Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

POST OPS DEBRIDEMENT ULKUS DIABETIKUM

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

Disusun Oleh :
DADAN PRIYATNA YUDIANSAH
NIM : 20149012012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS RSUD KELAS B KABUPATEN SUBANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) YPIB MAJALENGKA
2020-2021
LAPORAN PENDAHULUAN
POST OPS DEBRIDEMENT ULKUS DIABETIKUM

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Diabetes Milletus
Diabetes mellitus merupakan sekelompokkelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner
and Suddarth, 2014).
Diabetes mellitus juga didefinisikan sebagai keadaan hiperglikemia
kronik yang ditandai oleh ketiadaan absolute insulin atau intensitivitas sel
terhadap insulin disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop electron (Riyadi, 2011).
Ulkus merupakan luka pada permukaan kulit atau selaput lender dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau. Ulkus diabetikum
juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan DM dengan neuropati
perifer. Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi yang berkaitan dengan
morbiditas akibat diabetes mellitus.
2. Etiologi
Diabetes Melitus bisa disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh
sel sel beta pulau langerhans atau ketiadaan absolut insulin. Ketiadaan absolute
insulin dapat terjadi karena keturunan dimana tahap perkembangan anti bodi
yang merusak selsel beta atau degenerasi sel sel beta. Sedangkan penurunan
produksi insulin dan resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain :
a. Usia
b. Gaya hidup stress
c. Pola makan yang salah
d. Obesitas
e. Infeksi
Terjadinya ulkus diabetikum antara lain dipengaruhi oleh :
a. Neuropatik diabetik
b. Angiopati diabetic (penyempitan pembuluh darah)
c. Infeksi
3. Manifestasi Klinis
Ulkus Diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut
emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh)
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola
dari fontaine :
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus) (Brunner
and Suddarth, 2014).
4. Pengertian Debridement
Debridement adalah proses pengangkatan jaringan avital atau jaringan
mati dari suatu luka. Jaringan avital dapat berwarna lebih pucat, coklat muda
atau hitam dan dapat kering atau basah.
Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis,
callus dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari
tepi luka ke jaringan sehat. Debridement meningkatkan pengeluaran faktor
pertumbuhan yang membantu proses penyembuhan luka.
Tindakan debridement ini dilakukan untuk membuang jaringan yang mati
serta membantu mempercepat penyembuhan luka. Debridement dapat
dilakukan secara surgical, kimia/ enzimatik, mekanik, atau autolitik. Metode
debridement yang dipilih tergantung pada jumlah jaringan nekrotik, luasnya
luka, riwayat medis pasien, lokasi luka dan penyakit sistemik.
5. Tujuan Debridement
Debridement memiliki tujuan antara lain (Brunner and Suddart, 2001):
a. Menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing,
sehingga klien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri.
b. Menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan bagi
graft dan penyembuhan luka.
6. Jenis Debridement
a. Debridement Autolitik
Autolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi,
melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik. Debridement
Autolitik bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang dihilangkan. Proses
ini juga tidak nyeri bagi pasien. Debridemen Autolitik dapat dilakukan
dengan menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang
mempertahankan cairan luka kontak dengan jaringan nekrotik. Debridement
Autolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid, hidrogel atau transparent
films.
1) Indikasi
Indikasi Pada luka stadium III atau IV dengan eksudat sedikit
sampai sedang.
2) Keuntungan
a) Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya.
b) Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh sendiri
untuk membersihkan luka debris nekrotik.
c) Efektif dan mudah
d) Sedikit atau tanpa nyeri
3) Kerugian
a) Tidak secepat debridement surgikal
b) Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi
c) Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif
digunakan.
b. Debridement Enzymatik
Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk
merangsang debridement, seperti kolagenase. Seperti otolisis, debridement
enzimatik dilakukan setelah debridement surgical atau debridement otolitik
dan mekanikal. Debridement enzimatik direkomendasikan untuk luka
kronis.
1) Indikasi
a) Untuk luka kronis
b) Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik
c) Pembentukan jaringan parut
2) Keuntungan
a) Kerjanya cepat
b) Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan
yang tepat.
3) Kerugian
a) Mahal
b) Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik
c) Memerlukan balutan sekunder
d) Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman.
c. Debridement Mekanik
Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang
melekat pada luka. Lapisan luar dari luka mengering dan melekat pada
balutan anyaman. Selama proses pengangkatan, jaringan yang melekat pada
anyaman akan diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut non-viable,
sementara beberapa yang lain viable. Debridement ini nonselektif karena
tidak membedakan antara jaringan sehat dan tidak sehat. Debridement
mekanikal memerlukan ganti balutan yang sering. Proses ini bermanfaat
sebagai bentuk awal debridement atau sebagai persiapan untuk pembedahan.
Hidroterapi juga merupakan suatu tipe debridement mekanik.Keuntungan
dan risikonya masih diperdebatkan.
1) Indikasi
Luka dengan debris nekrotik moderat
2) Keuntungan
Materialnya murah (misalnya tule)
3) Kerugian
a) Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau
jaringan penyembuhan
b) Proses penyembuhan lambat
c) Nyeri
d) Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga penyebaran
melalui air dapat menyebabkan kontaminasi atau infeksi. Disinfeksi
tambahan dapat menjadi sitotoksik.
d. Debridement Surgikal
Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan
menggunakan skalpel, gunting atau instrument tajam lain Debridement
surgikal merupakan standar perawatan untuk mengangkat jaringan nekrotik.
Keuntungan debridement surgikal adalah karena bersifat selektif; hanya
bagian avital yang dibuang. Debridement surgikal dengan cepat mengangkat
jaringan mati dan dapat mengurangi waktu. Debridement surgikal dapat
dilakukan di tempat tidur pasien atau di dalam ruang operasi setelah
pemberian anestesi. Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih kusam atau
lebih pucat (tahap awal), bisa juga lebih kehitaman (tahap lanjut),
konsistensi lebih lunak dan jika di insisi tidak/sedikit mengeluarkan darah.
Debridement dilakukan sampai jaringan tadi habis, cirinya adalah kita sudah
menemulan jaringan yang sehat dan perdarahan lebih banyak pada jaringan
yang dipotong.
1) Indikasi
a) Luka dengan jaringan nekrotik yang luas
b) Jaringan terinfeksi
2) Keuntungan
a) Cepat dan selektif
b) Efektif
3) Kerugian
a) Nyeri
b) Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi
7. Pathways

