Disusun Oleh :
dr. Lukita Afrila
Dokter Pendamping :
dr. Hj. Sumarmi
BAB I
PENDAHULUAN
IDENTITAS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. RP
Usia : 25 tahun, 9 bulan
TTL : 13-04-1995
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam
Alamat : Pasapen
Tanggal Pemeriksaan : 22-01-2021
A. ANAMNESIS
• Keluhan Utama
Nyeri pada lengan bawah kanan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang laki-laki di bawa ke IGD RSUD 45 kuningan dengan keluhan nyeri
pada lengan bawah kanan setelah terjatuh saat berolahraga papan seluncur
lengan kanan yang berayun mengenai ujung troatar 30 menit SMRS. Terdapat
luka memar dan tidak ada luka robek, mual tidak ada, muntah tidak ada,
pingsan tidak ada. Tidak ada riwayat benturan kepala ketika terjatuh. Riwayat
sebelumnya mengkonsumsi obat-obatan, minuman beralkohol disangkal.
Kejadian terjadi di jalan Pendopo. Pasien oleh orang sekitar langsung di bawa
ke RS Wijaya Kusuma dan mendapat penanganan pembidaian kemudian di
rujuk.
2
3
4. Riwayat Pengobatan
Pasien dari RS Wijaya Kusuma mendapatkan ketorolac 1x, ranitidine 1x dan
ceftriaxon 1x. dan mendapatkan ATS 1500 im di IGD
B. PEMERIKSAAN FISIK
Primary Survey
• Airways : Clear
• Breathing : Clear
• Circulation : tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi radialis 94 kali
permenit,
Secondary survey
• Disabiliton : Kesadarah Composmetis E4V5M6
• di regio 1/3 tengah antebrachii dextra
– Look : hiperemis (+), oedema (+), deviasi (+), perdarahan aktif (-),
4
Status Generalis
• Keadaan Umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tanda vital :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg Nadi : 94 x /menit, reguler
Suhu : 36,4 0C Respirasi : 20 x/menit, regular
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12,4 g/dL 12.0 – 16.0 d/dL
Hematokrit 37,2 % 35,0 – 47,0 %
Leukosit 8.320 /mm3 4.000 – 10.000 /mm3
Trombosit 414.000 /mm3 150.000 – 450.000 /mm3
Eritrosit 4,6 juta/µL 4,10 – 5,10 juta/µL
GDS 110 mg/dL 70 – 120 mg/dL
SGOT 39 U/L 5 - 31 U/L
SGPT 26 U/L ≤34 U/L
Ureum 16 mg/dL 10 – 50 mg/dL
Kreatinin 0,43 mg/dL 0.5 – 1.1 mg/dL
Natrium 139 mmol/L 135 – 145 mmol/L
Kalium 3,8 mmol/L 3,5 – 5,1 mmol/L
Kalsium 1,32 mmol/L 1,13 – 1,32 mmol/L
HbsAg Negatif
Imunologi
• igM SARS-CoV-2 (covid 19) non reaktif
• igG SARS-CoV-2 (covid 19) non reaktif
6
D. RESUME
Seorang laki-laki di bawa ke IGD RSUD 45 kuningan dengan keluhan nyeri
pada lengan bawah kanan setelah terjatuh saat berolahraga papan seluncur lengan
kanan yang berayun mengenai ujung troatar 30 menit SMRS. Pada pemeriksaan Fisik
7
E. DIAGNOSA KERJA
Closed Fracture 1/3 medial radius ulna dextra complet
F. TERAPI DAN PLAN
Nonmedikamentosa
1. Edukasi tentang penyakit pasien
2. Pemasangan balut bidai
3. Rawat bangsal
Medikamentosa
G. PROGNOSA
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Fraktur
Definisi
Fraktur adalah rusaknya kontiunitas dari struktur tulang, tulang rawan dan
lempeng pertumbuhan yang disebabkan oleh trauma dan non trauma. Tidak hanya
keretakan atau terpisahnya korteks, kejadian fraktur lebih sering menyebabkan
kerusakan yang komplit dan fragmen tulang yang terpisah. Tulang relative rapuh
namun memiliki kekuatan dan kelenturan untuk menahan tekanan.1
Fraktur yang terjadi pada atlet karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi
karena kelelahan.
1. Trauma langsung
9
A. Secara klinis
1. Fraktur tertutup
Tidak adanya hubungan antara patah tulang dengan dunia luar. Terbagi
dalam beberapa derajat :
Grade 1 : Fraktur dengan superficial abrasi atau memar pada area kulit
Grade 2 : Fraktur yang lebih berat dengan soft tissue ringan, dengan
kontusio. dan terjadi pembengkakan
. Grade 3 : Fraktur yang berat dengan soft isue injury yang berat sert adama
ancaman sindroma kompatemen
10
1. Fraktur terbuka
Adanya hubungan antara patah tulang dengan dunia luar yang
memungkinkan kuman dari luar dapat masuk. Terbagi dalam beberapa
tipe 3 :
1. Complete
2. Uncomplete
11
Fraktur pada sebagian garis tulang yang terbentuk tidak sempurna dan
periosteum tetap terhubung. Seperti fraktur Greenstick yang sering terjadi
pada anak-anak.
3.5. Diagnosis
1. Anamnesis
dan riwayat ostcoporosis serta penyakit lain. Bila tidak ada riwayat trauma,
teliti apakah ada kemungkinan fraktur patologis.
2.Pemeriksaan Fisik
1. Look (inspeksi)
Lihat dengan cepat ada atau tidaknya pembengkakan, memar, dan
deformitas pada pasien, berupa penonjolan yang abnormal, angulai,
rolasi, atau pemendekan yang terlihat jelas, namun hal terpenting adalah
melihat apakah kuit utuh atau tidak, jika kulit robek dan Iuka memiliki
hubungan dengan fraktur menunjukan bahwa fraktur tersebut merupakan
fraktur terbuka. Pada pasien yang masih kooperatif dokter dapat meyuruh
pasien untuk menggerakan anggota gerak untuk menilai Range of
Motion.
2. Feel (palpasi)
Palpasi dilakukan bertujuan untuk memeriksa suhu temperature,
adanya nyeri tekan, krepitasi, pemeriksaan vaskuler pada daerah distal
trauma dengan palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis
posterior atau sesuai anggota gerak yang terkena, capillary refilling pada
kuku, wama kulit pada daerah distal trauma, serta pengukuran tungkai
terutma tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan Panjang
tungkai. Palpasi juga untuk memeiksa bagian distal dari fraktur,
merasakan denyut nadi dan sensasi untuk fungsi neurologis. Adanya
14
3. Movement (pergerakan)
Menilai krepitus dan Gerakan abnormal dapat ditemukan, namun
lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan
sendi- sendi pada bagian distal cedera. Pergerakan dinilan dengan cara
permeriksa mengajak pasien untuk bergerak secara aktif dan pasif sendi
proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pemeriksaan
pergerakan harus dilakukan secara perlahan dan hati-hati karena pada
penderita dengan fraktur setiap pergerakan akan menyebabkan nyeri
hebat dan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan
saraf.
2. Pemeriksaan radiologis
Pasien dengan trauma musculoskeletal membutuhkan pemeriksaan
radiologis. Biasanya scara klinis sudah dapat dicurigai adanya fraktur.
Walaupun demikian, pemerikaa radiologis diperlukan untuk menentukan
keadaan, Iokasi serta ekstensi fraktur. Pemeriksaan radiologis dilakukan
dengan prinsip rule of two: dua posisi, dua sendi, dua anggota gerak, dua
trauma, dua kali dilakukan foto.
b. Two Joints : sendi yang berada diatas dan dibawah dari fraktur harus
difoto
c. Two Limbs : x-ray pada sisi anggota gerak yang tidak mengalami cedera
dibutuhkan sebagai pembanding
d. Teo Injuries : trauma keras biasanya menyebabkan cedera lebih dari satu
daerah tulang, maka dari itu pada fraktur calcaneus atau femur,
penting untuk memfoto juga pelvis dan vertebrae.
15
e. Two Occasions : beberapa fraktur sulit terlihat pada hasil foto x ray
pertama sehingga butuh pemeriksaan ulang dalam waktu satu atau
dua minggu kemudian dapat menunjukan lesi yang ada.'
1. Laboratorium
2. Radiologi
Pasien dengan trauma musculoskeletal membutuhkan pemeriksaan
radiologis. Biasanya scara klinis sudah dapat dicurigai adanya fraktur.
Walaupun demikian, pemerikaa radiologis diperlukan untuk menentukan
keadaan, Iokasi serta ekstensi fraktur. Pemeriksaan radiologis dilakukan
dengan prinsip rule of two: dua posisi, dua sendi, dua anggota gerak, dua
trauma, dua kali dilakukan foto. CT scan dan MRI jarang diindikasikan.
3.7. Penatalaksanaan
3. Membuat tulang kembali menyatu Tulang yang fraktur akan mulai menyatu
dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6
bulan.
16
Pada fraktur tertutup, pilihan terapi yang dapat dilakukan adalah terapi
konservatif atau operatif.1,7,3
Terapi konservatif
1. Proteksi
Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips dapat dilakukan pada fraktur
dengan dislokasi fragmen yang berarti. Fragien distal dikembalikan ke
18
4. Traksi
Terapi operatif
digunakan pin baja yang ditusukan pada fragen tulang, kemudian pin
baja tadi disatukan secarna kokoh dengan batangan logam di luar kulit.
fiksasi interna yang dipakai bisa berupa pen di dalam sumsum tulang
panjang, bisa juga berupa alat plat dengan skrup di permukaan
tulang.Keuntungan ORIF adalah bisa dicapai reposisi sempurna dan bila
dipasang fiksasi sempurna yang kokoh, sesudah operasi tidak perlu lagi
dipasang gips dan segera bisa dilakukan immobilisasi. Kerugiannya
adalah reposisi secara operatif ini mengundang resiko infeksi tulang.
Indikasi ORIF:
a) fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi.
3.8 Prognosis
3.9. Komplikasi
1. Malunion
Etiologi
Gambaran Klinis
Radiologis
Pengobatan
23
2. Delayed Union
Delayed Union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu
3-5 bulan (3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak
bawah).
Etiologi
Gambaran linis
Radiologis
Tidak ada gambaran tulang baru pada ujung dacrah fraktur, gambaran
kista pada ujung-ujung tulang karena adanya dekalsifikasi tulang, gambaran
kalus yang kurang disekitar fraktur.
Pengobatan
3. Non union
Disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan
tidak didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu).
Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama-
sama infeksi disebut infected pseudoartrosis.
Etiologi
diobati, pengobatan yang salah atau sama sekali tidak dilakukan pengobatan,
terdapat benda asing diantara kedua fraktur misalnya pemasangan screw
diantara kedua fragmen.
Gambaran Klinis
Nyeri ringan atau sama sekali tidak ada, gerakan abnormal pada daerah
fraktur yang membentuk sendi palsu yang disebut pseudoartrosis, nyeri tekan
sedikit atau sama sekali tidak ada, pembengkakan bisa ditemukan dan bisa
juga tidak terdapat pembengkakan sama sekali, pada perabaan ditemukan
rongga diantara kedua fragmen.
Radiologis
Cedera Vaskuler
Cedera Saraf
fraktur oblique pada sepertiga tengah dan distal tulang humerus. Pada cedera
tertutup saraf ini jarang terpotong, dan tidak memerlukan tindakan operasi
segera. Pergelangan dan telapak tangan harus secara teratur dilakukan
pergerakan pasif putaran penuh hingga mempertahankan pergerakan sendi
sampai saraf pulih. Jika dalam 12 minggu tidak ada tanda-tanda perbaikan,
harus di eksplorasi.
Infeksi
.
27
BAB IV
ANALISIS KASUS
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley GA, dan Solomon L. 2018. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley.
Edisi-9. Jakarta: Widya Medika
2. Rasjad, Chairudin. 2007. Pengantar ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif
Watampone
4. Moore Keith, Dalley Arthur. 2014. Clinical Oriented Anatomy. 7th ed.
5. Santoso,M.W.A. Alimsardjono. Anatomi histologi. Fakultas Kedokteran Airlangga
6. Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer JE, Galloway AC.
Principles of Surgery. United States of America : McGraw-Hill companies; 2014