Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN CLOSE FRAKTURE CLAVIKULA

A. PENGERTIAN

Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di bagian


depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang selangka atau
clavicula adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas
pada batang tubuh. serta memberikan perlindungan kepada penting yang
mendasari pembuluh darah dan saraf. Tulang clavicula merupakan tumpuan
beban dari tangan, sehingga jika terdapat beban berlebih akan menyebabkan
beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias menyebabkan terputusnta kontinuitas
tulang tersebut (Dokterbujang.2012).
Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial
melengkung lebih besar dan menuju anterior, lengkungan bagian lateral lebih
kecildan menghadap ke posterior. Ujung medial clavicula disebut ekstremitas
sternalis, membentuk persendian dengan sternum, dan ujung lateral disebut
ekstremitas acromalis, membentuk persendian dengan akromion. Shoulder
komplek merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia, karena
memiliki 5 sendi yang saling terpisah. Shoulder komplek terdiri dari 3 sendi
synovial dan 2 sendi non synovial. Tiga sendi synovial adalah sternoclavicular
joint, acromioclavicular joint, dan glenohu-meral joint. 2 sendi non-sinovial adalah
suprahumeral joint dan scapulothoracic joint (Sulhaerdi, 2012).
Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang
terjadi. Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti
seni bela diri, menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung
maupun tidak langsung. Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang
terjadi disertai dengan trauma yang lain, karena letaknya yang berdekatan
dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula harus dilakukan pemeriksaan
cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka atau tertutup, tergantung dari
mekanisme terjadinya (Dokterbujang, 2012).
B. KLASIFIKASI

Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :

1. Fraktur lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya
menyeberang dari satu sisi ke sisi lain.
2. Fraktur tidak lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang
dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks
(masih ada korteks yang utuh).
Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan
dengan dunia luar, meliputi:

1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
tulang tidak menonjol malalui kulit.
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi
infeksi

Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun
1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang
klavikula menjadi tiga kelompok:

1. Kelompok
1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensi kejadian 75 -
80%).

 Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.


 Umumnya terjadi pada pasien yang muda.

2. Kelompok
2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15 - 25%). Terbagi menjadi 3
tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular (conoid dan trapezoid).
 Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
 Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
 Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua -
duanya.
 Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC
joint.
 Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen
proksimal berpindah keatas.
 Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.

3. Kelompok
3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%) Pada kejadian ini
biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

C. ETIOLOGI

Penyebab utama/primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan


kendaran bermotor, olahraga, malnutrisi . Trauma ini bisa langsung/tidak
langsung (kontraksi otot, fleksi berlebihan).
Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang
tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar
fraktur klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi.
Yang komplit, walaupun tidak umum, mungkin menggunakan ORIF.

D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan Gejala yang sering dijumpai pada pasien fracture clavikula
Kemungkinan akan mengalami sakit, nyeri, pembengkakan, memar, atau
benjolan pada daerah bahu atau dada atas. Tulang dapat menyodok melalui kulit,
tidak terlihat normal. Bahu dan lengan bisa terasa lemah, mati rasa, dan
kesemutan. Pergerakan bahu dan lengan juga akan terasa susah. Anda mungkin
perlu untuk membantu pergerakan lengan dengan tangan yang lain untuk
mengurangi rasa sakit atau ketika ingin menggerakan (Medianers, 2011).

E. PATOFISIOLOGIS (PENYEMBUHAN)

Patah Tulang selangka ( Fraktur klavikula) umumnya disebabkan oleh cedera


atau trauma. Hal ini biasanya terjadi ketika jatuh sementara posisi tangan ketika
terbentur terentang atau mendarat di bahu. Sebuah pukulan langsung ke bahu
juga dapat menyebabkan patah tulang selangka / fraktur klavikula.
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun
tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka
volume darah menurun. COP (Cardiac Out Put) menurun maka terjadi peubahan
perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi
edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang
dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan
lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan
mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka
atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf
yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat
mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan
nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi
dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup
akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang
telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183,
dalam keperawatansite, 2013).

