Heat Stress Pada Juru Masak Instalasi Gizi Rumah Sakit Ibnu Sina
ABSTRAK
Latar belakang : Tekanan panas atau heat stress adalah batasan kemampuan penerimaan
panas yang diterima pekerja dari kontribusi kombinasi metabolisme tubuh akibat melakukan
pekerjaan dan faktor lingkungan (seperti temperatur udara, kelembaban, pergerakan udara, dan
radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan. Keadaan heat stress ringan ataupun
sedang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan berakibat buruk terhadap penampilan kerja dan
keselamatan, meskipun hal ini tidak menimbulkan kerugian dalam hal kesehatan pekerja. Pada saat
heat stress mendekati batas toleransi tubuh, risiko terjadinya kelainan kesehatan menyangkut
panas akan meningkat. Jika tubuh terpapar panas, maka sistem yang ada didalam tubuh akan
menpertahankan suhu tubuh internal agar tetap pada suhu normal (36-38 C) dengan cara
mengalirkan darah lebih banyak kekulit dan mengeluarkan cairan atau keringat. Pada saat
demikian jantung bekerja keras memompa darah ke kulit untuk mendinginkan tubuh, sehingga
darah lebih banyak bersirkulasi di daerah kulit luar. Ketika suhu lingkungan mendekati suhu tubuh
normal, maka pendinginan makin sulit dilakukan oleh sistem tubuh. Jika suhu luar sudah berada
diatas suhu tubuh maka sirkulasi darah dan keringat yang keluar tidak mampu menurunkan suhu
tubuh kesuhu normal. Dalam kondisi seperti ini, jantung terus memompa darah ke permukaan
tubuh, kelenjar keringat terus mengeluarkan cairan yang mengandung elektrolit ke permukaan
kulit dan penguapan keringat menjadi cara yang efektif untuk mempertahankan suhu tubuh agar
tetap konstan.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional melalui proses walk through survey. Data yang digunakan berupa kebiasaan responden,
dan data faktor-faktor pencetus heat stress di instalasi dapur gizi, seperti penggunaan alat, dan
kompor yang mengeluarkan haba dan system ventilasi yang tidak baik. Data pengukuran adanya
kecenderungan mengeluhkan keluhan mual, pusing, keringat berlebihan, denyut jantung laju, dan
suhu tubuh meningkat. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis heat stress
yang berlangsung saat melakukan pekerjaan. Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis
pekerjaan yang dilakukan, didapatkan hasil 1 pekerja dari 9 pekerja, mengeluh heat stress.
Hasil : Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional melalui proses walk through survey. Data yang digunakan berupa kebiasaan responden,
dan data faktor-faktor pencetus heat stress, seperti faktor fisik yaitu bekerja dengan alat yang
mengeluarkan haba dan ventilasi tempat bekerja yang tidak bagus.
Ibnu Sina di bagian pengolahan makanan dan faktor fisik menjadi lebih dominan.
dan dari perhitungan sampel didapatkan Didukung dari penelitian lain yang di
Dari rencana waktu yang telah Di mulai dari edukasi dari pihak
didapatkan dari check list yang dibuat. kerja terkhusus heat stress sendiri. Mesin
Dari hasil check list diperoleh 1) pekerja yang mengeluarkan haba jika berada di
perempuan, mengeluh mual dan pusing, ruangan yang ventilasi yang tidak bagus
dalam jangka waktu beberapa jam. Dan bisa menyebabkan pekerja terkena heat
berpengaruh dalam heat stress berupa dan memakai pakaian yang menyerap
aktivitas kerja (panas internal) dan panas Pengeluaran keringat melalui kulit
tebal. Heat stress terjadi apabila tubuh suhu yang melewati batas kritis,