Anda di halaman 1dari 35

BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN Oktober 2022


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FRAKTUR 1/3 DISTAL RADIUS ULNA

Oleh:
Aulia Faradina, S.Ked
105505403419

Pembimbing:
dr. Muh. Ihsan Kitta, M.kes, Sp.OT (K)
(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu bedah)

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Aulia Faradina


NIM : 105505403419
Judul Referat : Fraktur 1/3 Distal Radius Ulna

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian ilmu bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Oktober 2022


Pembimbing

dr. Muh. Ihsan Kitta, M.kes, Sp.OT (K)

2
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat pelayanan
kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan decade ini (2000-2010) menjadi dekade
tulang dan persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu
lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap
tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda.
Penyebab fraktur adalah trauma. Dengan makin pesatnya kemajuan lalu-lintas di Indonesia baik
dari segi jumlah pemakaian jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan dan bertambahnya
jaringan jalan dan kecepatan kendaraan, maka mayoritas fraktur adalah akibat kecelakaan lalu-lintas.
Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, kecelakaan domestic dan kecelakaan
atau cedera olah raga. Kita harus dapat membayangkan rekonstruksi terjadnya kecelakaan agar dapat
menduga fraktur apa yang terjadi.
Fraktur Adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang
bersifat total maupun parsial akibat rudapaksa. Kebanyakan fraktur terjadi karna kegagalan tulang
menahan tekanan, terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Fraktur pada orang dewasa
terbagi atas anggota gerak atas, anggota gerak bawah, panggul dan tulang belakang. Fraktur lengan bawah
mewakili 10-14% dari semua kasus fraktur pada tahun 1980 hingga 1996.
Trauma pada ekstremitas atas sering menjadi tantangan yang sulit bagi bedah ortopedi, apakah
masalah yang ditemukan merupakan fraktur, fraktur dengan dislokasi, atau cedera berat pada jaringan
lunak dan neurovascular. Fungsi ekstremitas setelah ceder asangat bergantung pada kondisi jaringan ikat
yang mengelilingi tulang, yang mana kerusakan fungsi yang berat pada ekstremitas atas sering terjadi jika
penyembuhan frkatur disertai gejala sisa, sekalipun tulang itu telah sembuh.
Fraktur lengan bawah biasanya disebabkan trauma berkekuatan tinggi dan disertai dengan cedera
sistemik dan musculoskeletal. Pemeriksaan neurologis dan vascular sangat penting. evaluasi radiografi x-
ray pada posisi AP dan lateral dari lengan bawah, pergelangan dan siku diperlukan untuk menegakkan
diagnosis dan cedera penyerta.

3
BAB II

LAPORAN KLINIS

A. Identitas pasien

Nama : An. ME
Umur : 14 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : BTN Bumi Lestari
Jenis kelamin : Laki-laki

B. Anamnesis

Keluhan utama : Nyeri lengan bawah tangan kanan

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke UGD Rumah Sakit Syekh Yusuf dalam keadaan sadar diantar oleh

orang tuanya. Pasien mengeluhkan nyeri pada lengan bawah tangan kanannya dan tidak dapat

digerakkan serta membengkak, nyeri kepala disangkal, mual muntah disangkal, pingsan

disangkal.

Pasien mengaku bahwa keluhan tersebut bermula setelah ia terjatuh saat bermain bola

sekitar kurang lebih 1 minggu sebelum ke RS, pasien menjelaskan bahwa ketika terjatuh, pasien

bertumpuh pada telapak tangan kanannya dan pasien mengatakan setelah terjatuh pasien tetap

sadar.. Setelah itu pasien merasakan kesakitan dan tidak dapat menggerakkan lengan bawah

kanannya. Setelah beberapa jam pasien tidak mengeluh kesakitan namun masih belum bisa

menggerakkan lengan bawah kanannya secara leluasa. Satu minggu kemudian, pasien

mengeluhkan lengan bawah kanannya membengkak dan terasa sakit, kemudian oleh orang tuanya

dibawa ke RSUD Syekh Yusuf

4
Riwayat penyakit dahulu

Riwayat Hipertensi dan Dm tidak ada

Riwayat Trauma sebelumnya tidak ditemukan

Pasien tidak pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya dan

Pasien tidak pernah menjalani oprasi sebelumnya

Riwayat pengobatan

Pasien Tidak sedang mengkonsumsi obat

Riwayat operasi

Pasien tidak pernah menjalani oprasi sebelumnya

Riwayat keluarga

Trauma (-), Operasi (-), Hipertensi (-), DM (-)

C. Pemeriksaan Fisik

1. PRIMARY SURVEY

Airway dan C-spine control :

Airway : clear, gargling (-), snoring (-), potensi obstruksi (-), dapat berbicara (+),

Patent, C-Spine control (-)

Breathing :

Inspeksi : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, napas spontan, tidak ada jejas.

