Anda di halaman 1dari 17

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN DENGAN
TUMOR PHYLLODES MAMMAE DEXTRA DI INSTALASI BEDAH
SENTRAL RSUD KOTA YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
SULISTIARNI
3216099

PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. “N” USIA 42 TAHUN DENGAN


EKSISI PHYLLODES TUMOR MAMMAE DEXTRA
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS)
RSUD KOTA YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
Sulistiarni
3216099

Telah disetujui pada :

Hari :
Tanggal :

Mengetahui :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik/CI Mahasiswa

(Ns. Miftafu Darussalam,M.Kep.,Sp.Kep.M.B) (Endra Danarta, SST) (Sulistiarni)

2
1. Definisi
Cystosarcoma phyllodes berasal dari kata Yunani, sarcoma, yang berarti
tumor berdaging, dan phyllo, yang berarti daun. Tumor ini menampilkan
karakteristik yang besar, sarkoma ganas, mengambil tampilan seperti-daun
ketika dipotong, dan menampilkan epitel, ruang seperti-kista bila dilihat secara
histologis. Karena sebagian besar tumor itu jinak, namanya dapat menyesatkan.
Johann Muller merupakan orang yang pertama kali memberikan nama
‘cystosarcoma phyllodes’ pada tahun 1838, karena tumor ini seringkali kistik
dan secara klasik memiliki proyeksi seperti daun ke dalamnya. Tumor ini
biasanya besar sekali dan berkembang dengan cepat. Tumor ini mungkin saja
benigna atau maligna dan bisa menyebar ke bagian lain tubuh. Juga disebut
CSP (Cystosarcoma phyllodes) atau tumor filodes. Merupakan tipe neoplasma
jaringan ikat yang timbul dari stroma intralobular payudara.
Tumor Phyllodes merupakan tumor mirip dengan fibroadenoma dengan
stroma seluler yang bertumbuh dengan cepat. Dapat mencapai ukuran yang
besar dan jika tidak dieksisi total dapat terjadi rekurensi. Lesi dapat jinak atau
ganas. Jika jinak, tumor phylloides dapat diatasi dengan eksisi lokal dengan
batas jaringan payudara sekitar. Penanganan tumor phyllode ganas masih
controversial, namun pembuangan tumor sempurna dengan sedikit area normal
disekitar tumor dapat mencegah rekurensi. Karena tumor ini dapat membesar,
mastektomi biasanya penting dilakukan. Diseksi limfe nodus tidak dilakukan,
karena bagian sarcomatos dari tumor bermetastasi ke paru-paru dan bukan ke
limfe nodus.
2. Klasifikasi
Pada tahun 1981 WHO mengadopsi penamaan tumor phyllodes dan
membaginya menjadi tipe benign, borderline, dan malignant berdasarkan
karakteristik stroma. Karakteristik tersebut berupa derajat atipikal selular
stroma, aktivitas mitosis per-10 lapang pandang besar, ada tidaknya
overgrowth stroma, dan batas tumor yang infiltrative atau batas tumor yang
tegas. Tumor phyllodes tipe benign memiliki atipikal seluler ringan sampai
sedang, dengan peningkatan sel-sel stroma. Ratio mitosis yang tinggi (10 atau

