Anda di halaman 1dari 21

Portofolio – Medik

No. ID dan Nama Peserta : Kemal Taufik Azis


No. ID dan Nama Wahana : RSUD Lasinrang Pinrang
Topik : Torsio Testis
Tanggal (kasus) : 31 Maret 2018
Nama Pasien : An. A (16 tahun) No. RM: 223657
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Rifai, M.Kes
dr. Agus Salim
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Lasinrang Pinrang
Obyektif Presentasi :
 Keilmuan Ketrampilan Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak  Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Anak laki-laki usia 16 tahun, datang ke UGD RSUD Lasinrang pukul 09.30 WITA dengan
keluhan nyeri pada buah zakar sebelah kiri sejak tadi subuh pukul 05.00 WITA. Menurut
orang tua pasien, awalnya pasien mengeluhkan nyeri yang timbul mendadak pada alat
kelaminnya, nyeri dirasakan terus menerus dan bertambah hebat menjalar hingga ke
selangkangan dan perut sebelah kiri, membuat rasa tidak nyaman pada perut dan mual namun
tidak sampai muntah. Pasien menyangkal adanya gangguan BAK selama sakit yang dirasakan,
, BAB (+) normal, demam (-). Riwayat trauma pada alat kelamin (-) riwayat dipijit (-).
Tujuan : Membahas penatalaksanaan torsio testis pada pasien remaja
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
Data Pasien : Nama : An. A (16 Nomor Registrasi: 223657
tahun)
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Anak laki-laki usia 16 tahun, datang ke UGD RSUD Lasinrang pukul 09.30 WITA dengan
keluhan nyeri pada buah zakar sebelah kiri sejak tadi subuh pukul 05.00 WITA. Menurut
orang tua pasien, awalnya pasien mengeluhkan nyeri yang timbul mendadak pada alat
kelaminnya, nyeri dirasakan terus menerus dan bertambah hebat menjalar hingga ke
selangkangan dan perut sebelah kiri, membuat rasa tidak nyaman pada perut dan mual
namun tidak sampai muntah. Pasien menyangkal adanya gangguan BAK selama sakit yang
dirasakan, , BAB (+) normal, demam (-). Riwayat trauma pada alat kelamin (-) riwayat
dipijit (-).
2. Riwayat Keluarga : Keluhan serupa pada anggota keluarga lain tidak ada.
3. Riwayat Penyakit :
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak ada.
Riwayat penyakit lain tidak ada
4. Lain-lain
Pemeriksaan Fisik
Portofolio – Medik

Kesadaran : CM
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 98x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,7 C

Status generalis
Kepala : deformitas (-)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : KGB tidak teraba membesar
Paru : simetris saat statis dan dinamis, vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I-II normal, regular, murmur (-) gallop (-)
Abdomen : datar, BU (+) N, NT (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT<2”
Status Lokalis:
Scrotum kiri tampak lebih besar dibandingkan scrotum kanan, warna scrotum kiri dan
kanan masih normal. Scrotum kiri terlihat lebih tinggi dengan posisi testis yang melintang.
Scrotum kiri terasa nyeri saat disentuh dan nyeri menetap saat scrotum diangkat atau
digerakkan ke proksimal (Prehn sgin). Pada daerah inguinal kiri tidak didapatkan
pembengkakan.

Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin :
HGB : 12.8 g/dL 12 – 16 g/dl
HCT : 42 % 37 – 48%
WBC : 8.800 4000 –10.000/L
RBC : 4.6 .106/L 4 – 6 . 106/L
PLT : 327 .103/L 150.000 – 400.000/L
Portofolio – Medik

USG Testis :

Kesan :
 Tampak testis sinistra kesan swelling dengan vaskuler (-) sesuai gambaran
torsio testis sinistra + hidrokel
 Testis dextra kesan normal
Daftar Pustaka:

1. Cuckow, PM. 2001. Torsion of Testis. BJU International (2000). The Hospital for Sick
Children ; Bristol, United Kingdom

2. Graham; Townell, Nick. 2010. Testicular Torsion. British Medical Journal (Overseas
& Retired Doctors Edition;7/31/2010, Vol. 341 Issue 7767, p249

3. Greenberg, Michael. 2005. Testicular Torsion page 329. Greenberg’s Text Atlas of
Emergency Medicine. Lippicott Williams – Willkins : Philadelphia

4. Leape.L.L . 1990. Testicular Torsion. In : Ashcraft.K.W (ed), Pediatric Urology,;


Philadelphia: W.B. Saunders Company.

