Anda di halaman 1dari 31

CASE REPORT

FRAKTUR TERTUTUP OS 1/3 MEDIAL RADIUS ULNA DEXTRA


COMPLET

Disusun Oleh :
dr. Lukita Afrila
Dokter Pendamping :
dr. Hj. Sumarmi

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 45 KUNINGAN


KABUPATEN KUNINGAN
2021
ii
iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

Fraktur adalah terputusnya / hilangnya kont inuitas struktur jaringan


tulang.tulang rawan sendi, tulang rawan cpifisis baik yang bersifat total maupun
parsial, umumnya disebabkan trauma, baik trauma langsung maupun tidak
langsung. Secara umum fraktur tersebut dapat dibagi menjadi beberapa
klasifikasi, salah satunya adalah berdasarkan atas hubungan tulang dengan
jaringan sekitar, yaitu fraktur terbuka dan fraktur tertutup.1
Fraktur terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka pada
bagian luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak berhubungan
dengan bagian luar.
Fraktur humerus adalah salah satu fraktur yang cukup sering terjadi.
Insiden terjadinya fraktur shaft humerus adalah 1-4% dari semua kejadian
fraktur.2 Fraktur shaft humerus dapat terjadi pada sepertiga proksimal, tengah dan
distal humerus.1,3
Fraktur merupakan keadaan darurat ortopedi karena risiko infeksi
sekunder akibat kontaminasi, kerusakan jaringan lunak, hingga gangguan aliran
vaskular dan masalah penyembuhan yang terkait. Penyembuhan fraktur
merupakan suatu proses biologis. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang
mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Proses penyembuhan pada
fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila
lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi.
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
I. Identitas Pasien
 Nama : Tn. RP
 Usia : 25 tahun, 9 bulan
 TTL : 13-04-1995
 Pekerjaan : Mahasiswa
 Suku bangsa : Sunda
 Agama : Islam
 Alamat : Pasapen
 Tanggal Pemeriksaan : 22-01-2021

A. ANAMNESIS
• Keluhan Utama
Nyeri pada lengan bawah kanan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang laki-laki di bawa ke IGD RSUD 45 kuningan dengan keluhan nyeri
pada lengan bawah kanan setelah terjatuh saat berolahraga papan seluncur
lengan kanan yang berayun mengenai ujung troatar 30 menit SMRS. Terdapat
luka memar dan tidak ada luka robek, mual tidak ada, muntah tidak ada,
pingsan tidak ada. Tidak ada riwayat benturan kepala ketika terjatuh. Riwayat
sebelumnya mengkonsumsi obat-obatan, minuman beralkohol disangkal.
Kejadian terjadi di jalan Pendopo. Pasien oleh orang sekitar langsung di bawa
ke RS Wijaya Kusuma dan mendapat penanganan pembidaian kemudian di
rujuk.

2
3

2. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat keluhan serupa : Disangkal
 Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
 Riwayat DM : Disangkal
 Riwayat Asma : Disangkal
 Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

3. Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat Hipertensi : Disangkal
 Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
 Riwayat DM : Disangkal

4. Riwayat Pengobatan
Pasien dari RS Wijaya Kusuma mendapatkan ketorolac 1x, ranitidine 1x dan
ceftriaxon 1x. dan mendapatkan ATS 1500 im di IGD

B. PEMERIKSAAN FISIK
Primary Survey
• Airways : Clear
• Breathing : Clear
• Circulation : tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi radialis 94 kali
permenit,
Secondary survey
• Disabiliton : Kesadarah Composmetis E4V5M6
• di regio 1/3 tengah antebrachii dextra
– Look : hiperemis (+), oedema (+), deviasi (+), perdarahan aktif (-),
4

– Feel : crepitasi (+), nyeri (+) pulsasi a brachialis (+),


– Motion : range of motion (-)

Status Generalis
• Keadaan Umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tanda vital :
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg Nadi : 94 x /menit, reguler
 Suhu : 36,4 0C Respirasi : 20 x/menit, regular