3
lebih mitosis dalam 10 lapang pandang besar), adanya infiltrasi, dan
overgrowth dari stroma. Oleh banyak penelitian Overgrowth stroma telah
dihubungkan dengan aktivitas metastasis, yang tidak terdapat pada tipe benign
dan borderline.
3. Insidensi
Tumor Phyllodes merupakan termasuk jenis tumor payudara yang jarang,
0,3%-0,5% dari total tumor payudara. Sebuah penelitian pada 8.567 pasien
tumor payudara pada tahun 1969 sampai 1993, hanya ditemukan 31 kasus
tumor Phyllodes (0,37%). Secara keseluruhan 2,1 kasus per satu juta wanita.
Tumor Phyllodes sangat jarang pada laki-laki, namun pernah terdapat laporan
tumor Phyllodes pada laki-laki. Sebagian besar kasus tumor Phyllodes terjadi
pada dekade ke-4. Namun tumor Phyllodes dapat terjadi pada semua umur.
Namun jarang terjadi pada remaja. Tumo biasanya jinak namun dapat terjadi
rekurensi local dan terkadang dapat menyebar secara sistemik. Tumor
Phyllodes bilateral (baik sinkronous atau metakronous) jarang terjadi,
walaupun sudah terdapat laporan kasusnya. Belum terdapat identifikasi faktor
risiko yang jelas pada tumor Phyllodes. Pasien dengan mutasi P53 memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya tumor Phyllodes.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tumor Phyllodes umumnya unilateral, tunggal, tidak
disertai nyeri, dengan benjolan yang dapat teraba. Pasien biasa menyampaikan
tumor yang tiba-tiba muncul dan terus menerus mengalami pembesaran. Atau
berupa benjolan yang awalanya menetap dan tiba-tiba tumbuh bertambah besar
dalam beberapa bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik payudara, tumor
Phyllodes berupa benjolan yang lunak dan bulat, mirip dengan fibroadenoma,
namun dengan ukuran yang besar (>2-3 cm).
Tumor dapat terlihat dengan jelas jika membesar dengan cepat. Walaupun
membesar dengan cepat tidak mengindikasikan sifatnya yang ganas.
Bentuknya yang terlihat mengkilat dengan permukaan kulit seperti teregang
dengan pelebaran vena pada permukaan kulit. Pada kasus-kasus yang tidak
tertangani dengan baik, dapat terjadi luka borok pada kulit akibat dari iskemia

4
jaringan. Walaupun perubahan kulit seperti ini layaknya pada tumor payudara
selalu menunjukkan tanda-tanda keganasan (lesi T4), namun tidak pada tumor
Phyllodes. Karena adanya borok pada kulit dapat terjadi pada jenis lesi yang
jinak, borderline ataupun ganas. Adanya retraksi pada putting tidak umum
terjadi. Adanya ulserasi mengindikasikan nekrosis jaringan akibat penekanan
tumor yang besar.

5. Gejala Klinis
a. Merupakan 2-4% dari angka kejadian FAM
b. Biasanya timbul pada usia yang lebih tua dari fibroadenoma mamma
(decade III atau lebih)
c. Benjolan dapat tumbuh lambat tetapi akhirnya tumbuh lebih cepat
d. Benjolan dapat sangat besar (5 cm – 40 cm), kejadian bilateral hanya
sekitar kurang dari 30% baik tipe jinak maupun ganas.
e. Benjolan biasanya tidak nyeri, dapat disertai dengan ulkus.
f. Tidak ditemukan pembesaran KGB (Kelenjar Getah Bening) aksila
ipsilateral walau tumor sudah sngat besar disertai ulkus.

5
6. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada penanda tumor hematologik atau uji darah lainnya yang bisa
digunakan untuk mendiagnosa cystosarcoma
- Studi Pencitraan
Pada mammogram, tumor Phyllodes akan memiliki tepi yang berbatas
jelas. Baik mammogram ataupun USG payudara dapat membedakan
secara jelas antara fibroadenoma dan Phyllodes jinak atau tumor ganas.
Jenis tumor payudara ini biasanya tidak ditemukan di dekat
microcalcifications. Sel-sel dari biopsi jarum dapat diuji di
laboratorium tapi jarang memberikan diagnosis yang jelas, karena sel-
sel dapat menyerupai karsinoma dan fibroadenoma. Pada Biopsi bedah
akan menghasilkan potongan jaringan yang akan memberikan sampel
sel lebih baik dan akan menghasilkan diagnosa yang tepat untuk
sebuah tumor Phyllodes.