5. Minevich.E. 2007. Testicular Torsion, Department of Surgery, Division of Pediatric


urology, akses di http://www.emedicine.com/ med/topic2780htm

6. Purnomo, Basuki P. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. 2003. 8,145-148.


Portofolio – Medik

7. Ringdahl, Erika MD ; Teague, Lynn MD. 2006. Testicular Torsion. American Family
Physician. University of Missouri–Columbia School of Medicine: Columbia, Missouri
15;74(10):1739-1743.

8. Rupp.T.J. 2006. Testicular Torsion, Department of Emergency Medicine, Thomas


Jefferson University, akses di http://www.emedicine.com/med/topic2560.htm

9. Scott, Roy, Deane, R.Fletcher. Urology Ilustrated. London and New York : Churchill
Livingstone. 1975. 324-325.

10. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran – EGC. 2004. 799.

11. Wilson, Lorraine M. Hillegas, Kathleen B. 2006. Gangguan Sistem Reproduksi Laki-
Laki dalam Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.

Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Torsio Testis
2. Patogenesis Torsio Testis
3. Penatalaksanaan Torsio Testis
4. Edukasi tentang penyebab, faktor resiko, dan penatalaksanaan yang tepat.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif
Anak laki-laki usia 16 tahun, datang ke UGD RSUD Lasinrang pukul 09.30 WITA
dengan keluhan nyeri pada buah zakar sebelah kiri sejak tadi subuh pukul 05.00
WITA. Menurut orang tua pasien, awalnya pasien mengeluhkan nyeri yang timbul
mendadak pada alat kelaminnya, nyeri dirasakan terus menerus dan bertambah hebat
menjalar hingga ke selangkangan dan perut sebelah kiri, membuat rasa tidak nyaman
pada perut dan mual namun tidak sampai muntah. Pasien menyangkal adanya
gangguan BAK selama sakit yang dirasakan, , BAB (+) normal, demam (-). Riwayat
trauma pada alat kelamin (-) riwayat dipijit (-).
2. Objektif
Pemeriksaan Fisik
 Status Generalis
SS / GC / CM
Portofolio – Medik

GCS E4M6V5
T : 130/90 mmHg
N : 98 x/menit
P : 24 x/menit
S : 36,7 C
 Kepala: Kelainan (-)
 Mata: Konjungtiva anemis (-), Sklera Ikterik (-)
 Mulut : Sianosis (-)
 Leher : Kaku, pembesaran KGB (-)
 Thorax
1) Paru
Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri = kanan,
Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
2) Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : S1/S2 reguler, murmur tidak ada
 Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : NT (-)
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Tidak dilakukan
 Ekstremitas
Inspeksi : Tidak ada kelainan

Status Lokalis:
Scrotum kiri tampak lebih besar dibandingkan scrotum kanan, warna
scrotum kiri dan kanan masih normal. Scrotum kiri terlihat lebih tinggi
dengan posisi testis yang melintang. Scrotum kiri terasa nyeri saat disentuh
dan nyeri menetap saat scrotum diangkat atau digerakkan ke proksimal
(Prehn sgin). Pada daerah inguinal kiri tidak didapatkan pembengkakan.
 Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal

3.Asessment

TORSIO TESTIS
Portofolio – Medik

Torsio testis adalah suatu keadaan dimana funikulus spermatikus yang terpeluntir
yang mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis
dan epididimis. Torsio testis merupakan suatu keadaan yang termasuk gawat darurat
dan butuh segera dilakukan tindakan bedah. Kondisi ini, jika tidak segera ditangani
dengan cepat dalam 4 hingga 6 jam setelah onset nyeri maka dapat menyebabkan
infark dari testis yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis (Sjamsuhidajat, 2004).
Torsio testis juga merupakan kegawat daruratan urologi yang paling sering terjadi
pada laki-laki dewasa muda, dengan angka kejadian 1 diantara 400 orang dibawah usia
25 tahun dan paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Janin
yang masih berada di dalam uterus atau bayi baru lahir tidak jarang menderita torsio
testis yang tidak terdiagnosis sehingga mengakibatkan kehilangan testis baik unilateral
ataupun bilateral. Torsio testis harus selalu dipertimbangkan pada pasien-pasien
dengan nyeri akut pada skrotum dan kondisi tersebut juga harus dibedakan dari
keluhan-keluhan nyeri pada testis lainnya agar tidak terjadi kesalahan diagnosis yang
dapat berujung pada kesalahan terapi (Cuckow, 2000).
Penyebab dari akut skrotum biasanya dapat ditegakkan berdasarkan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik yang menyeluruh serta pemeriksaan diagnostik yang tepat.
Sekitar 2/3 pasien yang dicurigai menderita torsio testis dengan dilakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik cukup untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Keterlambatan
dan kegagalan dalam dignosis dan terapi akan menyebabkan proses torsio yang
berlangsung lama, sehingga pada akhirnya menyebabkan kematian testis dan jaringan
disekitarnya (Cuckow, 2000).
Penatalaksanaan torsio testis menjadi tindakan darurat yang harus segera
dilakukan karena angka keberhasilan serta kemungkinan testis tertolong akan menurun
seiring dengan bertambahnya lama waktu terjadinya torsio. Adapun penyebab tersering
hilangnya testis setelah mengalami torsio adalah keterlambatan dalam mencari
pengobatan (58%), kesalahan dalam diagnosis awal (29%), dan keterlambatan terapi
(13%) (Cuckow, 2000).

A. Anatomi Testis
Portofolio – Medik

Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval dg berat 10-14 gr


dg panjang 4 cm ukuran dari anterior ke posterior 3 cm dan lebar 2,5cm dan
memiliki bagian2 yakni extremitas superior, extremitas inferior, facies lateralis,
facies medialis, margo anterior (convex), margo posterior (datar).
Testis berada didalam skrotum bersama epididimis yaitu kantung
ekstraabdomen tepat dibawah penis. Testis kiri terletak lebih rendah drpd yang
kanan. Dinding pada rongga yang memisahkan testis dengan epididimis disebut
tunika vaginalis. Tunika vaginalis dibentuk dari peritoneum intraabdomen yang
bermigrasi ke dalam skrotum primitive selama perkembangan genetalia interna
pria, setelah migrasi ke dalam skrotum, saluran tempat turunnya testis (prosesus
vaginalis) akan menutup.
Setelah pubertas, selain sebagai organ reproduksi (menghasilkan
spermatozoa) jg sebagai kelenjar endokrin yg menghasilkan hormon androgen
yang berguna untuk mempertahankan tanda2 kelamin sekunder.

Lapisan Pembungkus Testis (Orchis)


Testis terletak di dalam cavum scrota yg ditutupi oleh scrotum. Dimana lapisan
nya dari luar ke dalam yakni :
a. Cutis
Portofolio – Medik

b. Tunica dartos
c. Fascia Spermatica Externa
d. M. Cremasterica
e. Fascia Cremasterica
f. Fascia Spermatica Interna
g. Tunica Vaginalis Propia
h. Tunica Albuginea

Vaskularisasi Testis (Orchis)


  -- A. testicularis dextra ei sinistra cabang dr aorta abdominalis
- V. testicularis dextra yg akan bermuara ke V. Cava Inferior
- V. testicularis sinistra yg akan bermuara ke v. renalis sinistra lalu bermuara ke
Vena Cava Inferior

Innervasi Testis (Orchis)


Testis dipersarafi oleh serabut saraf dari plexus nervacus tertucularis. Plexus ini
dibentuk oleh nervus thoracalis VI-XII.

