Anda di halaman 1dari 5

Tumor Phyllodes

1. Pendahuluan
Tumor Phyllodes merupakan tumor mirip dengan fibroadenoma dengan stroma
seluler yang bertumbuh dengan cepat. Dapat mencapai ukuran yang besar dan jika tidak
dieksisi total dapat terjadi rekurensi. Lesi dapat jinak atau ganas. Jika jinak, tumor phylloides
dapat diatasi dengan eksisi lokal dengan batas jaringan payudara sekitar. Penanganan tumor
phyllode ganas masih controversial, namun pembuangan tumor sempurna dengan sedikit area
normal disekitar tumor dapat mencegah rekurensi. Karena tumor ini dapat membesar,
mastektomi biasanya penting dilakukan. Diseksi limfe nodus tidak dilakukan, karena bagian
sarcomatos dari tumor bermetastasi ke paru-paru dan bukan ke limfe nodus.

2. Batasan
Tumor Phylllodes merupakan tipe tumor payudara yang sangat jarang terjadi. Tumor
ini dapat bersifat jinak (harmless), namun juga bisa ganas (cancerous). Tipe tumor ini
disebut “sarcoma” karena lebih sering muncul pada jaringan konektif (stroma) dibandingkan
jaringan epilithial (saluran dan kantong susu) payudara.
Nama lain tumor phyllodes antara lain: phylloides tumor, cystosarcoma phyllodes,
cystosarcoma phylloides kadang juga disebut “giant fibroadenomas”. Nama dahulu yang
sering dipakai adalah Cystosarcoma phyllodes, suatu tumor fibroepitelial yang jarang dan
hanya didapatkan pada pyudara.
Secara histologis dan perjalanan klinis dibagi dalam 3: jinak, borderline, ganas.
Diperkirakan tipe yang ganas kira-kira 25% dari kasus dengan kejadian metastase sekitar
15%. Aspek histologis untuk membedakan ketiga tipe adalah: Cellular atypia,mitotic activity,
tumor margin, stromal overgrowth, ditambah keadaan-keadaan: vaskularitas, analisa
flositometri, pleomorphism, karakteristik secara mikroskopik electron.

3. Patofisiologi
tumor phuyllodes denove berasal dari parenkim payudara, hanya sedikit yang percaya
bahwa berasal dari suatu fibriadenoma yang telah ada bertahun-tahun.
Reseptor hormone terhadap estrogen dan progesterone ternyata sangat bervariasi dan hanya
terdapat pada komponen epitelialnya, sehingga pengobatan hormonal pada kasus metastase
tidak banyak gunanya, karena yang bermetastase hanyalah komponen stromalnya.
4. Gejala Klinis
 Merupakan 2-4% dari angka kejadian FAM
 Biasanya timbul pada usia yang lebih tua dari fibroadenoma mamma (decade III atau lebih)
 Benjolan dapat tumbuh lambat tetapi akhirnya tumbuh lebih cepat
 Benjolan dapat sangat besar (5 cm – 40 cm), kejadian bilateral hanya sekitar kurang dari
30% baik tipe jinak maupun ganas.
 Benjolan biasanya tidak nyeri, dapat disertai dengan ulkus
 Tidak ditemukan pembesaran KGB (Kelenjar Getah Bening) aksila ipsilateral walau tumor
sudah sngat besar disertai ulkus.

5. Pemeriksaan Dan Diagnosis


Anamnesis:
 Usia 30 tahun atau lebih
 Benjolan sudah diderita lama dan dapat sangat besar tanpa disertai nyeri, kadang kadang ada
anamnesis cepat membesar terakhir ini, dan disertai ulkus.
Pemeriksaan Fisik
 Benjolan besar atau sangat besar (5 cm-40 cm)
 Kulit di atas tumor mengkilat, ada phleboectasi kadang-kadang didapatkan ulkus.
 Benjolan berdungkul-dungkul dengan konsistensi heterogen, ada bagian yang padat dan
banyak bagian yang kistik.
 Meskipun besar benjolan masih mobile (mudah digerakkan) dari jaringan sekitar atau
dengan kulit dan dasar/dinding torak
 Tidak didapatkan pembesaran KGB aksila ipsilateral walaupun benjolan sudah sangat besar
dan terdapat ulkus.
Pencitraan
Tidak khas dengan USG atau mammografi, sukar dibedakan dengan fibroadenoma
mammae.
Stadium Tumor Phyllodes:
Hampir semua kasus kanker payudara diklasifikasikan dari stadium1 sampai 4, namun
untuk tumor Phyllodes ini berbeda. Setelah operasi biopsy dilakukan, ahli patologi akan
menguji sel sample di laboratorium. Dua karakteristik yang diperhatikan adalah:
1. kecepatan perkembangbiakan/pembelahan sel
2. jumlah sel yang bentuknya tidak normal (irregularly shaped cells) dalam jaringan sample.
Berdasar dua kriteria di atas, maka akan dapat ditentukan, apakah tumor tersebut
masuk klasifikasi jinak atau ganas. Hampir semua tumor phylodes masuk kategori jinak.