Pemeriksaan Fisik Umum


• Kepala
 Bentuk : Normocephal, hematom (-), jejas (-)
 Wajah : Simetris, deformitas (-), Jejas (-)
 Mata : Konjunctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil
bulat, isokor, 3mm/3mm, RC (+/+), pergerakan mata ke segala arah baik.
 Telinga : Lokasi normal, simetris, daun telinga bentuknya
normal, sekret (-)
 Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
 Mulut : Tidak ada kelainan
• Leher : KGB tidak teraba membesar, jejas (-)
• Thorax : jejas (-) krepitasi (-)
 Pulmo : VBS kanan=kiri, Wheezing-/-, Ronkhi -/-
 Cor : Bunyi Jantung S1 S2 murni, regular, murmur (-),
• Abdomen : Datar, lembut, BU (+), nyeri tekan (-), jejas (-)
• Pelvis : jejas (-), stabil
• Ekstremitas atas dan bawah : CRT < 2 detik, akral hangat, edema -/-
5

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium Darah
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12,4 g/dL 12.0 – 16.0 d/dL
Hematokrit 37,2 % 35,0 – 47,0 %
Leukosit 8.320 /mm3 4.000 – 10.000 /mm3
Trombosit 414.000 /mm3 150.000 – 450.000 /mm3
Eritrosit 4,6 juta/µL 4,10 – 5,10 juta/µL
GDS 110 mg/dL 70 – 120 mg/dL
SGOT 39 U/L 5 - 31 U/L
SGPT 26 U/L ≤34 U/L
Ureum 16 mg/dL 10 – 50 mg/dL
Kreatinin 0,43 mg/dL 0.5 – 1.1 mg/dL
Natrium 139 mmol/L 135 – 145 mmol/L
Kalium 3,8 mmol/L 3,5 – 5,1 mmol/L
Kalsium 1,32 mmol/L 1,13 – 1,32 mmol/L
HbsAg Negatif

Imunologi
• igM SARS-CoV-2 (covid 19) non reaktif
• igG SARS-CoV-2 (covid 19) non reaktif
6

2. Ro. Thorax dan Ro. Humerus :

D. RESUME
Seorang laki-laki di bawa ke IGD RSUD 45 kuningan dengan keluhan nyeri
pada lengan bawah kanan setelah terjatuh saat berolahraga papan seluncur lengan
kanan yang berayun mengenai ujung troatar 30 menit SMRS. Pada pemeriksaan Fisik
7

didapatkan krepitasi (+), ROM terbatas. Pada Pemeriksaan Rontgen antebrcahii


dextra didapatkan fracture complet 1/3 medial radius uilna.

E. DIAGNOSA KERJA
Closed Fracture 1/3 medial radius ulna dextra complet
F. TERAPI DAN PLAN
Nonmedikamentosa
1. Edukasi tentang penyakit pasien
2. Pemasangan balut bidai
3. Rawat bangsal

Medikamentosa

1. Observasi tanda tanda vital


2. IVFD Nacl 0,9 % 500cc /8 jam
3. Ceftriaxone 1 gr 2x1 iv
4. Ketorolak 30mg 2x1 iv
5. Omeprazole 40 mg 1x1 iv
6. Pro tindakan
7. Konsul Anestesi dr Sp.OT

G. PROGNOSA
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
8

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Fraktur

Definisi

Fraktur adalah rusaknya kontiunitas dari struktur tulang, tulang rawan dan
lempeng pertumbuhan yang disebabkan oleh trauma dan non trauma. Tidak hanya
keretakan atau terpisahnya korteks, kejadian fraktur lebih sering menyebabkan
kerusakan yang komplit dan fragmen tulang yang terpisah. Tulang relative rapuh
namun memiliki kekuatan dan kelenturan untuk menahan tekanan.1

3.2 Etiologi Fraktur

Umumnya fraktur yang terjadi dapat dipengaruhi oleh beberapa keadaan


seperti berikut :3

a. Fraktur karena trauma

Merupakan fraktur yang terjadi karena cedera yang mendadak dengan


energi yang kuat.

b. Fraktur karena tekanan berulang

Fraktur yang terjadi pada atlet karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi
karena kelelahan.

c. Fraktur karena kelemahan abnormal tulang akibat suatu penyakit seperti


osteoporosis, kanker tulang pada fraktur patologis.