Testis terdiri dari 3 sel yaitu :


a. Sel Leydig yang berfungsi untuk menghasilkan hormon testoseron untuk
menumbuhkan ciri2 kelamin sejuder laki2. Sel ini juga sebagai Endocrin
b. Sel Sertoli yang berfungsi untuk memberi makan sperma yang
dirangsang oleh FSH yang dihasilkan oleh Adenehypophysis. Sel ini Sebagai
sebagai Eksocrin
c. Sel Spermatozoid yang berfungsi untuk menghasilkan sperma yang berada
pada dinding Tubulus Seminiferus Contortus. Sel ini sebagai Eksocrin

3 sel ini dibagi 2 bagian yaitu Sel Leydig Sebagai  Endocrin sedangkan Sel
Sertoli dan Sel Spermatozoid sebagai Eksocrin. Testis menghasilkan hormon
testosterone yg berfungsi utk memacu perkembangan system reproduksi steroid
pria dan ciri seksual sekunder pria
Portofolio – Medik

B. Etiologi Torsio Testis


Adanya kelainan sistem penyangga testis menyebabkan testis dapat
mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan. Beberapa keadaan yang
menyebabkan pergerakan yang berlebihan itu, antara lain adalah perubahan suhu
yang mendadak (seperti pada saat berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan,
batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi, atau trauma yang mengenai skrotum
(Purnomo, 2003).
Faktor predisposisi lain terjadinya torsio meliputi peningkatan volume testis
(sering dihubungkan dengan pubertas), tumor testis, testis yang terletak horisontal,
riwayat kriptorkismus, dan pada keadaan dimana spermatic cord intrascrotal yang
panjang (Ringdahl & Teague, 2006).
Trauma dapat menjadi faktor penyebab pada sekitar 50% pasien, torsio timbul
ketika seseorang sedang tidur karena spasme otot kremaster. Kontraksi otot ini
karena testis kiri berputar berlawanan dengan arah jarum jam dan testis kanan
berputar searah dengan jarum jam. Aliran darah terhenti, dan terbentuk edema.
Kedua keadaan tersebut menyebabkan iskemia testis (Wilson & Hillegas, 2006).

C. Manifestasi Klinis Torsio Testis


Nyeri akut pada daerah testis disebabkan oleh torsio testis,
epididimitis/orchitis akut atau trauma pada testis. Nyeri ini seringkali dirasakan
hingga ke daerah abdomen sehingga dikacaukan dengan nyeri karena kelainan
organ intraabdominal. Sedangkan nyeri tumpul disekitar testis dapat disebabkan
karena varikokel (Purnomo, 2003).
Pada torsio testis, pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang
sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis. Keadaan itu disebut
akut skrotum. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah
sehingga jika tidak diwaspadai sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Gejala
lain yang juga dapat muncul adalah mual dan muntah, kadang-kadang disertai
demam ringan. Gejala yang jarang ditemukan pada torsio testis ialah rasa panas
dan terbakar saat berkermih, dan hal ini yang membedakan dengan orchio-
epididymitis (Wilson & Hillegas, 2006).
Portofolio – Medik

D. Patofisiologi Torsio Testis


Portofolio – Medik

E. Penegakkan diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat membantu membedakan torsio testis
dengan penyebab akut scrotum lainnya. Testis yang mengalami torsio pada
scrotum akan tampak bengkak dan hiperemis. Eritema dan edema dapat meluas
hingga scrotumsisi kontralateral. Testis yang mengalami torsio juga akan terasa
nyeri pada palpasi. Jika pasien datang pada keadaan dini, dapat dilihat adanya
testis yangterletak transversal atau horisontal. Seluruh testis akan bengkak dan
nyeri sertatampak lebih besar bila dibandingkan dengan testis kontralateral,
oleh karenaadanya kongesti vena. Testis juga tampak lebih tinggi di dalam
scotum disebabkan karena pemendekan dari spermatic cord. Hal tersebut
merupakan pemeriksaan yang spesifik dalam menegakkan dianosis. Biasanya
nyeri juga tidak  berkurang bila dilakukan elevasi testis (Prehn sign) (Ringdahl
& Teague, 2006).
Pemeriksaan fisik yang paling sensitif pada torsio testis ialah hilangnya
refleks cremaster. Dalam satu literatur disebutkan bahwa pemeriksaan
inimemiliki sensitivitas 99% pada torsio testis(Ringdahl & Teague, 2006).
Portofolio – Medik