RR: 20x/menit.

Palpasi : Nyeri tekan (-), Krepitasi (-)

Perkusi : Sonor

Auskultasi : rh (-/-), wh (-/-), Vesikuler S/D

Circulation :

5
Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 80x/menit kuat angkat regular

Disability :

GCS : E4V5M6 Compos Mentis

Environment :

Suhu : 36,9 C,

2. SECONDARY SURVEY

Status lokalis : (antebrachii dextra)

- Look : Terlihat adanya deformitas berupa pembengkakan, tidak nampak adanya luka,

dan tidak nampak adanya pendarahan.

- Feel : didapatkan nyeri tekan setempat, suhu sama dengan bagian yang normal, teraba

hangat.

- Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, gerakan abduksi lengan bawah terhambat,

gerakan adduksi lengan bawah kanan terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan

persarafan tidak ada, tampak gerakan terbatas (+), keterbatasan gerakan wrist & elbow

joint (karna terasa nyeri saat digerakkan).

- NVD : Sensibilitas baik, Arteri Radialis teraba, CRT < 2 detik.

D. Status Generalis

Kepala : Normocephal, luka (-), Rambut tidak mudah dicabut.

Mata : Pupil bulat isokor, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-), RCL (+/+),

RCTL (+/+)

Telinga : Othorhea (-/-)

Hidung : Bentuk normal, deformitas (-/-), Rhinorhea (-/-)

6
Mulut : Bibir pucat (-), bibir luka (-), hematom (-), bibir kering (-), gusi berdarah (-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax : Paru-paru : Simetris kanan = kiri, suara nafas Vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing

(-/-)

Jantung : Bunyi jantung I-II murni regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen : Datar, luka (-) nyeri tekan (-) peristaltik normal

Genitalia : Tidak ada jejas, tidak terdapat nyeri

Ekstremitas : Nyeri tekan pada lengan kanan (+), Akral hangat (+)

E. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

WBC 11.61 10x3/uL*

RBC 4.75 10x6/uL

HGB 11.2g/dL*

HCT 34.0%*

MCV 71.7fL*

MCH 23.6 pg*

PLT 348 10x3/uL

Clotting Time 8’10 detik

Bleeding Time 3’30 detik

Glukosa Sewaktu 86 mg/dl

PCR SARS COV-19 Negatif

7
b. Pemeriksaan Radiologi Antebrachii Dextra AP/Lateral pre OP

Gambar 2.2

Hasil pemeriksaan :

- Alignment antebrachii baik, tidak tampak dislokasi

- Tampak fraktur 1/3 distal os radius et ulna

8
- Tidak tampak tanda-tanda osteomyelitis

- Mineralisasi tulang baik

- Celah sendi tidak menyempit

- Jaringan lunak sekitarnya baik

Kesan : fraktur 1/3 distal os radius et ulna.

c. Pemeriksaan Radiologi Antebrachii Dextra AP/Lateral post OP

Gambar 2.3

9
Hasil pemeriksaan :

- Aligment tulang baik post reposisi

- Fraktur 1/3 distal radius dengan plate and screw

- Fraktur 1/3 istal ulna dengan k-wire yang terpasang

- Drain terpasang pada soft tissue

- Celah sendi dalam batas normal

- Mineralisasi tulang baik

Kesan : fraktur 1/3 distal os radius et ulna dengan terpasang plate and screw dan k-wire

F. Diagnosis

Close Fraktur 1/3 Distal Radius Ulna Dextra

G. Planning Diagnostik

a. Planning pemeriksaan

- Lab :

Darah Rutin

Pemeriksaan imunologi : HbsAg, PCR SARS-CoV 19

- Foto Rontgen : Regio antebrachii dextra Ap/Lateral

b. Planning Terapi

1. Non Operatif

a. Medikamentosa

- IVFD RL 20tpm

- Sagestam 80mg/8jam/iv

- Ketorolac 30mg/8jam/iv

- lansoprazole 2x1

b. Non Medikamentosa

10
- istirahat

- Pemasangan bidai melewati 2 sendi

- Edukasi kepada pasien beserta keluarganya tentang penyakit yang diderita

- Reposisi tertutup dan pemasangan gips

2. Operatif

Reposisi terbuka dan fiksasi interna : ORIF (Open Rduction Internal Fixation)