Penyebab Fraktur yaitu :

1. Trauma langsung
9

Trauma langsung yang terjadi menyebabkan fraktur pada daerah titik


terjadinya benturan trauma tersebut. Kerusakan tulang dapat bersifat fraktur
terbuka dengan garis fraktur melintang atau miring.

2. Trauma tidak langsung

Trauma tidak langsung menyebabkan fraktur tidak terjadi pada daerah


benturan tetapi fraktur terjadi pada daerah yang jauh dari tempat benturan

3.3. klasifikasi Fraktur

A. Secara klinis

1. Fraktur tertutup

Tidak adanya hubungan antara patah tulang dengan dunia luar. Terbagi
dalam beberapa derajat :

.Grade O : Simple fraktur tanpa adanya soft tissue injury

Grade 1 : Fraktur dengan superficial abrasi atau memar pada area kulit

Grade 2 : Fraktur yang lebih berat dengan soft tissue ringan, dengan
kontusio. dan terjadi pembengkakan

. Grade 3 : Fraktur yang berat dengan soft isue injury yang berat sert adama
ancaman sindroma kompatemen
10

Gambar 1.3 pembagian fraktur tertutup

1. Fraktur terbuka
Adanya hubungan antara patah tulang dengan dunia luar yang
memungkinkan kuman dari luar dapat masuk. Terbagi dalam beberapa
tipe 3 :

B. Berdasarkan garis frakturnya

1. Complete

Fraktur pada seluruh garis tulang yang biasanya mengalami pergeseran


dan terbagi menjadi dua fragmen atau lebih, seperti fraktur transversal,
oblique, spiral dan comminuted.1,3

2. Uncomplete
11

Fraktur pada sebagian garis tulang yang terbentuk tidak sempurna dan
periosteum tetap terhubung. Seperti fraktur Greenstick yang sering terjadi
pada anak-anak.

Gambar 1.4 garis fraktur

 Greenstick : Yaitu fraktur sepanjang garis tengah tulang


 Oblique : yaitu fraktur yang membentuk sudut dengan garis tengah tulang
 Spiral : yaitu fraktur memutar seputar batang tulang
 Communitif : yaitu fraktur dengan tulang yang pecah menjadi beberapa
bagian atau beberapa fragmen
 Depressed : yaitu fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam, sering
terjadi pada tulang tengkorak dan wajah.
 Compression : yaitu fraktur dimana tulang yan mengalami kompresi, biasanya
sering terjadi pada tulang belakang
 Patologik : yaitu fraktur pada daerah yang berpenyakit
12

3.4. Manifestasi Klinis


 Nyeri yang terus menerus dan bertambah berat, yang berkurang bila frgamen
di tulang diimobilisasi.
 Spasme otot yang menyerupai bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalisir Gerakan antar fragmen tulang.
 Deformitas karena pergeseran fragmen pada ekstremitas, Dapat dilihat dari
perbandingan dengan ekstremitas yang normal.
 Pemendekan tulang karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur
 Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen tulang satu dengan yang
lainnya.
 Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan.
 Waspada adanya kerusakan nerve radialis dan arteri brakialis. Apakah pasien
dapat melakukan dorsofleksi pergelangan tan gan atau ekstensi jari-jari
tangan.6

3.5. Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis biasanya didapatkan adanya riwayat trauma, baik yang


hebat maupun trauma ringan dikuti dengan rasa nyeri dan ketidakmampuan
untuk menggunakan ekstremitas. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat,
karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin terjadi
di daerah lain. Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme
cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan
cedera tersebut. Riwayat cedera atau fraktur sebelumya, riwayat sosial
ckonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi
13

dan riwayat ostcoporosis serta penyakit lain. Bila tidak ada riwayat trauma,
teliti apakah ada kemungkinan fraktur patologis.