2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang berguna untuk membedakan torsio testis
dengan keadaan akut scrotum yang lain adalah dengan menggunakan stetoskop
Doppler, ultrasonografi Doppler, dansintigrafi testis, yang kesemuanya
bertujuan untuk menilai aliran darah ke testis. Stetoskop Doppler dan
ultrasonografi konvensional tidak terlalu bermanfaat dalam menilai aliran darah
ke testis. Penilaian aliran darah testis secara nuklir dapat membantu, tetapi
membutuhkan waktu yang lama sehingga kasus bisa terlambat ditangani.
Ultrasonografi Doppler berwarna merupakan pemeriksaan noninvasif yang
keakuratannya kurang lebih sebanding dengan pemeriksaan nuclear scanning.
Ultrasonografi Doppler berwarna dapat menilai aliran darah, dan dapat
membedakan aliran darah intratestikular dan aliran darah dinding scrotum. Alat
ini juga dapat digunakan untuk memeriksa kondisi patologis lain pada scrotum
(Purnomo, 2003).
Pemeriksaan sedimen urin tidak menunjukkan adanya leukosit dalam urin,
dan pemeriksaan darah tidak menunjukkan adanya inflamasi kecuali pada torsio
yang sudah lama dan mengalami keradangan steril (Purnomo, 2003).
Pada umumnya pemeriksaan penunjang hanya diperlukan bila diagnosis
torsio testismasih meragukan atau bila pasien tidak menunjukkan bukti klinis
yang nyata (Minevich, 2007; Ringdahl & Teague, 2006).
Adanya peningkatan acute-fase protein (dikenal sebagai CRP) dapat
membedakanproses inflamasi sebagai penyebab akut scrotum (Rupp, 2006).
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan urin dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa infeksi
traktus urinarius pada pasien dengan nyeri akut pada skrotum. Pyuria
dengan atau tanpa bakteri mengindikasikan adanya suatu proses infeksi dan
mungkin mengarah kepada epididimitis. Selain itu perlu jugadilakukan
pemeriksaan darah dan sediment urin (Purnomo, 2003).
b. Pemeriksaan Radiologis
Color Doppler Ultrasonography (Saladdin, 2009).
Portofolio – Medik

1) Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat aliran darah pada arteri


testikularis.
2) Merupakan Gold Standar untuk pemeriksaan torsio testis dengan
sensitivitas 82-90% dan spesifitas 100%.
3) Pemeriksaan ini menyediakan informasi mengenai jaringan di sekitar
testis yang echotexture\Ultrasonografi dapat menemukan abnormalitas
yang terjadi pada skrotum seperti hematom, torsio appendiks dan
hidrokel.
4) Pada torsio testis, akan timbul keadaan echotexture selama 24-48 jam
dan adanya perubahan yang semakin heterogen menandakan proses
nekrosis sudah mulai terjadi.
Nuclear Scintigraphy (Saladdin, 2009):
1) Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan
untuk melihat aliran darah testis.
2) Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan
aliran darah yang meragukan dengan memakai ultrasonografi.
3) Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan
daerah iskemia akibat infeksi.
4) Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif
palsu
5) Adanya daerah yang mengandung sedikit proton pada salah satu
skrotum merupakan tanda patognomonik terjadinya torsio.
Portofolio – Medik