11
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan

sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total maupun parsial yang umumnya disebabkan oleh

tekanan yang berlebihan. Sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam

derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan. Trauma yang menyebabkan tulang patah

dapat dapat berupa trauma langsung dan tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan

langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila

trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan

ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak

tetap utuh.1

B. Epdemiologi

Literature oleh McQueen dkk menganalisis insidensi fraktur radius dan ulna pada orang

dewasa di unit trauma Royal Infirmary of Edinburgh selama 3 tahun dan mendapatkan mayoritas

76% dari 2812 kasus fraktur adalah fraktur distal radius. Data dari National Hospital Ambulatory

Medical Care Survey menunjukkan bahwa fraktur radius dan atau ulna mewakili 44% dari

keseluruhan fraktur lengan bawah dan tangan di Amerika Serikat.

Fraktur distal radius mewakili kira-kira 15% dari semua fraktur pada orang dewasa.

Fraktur Galeazzi mewakili antara 3-7% dari kesemua fraktur lengan bawah dan kebanyakan tejadi

pada laki-laki. Fraktur Monteggia mewakili kurang dari 5% dari kasus lengan bawah (1-2%).

12
C. Anatomi

Anatomi Os Radius

Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulumradii), berbentuk roda,

letak melintang. Ujung cranial caput radiiradii), berbentuk roda, letak melintang. Ujung

cranial caput radii membentuk fovea articularis (=fossa articularis) yang serasi dengan

capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies oleh facies articularis, yang disebut

circumferentia articularis dan berhubungan dengan incisura radialis ulnae. caput radii terpisah

dari corpus radii oleh collum radii.Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt tuberositas

radii. Corpus radii di bagian bagian tengah tengah agak cepat membentuk membentuk margo

interossea (=crista interossea), margo anterior (=margo volaris), dan margo posterior. Ujung

distal radius radius melebar ke arah lateral membentuk processus styloideus radii, di bagian

medial membentuk incisura ulnaris, danpada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati

oleh tendo. Permukaan ujung distal membentuk facies articularis carpi. 2

Anatomi Os Ulna

Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung ditalnya. Hal ini yang sebaliknya

terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura trochlearis (= incisura

semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentuk persendian dengan trochlea humeri.

Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat

processus coronoideus, dan di sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan

m.brachialis. di bagian lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang

berhadapan dengan caput radii. Disebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi

supinatorris. Corpus ulnae membentuk facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo

interosseous, margo anterior dan margo posterior. Ujung distal ulna disebut caput ulnae

(=capitulum ulnae). Caput ulnae berebtuk circulferentia articularis, dan dibagian dorsal terdapat

processus styloideus serta silcus m.extensor carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan dengan

13
cartilage triangularis dan dengan radius.3

Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh

ligamentum anulareyang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar yang

diperkuat oleh ligament radiolnar, yang mengandung fibronektilago triangularis. Memberanes

interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat.

Oleh karna itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila

patahnya hanya mengenai satu tulang, hamper selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang

dekat dengan patah tersebut. Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antar tulang yaitu

otot supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi.

Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan

patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.

gambar 3.1 Anatomi Os Radius et Ulna

14
D. Etiologi Terjadinya Fraktur

Tulang bersifat relative rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk

menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat 5 :

a. Peristiwa trauma

- Trauma langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung dan terjadi fraktur pada daerah

tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut

mengalami kerusakan.

- Trauma tidak langsung

Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari

daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada

klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.

- Fraktur yang disebabkan kontaksi keras yang mendadak.

b. Fraktur Patologik

Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor mengakibatkan :

- Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali

- Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul

salah satu proses progresif

- Rakhitis

- Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yangbterus menerus.

E. Klasifikasi Fraktur

Menurut Wiarto (2017) fraktur dibagi dalam 3 jenis5 :

- Fraktur tertutup (simple/close fractur)

15
Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak disertai dengan luka pada bagian luar

permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak berhubungan dengan bagian

luar.

- Fraktur terbuka (compound/open fractur)

Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya luka pada daerah

yang patah sehingga bagian tulang berhubungan dengan udara luar, biasnaya juga disertai

adanya pendarahan yang banyak. Tulang yang patah juga ikut menonjol krluar dari

permukaan kulit, namun tidak semua fraktur terbuka membuat tulang menonjol keluar.

