TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Ada juga yang menyebutnya sebagai “giantfibroadenoma”, cellular
intercanalicular fibroadenoma”dan masih ada beberapa nama lain tapi
yang sekarang dipakai adalah menurut World Health Organization
yaitu tumor phyllodes (filodes) sebagai penamaan yang paling sesuai.
6
7
2.1.3 Etiologi
Etiologi dari tumor filodes sampai sekarang masih belum jelas
apakah berasal dari fibroadenoma yang sudah ada sebelumnya atau
de novo. Beberapa penelitian sebelumnya menduga tumor ini berasal
dari stroma intralobular dan periduktal. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Kujiper (2002) menganalisis adanya progresi pada
tumor fibropitelial payudara yaitu fibroadenoma dan tumor filodes
berdasarkan PCR based clonality assay, dan didapatkan model
progresi pada tumor fibroepitelial. Pada penelitian ini, sel epithelial
pada fibroadenoma dapat berubah menjadi hiperplasia dan carcinoma
8
obstruksi total. Oleh karena itu periksaan ini tidak gunakan secara
luas.
d. Sitologi dari Nipple Discharge. Pemeriksaan ini dapat memberikan
informasi tentang normalitas, sel atipik, malignasi dan
pertumbuhan papiler. Tanda karakteristik dari papilloma
intraduktal adalah adanya ‘tightly connected ductal cell clumps’
(kelompok sel duktus yang saling berhubung erat)’. Ukuran sel-sel
dan inti-inti sel seragam dan non mitosis. Eritrosit terlihat lebih
sering, namun terkadang papilloma sulit dibedakan dengan
carcinoma in situ.
e. MRI. Walaupun MRI lebih superior dibanding mamografi dan Usg
untuk skrining kanker payudara, namun peranannya dalam
penatalaksanaan papilloma masih terbatas. Papoloma intraduktal
pada MRI memiliki gambaran yang bervariasi mulai dari occult,
small luminal mass sampai ke lesi irregular tumbuh cepat yang sulit
dibedakan dari karsinoma duktal invasif. Karena tingginya
sensitivitas MRI dan tidak adanya gambaran tipikal malignansi
pada wanita papilloma, pemeriksaan ini dapat mendukung dalam
pemilihan terapi konservatif. MRI masih belum digunakan secara
luasoleh karena biaya mahal, pengalaman yang terbatas, dan
spesifisitas yang subobtimal.
2.2 Penatalaksanaan
2.2.1 Pembedahan
Prinsip utama dalam terapi adalah eksisi lokal dengan batas sayatan
bebas tumor. Umumnya peneliti merekomendasi batas sayatan minimal
1 cm namun beberapa Penulis menganjurkan batas sayatan 2 cm. Batas
sayatan 2- 3cm di dalam praktisnya sulit dilakukan untuk mendapatkan
kosmetik yang baik, kecuali jika ukuran payudara besar dan lokasi
tumor memungkinkankan. Berdasarkan usia penderita
direkomendasikan bahwa:
11
b. Nyeri kronis adalah nyeri yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Sistem saraf
anda menerima sinyal rasa sakit dan nyeri yang konstan dari tubuh
selama berbulan bulan bahkan bertahun tahun. Nyeri kronis dapat
menimbulkan rasa terbakar, mati rasa, rasa seperti diiris atau ditusuk. Hal
ini terjadi karena kerusakan pada saraf. Tingkatan nyeri tterdiri dari skala
2.3.1 Penilaian Nyeri
Penilaian nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
skala. Menurut Kyle & Carman (2015), terdapat beberapa skala
yang dapat digunakan untuk menilai nyeri seorang pasien, antara
lain:
2.3.1.1 Pengukuran Intensitas Nyeri Secara Kategorikal
Pengukuran skala nyeri tipe ini disebut sebagai pengukuran
satu dimensi. Umumnya pengukuran kategorikal ini
menepatkan klien pada beberapa kategori umum yang
digambarkan dengan angka 0-4, yaitu:
0: Tidak nyeri (Normal)
1-3: Nyeri ringan (Dapat melakukan kegiatan sehari-hari
dengan sedikit rasa nyeri)
4-7: Nyeri sedang (Aktivitas terganggu tetapi tidak sampai
mengalami hambatan, kegiatan aktivitas sehari-hari
normal (tidak membutuhkan istirahat)
8-10: Nyeri berat dan tidak tertahankan (Tidak dapat
melakukan atau meneruskan aktivitas kerja normal
sehari-harinya. Tidak mampu lagi untuk menahannyeri,
memerlukan istirahat tidur, jika perlu individu yang
mengalami nyeri dirujuk kerumah sakit untuk
mendapatkan perawatan dan pemberian terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi).