Gambar 4. Gambaran mamografi cystosarcoma

MRI payudara dapat membantu tindakan operasi dalam


pengangkatan jaringan tumor phyllodes. Sebuah studi membandingkan

6
mammogram di Italia, USG dan MRI payudara dari tumor Phyllodes
melaporkan bahwa MRI memberikan gambaran yang paling akurat dan ini
membantu ahli bedah tumor dalam menjalankan rencana operasi mereka.
Bahkan jika tumor itu cukup dekat dengan otot-otot dinding dada,
payudara MRI bisa memberikan gambaran yang lebih baik dari tumor
phyllodes daripada mammogram atau USG.

Gambar 5. Gambaran USG

7
Prosedur

 FNA untuk pemeriksaan sitologi biasanya tidak memadai untuk


diagnosis tumor filoides. Biopsi jarum lebih dapat dipercaya, namun
masih bisa terdapat kesalahan pengambilan sampel dan kesulitan
dalam membedakan lesi dari sebuah fibroadenoma
 Biopsi payudara eksisi terbuka untuk lesi lebih kecil atau biopsi
insisional untuk lesi lebih besar adalah metode pasti untuk
mendiagnosis tumor filoides

Temuan histologis

Semua tumor filoides mengandung komponen stroma yang dapat


bervariasi dalam tampilan histologis dari satu lesi ke lesi lainnya.
Umumnya, tumor filoides jinak memperlihatkan peningkatan jumlah
mencolok pada fibroblas fusiformis reguler dalam stroma.

Adakalanya, sel-sel sangat anaplastik dengan perubahan miksoid


yang diamati. Atipia seluler tingkat tinggi, dengan peningkatan selularitas
stroma dan peningkatan jumlah mitosis, hampir selalu diamati pada bentuk

8
maligna cystosarcoma phylloides. Secara ultra-struktural, pada tumor
filoides bentuk jinak dan ganas, nukleolus dapat mengungkapkan
nukleolonema yang bertautan kasar dan sisterna berlimpah dalam
retikulum endoplasma.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tumor phyllodes masih menjadi ajang perdebatan
dan tidak dapat disamakan pada semua kasus. Terapi paling utama adalah
pembedahan secara komplit dengan batas yang adekuat. Banyak penelitian
yang menganjurkan bahwa batas eksisi 1 cm dapat dianggap sebagai
reseksi yang baik. Mangi dkk menyebutkan bahwa terjadinya rekurensi
berkaitan dengan margin eksisi dan tidak berkaitan dengan grade dan
ukuran tumor. Eksisi luas pada tumor kecil atau mastektomi simple pada
umumnya menunjukkan hasil yang memuaskan. Eksisi pada otot-otot
pektoral perlu dipertimbangkan jika telah terjadi infiltrasi. 4
Tumor phyllodes sama halnya dengan sarcoma jaringan lunak yang
jarang mengalami metastase KGB. Sebagian besar penelitian
menunjukkan bahwa diseksi KGB axilla tidak rutin dilakukan, mengingat
jarangnya infiltrasi KGB axilla. Norris dan Taylor menganjurkan
mastektomi dengan diseksi KGB axilla bagian bawah, jika terdapat
pembesaran KGB, tumor ukuran >4cm, biopsi menunjukkan jenis tumor
yang agresif (infiltrasi kapsul, kecepatan mitosis yang tinggi, dan derajat
selular atipikal yang tinggi). Jika terindikasi keterlibatan KGB secara
klinis atau pemeriksaan imaging, biopsy jarum dapat dilakukan dengan
panduan USG. Jika hasilnya negative, biopsi sentinel limfonodi dapat
dipertimbangkan.
Peran dari radioterapi dan kemoterapi adjuvan belum begitu jelas
dan masih kontroversial, namun penggunaan radioterapi dan kemoterapi
pada sarcoma mengindiasikan bahwa keduanya dapat digunakan pada
tumor phyllodes. Chaney dkk menemukan bahwa radioterapi adjuvant
dapat bermanfaat pada kasus tipe malignant. Kemoterapi dengan golongan

9
anthracycline, ifosfamide, cisplatin, dan etoposide pada banyak penelitian
sebelumnya cukup jarang digunakan. Belum banyak penelitian tentang
penggunaan terapi hormonal, seperti tamoxifen pada tumor phyllodes.
Akhirnya secara garis besar, terapi sistemik pada tumor phyllodes tidak
berbeda dengan terapi pada sarcoma.