Fraktur terbuka memerlukan pertolongan lebih cepat karena terjadinya infeksi dan faktor

penyulit lainnya.

- Fraktur dengan komplikasi (complocated fracture)

Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya

malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.

Fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup dam fraktur terbuka. Fraktur

tertutup memiliki kulit yang masih utuh diataslokasi cedera, sedangkan fraktur terbuka dicirikan

oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada fraktur

terbuka, yang dibagi bedasarkan keparahannya. 4 :

a. Derajat 1 : Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi minimal

b. Derajat 2 : Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang

c. Derajat 3 : Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas pada jaringan lunak, saraf,

tendon, kontaminasi banyak. Fraktur terbuka dengan derajat 3 harusditangani karena resiko

infeksi.

Menurut WIarto (2017) jenis fraktur menurut garis frakturnya antara lain :

a. Fraktur Transversal

16
Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang

tulang, fraktur ini segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direkduksi kembali

ketempat semula, maka segmen-segmen ini akan stabil dan biasanta dikontrol dengan bidai

gips.

b. Fraktur kuminutif

Fraktur kuminutif adalah terputusnya keutuhan jaringan yang terdiri dari dua fragmen tulang.

c. Fraktur oblik

Fraktur oblik adalah fraktur yang gariss patahnya membuat sudut terhadap tulang

d. Fraktur segmental

Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan

terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya, fraktur jenis ini biasanya sulit ditangani.

e. Fraktur impaksi

Fraktur impaksi atau fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang yang

berada diantara vertebra.

f. Fraktur spiral

Fraktur spiral timbul akibat adanya torsi ekstrremitas. Fraltur ini menimbulkan sedikit

kerusakan jaringan lunak dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi.

17
Gambar 2.2

Mekanisme patah tulang (a) Spiral ‘berputar’ (b) obliq/serong ‘kompresi (c) Triangular

butterfly fragment/kupu-kupu ‘membengkok’ (d) Transversal/lintang ‘mengencang

Gambar 2.3

Jenis patah tulang. Fraktur komplet : (a) Transversal (b) Segmental (c) Spiral. Fraktur

inkomplir (d) Buckle/torus/melenkung (e,f) Greenstick.

F. Manifestasi klinis

Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat pada fraktur radius dan

ulna :

1. Fraktur kaput radius

Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hamper tidak pernah

ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyeri saat lengan bawah

dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberi petunjuk untuk mendiagnosisnya.

2. Fraktur leher radius

Jatuh pada tangan yang terelentang dapat memaksa siku kedalam valgus dan mendorong

18
kaput radus pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius dapat retak atau patah

sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungking mengalami fraktur pada leher radius.

Setelah jatuh anak mengeluh nyeri pada siku. Pada fraktur ini kemungkinan terdapat nyeri

tekan pada kaput radius dan nyeri bila lengan berotasi.

3. Fraktur diafisis radius

Kaluhan terdapat nyeri tekan local, sebaiknya dilakukan pemeriksaan sinar-X

4. Fraktur distal radius

Fraktur distal radius dibagi dalam :

a. Fraktur Galrazzi yaitu fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulna

distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke arah dorsal. Dislokasi

mengenai ulna kearah dorsal dan medial. Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan dan

lengan bawah kedalam dalam keadaan pronasi, atau terjadi karna pukulan langsung pada

pergelangan tangan bagian dorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi

daripada Fraktur Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda

mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering terjadi 7.

19
Gambar 3.4 Fraktur Galeazzi

b. Fraktur Colles

Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terlentang. Fraktur radius terjadi di korpus

distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan articular. Fragmen distal bergeser ke arah

dorsal pada proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas “garpu-makan” (dinner-

fork). Kemungkinan dapat disertai dengan fraktur pada prosesus styloideus ulna 7.

Farktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan angulasi ke posterior,

dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke radial. Dapat bersifat kominutiva.

Dapat disertai fraktur prosesus styloid ulna. Fraktur colles dapat terjadi setelah terjatuh,

sehingga dapat menyebabkan fraktur pada ujung bawah radius dengan pergeseran

posterior dari fragmen distal.

20
Gambar 3.5 Fraktur Colles

c. Fraktur Smith

Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara langsung pada

punggung tangan. Pasien mengalami cedera peregelangan tangan, tetapi tidak dapat

deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau dislokasi fragmen distal

kearah ventral dengan diviasi radius tangan yang memberikan gambaran deformitas

“sekop kebun” (garden spade).