2.Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan generalisata meliputi pemeriksaan ABCD pasien,


perhatikan apakah terdapat gangguan pada Airway, Breathing, Circulation,
Disability environmen. Setelah itu lanjukan dengan pemeriksan status
lokalis, yang hanus dilakukan adalah identifkasi luka secara jelas dan
mencari tanda-tanda ganguan neurovascular bagian distal dan lesi.1,5

Pada pemeriksaan lokal, dilakukan tiga hal penting yakni :

1. Look (inspeksi)
Lihat dengan cepat ada atau tidaknya pembengkakan, memar, dan
deformitas pada pasien, berupa penonjolan yang abnormal, angulai,
rolasi, atau pemendekan yang terlihat jelas, namun hal terpenting adalah
melihat apakah kuit utuh atau tidak, jika kulit robek dan Iuka memiliki
hubungan dengan fraktur menunjukan bahwa fraktur tersebut merupakan
fraktur terbuka. Pada pasien yang masih kooperatif dokter dapat meyuruh
pasien untuk menggerakan anggota gerak untuk menilai Range of
Motion.

2. Feel (palpasi)
Palpasi dilakukan bertujuan untuk memeriksa suhu temperature,
adanya nyeri tekan, krepitasi, pemeriksaan vaskuler pada daerah distal
trauma dengan palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis
posterior atau sesuai anggota gerak yang terkena, capillary refilling pada
kuku, wama kulit pada daerah distal trauma, serta pengukuran tungkai
terutma tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan Panjang
tungkai. Palpasi juga untuk memeiksa bagian distal dari fraktur,
merasakan denyut nadi dan sensasi untuk fungsi neurologis. Adanya
14

trauma pembuluh darah merupakan keadan darurat yang memerlukan


pembedahan.

3. Movement (pergerakan)
Menilai krepitus dan Gerakan abnormal dapat ditemukan, namun
lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan
sendi- sendi pada bagian distal cedera. Pergerakan dinilan dengan cara
permeriksa mengajak pasien untuk bergerak secara aktif dan pasif sendi
proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pemeriksaan
pergerakan harus dilakukan secara perlahan dan hati-hati karena pada
penderita dengan fraktur setiap pergerakan akan menyebabkan nyeri
hebat dan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan
saraf.

2. Pemeriksaan radiologis
Pasien dengan trauma musculoskeletal membutuhkan pemeriksaan
radiologis. Biasanya scara klinis sudah dapat dicurigai adanya fraktur.
Walaupun demikian, pemerikaa radiologis diperlukan untuk menentukan
keadaan, Iokasi serta ekstensi fraktur. Pemeriksaan radiologis dilakukan
dengan prinsip rule of two: dua posisi, dua sendi, dua anggota gerak, dua
trauma, dua kali dilakukan foto.

a. Two Views : minimal dua jenis proyeksi (anteroposterior dan lateral)


harus diambil

b. Two Joints : sendi yang berada diatas dan dibawah dari fraktur harus
difoto

c. Two Limbs : x-ray pada sisi anggota gerak yang tidak mengalami cedera
dibutuhkan sebagai pembanding

d. Teo Injuries : trauma keras biasanya menyebabkan cedera lebih dari satu
daerah tulang, maka dari itu pada fraktur calcaneus atau femur,
penting untuk memfoto juga pelvis dan vertebrae.
15

e. Two Occasions : beberapa fraktur sulit terlihat pada hasil foto x ray
pertama sehingga butuh pemeriksaan ulang dalam waktu satu atau
dua minggu kemudian dapat menunjukan lesi yang ada.'

3.6. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Diperlukan pemeriksaan darah rutin

2. Radiologi
Pasien dengan trauma musculoskeletal membutuhkan pemeriksaan
radiologis. Biasanya scara klinis sudah dapat dicurigai adanya fraktur.
Walaupun demikian, pemerikaa radiologis diperlukan untuk menentukan
keadaan, Iokasi serta ekstensi fraktur. Pemeriksaan radiologis dilakukan
dengan prinsip rule of two: dua posisi, dua sendi, dua anggota gerak, dua
trauma, dua kali dilakukan foto. CT scan dan MRI jarang diindikasikan.