A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
a. Wawancara
Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :
1) Keluhan utama klien akan ditemukan adanya benjolan di
payudara. Ukuran benjolan dan posisi benjolan perlu diketahui.
2) Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan
masalah pembedahan sebelumnya dan kesehatan klien sekarang.
3) Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
4) Kebiasaan eliminasi.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/
sedang/berat.
2) Sirkulasi : Takikardia.
3) Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
4) Aktivitas/istirahat : Malaise.
5) Eliminasi : Tidak ada masalah.
6) Data psikologis klien nampak gelisah, cemas.
7) Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
8) Perabaan pada areapayudara akan teraba benjolan.
9) Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian
obat.

2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Pre operatif

10
1) Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
2) Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan
kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi.
b. Intra operatif
1) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi
post pembedahan).
2) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan factor
mekanik (Prosedur Pembedahan)
3) Post operatif
1) Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik.
2) Defisit self care berhubungan dengan nyeri.

11
3. Rencana Keperawatan
a. Pre operatif
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Cemas berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Evaluasi tingkat ansietas, 1. Ketakutan dapat terjadi karena
dengan akan dilaksanakan keperawatan selama 1x30 menit, catat verbal dan non verbal nyeri hebat, penting pada prosedur
operasi. diharapkan kecemasan klien pasien. diagnostik dan pembedahan.
berkurang dengan kriteria hasil : 2. Jelaskan dan persiapkan 2. Dapat meringankan ansietas
1. Melaporkan ansietas menurun untuk tindakan prosedur terutama ketika pemeriksaan
sampai tingkat teratasi sebelum dilakukan tersebut melibatkan pembedahan.
2. Tampak rileks 3. Jadwalkan istirahat adekuat 3. Membatasi kelemahan, menghemat
dan periode menghentikan energi dan meningkatkan
tidur. kemampuan koping.
4. Anjurkan keluarga untuk 4. Mengurangi kecemasan klien
menemani disamping klien
2. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji ulang pembatasan 1. Memberikan informasi pada pasien
tentang kondisi prognosis keperawatan selama 1x30 menit, aktivitas pascaoperasi. untuk merencanakan kembali
dan kebutuhan diharapkan pengetahuan bertambah rutinitas biasa tanpa menimbulkan
pengobatan b.d kurang dengan kriteria hasil : masalah.

12
informasi. 1. Menyatakan pemahaman 2. Anjuran menggunakan 2. Membantu kembali ke fungsi usus
proses penyakit, pengobatan laksatif/pelembek feses semula mencegah ngejan saat
dan ringan bila perlu dan hindari defekasi.
2. Berpartisipasi dalam program enema.
pengobatan 3. Diskusikan perawatan insisi, 3. Pemahaman meningkatkan kerja
termasuk mengamati balutan, sama dengan terapi, meningkatkan
pembatasan mandi, dan penyembuhan.
kembali ke dokter untuk
mengangkat jahitan/pengikat
4. Identifikasi gejala yang 4. Upaya intervensi menurunkan
memerlukan evaluasi medic, resiko komplikasi lambatnya
contoh peningkatan nyeri penyembuhan peritonitis.
edema/eritema luka, adanya
drainase, demam.

