Anda di halaman 1dari 38

CASE REPORT SESSION

OPEN FRACTURE AD REGIO 1/3 PROKSIMAL TIBIA-FIBULA DEXTRA GUSTILLO GRADE 3A


INSTALASI GAWAT DARURAT

Disusun Oleh :
Yoga Pratayoga M, dr.
Dokter penanggung jawab pasien :
Risa, Sp.OT.,dr
Dokter Pendamping :
Sumarmi, dr.
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 45 KUNINGAN
KABUPATEN KUNINGAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

• Kecelakan lalu lintas yang terjadi sering menyebabkan patah tulang atau dalam bahasa medis disebut
dengan fraktur. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi diintegritas pada tulang. Penyebab
terbanyaknya adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif dan osteoporosis
juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya fraktur. 1.2
• Fraktur Cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang biasanya terjadi pada
bagian proksimal, diafisis, atau persendian pergelangan kaki. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat
di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan.
• Fraktur secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu faktur terbuka dan fraktur tertutup.
Fraktur terbuka merupakan keadan gawat darurat yang memerlukan penangan segera yang terstandar
untuk mengurangi risiko infeksi. 3.4
3

1. Identitas

Nama : Tn. R
Usia : 70 tahun
Tanggal lahir : 10 November 1949
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Pensiunan
Pendidikan : SMP
Alamat : Desa Cileya 04/06
Tanggal masuk : 28 November 2019, pukul 07.15
WIB
Unit : UGD
No. Rekam Medis : 00-06-52-07
Anamnesis 4

Keluhan utama :
Luka terbuka (+), perdarahan aktif (-)
Nyeri tungkai kanan Baal (-), Kesemutan (-)

Nyeri berdenyut, Menurut saksi


Os mangendarai motor
Tidak bisa digerakan kecepatan sedang, tidak memakai helm, tertabrak dari belakang
 tertindih motor, benturan kepala hebat (-)

Tidak disertai
Penurunan kesadaran/pingsan, mual,
Nyeri tungkai kanan muntah, nyeri kepala hebat, keluar darah
setelah mengalami KLL dari telinga/hidung, pandangan gelap,sesak
1 jam SMRS

Pasien menyangkal adanya


riwayat pada pasien dan keluarga :
Asma, HT, DM, Alergi, Jantung, Ginjal, epilepsi

Riwayat Sosial Ekomomi


Riwayat penggunaan obat-obat terlarang (-), alkohol (-)
5

PRIMARY SURVEY

D (Disability) :
B (Breathing) : E (Exposure) :
A (Airway) : Spontan, RR 22x/mnt, C (Circulation)
GCS 15 setelah di ekplore
Clear, stridor (-), :
(E4V5M6), pupil dan dievaluasi
Gurgling (-), Inpeksi : pergerakan Nadi 89x/mnt,
dada simetris isokor diameter seluruh tubuh,
dapat berbicara reguler equal isi
kanan=kiri, jejas (-), 2mm/2mm, pakaian
lancar cukup, akral
deviasi (-), retraksi (-). RCL(+)/(+), RCTL dipakaikan
hangat, CRT <2
+/+ kembali untuk
Palpasi : nyeri tekan (-
detik. Tekanan
Motorik mencegah
), krepitasi (-) JPV darah 120/80
5555/5555 hipotermi
tidak meningkat. mmhg
5555/5111
.
Perkusi : sonor pada
kedua hemithoraks
dekstra dan sinistra.