3.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:2,3

1. Mengurangi rasa nyeri, Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan


rasa nyeri yang hebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi
nyeri dapat diberi obat penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi,
yaitu pemasangan bidai / spalk, maupun memasang gips.

2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Seperti pemasangan traksi


kontinyu, fiksasi eksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai maupun gips
hanya dapat digunakan untuk fiksasi yang bersifat sementara saja.

3. Membuat tulang kembali menyatu Tulang yang fraktur akan mulai menyatu
dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6
bulan.
16

4. Mengembalikan fungsi seperti semula Imobilisasi dalam jangka waktu yang


lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi. Maka untuk
mencegah hal tersebut diperlukan upaya mobilisasi.

A. Terapi pada fraktur tertutup

Pada fraktur tertutup, pilihan terapi yang dapat dilakukan adalah terapi
konservatif atau operatif.1,7,3

Terapi konservatif

1. Proteksi

Untuk penanganan fraktur dengan dislokasi yang minimal atau dengan

dislokasi yang tidak akan menyebabkan cacat di kemudian hari.

2. Immobilisasi tanpa reposisi

Pemasangan gips pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan


yang baik.
17

Gambar 1.5 Pemasangan Gips

3. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips dapat dilakukan pada fraktur
dengan dislokasi fragmen yang berarti. Fragien distal dikembalikan ke
18

kedudukan semula terhadap fragien proksimal dan dipertahankan dalam


kedudukan yang stabil dalam gips.

4. Traksi

Traksi dilakukan pada fraktur yang akan terdislokasi kembali di dalam


gips. Cara ini dilakukan pada fraktur dengan otot yang kuat. Traksi dapat
untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dipasang
gips setelah tidak sakit lagi.

Gambar 1.6 Traksi


19

Gambar 1.7 Traksi

Pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi Hamilton Russel/traksi


Bryant). Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk
anak-anak waktu dan beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai
traksi definitif, bilamana tidak maka diteruskan dengan immobilisasi
gips. Untuk orang dewasa traksi definitif harus traksi skeletal berupa
balanced traction.

Terapi operatif

A Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan


radiologis.

1. Reposisi tertutup - fiksasi extera

Setelah reposisi berdasarkan kontrol radiologis intraoperatif maka


dipasang fiksasi externa. Untuk fiksasi fragmen patahan tulang,
20

digunakan pin baja yang ditusukan pada fragen tulang, kemudian pin
baja tadi disatukan secarna kokoh dengan batangan logam di luar kulit.

Gambar 1.8 Fiksasi Interna

2. Reposisi tertutup dengan kontrol radio logis diikuti fiksasi interna.

Fragmen direposisi secara non operatif dengan meja traksi.


Setelah tereposisi dilakukan pemasangan pen secara operatif.

b. Terapi operatif dengan membuka frakturnya

Reposisi terbuka dan fikasi inerna /ORIF (Open Reduction and


Intemal Fixation)
21

fiksasi interna yang dipakai bisa berupa pen di dalam sumsum tulang
panjang, bisa juga berupa alat plat dengan skrup di permukaan
tulang.Keuntungan ORIF adalah bisa dicapai reposisi sempurna dan bila
dipasang fiksasi sempurna yang kokoh, sesudah operasi tidak perlu lagi
dipasang gips dan segera bisa dilakukan immobilisasi. Kerugiannya
adalah reposisi secara operatif ini mengundang resiko infeksi tulang.

Indikasi ORIF:

a) fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi.

b) Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup

c) Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.

d) Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik


dengan operasi, misalnya fraktur femur.

Gambar 1.9 Fiksasi Interna


22

3.8 Prognosis

Prognosis tergantung pada penaganan awal, usia, dan penyebab terjadinya


fraktur. Faktor yang secara fisik sangat penting dalam mekanis yang penting
seperti imobilisasi fragmen tulang penyembuhan, selain faktor biologis yang
juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.