3. Dianosis Banding
Torsio testis harus selalu dibedakan dengan kondisi-kondisi lain
sebagai penyebab dari akut scrotum, antara lain (Minevich, 2007; Ringdahl &
Teague, 2006) :
a. Epididimitis akut
Penyakit ini secara umum sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri
scrotum akut biasanya disertai dengan kenaikan suhu, keluarnya nanah dari
uretra, adanya riwayat coitus suspectus (dugaan melakukan senggama
dengan selain isterinya), atau pernah menjalani kateterisasi uretra
sebelumnya. Pada pemeriksaan, epididimitis dan torsio testis, dapat
Portofolio – Medik

dibedakan dengan Prehn’s sign, yaitu jika testis yang terkena dinaikkan,
pada epididmis akut terkadang nyeri akan berkurang (Prehn’s sign positif),
sedangkan pada torsio testis nyeri tetap ada (Prehn’s sign negative). Pasien
epididimitis akut biasanya berumur lebih dari 20 tahun dan pada
pemeriksaan sedimen urin didapatkan adanya leukosituria dan bakteriuria
b. Hidrokel
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan
parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan
antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena:
belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran
cairan peritoneum ke prosesus vaginalis (hidrokel komunikans) atau belum
sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan
reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis
atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau
reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin
suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis.
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak
nyeri. Pada pemeriksaan fisis didapatkan adanya benjolan di kantong
skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan
menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau
kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan
pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan
ultrasonografi.
Portofolio – Medik

c. Hernia incarserata
Pada anamnesis didapatkan riwayat benjolan yang dapat keluar masuk ke
dalam scrotum yang muncul bersamaan dengan keaadaan peningkatan
tekanan intraabdominal seperti batuk atau mengejan. Benjolan dapat hilang
bila berbaring. Ukuran benjolan dapat bervariasi dari kecil sampai besar,
Bila hernia sudah mengalami inkarserta maka gejala yang timbul dapat
berupa mual, nyeri kolik abdomen, konstipasi, keerahan pada skrotum, dan
bila di auskultasi dapat didengat bunyi bising usus di daerah skrotum.
Portofolio – Medik

d. Tumor testis
Pembesaran testis yang tidak nyeri, biasanya terjadi pada usia 20-50 tahun
dan sering disertai dengan limfadenopati abdomen

F. Terapi
1. Non operatif
Pada beberapa kasus torsio testis, detorsi manual dari funikulus
spermatikus dapat mengembalikan aliran darah (Purnomo, 2003).
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu
dengan memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah
torsio biasanya ke medial maka dianjurkan memutar testis ke arah lateral
terlebih dahulu, kemudian jika tidak terjadi perubahan dicoba detorsi ke arah
medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah
berhasil. Detorsi manual merupakan cara terbaik untuk memperpanjang waktu
menunggu tindakan pembedahan, tetapi tidak dapat menghindarkan dari
prosedur pembedahan. Jika detorsi berhasil operasi harus tetap dilaksanakan
(Purnomo, 2003).
Dalam pelaksanaannya, detorsi manual sulit dan jarang dilakukan. Di unit
gawat darurat, pada anak dengan scrotum yang bengkak dan nyeri, tindakan ini
sulit dilakukan tanpa anestesi. Selain itu, testis mungkin tidak sepenuhnya
terdetorsi atau dapat kembali menjadi torsio tak lama setelah pasien pulang dari
RS. Sebagai tambahan, mengetahui ke arah mana testis mengalami torsio
adalah hampir tidak mungkin, yang menyebabkan tindakan detorsi manual akan
memperburuk derajat torsio (Govindarajan, 2011).
Portofolio – Medik