13
Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik).
4-6 : Nyeri sedang (secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik).
7-9 : Nyeri berat (Secara obyektif terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi).
10 : Nyeri berat tidak terkontrol (Pasien tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul).
16
dilakukan 1 atau 2 kali sehari selama antara selama 10 menit. Waktu yang
baik untuk mempraktekan relaksasi benson adalah sebelum makan atau
beberapa jam sesudah makan, karena selama melakukan relaksasi, darah
akan dialirkan ke kulit, otot -otot ektermitas, otak dan menjauhi daerah
perut sehingga efeknya akan bersaing dengan proses makan.
3) Sikap pasif Apabila pikiran-pikiran yang mengacaukan muncul, pikiran
tersebut harus diabaikan dan perhatian diarahkan lagi ke pengulangan
kata atau frase singkat sesuai dengan keyakinan. Tidak perlu cemas
seberapa baik melakukannya karena hal itu akan mencegah terjadinya
respon relaksasi benson. Sikap pasif dengan membiarkan hal itu terjadi
merupakan elemen yang paling penting dalam mempraktekan relaksasi
benson.
4) Posisi nyaman Posisi tubuh yang nyaman adalah penting agar tidak
menyebabkan ketegangan otot-otot. Posisi tubuh yang digunakan,
biasanya dengan duduk atau berbaring di tempat tidur.
Cara kerja teknik relaksasi benson ini adalah berfokus pada kata atau
kalimat tertentu yang diucapkan berkali-kali dengan ritme teratur.
Relaksasi diperlukan pengendoran fisik secara sengaja, dalam relaksasi
benson akan digabungkan dengan sikap pasrah, sikap pasrah ini
merupakan respon relaksasi yang tidak hanya terjadi pada tataran fisik
saja tetapi juga psikis yang lebih mendalam. Sikap pasrah ini merupakan
sikap menyerahkan atau menggantungkan diri secara totalitas, sehingga
ketegangan yang ditimbulkan oleh permasalahan hidup dapat ditolelir
dengan sikap ini. Anjuran untuk mengulang kata-kata yang diyakini
diharapkan dapat memberikan sugesti atau mendistraksi nyeri sehingga
didapatkan penurunan tingkat persepsi nyeri dengan media relaksasi
benson ini.
C. Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan pasien
2. Lakukan kontrak pertemuan
Selanjutnya
3. Akhiri dengan salam
2.5.2 Identitas.
Pada pengkajian identitas pasien berisi tentang: Nama, Umur,
Pendidikan, Suku, Agama, Alamat, No. Rekam Medis, Nama Suami,
Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal
Pengkajian.
23
2.6.2 Hambatan rasa nyaman : merasa kurang nyaman, lega dan sempurna
dalam di mensi fisik, psikopiritual, lingkungan budaya.
2.8 Implementasi
1. Menurut (Kozier, 2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase
dimana perawat melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah
direncanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan
tindakan keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanaan
intervensi. Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2019).
2. Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen dari
proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan
dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan
(Andarmoyo, 2019).
2.9 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana perawat
akan mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai.
Evaluasi adalah kegiatan terus-menerus yang dilakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan.
Walaupun evaluasi dilakukan pada akhir proses keperawatan, namun evaluasi
sebaiknya dilakukan secara terusmenerus selama pasien dirawat (Manurung,
2011).
Menurut Faisaldo (2014) evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
2.11.1 Evaluasi Berjalan (Evaluasi Formatif)
Evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk pengisian catatan
perkembangan berorientasi pada masalah yang dialami pasien .
Format yang digunakan dalam evaluasi formatif adalah SOAP.
28