21
Gambar 3.6 Fraktur Smith

d. Fraktur Monteggia

Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan, saat jatuh atau

pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga proksimal dengan angulasi anterior

yang disertai dengan dislokasi anterior kaput radius 7.

Gambar 3.7 Fraktur Monteggia

G. Diagnosis

a. Anamnesis

Biasanya penderita dating dengan suatu trauma (trumatik,fraktur), baik yang hebat

maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidak mampuan untuk menggunakan anggota

22
gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di

daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain. Penderita biasanya dating karena

adanya nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, krepitasi atau dating dengan

gejala-gejala lain.

b. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya :

- Syok, anemia atau pendarahan

- Kerusaan pada organ-organ lain misalnya otak sumsum tulang belakang atau organ-organ

dalam rongga toraks, panggul dan abdomen.

- Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.

c. Pemeriksaan local

1. Inspeksi (Look)

 Bandingkan denganbagian yang sehat

 Posisi angoota gerak

 Keadaanumum penderita secara keseluruhan

 Ekspresi wajah karena nyeri

 Adanya tanda-tanda anemia karena pendarahan

 Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedaka fraktur

tertutup atau fraktur terbuka

 Ekstravasai darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari

 Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kepedekan

 Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain

 Perhatikan kondisi mental penderita

 Keadaan vaskularisai

2. Palpasi (Feel)

Palpasi dlakukan secara hati-hati oleh karna penderita biasanya mengeluh sangat nyeri.

23
 Temperature setempat yang meningkat

 Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh

kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.

 Krepitasi; dapat dilakuka dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati

 Pemeriksaan vaskuler pada daerah disatl trauma berupa palpasi arteri radialis,

arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang

terkena.

 CRT, warna kulit pada bagian distal daerah trauma, temperature kult.

 Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya

perbedaan panjang tungkai.

3. Pergerahakn (Moving)

Pergerakan dengan mengaak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan

pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita

dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan

tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan

pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan daraf.

d. Pemeriksaan Radiologis

Filem polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama pada system

skeletal. Gambaran harus selalu diambil dalam dua proyeksi.

Filem polos merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengan kecurigaan

trauma skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun beberapa diantaranya sangat

rentan. Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah :

a. Garis fraktur : Garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang atau

menimbulkan keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada fraktur minor.

b. Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.

c. Iregulasi kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anaktangga pada korteks.

24
Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateral view.

Posisi ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak bersilangan, serta posisi

lengan bawah menghadap kea rah datangnya sinar (posisi anatomi). Sinar dating dari arah

depan sehingga disebut AP (Antero-Posterior). Terdapat tiga posisiyang diperlukan pada foto

pergelangan tangan untuk menilai sebuah fraktur distal radius yaitu AP, Lateral dan Oblik.

Posisi Ap bertujuanuntuk menilai kemiringan dan panjang os radius, posisi Lateral bertujuan

untuk menilai permukaan artikulasi distal radius pada posisi normal volar (posisi anatomis) 9.

CT-Scan digunakan untuk mendeteksi letak struktur fraktur yang kompleks dan

menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi, burst fraktur atau fraktur

dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur akan lebih jelas mengevaluasi trauma jaringan

lunaCTk, kerusakan ligament dan adanya pendarahan10.

Gambar 3.8 Gambaran CT-Scan Fraktur Radius Ulna

H. Penatalaksanaan

Fraktur dari distal adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi. Fraktur radius dan ulna

biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil sehingga umumnya membutuhkan terapi

operatif. Fraktur yang tidak stabil disertai perubahan posisi ekstraartikular dari distal radius dan

25
fraktur tertutup dari ulna dapat diatasi secara efektif dengan primay care provide. Fraktur distal

radius umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja, serta mudah sembuh pada kebanyakan kasus.

Terapi fraktur diperlukan konsep “empat R” yaitu11 :

1. Rekognisis

Rekognisis adalah untuk menentukan diagnosis dan penilaian terhadap fraktur. Pada awal

pengobatan perlunya diperhatikan lokasi fraktur, bentuk dari fraktur, menentukan teknik yang

sesuai dengan pengobatan serta menilai adanya kemungkinan komplikasi yang mungkin ada

selama dan sesudah pengobatan.

2. Reduksi

atau Reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-feragmen tulang yang patah

sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asal. Upaya untuk memnipulasi fragmen tulang

sehingga kembali seperti semula secara optimal. Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan

reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka. Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin

untuk mencegah jaringan lunak kehinlangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan

pendarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah

mulai mengalami penyembuhan.