6. Diagnosis
 Dengan gambaran klasik dari tumor phyllodes, diagnosis dapat ditegakkan secara klinis.
 Bila masih ragu dilakukan pemeriksaan histopatologis dengan biopsy
Diagnosis Banding
 Untuk tumor yang kecil harus dibedakan dengan FAM
 Pada keadaan tertentu harus dibedakan dengan Ca-mammae

7. Penatalaksanaan Terapi
 Prinsip adalah eksisi luas, karena bila dilakukan eksisi seperti FAM maka angka
kekambuhan akan sangat besar
 Mastektomi sederhana dikerjakan pada keadaan:
a) Benjolan yang sudah menempati hamper seluruh payudara sehingga hanya tersisa sedikit
jaringan payudara yang sehat
b) Benjolan residif dan terbukti histopatologis barupa lesi yang maligna
c) Benjolan residif pada usia tua
 Pada tumor phyllodes yang maligna prinsip terapi juga sama dengan yang benigna kecuali
pada yang residif, langsung dikerjakan mastektomi sederhana. Pembersihan KGB aksila
hanya bila didapatkan metastase pada KGB aksila.
 Radioterapi dan kemoterapi kurang berperanan.

8. Prognosis Tumor Phyllodes:


Tingkat kesembuhan penderita tumor Phyllodes setelah operasi pengangkatan sangat
bagus. Jika anda berusia 45 tahun atau lebih ada kemungkinan tumor muncul kembali,
meskipun sangat kecil. Untuk pasien yang terdiagnosis dengan tumor ganas, tingkat
kesembuhannya sangat bervariasi.
Tumor ganas memiliki peluang untuk menjadi kanker, bahkan setelah menjalani
operasi. Jika ada sel yang tertinggal, akan menjadi ganas dan menyebar. Tumor ganas
berpeluang muncul kembali, meski telah diobati dan dapat menyebar ke paru, tulang, hati,
dan dinding dada. Pada beberapa kasus, kelenjar limfe ikut berperan dalam penyebaran sel
tumor
DAFTAR PUSTAKA
Aim Umme. Rahman, SZ (Des 2009). "ginekomastia: Sebuah ADR akibat interaksi
obat." :. India 286-7 J Pharmacol. 41 (6). DOI : 10.4103/0253-7613.59929.

Bland KI, Verenidis MP, Edwar M. Copeland EM. Breast. In : Schwartz’s Principle of Surgery. 7th
ed. New York. Mc Graw Hill International. 1999; 533-99.

Pisi Lukito dkk. Kelainan Fibrokistik Dalam: Sjamsuhidajat, Wim de


Jong penyunting Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC. 1997; 512-55.

Iglehart JD. The Breast. In : Sabiston’s Textbook of Surgery. 14th ed.


Philadelphia. WB Saunders. 1991; 510-50.

Marchant DJ. Fibrocystic changes. In : Breast Diseases. Philadelphia.


WB Saunders Co. 1997; 21-9.

Ramli M. Kanker Payudara. Dalam: Soelarto R penyunting Kumpulan


1995; 342-634.

Strombeck JO. Reduction Mammoplasty. In : Grabb WC penyunting


Plastic Surgery. Boston. Little Brown and Co. 1973; 955-71.

Catalioti L, et al. The response of surgeon to changing patterns in breast


cancer diagnosis. In : European Journal of Cancer. Lisbon. Pergamon.
2001. vol 37.

Anda mungkin juga menyukai