2. Operatif
Torsio testis merupakan kasus emergensi, harus dilakukan segala upaya
untuk mempercepat proses pembedahan. Hasil pembedahan tergantung dari
lamanya iskemia, oleh karena itu, waktu sangat penting. Biasanya waktu
terbuang untuk pemeriksaan pencitraan, laboratorium, atau prosedur diagnostik
lain yang mengakibatkan testis tak dapat dipertahankan (Purnomo, 2003).
Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis
pada arah yang benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian apakah
testis yang mengalami torsio masih viable (hidup) atau sudah mengalami
nekrosis (Purnomo, 2003).
Torsio testis merupakan kasus emergensi, harus dilakukan segala upaya
untuk mempercepat proses pembedahan. Hasil pembedahan tergantung dari
lamanya iskemia, oleh karena itu, waktu sangat penting. Biasanya waktu
terbuang untuk pemeriksaan pencitraan, laboratorium, atau prosedur
diagnostik lain yang mengakibatkan testis tak dapat dipertahankan
(Govindarajan, 2011).
Tujuan dilakukannya eksplorasi yaitu (Govindarajan, 2011):
a. Untuk memastikan diagnosis torsio testis
b. Melakukan detorsi testis yang torsio
c. Memeriksa apakah testis masih viable
d. Membuang (jika testis sudah nonviable) atau memfiksasi jika testis
masih viable
e. Memfiksasi testis kontralateral
Perbedaan pendapat mengenai tindakan eksplorasi antara lain
disebabkan oleh kecilnya kemungkinan testis masih viable jika torsio
sudah berlangsung lama (>24-48 jam). Sebagian ahli masih
mempertahankan pendapatnya untuk tetap melakukan eksplorasi dengan
alasan medikolegal, yaitu eksplorasi dibutuhkan untuk membuktikan
diagnosis, untuk menyelamatkan testis (jika masih mungkin), dan untuk
melakukan orkidopeksi pada testis kontralateral. Saat pembedahan,
Portofolio – Medik

dilakukan juga tindakan preventif pada testis kontralateral. Hal ini


dilakukan karena testis kontralaeral memiliki kemungkinan torsio di lain
waktu (Govindarajan, 2011).
Jika testis masih hidup, dilakuakn orkidopeksi (fiksasi testis) pada
tunika dartos kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral.
Orkidopeksi dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak
diserap pada 3 tempat untuk mencegah agar testis tidak terpluntir
kembali, sedangkan pada testis yang sudah mengalami nekrosis
dilakukan pengangkatan testis (orkidektomi) dan kemudian disusul
orkidopeksi pada testis kontralateral. Testis yang telah mengalami
nekrosis jika tetap dibiarkan berada dalam skrotum akan merangsang
terbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan
fertilitas dikemudian hari (Purnomo, 2003).

G. Prognosis
Bila dilakukan penangan sebelum 6 jam hasilnya baik, 8 jam memungkinkan
pulih kembali, 12 jam meragukan, 24 jam dilakukan orkidektomi. Viabilitas testis
sangat berkurang bila dioperasi setelah 6 jam.

H. Komplikasi
Torsio testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu kegawat
daruratan dalam bidang urologi. Nekrosis tubular pada testis yang terlibat jelas
terlihat setelah 2 jam dari torsi. Keterlambatan lebih dari 6-8 jam antara onset
gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau detorsi manual akan menurunkan
angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%. Putusnya suplai darah ke testis
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan atrofi testis. Atrofi testikular
dapat terjadi dalam waktu 8 jam setelah onset iskemia. Insiden terjadinya atrofi
testis meningkat bila torsio telah terjadi 8 jam atau lebih. Komplikasi klinis dari
TT adalah kesuburan yang menurun dan hilangnya testikular apabila torsi tersebut
tidak diperbaiki dengan cukup cepat. Tingkat yang lebih ekstrim dari torsi testis
mempengaruhi tingkat iskemia testikular dan kemungkinan penyelamatan
Portofolio – Medik

(Greenberg, 2005).
Komplikasi torsi testis yang paling signifikan adalah infark gonad. Kejadian
ini bergantung pada durasi dan tingkat torsi. Analisis air mani abnormal dan
apoptosis testikular kontralateral juga merupakan sekuele yang diketahui
mengikuti ketegangan testis. Oleh karena itu, resiko subfertilitas harus dibicarakan
dengan pasien. Testis yang telah mengalami nekrosis jika tetap dibiarkan berada di
dalam skrotum akan merangsang terbentuknya antibodi antisperma sehingga
mengurangi kemampuan fertilitas dikemudian hari. Komplikasi lain yang sering
timbul dari torsio testis meliputi yaitu hilangnya testis, infeksi, infertilitas
sekunder, deformitas kosmetik (Graham, 2009).