3. Retensi

atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan fragmen

tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, freagmen

tulang harus diimobilisasi, atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai

terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode

fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips, atau

fiksator eksterna. Implant logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai

bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan

diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin

metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan dstal dari tempat fraktur dan

26
pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini

terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat

dilakukan pada tulang femue, humerus dan pelvis.

Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang diletakkan pada

bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona trauma, kemudian pin-pin tersebut

dihubungkan satu sama lain dengan rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang

berfungsi untuk menstabilisasikan fraktur. Alat ini dapat digunakan sebagai temporary

treatment berdasarkan lokasi dan tipe trauma yang terjadi pada tulang dan jaringan lunak.

4. Rehabilitasi

Mengstabilkan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk menghindari atropi atau

kontrakur. Bila keadaan memungkinkan, harus segera dimulai melakukan latihan-latihan

untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi.

Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa tahap sebagai

berikut :

a. Fase hematoma

Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan lunak, kemudian terjadi

organisasi (ptoliferasi jaringan penyambung muda dalam daerah radang) dan hematoma akan

mengempis. Tiap fraktur biasanya disertai putusnya pembuluh darah sehingga terdapat

penimbunan darah disekitar fraktur. Pada ujung tulang yang patah terjadi ischemia sampai

beberapa millimeter dari garis patahan yang mengakibatkan matinya osteocyte pada daerah

fraktur tersebut.

b. Fase proliferative

Proliferatife sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah proliferasi sel-sel lapisan

dalam periosteal dekat daerah fraktur. Hematoma terdesak oleh proliferasi ini dan diabsorbsi

oleh tubuh. Bersamaan dengan aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadi aktifitas sel-sel

27
dari kanalis medularis dari lapisan periosteum dan kanalis medularis dari lapisan endosteum

dan dari bone marrow masing-masing fragmen bertemu dalam satu proses yang sama, proses

terus berlangsung kedalam dan keluar dari tulang tersebut sehingga mengembatani

permukaan fraktur satu sama lain. Pada saat ini mungkintampak di beberapa tempat pulau-

pulau kartilago, yaitu mungkin banyak sekali, walaupun adanya kartilago ini tidak mutlak

dalam penyembuhan tulang. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium.

c. Fase pembentukan callus

Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi osteoporotic akibat resorbsi

kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel osteoblast mengeluarkan matriks intra sellueryang

terdiri dari kolagen dan polisakarida, yang segera bersatu dengan garam-garam kalsium,

membentuk tulan immature atau young callus, karena proses pembauran tersebut, maka pada

akhir stadium terdapat dua macam callus yaitu didalm disebut internal callus dan diluar

external callus.

d. Fase konsolidasi

Pada fase ini callus yang terbentuk mengalamimaturasi lebih lanjut oleh aktivitas osteoblast,

callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan pembentukan lamel-lamel. Pada

stadium ini sebenarnya proses penyembuhan sudah lengkap. Pada fase ini terjadi pergantian

fibrosus callus menjadi primary callus. Pada saatu ini sudah mulai diletakkan sehingga sudah

tampak jaringan yang radiopaque. Fase ini terjadi sesudah 4 (empat) minggu, namun pada

umur-umur lebih muda lebih cepat. Secara berangsur-angsur primary bone callus

direabsorbsi dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan yang

normal.

e. Fase remodeling

Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsiumyang banyak dan tulang

sudah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan kembali dari medulla tulang. Apabila

union sudah lengkap, tulang baru yang terbentuk pada umumnya berlebihan, mmengelilingi

28
daerah fraktur di luar maupun didalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal medularis.

Dengan mengikuti stress/tekanan dan Tarik mekanis, misalnya gerakan, konraksi otot dan

sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pela terhisap kembali dengan

kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya 12.

Gambar 3.9 Proses penyembuhan fraktur

I. Komplikasi

A. Komplikasi Dini

Sirkulas darah pada jari harus diperiksa, pembalut yang menahan slab perlu dibuka atau

dilonggarkan. Cedera saraf jarang terjadi, dan yang mengherankan terkanan saraf medianus

pada saluran karpal pun jarang terjadi. Kalau hal ini terjad, ligament karpal yang melintang

harus dibelah sehingga tekanan saluran dalam karpal berkurang. Distrofi reflex simpatetik

mungkin amat sering ditemukan, tetapi untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi

keadaan atrofi sudech. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi

jari, waspadalah jangan sampai melalikan latihan tiap hari. Pada sekitar 5% kasus, pada saat

gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri.