F. PATHWAYS

G. KOMPLIKASI

1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan
posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di
otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga
menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan
kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa sakit karena
ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan
yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif
pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada
fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal
ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang
dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati
sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh – pembuluh darah
pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli
lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah,
marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke
tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur
(yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan
menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang
terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan
gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada
pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya
melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat
menahan beban
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi
pada fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang
dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous
(infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka
fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang
panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma
dan fraktur – fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki
risiko osteomyelitis yang lebih besar
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena
penurunan supai darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang –
kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang dapat
menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan
lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat
patologis..
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas, angulasi atau pergeseran.
H. PENYEMBUHAN FRAKTUR

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk
oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
1. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-
sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai
tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48
jam dan perdarahan berhenti sama sekali.

2. Stadium Dua-Proliferasi Seluler


Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago
yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah
mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke
dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan
terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yg
menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung
selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.
3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik,
bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan
juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan
osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati.
Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk
kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang
yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada
tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
4. Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah
menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur,
dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara
fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin
perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang
normal.

5. Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses
resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih
tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak
dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur
yang mirip dengan normalnya.
Gambar 9.Fase Penyembuhan Tulang
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT scan.
Sebuah mesin x-ray khusus menggunakan komputer untuk mengambil
gambar dari klavikula Anda. Anda mungkin akan diberi pewarna sebelum
gambar diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Anda
(Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas melihat foto yang lebih
baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting,
atau udang) mungkin alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas
jika Anda alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis
lainnya.
2. Magnetic resonance imaging scan:
Disebut juga MRI. MRI menggunakan gelombang magnetik untuk
mengambil gambar tulang selangka /klavikula, tulang dada, dan daerah
bahu. Selama MRI, gambar diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh
darah. Anda perlu berbaring diam selama MRI.
3. X-ray
x-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray
dari kedua klavikula Anda terluka dan terluka dapat diambil.

J. MASALAH KEPERAWATAN / KOLABORATIF


Masalah keperawatan / kolaboratif pada pasien dengan frakture clavikula :

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Cidera Fisik


2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
strukture tulang.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terkait
medikasi.
K. PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengantindakan
bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif. Pada
orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa
reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan,apalagi
pada anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkangangguan
pada bahu, baik fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjolkadang
secara kosmetik mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilangdengan
proses pemugaran. Yang penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan
lebih tinggi daripada tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dantangan
pada hari pertama dan latihan gerak bahu setelah beberapa hari.
Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :

1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion)

Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :


1. Untuk menghilangkan rasa nyeri.
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena
terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. Untuk mengurangi nyeri
tersebut, dapat diberikan obat penghilang rasa nyeri dan juga dengan tehnik
imobilisasi (tidak menggerakkan daerah yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat
dicapai dengan cara pemasangan bidai atau gips.
a) Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.
b) Pemasangan gips
Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah. Gips
yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh.
Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
a) Immobilisasi dan penyangga fraktur
b) Istirahatkan dan stabilisasi
c) Koreksi deformitas
d) Mengurangi aktifitas
e) Membuat cetakan tubuh orthotik
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :
a) Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
b) Gips patah tidak bisa digunakan
c) Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
d) Jangan merusak / menekan gips
e) Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
f) Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
2 .Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama.
Untuk itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi
kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya
sendiri.
a. Penarikan (traksi) :
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada
ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah
tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan
traksi antara lain :
1. Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada
keadaan emergency.
b. Traksi mekanik, ada 2 macam :
1. Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot.
Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
2. Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat
metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
a) Mengurangi nyeri akibat spasme otot
b) Memperbaiki & mencegah deformitas
c) Immobilisasi
d) Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
e) Mengencangkan pada perlekatannya
Prinsip pemasangan traksi :
a) Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
b) Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat
agar reduksi dapat dipertahankan
c) Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
d) Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
e) Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai

b. Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada


pecahan-pecahan tulang.
Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya
mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan
reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami
cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang
mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah
mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar
menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen
tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat,
dan paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
a) Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
b) Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada
didekatnya
c) Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
d) Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
e) Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-
kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan
fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan
dijalankan

