. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

24
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki
diabetik adalah sebagai berikut :
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan penurunan sirkulasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
3. Risiko infeksi dengan faktor risiko gangguan integritas kulit
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi diri

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


Keperawatan (NOC)

1 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Pain management


jaringan berhubungan keperawatan selama ... x ... menit 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan penurunan kerusakan integritas jaringan dapat secara komprehensif
sirkulasi teratasi
termasuk lokasi,
Kriteria hasil :
karakteristik, durasi,
Indikator IR ER
- Temperatur jaringan frekuensi, kualitas dan
sesuai yang di faktor presipitasi
harapkan 2. Observasi reaksi non verbal
- Elastisitas sesuai dari ketidak-nyamanan
yang di harapkan 3. Kurangi faktor presipitasi
- Warna sesuai yang nyeri
di harapkan
- Bebas dari lesi 4. Pilih dan lakukan
jaringan penanganan nyeri
(farmakologi, non
Keterangan: farmakologi dan inter
1. Tidak ada
personal)
2. Ringan
3. Sedang 5. Ajarkan tentang teknik non
4. Berat farmakologi
5. Sangat Berat 6. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
7. Tingkatkan istirahat

2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain management


berhubungan dengan keperawatan ... x ... jam, 1. Lakukan pengkajian nyeri
agen cedera fisik diharapkan nyeri akut teratasi. secara komprehensif
Kriteria Hasil :
termasuk lokasi,
Pain Level
Indikator IR ER karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
2. Observasi reaksi non verbal
dari ketidak-nyamanan
3. Kurangi faktor presipitasi
nyeri

25
- Melaporkan adanya 4. Pilih dan lakukan
nyeri penanganan nyeri
- Luas tubuh yang (farmakologi, non
terpengaruh nyeri farmakologi dan inter
- Frekuensi nyeri
- Panjangnya episode personal)
nyeri 5. Ajarkan tentang teknik non
- Pernyataan nyeri farmakologi
- Ekspresi nyeri pada 6. Berikan analgetik untuk
wajah mengurangi nyeri
- Posisi tubuh 7. Tingkatkan istirahat
protektif
Keterangan
1. Kuat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

3. Risiko infeksi dengan Setelah dilakukan tindakan Infection Control


faktor risiko gangguan keperawatan ... x ... jam, diharap 1. Pertahankan teknik aseptif
integritas kulit kan infeksi tidak terjadi 2. Cuci tangan setiap sebelum
Kriteria hasil dan sesudah tindakan
Immune status keperawatan
Knowledge: infection control 3. Gunakan baju, sarung
Risk control tangan sebagai alat
Indikator IR ER pelindung
- Pengetahuan 4. Tingkatkan intake nutrisi
tentang risiko 5. Berikan terapi antibiotik
- Memonitor faktor bila perlu
risiko dari personal 6. Monitor tanda dan gejala
- Klien bebas dari infeksi sistemik dan lokal
tanda dan gejala 7. Inspeksi kulit dan membran
infeksi mukosa terhadap
- Menunjukkan kemerahan, panas, drainase
kemampuan untuk 8. Monitor adanya luka
mencegah 9. Dorong istirahat
timbulnya infeksi 10. Ajarkan pasien dan
- Jumlah leukosit keluarga tanda dan gejala
dalam batas normal infeksi
- Menunjukkan
perilaku hidup sehat
Keterangan
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan

4. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji secara verbal dan
berhubungan dengan keperawatan ... x ... jam, nonverbal respon klien
perubahan persepsi diri diharapkan gangguan citra tubuh terhadap tubuhnya
teratasi
2. Monitor frekuensi
Kriteria Hasil:
Body image mengkritik dirinya

26
Self esteem 3. Jelaskan tentang
Indikator IR ER pengobatan, perawatan,
- Body image positif kemajuan dan prognosis
- Mampu penyakit
mengidentifikasi
4. Dorong klien
kekuatan personal
- Mendiskripsikan mengungkapkan
secara faktual perasaannya
perubahan fungsi 5. Identifikasi arti pengurangan
tubuh melalui pemakaian alat
- Mempertahankan bantu
interaksi sosial 6. Fasilitasi kontak dengan
Keterangan
individu lain dalam
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan kelompok kecil
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan

27
DAFTAR PUSTAKA

ADA, 2011, Standards of Medical Care for Patients With Diabetes Mellitus,
Diabetes Care 25.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Djokomoeljanto. 2007. Diabetes Melitus ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit
Dalam.Semarang : CV Agung Semarang
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Interventions and NOC Outcome. New Jersey : Horrisonburg.
M, Atun. 2010. Memahani, Mencegah, dan Merawat Penderita Penyakit Gula.
Bantul: Kreasi Wacana
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
NANDA, nic-noc. (2013). Diagnosis Keperawatan, NANDA 2013 Definisi &
Klasifikasi, T. Heather Herdman, PhD, RN, Jilid 2. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A, Lorraine MW. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC, 2005.
RA, Nabyl. 2009. Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus.
Yogjakarta: Aulia Publishing
Rubenstein D, Waine D & Bradley J. Kedokteran Klinis Edisi Ke 6. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2005.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC.
Soegondo, Sidartawan, dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sudoyo AW. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006.
Swartz MH. Buku Ajar Diagnostic Fisik. Jakarta: EGC ,2002.
Sylvia A. Price dan Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit alih bahasa Brahm U. EGC : Jakarta

28

Anda mungkin juga menyukai