Komplikasi patah tulang dapat dibagi menjadi komplikasi segera, komplikasi dini, dan

29
komlikasi lambat atau kemudian. Komplikasi segera terjadi pada saat tulang atau segera

setelahnya, komplikasi dini terjadi lama setelah tulang patah. ada ketiganya, dibagi menjadi

komplikasi umum dan local.

B. Komplikasi lanjut

a. Malunion

Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena

pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan dan

hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Pada umumnya terapi tdak diperlukan. Bila

ketidakmampuan hebat dan pasiennya relative muda, 2,5cm bagian bawah ulna dapat

dieksisi untuk memulihkan rotasi, dan deformitas radius dikoreksi dengan osteotomi.

Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi prosesus stiloideus ulnar

sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap mengalami nyeri dan nyeri

tekan selama beberapa bulan. Kekakuan pada bahu, karena kelalaian adalah komlikasi

yang sering ditemukan. Kekakuan peregelangan tangan dapat terjadi akibat pembebatan

yang lama13.

b. Osteomyelitis

Adapun komlikasi infeksi jaringan tulang disebut sebagi osteomyelitis, dan dapat

timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik

maupun manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang

sering kali timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi

faring (faringitis), telinga (ortitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya

(Staphylococcus aureus, Streptococcus Haemophylus influenza) berpindah melalui aliran

darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir ke

dalam sinusoid.

Akibat perekmbangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat

peradangan yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan. Perlu sekali mendiagnosis

30
ini sedini mungkin, terutama pada anak-anak, sehingga pengobatan dengan antibiotik

dapat dimulai, dan perawatan pembedahan yang sesuai dpat dilakukan dengan

pencegahan penyebaran infeksi yang masih dapat dilakukan dengan pencegahan

penyebaran infeksi yang masih terlokalisasi dan untuk mencegah jangan sampai seluruh

tulang mengalami kerusakan yang dapat menimbulkan kelumpuhan. Diagnosis yang

salah pada anak-anak yang menderita osteomyelitis dapat mengakibatkan keterlambatan

dalam memberikan pengobatan yang memadai14.

Gambar 3.10

Pada ordang dewasa, osteomyelitis juga dapat diawali oleh bakteri dalam aliran

darah, namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera atau operasi.

Osteomyelitis kronik adalal akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan

baik. Sepertinya yang sudah disebutkan sebelumnya, osteomyelitis sangat resisten

terhadap pengobatan dengan antibiotic, bahka tindakan drainase dan debridement, serta

pemberian antibiotika yang tepat masih tidak cukup untuk menghilanhkan penyakit.

31
BAB IV

PEMBAHASAN

An. ME datang ke UGD RSUD Syekh Yusuf pada tanggal 14 Agustus 2022 pada pukul 13.10,

dalam keadaan sadar diantar oleh kerabatnya. Pasien mengeluh nyeri pada lengan bawah tangan bawah

kanannya dan tidak dapat digerakkan serta membengkak, nyeri kepala disangkal, mual muntah disangkal,

pingsan disangkal. Pasien mengaku bahwa keluhan tersebut bermula setelah ia terjatuh saat bermain bola

sekitar kurang lebih 1 minggu yang lalu sebelum ke RS, pasien menjelaskan bahwa ketika terjatuh,

pasien bertumpuh pada telapak tangan kanannya dan pasien mengatakan setelah terjatuh pasien tetap

sadar.. Setelah itu pasien merasakan kesakitan dan tidak dapat menggerakkan lengan bawah kanannya.

Setelah beberapa jam pasien tidak mengeluh kesakitan namun masih belum bisa menggerakkan lengan

bawah kanannya secara leluasa. Satu minggu kemudian, pasien mengeluhkan lengan bawah kanannya

membengkak dan terasa sakit

Pada Primary Survey didapatkan airway clear, breathing spontan,RR 20x/menit, Nadi 80x/menit, TD