Auskultasi : suara paru


vesikuler, rrh -/-, wh –
/-
6

2.4 Pemeriksaan Fisik (Secondary Survey)

Status Generalis Riwayat AMPLE


Keadaan umum : Tampak sakit sedang  Alergi : (-)
Kesadaran : Compos
Mentis  Medikasi : tidak ada pengobatan penyakit apapun
Berat badan : 60kg
 Post ilnes : (-)
Panjang badan : 165 cm
BMI : 22,25 normoweight  Last Meal : 6 jam SMRS
Tanda Vital  Environtment : ditempat yang kotor
Tensi : 120/80mmHg
Frekuensi Nadi : 89x/menit
Frekuensi Napas : 22 kali/menit
Suhu : 36,8oC
Pemeriksaan Sistem
7

Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala : normocephal
Rambut : Warna rambut hitam.
Mata : RCL +/+, RCTL -/-
Telinga : Discharge (-), deformitas (-), bettlesign (-/-)
Hidung : Discharge (-), deformitas (-) napas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), lidah sianosis (-), Post nasal drip (-)
Pipi : Vulnus eksoriatum + di pipi kanan, krepitasi (-)

Pemeriksaan leher
Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), jajas (-)
Palpasi : edem (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-), JPV 5+1 cmH2O

Pemeriksaan thoraks
Paru

Inspeksi : Dinding dada tampak simetris.


Palpasi : Vokal fremitus lobus superior kanan = kiri,Vokal fremitus lobus inferior kanan = kiri
Perkusi : Perkusi seluruh lapang paru sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-
8
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tampak di SIC VI, 2 jari medial LMCS
Palpasi : Ictus Cordisteraba pada SIC VI, 2 jari medial LMCS dan kuat angkat (-)
Perkusi : Batas atas kanan : SIC II LPSD
Batas atas kiri : SIC II LPSS
Batas bawah kanan : SIC IV 2 jari lateral LPSD
Batas bawah kiri : SIC VI 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler; Gallop (-), Murmur (-), suara jantung menjauh (-)

Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Cembung, jajas (-), hematom (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-) , undulasi (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
9

Pemeriksaan ekstremitas

LOOK
EXTREMITAS ATAS :
Bentuk simetris, pergerakan tidak terbatas, jajas -/-,
deformitas -/-,
EXTREMITAS BAWAH :
Bentuk Asimetris, deformitas +/-. perdarahan
aktif -/-, tampak luka dengan ukuran >10 cm,
bone expose +/-.

FEEL

MOVE EXTREMITAS ATAS :


Nyeri tekan -/-, edema -/-, pulsasi arteri radialis
ROM -/+
+/+, sensoris +/+
EXTREMITAS BAWAH :
Nyeri tekan +/-, krepitasi +/- edema +/-, pulsasi
arteri dorsalis pedis +/+, sensoris +/+.
10
Parameter Hasil Nilairujukan
DarahRutin
Hemoglobin 12,8 g/dL 12 - 16
Hematokrit 36,8 % 35 - 47
Leukosit 11,00 10ˆ3/uLH 4.000-10.000
Trombosit 230 ribu/uL 150.000-450.000
Eritrosit 4,62 juta/Ul 4.10 -5.10
IndeksEritrosit
MCV 79,6 fL 80 – 96
MCH 27,7pg/mL 28 – 33
MCHC 34,8 g/dL 33 – 36

Waktu perdarahan 2’15’’ 1-3’


Waktu Pembekuan 4’00’’ 2-6’
Kimia Rutin
GDS 104 mg/dl 70-120 mg/dl
SGOT 22 U/L 5-40 U/L
Ekspertise
SGPT 16 U/L <= 45 U/L
Soft tissue tampak normal
Creatinin 22 mg/dl 10-50 mg/dl
Tampak garis fraktur di 1/3 proksimal os. Tibia dan fibula
Ureum 0,54 mg/dl 0,6-1,5 mg/dl Displacement (+)
Sendi genue tampak normal, dislokasi sendi (-), osteofit (-)

HBSAG Negatif Negatif Kesimpulan : fraktur 1/3 proksimal os tibia-fibula dextra


11

Hasil pemeriksaan ekg 28 November 2019


2. PRIMARY SURVEY
RESUME 12

A (Airway) : Clear.
B (Breathing) : Clear.
C (Circulation) : Nadi 89x/mnt, reguler equal isi cukup, akral hangat, CRT <2 detik. Tekanan darah 120/80 mmhg
D (Disability) : GCS 15 (E4V5M6), pupil isokor diameter 2mm/2mm, RC(+)/(+)
E (Exposure) : pakaian tidak dibuka untuk mencegah hipotermi
3. Status Lokalis :
Ad regio cruris dextra : Bentuk Asimetris, deformitas + perdarahan
aktif -, nyeri tekan +, krepitasi +/-, edema -/- pulsasi arteri +/+,
sensoris +/+, tampak luka dengan ukuran >10 cm, bone expose +/-.

4. hasil Lab darah lengkap :


1. RESUME KASUS leukoist 11. 000 mg/dl (N: 4000-
Nyeri tungkai kanan setelah 1000), hasil kimia darah tidak ada
mengalami KLL1 jam SMRS. Nyeri kelainan dan HbsAg (-)
berdenyut,Tidak bisa digerakan. Os
mangendarai motor, kecepatan
sedang, tidak memakai helm,
tertabrak dari belakang  kaki
kanan tertindih motor. 5. Hasil pemeriksaan Rongent cruris
menunjukan adanya fraktur di 1/3
proksimal os tibia fibula dextra, lain-lain:

DIAGNOSA : Open Fracture ad regio 1/3 proksimal tibia dan fibula dextra Gustillo grade 3A
13

Penatalaksanaan Prognosis
a. Non-medikamentosa Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Wound Toilet Quo ad functionam : dubia ad bonam
- Pasang spalk

b. Medikamentosa
- IVFD RL 1500 cc/24 jam
- Ketorolac 2 x 1 amp iv
- ATS 1500 IU 1x1 ( skin test terlebih dahulu)
- Omz 1x20 mg
- Ceftriaxone 2 x 1 gr iv ( skin test dahulu)

c. Terapi Operatif
- Debridement
- OREF
14

Tanggal Hasil Asesmen Pasien dan Pemberian Pelayanan Instruksi Dokter


29-11-2019 S : nyeri pada kaki kanan Dr. Risa, Sp.OT
O : TD: 120/70 mmHg - Futrolit 20tpm/8 jam
HR : 88 kali/menit
- Inj fosmicin 2x1
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,5oC - Inj Ketorolac 2x1
A : Open fracture 1/3 proksmial tibia fibula Gustillo - Inj Omeprazole 1x1
grade 3A
P:
29-11-19 Dr. Risa, Sp.OT
- Futrolit 20tpm/8 jam
S : nyeri pada kaki kanan
- Inj fosmicin 2x1
O : TD: 120/70 mmHg
HR : 78 kali/menit - Inj Ketorolac 2x1
RR : 22 kali/menit Inj Omeprazole 1x1
Suhu : 36,7oC Konsul dr. Acep SpAn
A : Open fracture 1/3 proksmial tibia fibula Gustillo
grade 3A
15

30-11-2019 S : nyeri pada kaki kanan Dr. Risa, Sp.OT


O : TD: 120/70 mmHg - Futrolit 20tpm/8 jam
HR : 78 kali/menit
- Inj fosmicin 2x1
RR : 22 kali/menit
Suhu : 36,8oC - Inj Ketorolac 2x1
A : Open fracture 1/3 proksmial tibia fibula Inj Omeprazole 1x1
Gustillo grade 3A Acc dr acep untuk operasi

1-12-19 Dr. Risa, Sp.OT


S : nyeri pada kaki kanan - Futrolit 20tpm/8 jam
O : TD: 120/70 mmHg - Inj fosmicin 2x1
HR : 80 kali/menit
- Inj Ketorolac 2x1
RR : 18 kali/menit
Inj Omeprazole 1x1
Suhu : 36,7oC
- Lapor dr.Acep Sp.An
A : Open fracture 1/3 proksmial tibia fibula dextra
Gustillo grade 3A
16

2-12-19 S : nyeri pada kaki kanan post operasi Dr. Risa, Sp.OT
O : TD: 110/70 mmHg - Futrolit 20tpm/8 jam
HR : 90 kali/menit
- Inj ambacin 2x1
RR : 22 kali/menit
Suhu : 36,8oC - Inj Ketorolac 2x1
A : Post Debridement + OREF a/i open fracture - Inj Omeprazole 1x1
1/3 proksmial tibia fibula dextra Gustillo grade 3A

3-12-19 S : nyeri pada kaki kanan post operasi Dr. Risa, Sp.OT
O : TD: 120/70 mmHg - Futrolit 20tpm/8 jam
HR : 88 kali/menit
- Inj ambacin 2x1
RR : 22 kali/menit
Suhu : 36,9oC - Inj Ketorolac 2x1
A : Post Debridement + OREF a/i open fracture 1/3 - Inj Omeprazole 1x1
proksmial tibia fibula dextra Gustillo grade 3A
17

4-12-19 S : nyeri pada kaki kanan post operasi Dr. Risa, Sp.OT
O : TD: 110/70 mmHg - Futrolit 20tpm/8 jam
HR : 92 kali/menit
- Inj ambacin 2x1
RR : 21 kali/menit
Suhu : 37,4oC - Inj Ketorolac 2x1
A : Post Debridement + OREF a/i open fracture - Inj Omeprazole 1x1
1/3 proksmial tibia fibula dextra Gustillo grade
3A

5-12-19 S : nyeri pada kaki kanan post operasi Dr. Risa, Sp.OT
O : TD: 120/70 mmHg BLPL
HR : 70 kali/menit Cefixim 2x200
RR : 22 kali/menit Meloxicam 2x15 mg
Suhu : 37,1oC Omeprazole 1x20 mg
A : Post Debridement + OREF a/i open fracture
1/3 proksmial tibia fibula dextra Gustillo grade
3A
18

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Fraktur terbuka adalah fraktur dimana terdapat hubungan fragmen


fraktur dengan dunia luar, baik ujung fragmen fraktur tersebut
yang menembus dari dalam hingga ke permukaan kulit atau kulit
dipermukaan yang mengalami penetrasi suatu objek yang tajam
dari luar hingga kedalam
B. Klasifiasi fraktur secara klinis

• Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat


hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit
masih utuh) tanpa komplikasi.

• Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila


terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan
kulit.
Klasifikasi fracture Berdasarkan
bentuk garis patah
KLASIFIKASI FRAKTUR TERBUKA
MENURUT GUSTILLO ANDERSON
Etiologi
Fraktur stress
Fraktur Traumatik Fraktur Patologis
- Disebabkan Fraktur stres
- Disebabkan oleh kelemahan terjadi terjadi
oleh trauma yang tulang karena adanya
tiba-tiba sebelumnya trauma yang
mengenai tulang akibat kelainan
patologis pada terus menerus
dengan kekuatan pada suatu
yang besar tulang itu sendiri.
lokasi tulang
- Tulang tidak -contoh : tumor,
tertentu
mampu menahan keganasan
trauma tersebut (primer/metastais
sehingga terjadi )degeneratif atau
fraktur. proses patologis
lainnya.
Pergeseran Ganguan
deformitas
Patofisologi tulang mobilisasi

Tekanan/kekerasan
langsung ataupun tidak
langsung
Pembuluh Gangguan
Kerusakan fragmen tulang darah perdarahan perfusi
dan cedera jaringan lunak terputus jaringan

Reaksi
inflamasi nyeri
24

Diagnosis
Anamnesis
Keluhan utama, mekanisme trauma, AMPLE
Pemeriksaan fisik
Inspeksi (Look)
Palpasi (Feel)
Pergerakan (Move)

Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan Radiologis
Tatalaksana Kegawatdaruratan Pada Fraktur Ekstrimitas

1. Survey Primer
A : Airway, dengan kontrol servikal. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan
nafas. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing atau
fraktur di bagian wajah
B : Breathing. Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus menjamin
ventilasi yang baik.
C : Circulation. Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan di sini adalah
volume darah, pendarahan, dan cardiac output.
D : Disability. menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat terhadap
keadaan neurologis.
E : Exposure. pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, seiring dengan cara
menggunting, guna memeriksa dan evaluasi pasien. setelah pakaian dibuka, penting bahwa
pasien diselimuti agar pasien tidak hipotermia
• Imobilisasi Fraktur Tujuan Imobilisasi fraktur adalah meluruskan
ekstrimitas yang cedera dalam posisi seanatomis mungkin dan
mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah fraktur.
Survey Sekunder
Tujuan
survey sekunder adalah mencari cedera cedera lain yang mungkin terjadi pada pasien sehingga tidak satupun
terlewatkan dan tidak terobati.

Past Medical
History

Medication, Last Ate

Allergies Event
Pemeriksaan Radiologi
Umumnya pemeriksaan radiologis pada trauma skeletal
merupakan bagian dari survey sekunder.
jenis dan saat pemeriksaan radiologis yang akan dilakukan
ditentukan oleh hasil pemeriksaan, tanda klinis, keadaan
hemodinamik, serta mekanisme trauma.
Foto pelvis AP perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien
multitrauma tanpa kelainan hemodinamik dan pada pasien dengan
sumber pendarahan yang belum dapat ditentukan.
Tindakan Pembedahan
Fiksasi Internal
• Selama operasi, fragmen tulang yang pertama direposisi (dikurangi) ke posisi normal
kemudian diikat dengan sekrup khusus atau dengan melampirkan pelat logam ke permukaan
luar tulang.
• Fragmen juga dapat diselenggarakan bersama-sama dengan memasukkan batang bawah
melalui ruang sumsum di tengah tulang. Karena fraktur terbuka mungkin termasuk kerusakan
jaringan dan disertai dengan cedera tambahan, mungkin diperlukan waktu sebelum operasi
fiksasi internal dapat dilakukan dengan aman.
Fiksasi Eksternal
• Fiksasi eksternal tergantung pada cedera yang terjadi. Fiksasi ini digunakan untuk menahan
tulang tetap dalam garis lurus.
• Dalam fiksasi eksternal, pin atau sekrup ditempatkan ke dalam tulang yang patah di atas dan di
bawah tempat fraktur. Kemudian fragmen tulang direposisi. Pin atau sekrup dihubungkan ke
sebuah lempengan logam di luar kulit. Perangkat ini merupakan suatu kerangka stabilisasi
yang menyangga tulang dalam posisi yang tepat.
Komplikasi
• perdarahan, syok septik kematian
• septikemi, toksemia oleh karena infeksi piogenik
• tetanus
• gangren, sindrom kompartemen
• kekakuan sendi
• perdarahan sekunder
• osteomielitis kronik
• delayed union
Analisa Kasus
Trauma adalah mekanisme utama penyebab fraktur, Pada pasien ini yang sebelumnya mengalami kecelakaan
yang dibagi menjadi trauma langsung, trauma tidak lalu lintas mengakibatkan adanya trauma langsung pada
langsung, dan trauma ringan. ekstemitas bawah pasien yang akhirnya menyebabkan
fraktur pada cruris dextra

Secara umum, fraktur dibedakan menjadi fraktur Pada kasus ini, pasien mengalami fraktur terbuka, dengan
terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur terbuka adalah kerusakan jaringan lunak yang luas namun jaringan otot
fraktur dimana terdapat hubungan fragmen fraktur masih menutupi tulang dengan baik (tidak ada bone expose).
dengan dunia luar, baik ujung fragmen fraktur tersebut
yang menembus dari dalam hingga ke permukaan kulit
atau kulit dipermukaan yang mengalami penetrasi suatu
objek yang tajam dari luar hingga kedalam
Tanda dan gejala fraktur adalah nyeri, Sesuai pada kasus ini, pasien mengalami
hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan nyeri, deformitas, krepitasi dan
ekstrimitas, krepitus, pembengkakan lokal, pergerakannya terbatas
pergerakan terbatas.
2. reduction

4 langkah
1. recognition penatalaksanaan 3. Retention
kasus fraktur

4.
Rehabilitation
Recognition
yaitu diagnosis dan penilaian keadaan fraktur dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan
klinis dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pada pasien ini adalah Open Fracture ad
regio 1/3 proksimal tibia dan fibula dextra Gustillo grade 3A

Reduction atau reduksi fraktur.