1) FIKSASI INTERNA
Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur
lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap
panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk
mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi
memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung
tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union.
Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas
longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dápat
dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2
minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan
risiko infeksi.
Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma
yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa
pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang
dapat mempertahankan panjang dan rotasi.
2) FIKSASI EKSTERNA
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat
pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast
brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi
fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini.
3. Agar terjadi penyatuan tulang kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan
akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang
terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang.
4. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya
sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin.

Melakukan dengan terapi :


1. Obat-obatan
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringan kan rasa sakit. Pasien
juga mungkin perlu juga obat antibiotik atau suntikan tetanus jika
terdapat luka robek di kulit.
2. Sling atau selempang
Ada beberapa sling yang dapat digunakan untuk mencegah klavikula
patah dari kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan di
gantungkan ke leher untuk kenyamanan dan keamanan.
3. Terapi pendukung
Paket es dapat di tempat kan pada klavikula yang patah untuk
mengurangi pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang
meningkatkan jangkuan gerak dapat di lakukan setelah rasa sakit
berkurang. Hal ini membantu untuk membawa kembali kekuatan bahu
dan lengan.

L. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN


2. Diagnosa Keperawatan 1.
Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik
NOC : Setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 jam diharapkan
nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Skala nyeri berkurang
b. Klien mengatakan nyeri mulai berkurang
c. Ekspresi wajah klient rileks
d. Tidak adanya laporan nyeri
NIC :
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan
lamanya.
b. Catat kemungkinan patofisiologis yang khas, misalnya adanya
infeksi, trauma servical
c. berikan tindakan kenyamanan, misal pedoman imajinasi,
viskalisasi, latihan nafas dalam, berikan aktivitas hiburan, kompres.
3. Diagnosa Keperawatan 2
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang
NOC : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan
nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Tidak adanya kontraktur / footdrop
b. Ada peningkatan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
c. Mampu mendemonstrasikan aktivitas yang dilakukan.

NIC :
a. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional
pada kerusakan yang terjadi.
b. berikan bantu untuk latihan rentang gerak.
c. bantu pasien dalam program latihan alat imobilisai. Ingatkan
aktivitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai
kemampuan.
4. Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terkait
medikasi.
NOC : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan
nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol Kecemasan
b. Kualitas tidur dan istirahat adekuat
c. Respon terhadap pengobatan
NIC :
a. Identifikasi tingkat kecemasan.
b. Gunakan pendekatan yang menenangkan.
c. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Rasjad C. Trauma. In: Pengantar ilmu bedah ortopedi. 6th ed. Jakarta: Yarsif
Watampone, 2009, p. 355-356.

Pecci M, Kreher JB. Clavicle fracture. [Cited] January, 1st2008.


Availablefrom: URL: http://www.aafp.org/afp/2008/0101/p65.html.

Rubino LJ. Clavicle Fracture. [Cited] March, 7th 2012. Available from:
URL:http://emedicine.medscape.com/article/1260953-overview#a0199.

Sjmsuhidajat R, Jong WD. Sistem muskuloskeletal. In: Buku ajar ilmu


bedah.2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004, p. 841.

Abbasi D. Clavicle Fractures. [Cited] November, 9th 2012. Available


from:URL:http://www.orthobullets.com/trauma/1011/clavicle-fractures

Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh


Manusia.Bandung: Graha Ilmu Publishing, 2009, p.3-4.

Wright M. Clavicle Fracture. [Cited] April, 20th 2010. Available from:


URL:http://www.patient.co.uk/doctor/Fractured-Clavicle.htm

Anda mungkin juga menyukai