110/80mmHg, CRT <2, GCS E4V5M6, exposure deforitas antebrachhii 1/3 distal dextra. Pada secondary

survey adanya deformitas berupa pembengkakan pada regio antebrachii dextra. Hasil pemeriksaan fisik

pada region antebrachii dextra didapatkan dari look : terlihat adanya deformitas berupa pembengkakan,

tidak Nampak luka dan tidak Nampak adanya pendarahan. Feel : didapatkan nyeri tekan setempat, suhu

sama dengan bagian yang normal, teraba hangat. Move : gerakan aktif pasif terhambat, gerakan abduksi

lengan bawah terhambat, gerakan adduksi lengan bawah terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan

persarafan tidak ada, tampak gerakan terbatas (+), keterbatasan gerakan wrist & elbow joint karna terasa

nyrei saat digerakkan. NVD : Sensibilitas baik, Arteri teraba, CRT < 2 detik. Pada pemeriksaan radiologis

didapatkan Alignment antebrachii baik, tidak tampak dislokasi, Tampak fraktur 1/3 distal os radius et

ulna, Tidak tampak tanda-tanda osteomyelitis, Mineralisasi tulang baik, Celah sendi tidak menyempit,

Jaringan lunak sekitarnya baik.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang makan An. ME dapat didiagnosis close

32
fraktur 1/3 distal os radius et ulna dextra. Sesuai dengan kepustakaan bahwa fraktur ialah terputusnya

hubungan/kontinuitas struktur tulang.trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma

langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna. Dan

dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang

klavikula atau radius distal patah. Pada kasus ini pasien terkena trauma langsung karna tangan kanan

pasien berusaha menahan. saat terjatuh.

Penatalaksanaan fraktur pada pasien ini menggunakan konsep ‘empat R’ yaitu : rekognisi,

reduksi/reposis, retensi/fiksasi, dan rehabilitasi. Rekognisi dilakukan dengan cara anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan penunjang. Reduksi dilakukan dengan cara pembedahan dengan teknik open reduction. Retensi

atau fiksasi dilakukan dengan cara internal fixation menggunakan plate and screw kemudian diberi

external fiksasi dengan menggunakan gips. Rehabilitasi pada pasien inidilakukan fisioterapi berupa

gerakan pasif dan gerakan aktif dengan tujuan fungsi ekstremitas dapat kembali normal.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasajad Chairuddin, Struktur Dan Fungsi Tulang Dalam: Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.

Cetakan Keeanam. Penerbit PT. Yarsif Watampone. Jakarta 2009. Hal 6-11

2. Certer Michel A., Anatomi Dan Fisiologi Tulang Dan Sendi Dalam: Price Sylvia A. Wilson

Lorraine Mccarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku

Kedokteran ECG. Jakarta 2006. Hal 1357-1359

3. Buranda Theopilus Et. Al., Osteologi Dalam : Diktat Anatomi Biomedik I. Penerbit Bagian

Anatomi Fk Unhas. Makassar. 2011. Hal 4-7.

4. Black, J dan Hawks, J. 2014. Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk hasil yang Diharapkan.

Dialibahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria.

5. Wiarto, G.(2017) Nyeri tulang dan sendi. Gosyen Publishing

6. DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh (2014), Medikal Bedah, Ed. I, Yogyakarta: Rapha

Publishing

7. Kune Wong Sew, Peh Wilfred C. G., Trauma Ekstremitas dala : COrr Peter. Mengenali Pola foto-

foto Diagnostik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2011. Hal 97-107

8. Rasjad, C. Trauma Pada Tulang dalam: Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi ketiga. Penerbit

Yarsif Watampone. Jakarta. 2007. Hal 374-477.

9. Aninim. 2012, Fraktur Radius Ulna. Diakses tanggal 16/10/2012.

http://www.artikelkedokteran.com/838/fraktur -radius-ulna.html

10. Goh Lesley A., Peh Wilfres C. G., Fraktur-Fraktur, penyatuan dan komplikasi dalam : Corr perer.

Mengenali Pola Foto-Foto DIagnostik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2011. Hal 112-

121

11. Ekayuda Iwan, Trauma skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasajad Sjahriar, RAdiologi Dignostik.

Edisi kedua, Cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2011. Hal 31-34

12. Apley. A. Graham, louis Solomon. Buku Ajar Ortpedi dan Fraktur Sistem Alpley. Penerbit widya

34
medika. Jakarta

13. Handkerchief el-Ahmed. Referat Fraktur Tulang Radius, Diunduh

dari:http://www.kumpulaninformasi.com/article-el-ahmed-handkerchief referat-fraktur-tulang-

radius. Html. (online) diunduh 28 April 2014.

14. Carter Michel A., Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi Dalam: Price Sylvia A, Wilson

Lorranie McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta 2006. Hal 1357-1359.

35

Anda mungkin juga menyukai