3. Plan
(31 Maret 2018)
Portofolio – Medik

S : Nyeri testis kiri, menjalar ke perut kiri, mual (+), muntah (-), demam(-)
O : KU sedang
TD : 130/90 mmHg
A : Torsio testis sinistra
P : Rawat inap
IVFD RL 28 TPM
Ketorolac 1amp/ 8 jam / IV
Ranitidin 1 amp/ 12 jam / IV
Cefotaxim 1gr/ 12 jam / IV
Konsul Bedah

Prognosis: Dubia
Pendidikan : Perlu dijelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai
penyebab, faktor resiko, gejala, pengobatan, komplikasi dan prognosis penyakit.
Konsultasi : Dijelaskan secara rasional akan pentingnya konsultasi dengan dokter
spesialis bedah sebagai upaya agar penyakit dapat ditangani dengan tepat.
Kontrol dan Konseling: Observasi ulang perbaikan gejala tiap hari.

Pinrang, September 2018

Peserta, Pendamping,

dr. Kemal Taufik Azis dr.Rifai, M.Kes dr. Agus Salim

Anda mungkin juga menyukai

  • Lembar Penilaian Kinerja Instalasi Gawat Darurat
    Lembar Penilaian Kinerja Instalasi Gawat Darurat
    Dokumen3 halaman
    Lembar Penilaian Kinerja Instalasi Gawat Darurat
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • Sertifikat Webinar 16 Juli 2020 Hemorroid
    Sertifikat Webinar 16 Juli 2020 Hemorroid
    Dokumen2 halaman
    Sertifikat Webinar 16 Juli 2020 Hemorroid
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • Emcase 15 November 2020
    Emcase 15 November 2020
    Dokumen68 halaman
    Emcase 15 November 2020
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • PARADE BEDAH TKV - 14 Juni 2021 Torakotomi Dekortikasi
    PARADE BEDAH TKV - 14 Juni 2021 Torakotomi Dekortikasi
    Dokumen18 halaman
    PARADE BEDAH TKV - 14 Juni 2021 Torakotomi Dekortikasi
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Poli Iship 2018
    Jadwal Poli Iship 2018
    Dokumen8 halaman
    Jadwal Poli Iship 2018
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • Hydropneumothorax
    Hydropneumothorax
    Dokumen38 halaman
    Hydropneumothorax
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F2 Jaha
    F2 Jaha
    Dokumen7 halaman
    F2 Jaha
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • Kamnsw
    Kamnsw
    Dokumen2 halaman
    Kamnsw
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • Okjlkhiu
    Okjlkhiu
    Dokumen33 halaman
    Okjlkhiu
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F4 - K
    F4 - K
    Dokumen9 halaman
    F4 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • 2 Artikel
    2 Artikel
    Dokumen10 halaman
    2 Artikel
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F2 - K
    F2 - K
    Dokumen7 halaman
    F2 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • Khgjkblmop
    Khgjkblmop
    Dokumen22 halaman
    Khgjkblmop
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F4 - K
    F4 - K
    Dokumen9 halaman
    F4 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F1 - K
    F1 - K
    Dokumen8 halaman
    F1 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F4 - K
    F4 - K
    Dokumen9 halaman
    F4 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F4 - K
    F4 - K
    Dokumen9 halaman
    F4 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F3 - K
    F3 - K
    Dokumen7 halaman
    F3 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F4 - K
    F4 - K
    Dokumen9 halaman
    F4 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F5 - K
    F5 - K
    Dokumen9 halaman
    F5 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F6 - K
    F6 - K
    Dokumen26 halaman
    F6 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F5 - K
    F5 - K
    Dokumen9 halaman
    F5 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F3 - K
    F3 - K
    Dokumen7 halaman
    F3 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F6 - K
    F6 - K
    Dokumen26 halaman
    F6 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F2 - K
    F2 - K
    Dokumen7 halaman
    F2 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F6 - K
    F6 - K
    Dokumen26 halaman
    F6 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F1 - K
    F1 - K
    Dokumen8 halaman
    F1 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • Halaman Pengesahan
    Halaman Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Halaman Pengesahan
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • F4 - K
    F4 - K
    Dokumen9 halaman
    F4 - K
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat
  • Tuuu
    Tuuu
    Dokumen3 halaman
    Tuuu
    Kemal Taufik
    Belum ada peringkat