Usia
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan insisi pembedahan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan post debridement ulkus DM
3. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah

C. Intervensi
1. Diagnosa 1 : Nyeri Akut berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam nyeri
berkurang, hilang dan terkontrol.
Kriteria hasil :
a. Klien dapat mendemonstrasikan tehnik penurunan nyeri.
b. Klien dapat melaporkan nyeri berkurang atau hilang
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji derajat nyeri setiap hari Normalnya nyeri terjadi dalam waktu
kurang dari lima hari setelah operasi dan
berangsur menghilang.
2. Ajarkan klien teknik relaksasi dan Menurunkan ketegangan, mengurangi
distraksi nyeri
3. Lakukan tindakan kolaboratif untuk
pemberian analgesic topical atau Mengurangi nyeri dengan meningkatkan
sistemik ambang nyeri.

2. Diagnosa 2 : Resiko infeksi berhubungan dengan post debridement ulkus DM


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam faktor resiko
infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Klien dapat melakukan pencegahan infeksi
b. Tidak adanya tanda tanda infeksi (rubor, dolor, color, tumor, fungtiolaesa)

Intervensi Rasional
1 Diskusikan pentingnya mencuci tangan 1 Menurunkan jumlah bakteri pada tangan,
sebelum menyentuh/mengobati lokal mencegah area kontaminasi area operasi
operasi 2 Teknik aseptic menurunkan resiko
2 Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat penyebaran bakteri dan kontaminasi
untuk membersihkan lokal operasi dari silang
dalam ke luar dengan kassa untuk tiap
usapan, ganti balutan.
3 Tekankan pentingnya tidak menyentuh 3 Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi
bagian yang dioperasi. operasi
4 Observasi tanda terjadinya infeksi contoh
kemerahan, produksi nanah, rasa nyeri,
dan bengkak. 4 Infeksi pada lokal operasi terjadi 2-3 hari
5 Berikan obat sesuai indikasi: setelah prosedur dan memerlikan upaya
Antibiotik (topical, parenteral, atau intervensi.
subkonjungtival). Steroid 5 Topikal digunakan secara profilaksis,
dimana terapi lebih agresif diperlukan
bila terjadi infeksi. Digunakan untuk
menurunkan inflamasi.

3. Diagnosa 3: Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam kadar gula
darah berkurang atau normal
Kriteria hasil :
a. Klien dapat mengontrol makanannya
b. Gula darah pasien berkurang atau normal

Intervensi Rasional
1. Monitor level glukosa darah 1. Untuk mengetahui nilai normal kadar
gula darah
2. Monitor tanda-tanda gejala hiperglikemia 2. Untuk memberikan tindakan medis yang
:poliuria, polidipsi, polipagi, kelemahan, tepat
letargi, mailase, pandangan kabur, sakit
kepala
3. Monitor keton dalam urin 3. Untuk mencegah terjadinya Asidosis
Diabetic
4. Memberikan insulin 4. Untuk memproses zat gula atau glukosa
yang berasal dari makanan atau minuman
5. Agar dapat menentukan balance cairan
5. Monutor status cairan (intake dan output) 6. Untuk mengetahui apakah mengalami
6. Tinjau ulang kadar glukosa darah peningkatan atau penurunan

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta : EGC

Black and Hawks. (2009). Medical Surgical Nursing Clinical Managemen for Positif
Outcomes. Elsevier Soundest

Ulkus kaki Diabetik Pada DM Tipe 2 di Perkumpulan Diabetik. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan Vol. 3 No. 1 Mei 2014 yang diunduh pada tanggal 25
November 2020

Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta : Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai