Oleh:
Aulia Faradina, S.Ked
105505403419
Pembimbing:
dr. Muh. Ihsan Kitta, M.kes, Sp.OT (K)
(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu bedah)
1
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat pelayanan
kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan decade ini (2000-2010) menjadi dekade
tulang dan persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu
lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap
tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda.
Penyebab fraktur adalah trauma. Dengan makin pesatnya kemajuan lalu-lintas di Indonesia baik
dari segi jumlah pemakaian jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan dan bertambahnya
jaringan jalan dan kecepatan kendaraan, maka mayoritas fraktur adalah akibat kecelakaan lalu-lintas.
Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, kecelakaan domestic dan kecelakaan
atau cedera olah raga. Kita harus dapat membayangkan rekonstruksi terjadnya kecelakaan agar dapat
menduga fraktur apa yang terjadi.
Fraktur Adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang
bersifat total maupun parsial akibat rudapaksa. Kebanyakan fraktur terjadi karna kegagalan tulang
menahan tekanan, terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Fraktur pada orang dewasa
terbagi atas anggota gerak atas, anggota gerak bawah, panggul dan tulang belakang. Fraktur lengan bawah
mewakili 10-14% dari semua kasus fraktur pada tahun 1980 hingga 1996.
Trauma pada ekstremitas atas sering menjadi tantangan yang sulit bagi bedah ortopedi, apakah
masalah yang ditemukan merupakan fraktur, fraktur dengan dislokasi, atau cedera berat pada jaringan
lunak dan neurovascular. Fungsi ekstremitas setelah ceder asangat bergantung pada kondisi jaringan ikat
yang mengelilingi tulang, yang mana kerusakan fungsi yang berat pada ekstremitas atas sering terjadi jika
penyembuhan frkatur disertai gejala sisa, sekalipun tulang itu telah sembuh.
Fraktur lengan bawah biasanya disebabkan trauma berkekuatan tinggi dan disertai dengan cedera
sistemik dan musculoskeletal. Pemeriksaan neurologis dan vascular sangat penting. evaluasi radiografi x-
ray pada posisi AP dan lateral dari lengan bawah, pergelangan dan siku diperlukan untuk menegakkan
diagnosis dan cedera penyerta.
3
BAB II
LAPORAN KLINIS
A. Identitas pasien
Nama : An. ME
Umur : 14 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : BTN Bumi Lestari
Jenis kelamin : Laki-laki
B. Anamnesis
Pasien datang ke UGD Rumah Sakit Syekh Yusuf dalam keadaan sadar diantar oleh
orang tuanya. Pasien mengeluhkan nyeri pada lengan bawah tangan kanannya dan tidak dapat
digerakkan serta membengkak, nyeri kepala disangkal, mual muntah disangkal, pingsan
disangkal.
Pasien mengaku bahwa keluhan tersebut bermula setelah ia terjatuh saat bermain bola
sekitar kurang lebih 1 minggu sebelum ke RS, pasien menjelaskan bahwa ketika terjatuh, pasien
bertumpuh pada telapak tangan kanannya dan pasien mengatakan setelah terjatuh pasien tetap
sadar.. Setelah itu pasien merasakan kesakitan dan tidak dapat menggerakkan lengan bawah
kanannya. Setelah beberapa jam pasien tidak mengeluh kesakitan namun masih belum bisa
menggerakkan lengan bawah kanannya secara leluasa. Satu minggu kemudian, pasien
mengeluhkan lengan bawah kanannya membengkak dan terasa sakit, kemudian oleh orang tuanya
4
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat pengobatan
Riwayat operasi
Riwayat keluarga
C. Pemeriksaan Fisik
1. PRIMARY SURVEY
Airway : clear, gargling (-), snoring (-), potensi obstruksi (-), dapat berbicara (+),
Breathing :
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, napas spontan, tidak ada jejas.
RR: 20x/menit.
Perkusi : Sonor
Circulation :
5
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Disability :
Environment :
Suhu : 36,9 C,
2. SECONDARY SURVEY
- Look : Terlihat adanya deformitas berupa pembengkakan, tidak nampak adanya luka,
- Feel : didapatkan nyeri tekan setempat, suhu sama dengan bagian yang normal, teraba
hangat.
- Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, gerakan abduksi lengan bawah terhambat,
gerakan adduksi lengan bawah kanan terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan
persarafan tidak ada, tampak gerakan terbatas (+), keterbatasan gerakan wrist & elbow
D. Status Generalis
Mata : Pupil bulat isokor, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-), RCL (+/+),
RCTL (+/+)
6
Mulut : Bibir pucat (-), bibir luka (-), hematom (-), bibir kering (-), gusi berdarah (-)
Thorax : Paru-paru : Simetris kanan = kiri, suara nafas Vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing
(-/-)
Jantung : Bunyi jantung I-II murni regular, gallop (-), murmur (-)
Ekstremitas : Nyeri tekan pada lengan kanan (+), Akral hangat (+)
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
HGB 11.2g/dL*
HCT 34.0%*
MCV 71.7fL*
7
b. Pemeriksaan Radiologi Antebrachii Dextra AP/Lateral pre OP
Gambar 2.2
Hasil pemeriksaan :
8
- Tidak tampak tanda-tanda osteomyelitis
Gambar 2.3
9
Hasil pemeriksaan :
Kesan : fraktur 1/3 distal os radius et ulna dengan terpasang plate and screw dan k-wire
F. Diagnosis
G. Planning Diagnostik
a. Planning pemeriksaan
- Lab :
Darah Rutin
b. Planning Terapi
1. Non Operatif
a. Medikamentosa
- IVFD RL 20tpm
- Sagestam 80mg/8jam/iv
- Ketorolac 30mg/8jam/iv
- lansoprazole 2x1
b. Non Medikamentosa
10
- istirahat
2. Operatif
Reposisi terbuka dan fiksasi interna : ORIF (Open Rduction Internal Fixation)
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan
sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total maupun parsial yang umumnya disebabkan oleh
tekanan yang berlebihan. Sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam
derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan. Trauma yang menyebabkan tulang patah
dapat dapat berupa trauma langsung dan tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan
langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila
trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan
ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak
tetap utuh.1
B. Epdemiologi
Literature oleh McQueen dkk menganalisis insidensi fraktur radius dan ulna pada orang
dewasa di unit trauma Royal Infirmary of Edinburgh selama 3 tahun dan mendapatkan mayoritas
76% dari 2812 kasus fraktur adalah fraktur distal radius. Data dari National Hospital Ambulatory
Medical Care Survey menunjukkan bahwa fraktur radius dan atau ulna mewakili 44% dari
Fraktur distal radius mewakili kira-kira 15% dari semua fraktur pada orang dewasa.
Fraktur Galeazzi mewakili antara 3-7% dari kesemua fraktur lengan bawah dan kebanyakan tejadi
pada laki-laki. Fraktur Monteggia mewakili kurang dari 5% dari kasus lengan bawah (1-2%).
12
C. Anatomi
Anatomi Os Radius
letak melintang. Ujung cranial caput radiiradii), berbentuk roda, letak melintang. Ujung
cranial caput radii membentuk fovea articularis (=fossa articularis) yang serasi dengan
capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies oleh facies articularis, yang disebut
circumferentia articularis dan berhubungan dengan incisura radialis ulnae. caput radii terpisah
dari corpus radii oleh collum radii.Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt tuberositas
radii. Corpus radii di bagian bagian tengah tengah agak cepat membentuk membentuk margo
interossea (=crista interossea), margo anterior (=margo volaris), dan margo posterior. Ujung
distal radius radius melebar ke arah lateral membentuk processus styloideus radii, di bagian
medial membentuk incisura ulnaris, danpada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati
Anatomi Os Ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung ditalnya. Hal ini yang sebaliknya
terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura trochlearis (= incisura
Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat
processus coronoideus, dan di sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan
m.brachialis. di bagian lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang
berhadapan dengan caput radii. Disebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi
supinatorris. Corpus ulnae membentuk facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo
interosseous, margo anterior dan margo posterior. Ujung distal ulna disebut caput ulnae
(=capitulum ulnae). Caput ulnae berebtuk circulferentia articularis, dan dibagian dorsal terdapat
processus styloideus serta silcus m.extensor carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan dengan
13
cartilage triangularis dan dengan radius.3
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh
ligamentum anulareyang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar yang
interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat.
Oleh karna itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila
patahnya hanya mengenai satu tulang, hamper selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang
dekat dengan patah tersebut. Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antar tulang yaitu
otot supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi.
Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan
patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.
14
D. Etiologi Terjadinya Fraktur
Tulang bersifat relative rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
a. Peristiwa trauma
- Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung dan terjadi fraktur pada daerah
tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut
mengalami kerusakan.
Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari
daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada
b. Fraktur Patologik
- Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul
- Rakhitis
E. Klasifikasi Fraktur
15
Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak disertai dengan luka pada bagian luar
permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak berhubungan dengan bagian
luar.
Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya luka pada daerah
yang patah sehingga bagian tulang berhubungan dengan udara luar, biasnaya juga disertai
adanya pendarahan yang banyak. Tulang yang patah juga ikut menonjol krluar dari
permukaan kulit, namun tidak semua fraktur terbuka membuat tulang menonjol keluar.
Fraktur terbuka memerlukan pertolongan lebih cepat karena terjadinya infeksi dan faktor
penyulit lainnya.
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya
Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup dam fraktur terbuka. Fraktur
tertutup memiliki kulit yang masih utuh diataslokasi cedera, sedangkan fraktur terbuka dicirikan
oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada fraktur
c. Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas pada jaringan lunak, saraf,
tendon, kontaminasi banyak. Fraktur terbuka dengan derajat 3 harusditangani karena resiko
infeksi.
Menurut WIarto (2017) jenis fraktur menurut garis frakturnya antara lain :
a. Fraktur Transversal
16
Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang, fraktur ini segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direkduksi kembali
ketempat semula, maka segmen-segmen ini akan stabil dan biasanta dikontrol dengan bidai
gips.
b. Fraktur kuminutif
Fraktur kuminutif adalah terputusnya keutuhan jaringan yang terdiri dari dua fragmen tulang.
c. Fraktur oblik
Fraktur oblik adalah fraktur yang gariss patahnya membuat sudut terhadap tulang
d. Fraktur segmental
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya, fraktur jenis ini biasanya sulit ditangani.
e. Fraktur impaksi
Fraktur impaksi atau fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang yang
f. Fraktur spiral
Fraktur spiral timbul akibat adanya torsi ekstrremitas. Fraltur ini menimbulkan sedikit
17
Gambar 2.2
Mekanisme patah tulang (a) Spiral ‘berputar’ (b) obliq/serong ‘kompresi (c) Triangular
Gambar 2.3
Jenis patah tulang. Fraktur komplet : (a) Transversal (b) Segmental (c) Spiral. Fraktur
F. Manifestasi klinis
Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat pada fraktur radius dan
ulna :
Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hamper tidak pernah
ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyeri saat lengan bawah
dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberi petunjuk untuk mendiagnosisnya.
Jatuh pada tangan yang terelentang dapat memaksa siku kedalam valgus dan mendorong
18
kaput radus pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius dapat retak atau patah
sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungking mengalami fraktur pada leher radius.
Setelah jatuh anak mengeluh nyeri pada siku. Pada fraktur ini kemungkinan terdapat nyeri
a. Fraktur Galrazzi yaitu fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulna
distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke arah dorsal. Dislokasi
mengenai ulna kearah dorsal dan medial. Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan dan
lengan bawah kedalam dalam keadaan pronasi, atau terjadi karna pukulan langsung pada
pergelangan tangan bagian dorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi
daripada Fraktur Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda
mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering terjadi 7.
19
Gambar 3.4 Fraktur Galeazzi
b. Fraktur Colles
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terlentang. Fraktur radius terjadi di korpus
distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan articular. Fragmen distal bergeser ke arah
fork). Kemungkinan dapat disertai dengan fraktur pada prosesus styloideus ulna 7.
Farktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan angulasi ke posterior,
dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke radial. Dapat bersifat kominutiva.
Dapat disertai fraktur prosesus styloid ulna. Fraktur colles dapat terjadi setelah terjatuh,
sehingga dapat menyebabkan fraktur pada ujung bawah radius dengan pergeseran
20
Gambar 3.5 Fraktur Colles
c. Fraktur Smith
Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara langsung pada
punggung tangan. Pasien mengalami cedera peregelangan tangan, tetapi tidak dapat
deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau dislokasi fragmen distal
kearah ventral dengan diviasi radius tangan yang memberikan gambaran deformitas
21
Gambar 3.6 Fraktur Smith
d. Fraktur Monteggia
Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan, saat jatuh atau
pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga proksimal dengan angulasi anterior
G. Diagnosis
a. Anamnesis
Biasanya penderita dating dengan suatu trauma (trumatik,fraktur), baik yang hebat
maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidak mampuan untuk menggunakan anggota
22
gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di
daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain. Penderita biasanya dating karena
adanya nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, krepitasi atau dating dengan
gejala-gejala lain.
b. Pemeriksaan fisik
- Kerusaan pada organ-organ lain misalnya otak sumsum tulang belakang atau organ-organ
c. Pemeriksaan local
1. Inspeksi (Look)
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedaka fraktur
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain
Keadaan vaskularisai
2. Palpasi (Feel)
Palpasi dlakukan secara hati-hati oleh karna penderita biasanya mengeluh sangat nyeri.
23
Temperature setempat yang meningkat
Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh
Krepitasi; dapat dilakuka dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati
Pemeriksaan vaskuler pada daerah disatl trauma berupa palpasi arteri radialis,
arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang
terkena.
CRT, warna kulit pada bagian distal daerah trauma, temperature kult.
3. Pergerahakn (Moving)
pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita
dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan
tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan
d. Pemeriksaan Radiologis
Filem polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama pada system
Filem polos merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengan kecurigaan
trauma skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun beberapa diantaranya sangat
a. Garis fraktur : Garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang atau
menimbulkan keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada fraktur minor.
24
Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateral view.
Posisi ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak bersilangan, serta posisi
lengan bawah menghadap kea rah datangnya sinar (posisi anatomi). Sinar dating dari arah
depan sehingga disebut AP (Antero-Posterior). Terdapat tiga posisiyang diperlukan pada foto
pergelangan tangan untuk menilai sebuah fraktur distal radius yaitu AP, Lateral dan Oblik.
Posisi Ap bertujuanuntuk menilai kemiringan dan panjang os radius, posisi Lateral bertujuan
untuk menilai permukaan artikulasi distal radius pada posisi normal volar (posisi anatomis) 9.
CT-Scan digunakan untuk mendeteksi letak struktur fraktur yang kompleks dan
menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi, burst fraktur atau fraktur
dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur akan lebih jelas mengevaluasi trauma jaringan
H. Penatalaksanaan
Fraktur dari distal adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi. Fraktur radius dan ulna
biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil sehingga umumnya membutuhkan terapi
operatif. Fraktur yang tidak stabil disertai perubahan posisi ekstraartikular dari distal radius dan
25
fraktur tertutup dari ulna dapat diatasi secara efektif dengan primay care provide. Fraktur distal
radius umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja, serta mudah sembuh pada kebanyakan kasus.
1. Rekognisis
Rekognisis adalah untuk menentukan diagnosis dan penilaian terhadap fraktur. Pada awal
pengobatan perlunya diperhatikan lokasi fraktur, bentuk dari fraktur, menentukan teknik yang
sesuai dengan pengobatan serta menilai adanya kemungkinan komplikasi yang mungkin ada
2. Reduksi
sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asal. Upaya untuk memnipulasi fragmen tulang
sehingga kembali seperti semula secara optimal. Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan
reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka. Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin
untuk mencegah jaringan lunak kehinlangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan
pendarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah
3. Retensi
atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan fragmen
tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, freagmen
tulang harus diimobilisasi, atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode
fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips, atau
fiksator eksterna. Implant logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai
bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan
diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin
metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan dstal dari tempat fraktur dan
26
pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini
terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat
Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang diletakkan pada
bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona trauma, kemudian pin-pin tersebut
dihubungkan satu sama lain dengan rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang
berfungsi untuk menstabilisasikan fraktur. Alat ini dapat digunakan sebagai temporary
treatment berdasarkan lokasi dan tipe trauma yang terjadi pada tulang dan jaringan lunak.
4. Rehabilitasi
Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa tahap sebagai
berikut :
a. Fase hematoma
Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan lunak, kemudian terjadi
organisasi (ptoliferasi jaringan penyambung muda dalam daerah radang) dan hematoma akan
mengempis. Tiap fraktur biasanya disertai putusnya pembuluh darah sehingga terdapat
penimbunan darah disekitar fraktur. Pada ujung tulang yang patah terjadi ischemia sampai
beberapa millimeter dari garis patahan yang mengakibatkan matinya osteocyte pada daerah
fraktur tersebut.
b. Fase proliferative
Proliferatife sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah proliferasi sel-sel lapisan
dalam periosteal dekat daerah fraktur. Hematoma terdesak oleh proliferasi ini dan diabsorbsi
oleh tubuh. Bersamaan dengan aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadi aktifitas sel-sel
27
dari kanalis medularis dari lapisan periosteum dan kanalis medularis dari lapisan endosteum
dan dari bone marrow masing-masing fragmen bertemu dalam satu proses yang sama, proses
terus berlangsung kedalam dan keluar dari tulang tersebut sehingga mengembatani
permukaan fraktur satu sama lain. Pada saat ini mungkintampak di beberapa tempat pulau-
pulau kartilago, yaitu mungkin banyak sekali, walaupun adanya kartilago ini tidak mutlak
dalam penyembuhan tulang. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium.
Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi osteoporotic akibat resorbsi
terdiri dari kolagen dan polisakarida, yang segera bersatu dengan garam-garam kalsium,
membentuk tulan immature atau young callus, karena proses pembauran tersebut, maka pada
akhir stadium terdapat dua macam callus yaitu didalm disebut internal callus dan diluar
external callus.
d. Fase konsolidasi
Pada fase ini callus yang terbentuk mengalamimaturasi lebih lanjut oleh aktivitas osteoblast,
callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan pembentukan lamel-lamel. Pada
stadium ini sebenarnya proses penyembuhan sudah lengkap. Pada fase ini terjadi pergantian
fibrosus callus menjadi primary callus. Pada saatu ini sudah mulai diletakkan sehingga sudah
tampak jaringan yang radiopaque. Fase ini terjadi sesudah 4 (empat) minggu, namun pada
umur-umur lebih muda lebih cepat. Secara berangsur-angsur primary bone callus
direabsorbsi dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan yang
normal.
e. Fase remodeling
Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsiumyang banyak dan tulang
sudah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan kembali dari medulla tulang. Apabila
union sudah lengkap, tulang baru yang terbentuk pada umumnya berlebihan, mmengelilingi
28
daerah fraktur di luar maupun didalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal medularis.
Dengan mengikuti stress/tekanan dan Tarik mekanis, misalnya gerakan, konraksi otot dan
sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pela terhisap kembali dengan
kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya 12.
I. Komplikasi
A. Komplikasi Dini
Sirkulas darah pada jari harus diperiksa, pembalut yang menahan slab perlu dibuka atau
dilonggarkan. Cedera saraf jarang terjadi, dan yang mengherankan terkanan saraf medianus
pada saluran karpal pun jarang terjadi. Kalau hal ini terjad, ligament karpal yang melintang
harus dibelah sehingga tekanan saluran dalam karpal berkurang. Distrofi reflex simpatetik
mungkin amat sering ditemukan, tetapi untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi
keadaan atrofi sudech. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi
jari, waspadalah jangan sampai melalikan latihan tiap hari. Pada sekitar 5% kasus, pada saat
Komplikasi patah tulang dapat dibagi menjadi komplikasi segera, komplikasi dini, dan
29
komlikasi lambat atau kemudian. Komplikasi segera terjadi pada saat tulang atau segera
setelahnya, komplikasi dini terjadi lama setelah tulang patah. ada ketiganya, dibagi menjadi
B. Komplikasi lanjut
a. Malunion
Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena
hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Pada umumnya terapi tdak diperlukan. Bila
ketidakmampuan hebat dan pasiennya relative muda, 2,5cm bagian bawah ulna dapat
dieksisi untuk memulihkan rotasi, dan deformitas radius dikoreksi dengan osteotomi.
Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi prosesus stiloideus ulnar
sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap mengalami nyeri dan nyeri
tekan selama beberapa bulan. Kekakuan pada bahu, karena kelalaian adalah komlikasi
yang sering ditemukan. Kekakuan peregelangan tangan dapat terjadi akibat pembebatan
yang lama13.
b. Osteomyelitis
Adapun komlikasi infeksi jaringan tulang disebut sebagi osteomyelitis, dan dapat
timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik
maupun manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang
sering kali timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi
darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir ke
dalam sinusoid.
peradangan yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan. Perlu sekali mendiagnosis
30
ini sedini mungkin, terutama pada anak-anak, sehingga pengobatan dengan antibiotik
dapat dimulai, dan perawatan pembedahan yang sesuai dpat dilakukan dengan
penyebaran infeksi yang masih terlokalisasi dan untuk mencegah jangan sampai seluruh
Gambar 3.10
Pada ordang dewasa, osteomyelitis juga dapat diawali oleh bakteri dalam aliran
darah, namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera atau operasi.
Osteomyelitis kronik adalal akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan
terhadap pengobatan dengan antibiotic, bahka tindakan drainase dan debridement, serta
pemberian antibiotika yang tepat masih tidak cukup untuk menghilanhkan penyakit.
31
BAB IV
PEMBAHASAN
An. ME datang ke UGD RSUD Syekh Yusuf pada tanggal 14 Agustus 2022 pada pukul 13.10,
dalam keadaan sadar diantar oleh kerabatnya. Pasien mengeluh nyeri pada lengan bawah tangan bawah
kanannya dan tidak dapat digerakkan serta membengkak, nyeri kepala disangkal, mual muntah disangkal,
pingsan disangkal. Pasien mengaku bahwa keluhan tersebut bermula setelah ia terjatuh saat bermain bola
sekitar kurang lebih 1 minggu yang lalu sebelum ke RS, pasien menjelaskan bahwa ketika terjatuh,
pasien bertumpuh pada telapak tangan kanannya dan pasien mengatakan setelah terjatuh pasien tetap
sadar.. Setelah itu pasien merasakan kesakitan dan tidak dapat menggerakkan lengan bawah kanannya.
Setelah beberapa jam pasien tidak mengeluh kesakitan namun masih belum bisa menggerakkan lengan
bawah kanannya secara leluasa. Satu minggu kemudian, pasien mengeluhkan lengan bawah kanannya
Pada Primary Survey didapatkan airway clear, breathing spontan,RR 20x/menit, Nadi 80x/menit, TD
110/80mmHg, CRT <2, GCS E4V5M6, exposure deforitas antebrachhii 1/3 distal dextra. Pada secondary
survey adanya deformitas berupa pembengkakan pada regio antebrachii dextra. Hasil pemeriksaan fisik
pada region antebrachii dextra didapatkan dari look : terlihat adanya deformitas berupa pembengkakan,
tidak Nampak luka dan tidak Nampak adanya pendarahan. Feel : didapatkan nyeri tekan setempat, suhu
sama dengan bagian yang normal, teraba hangat. Move : gerakan aktif pasif terhambat, gerakan abduksi
lengan bawah terhambat, gerakan adduksi lengan bawah terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan
persarafan tidak ada, tampak gerakan terbatas (+), keterbatasan gerakan wrist & elbow joint karna terasa
nyrei saat digerakkan. NVD : Sensibilitas baik, Arteri teraba, CRT < 2 detik. Pada pemeriksaan radiologis
didapatkan Alignment antebrachii baik, tidak tampak dislokasi, Tampak fraktur 1/3 distal os radius et
ulna, Tidak tampak tanda-tanda osteomyelitis, Mineralisasi tulang baik, Celah sendi tidak menyempit,
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang makan An. ME dapat didiagnosis close
32
fraktur 1/3 distal os radius et ulna dextra. Sesuai dengan kepustakaan bahwa fraktur ialah terputusnya
hubungan/kontinuitas struktur tulang.trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma
langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna. Dan
dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang
klavikula atau radius distal patah. Pada kasus ini pasien terkena trauma langsung karna tangan kanan
Penatalaksanaan fraktur pada pasien ini menggunakan konsep ‘empat R’ yaitu : rekognisi,
reduksi/reposis, retensi/fiksasi, dan rehabilitasi. Rekognisi dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan penunjang. Reduksi dilakukan dengan cara pembedahan dengan teknik open reduction. Retensi
atau fiksasi dilakukan dengan cara internal fixation menggunakan plate and screw kemudian diberi
external fiksasi dengan menggunakan gips. Rehabilitasi pada pasien inidilakukan fisioterapi berupa
gerakan pasif dan gerakan aktif dengan tujuan fungsi ekstremitas dapat kembali normal.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasajad Chairuddin, Struktur Dan Fungsi Tulang Dalam: Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.
Cetakan Keeanam. Penerbit PT. Yarsif Watampone. Jakarta 2009. Hal 6-11
2. Certer Michel A., Anatomi Dan Fisiologi Tulang Dan Sendi Dalam: Price Sylvia A. Wilson
Lorraine Mccarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku
3. Buranda Theopilus Et. Al., Osteologi Dalam : Diktat Anatomi Biomedik I. Penerbit Bagian
4. Black, J dan Hawks, J. 2014. Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk hasil yang Diharapkan.
6. DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh (2014), Medikal Bedah, Ed. I, Yogyakarta: Rapha
Publishing
7. Kune Wong Sew, Peh Wilfred C. G., Trauma Ekstremitas dala : COrr Peter. Mengenali Pola foto-
foto Diagnostik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2011. Hal 97-107
8. Rasjad, C. Trauma Pada Tulang dalam: Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi ketiga. Penerbit
http://www.artikelkedokteran.com/838/fraktur -radius-ulna.html
10. Goh Lesley A., Peh Wilfres C. G., Fraktur-Fraktur, penyatuan dan komplikasi dalam : Corr perer.
Mengenali Pola Foto-Foto DIagnostik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2011. Hal 112-
121
11. Ekayuda Iwan, Trauma skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasajad Sjahriar, RAdiologi Dignostik.
Edisi kedua, Cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2011. Hal 31-34
12. Apley. A. Graham, louis Solomon. Buku Ajar Ortpedi dan Fraktur Sistem Alpley. Penerbit widya
34
medika. Jakarta
dari:http://www.kumpulaninformasi.com/article-el-ahmed-handkerchief referat-fraktur-tulang-
14. Carter Michel A., Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi Dalam: Price Sylvia A, Wilson
Lorranie McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku
35