Mengembalikan posisi fraktur seanatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsinya
menjadi normal. Pada pasien ini dilakukan immobilisasi dengan menggunakan bidai, dan
edukasi ke pasien untuk mengistirahatkan gerakan pada kaki kanan sembari menunggu
jadwal operasi

Retention.
Yaitu dilakukan imobilisasi atau fiksasi sampai fraktur menjadi tersambung kembali. Pada
pasien ini dilakukan tindakan operatif berupa pemasangan OREF ( Open Reduction
External Fixation )
OREF  reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal dimana prinsipnya tulang ditransfiksasikan di atas
dan dibawah fraktur.
Pemilihan metode pemasangan OREF pada pasien ini sesuai dengan indikasi pemasangan OREF
yaitu fraktur terbuka derajat II-III menurut Gustillo Anderson.

Pemasangan OREF terutama digunakan pada fraktur terbuka yang parah, juga dapat digunakan pada
fraktur tertutup dengan komplikasi, seperti sindrom kompartemen, adanya cedera kepala bersamaan,
atau luka bakar

Pada kasus ini, pemasangan OREF masih dipilih karena OREF memiliki keuntungan tingkat union
yang tinggi hingga 90% dengan rata-rata lama union 3,6 bulan dengan infeksi saluran pin adalah 10% -
15%.
Rehabilitation.
Tindakan untuk mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.
Dilakukan segera bersamaan dengan pengobatan fraktur untuk menghindari
atropi otot dan kontraktur sendi..

Dilakukan bertahap pada pasien ini setelah penyembuhan post operasi dengan
menggunakan fasilitas rehabilitasi medis agar fungsi dari tungkai kanan dapat
kembali semakasimal mungkin.
.
Selain itu pasien beserta keluarganya di berikan edukasi tentang tata cara
perawatan dan rehabilitasi post operasi agar proses penyembuhan maksimal
Komplikasi kasus fraktur dapat terjadi pre dan post operasi. Macam-macam komplikasi yang dapat terjadi
adalah perdarahan, tetanus, gangren, kekakuan sendi, perdarahan sekunder, osteomielittis kronik, delayed
union dan infeksi sampai sepsis

Pemberian antibiotika juga efektif mencegah terjadinya infeksi pada pada fraktur terbuka. Pada kasus ini
pemberian antibiotik sebagai profilaksis adalah pemberian ceftriaxone

Menurut penelitian yang dilakukan Rodriguez pada tahun 2014 pemberian antibiotik profilaksis disesuaikan
degan derajat fraktur. Untuk grade I/II diberikan cefazolin dan grade III diberikan cefrriaxone dalam 48 jam.
Dalam hasil penelitiannya didapatkan penurunan kejadian infeksi sebanyak 53,5% dari 174 sample yang ada.

Setelah dilakukan operasi, penggunaan antibiotik pada pasien diganti menjadi fosfomicin (Fosmicin).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hernández Casado V tahun 1997 dibandingkan pemberian fosfomicin
pada subjek yang mengalami trauma yang dilakukan operasi dan tidak operasi selama 2-4 hari didapatkan
hasil yang luar biasa tanpa adanya komplikasi infeksi dan sepsis
38

DAFTAR PUSTAKA

1. Kenneth J.K., Joseph D.Z. Handbook of Fractures, 3rd Edition. Pennsylvania. 2006.
2. Thomas M. S., Jason H.C. Open Fractures. Mescape Reference (update 2012, May 21). Available
from http://emedicine.medscape.com/article/1269242-overview#aw2aab6b3. Accessed January 30,
2013.
3. Jonathan C. Open Fracture. Orthopedics (update 2012, May 27). Available from
http://orthopedics.about.com/cs/ brokenbones/g/openfracture.htm. Accessed January 30, 2013.
4. Sugiarso. Pola Kuman Penderita Fraktur Terbuka. Universitas Sumatera Utara. 2010. Available from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27630/6/Cover.pdf. Accessed January 30, 2013.
5. American Academy of Orthopaedics Surgeons. 2011. Open Fractures. Available from
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00582. Accessed January 30, 2013.

Anda mungkin juga menyukai