13
b. Intra Operatif

DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji adanya tanda-tanda 1. Dugaan adanya infeksi
berhubungan dengan keperawatan selama 1x30 menit, infeksi pada area insisi
tindakan invasif (insisi diharapkan infeksi dapat diatasi 2. Monitor tanda-tanda vital. 2. Dugaan adanya infeksi/terjadinya
post pembedahan). dengan kriteria hasil : Perhatikan demam, sepsis, abses, peritonitis.
1. Klien bebas dari tanda-tanda menggigil, berkeringat,
infeksi perubahan mental
2. Menunjukkan kemampuan 3. Lakukan teknik isolasi untuk 3. Mencegah transmisi penyakit virus
untuk mencegah timbulnya infeksi enterik, termasuk cuci ke orang lain.
infeksi tangan efektif.
3. Nilai leukosit (4,5-11ribu/ul) 4. Pertahankan teknik aseptik 4. Mencegah meluas dan membatasi
ketat pada perawatan luka penyebaran organisme infektif/
insisi/terbuka, bersihkan kontaminasi silang.
dengan betadine.
5. Awasi/batasi pengunjung dan 5. Menurunkan resiko terpajan.
siap kebutuhan.

14
6. Kolaborasi tim medis dalam 6. Terapi ditunjukkan pada bakteri
pemberian antibiotik anaerob dan hasil aerob gra negatif.
c. Post Operatif

DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji skala nyeri lokasi, 1. Berguna dalam pengawasan dan
dengan agen injuri fisik keperawatan selama 1x30 menit, karakteristik dan laporkan keefesien obat, kemajuan
diharapkan nyeri berkurang dengan perubahan nyeri dengan penyembuhan,perubahan dan
kriteria hasil : tepat. karakteristik nyeri.
1. Melaporkan nyeri berkurang 2. Monitor tanda-tanda vital. 2. Deteksi dini terhadap
2. Klien tampak rileks perkembangan kesehatan pasien.
3. Dapat tidur dengan tepat 3. Pertahankan istirahat dengan 3. Meningkatkan kormolisasi fungsi
4. Tanda-tanda vital dalam batas posisi semi powler. organ.
normal: TD (systole 110-130 4. Meningkatkan relaksasi.
mmHg, diastole 70-90 4. Dorong ambulasi dini. 5. Menghilangkan nyeri.
mmHg), HR(60-100x/menit), 5. Berikan aktivitas hiburan.
RR (16-24x/menit), suhu 6. Kolborasi tim dokter dalam
(36,5-37,50C). pemberian analgetika.

15
3. Defisit self care Setelah dilakukan asuhan 1. Mandikan pasien setiap hari 1. Agar badan menjadi segar,
berhubungan dengan keperawatan selama 1x30 menit, sampai klien mampu melancarkan peredaran darah dan
nyeri. diharapkan kebersihan klien dapt melaksanakan sendiri serta meningkatkan kesehatan.
dipertahankan dengan kriteria hasil: cuci rambut dan potong kuku 2. Untuk melindungi klien dari
1. Klien bebas dari bau badan klien. kuman dan meningkatkan rasa
2. Klien tampak bersih 2. Ganti pakaian yang kotor nyaman
3. ADLs klien dapat mandiri atau dengan yang bersih. 3. Agar klien dan keluarga dapat
dengan bantuan 3. Berikan Edukasi pada klien termotivasi untuk menjaga personal
dan keluarganya tentang hygiene.
pentingnya kebersihan diri.
4. Berikan pujian pada klien 4. Agar klien merasa tersanjung dan
tentang kebersihannya. lebih kooperatif dalam kebersihan
5. Bimbing keluarga klien 5. Agar keterampilan dapat
memandikan/menyeka pasien diterapkan
6. Bersihkan dan atur posisi 6. Klien merasa nyaman dengan
serta tempat tidur klien. tenun yang bersih serta mencegah
terjadinya infeksi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Syamat, dkk, 1997. Edisi Revisi Buku Ilmu Ajar Bedah,EGC : Jakarta.
Herdman, T, (2015). NANDA Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Ed
10 2015-2017. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Dochter, Bulechek. (2015) Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 5,
United States Of America: Mosby Elseveir Academic Press, 2004.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States
Of America: Mosby Elseveir Academic Press, 2004.

17

Anda mungkin juga menyukai