3.9. Komplikasi

1. Malunion

Malunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya,


tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi,
kependekan atau union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan
ulna.1,3,6

Etiologi

Fraktur tanpa pengobatan, pengobatan yang tidak adekuat, reduksi dan


imobilisasi yang tidak baik, pengambilan keputusan serta teknik yang salah
pada awal pengobatan, osifikasi premature pada lempeng epifisis karena
adanya trauma.

Gambaran Klinis

Deformitas dengan bentuk yang bervariasi, gangguan fungsi anggota


gerak, nyeri dan keterbatasan pergerakan sendi, ditemukan komplikasi seperti
paralysis tardi nervus ulnaris, Osteoartritis apabila terjadi pada daerah sendi,
bursitis atau nekrosis kulit pada tulang yang mengalami deformitas.

Radiologis

Pada foto roentgen terdapat penyambungan fraktur tetapi dalam posisi


yang tidak sesuai dengan keadaan yang normal.

Pengobatan
23

Konservatif dilakukan refrakturisasi dengan pembiusan umum dan


diimobilisasi sesuai dengan fraktur yang baru, apabila ada kependekan anggota
gerak dapat dipergunakan sepatu ortopedi. Operatif dilakukan osteotomi
koreksi (osteotomi Z) dan bone grafi disertai dengan fiksasi interna, atau
dengan ostcotomi dengan pemanjangan bertahap misalnya pada anak-anak,
atau dengan osteotomi yang bersifat baji.

2. Delayed Union

Delayed Union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu
3-5 bulan (3 bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak
bawah).

Etiologi

Sama dengan nonunion.

Gambaran linis

Nyeri anggota gerak dan pergerakan pada waktu berjalan, terdapat

pembengkakan, nyeri tekan, terdapat gerakan yang abnormal pada daerah


fraktur, pertambahan deformitas.

Radiologis

Tidak ada gambaran tulang baru pada ujung dacrah fraktur, gambaran
kista pada ujung-ujung tulang karena adanya dekalsifikasi tulang, gambaran
kalus yang kurang disekitar fraktur.

Pengobatan

Konservatif dilakukan pemasangan plester untuk imobilisasi tambahan


selama 2-3 bulan. Operatif dilakukan bila union diperkirakan tidak akan
terjadimaka segera dilakukan fiksasi interna dan pemberian bone graft.
24

3. Non union

Disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan
tidak didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu).
Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama-
sama infeksi disebut infected pseudoartrosis.

Beberapa jenis nonunion terjadi menurut keadaan ujung-ujung fragmen


tulang yaitu :

 hipertrofik : ujung-ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari


normal yang disebut gambaran elephant 's foot, garis fraktur tampak
dengan jelas, ruangan antar tulang disi dengan tulang rawan dan
jaringan ikat fibrosa, pada jenis ini ข askularisasi baik sehinga
biasanya hanya diperlukan fiksasi yang rigid tampa pemasangan bone
graf.

 Atrofik/oligotrofik : tidak ada tanda-tanda aktivitas seluler pada ujung


fraktur, ujung tulang lebih kecil dan bulat serta osteoporotik dan
avaskuler, pada jenis ini disamping dilakukan fiksasi rigid juga diper
lukan pemasangan bone graft.

Etiologi

Vaskularisasi yang kurang pada ujung-ujung fragmen, reduksi yang


tidak adekuat, imobilisasi yang tidak adekut sehingga terjadi pada kedua
fragmen, waktu imobilisasi yang tidak cukup, infeksi, distraksi pada kedua
ujung karena adanya traksi yang berlebihan, interposisi jaringan lunak di
antara kedua fragmen, terdapat jarak yang cukup besar antara kedua fragmen,
destruksi tulang misalnya oleh karena tumor atau osteomiclitis (fraktur
patologis), disolusi hematoma fraktur oleh jaringan sinovia (fraktur
intrakapsuler), kerusakan periosteum yang hebat sewaktu terjadi fraktur atau
operasi, fiksasi interna yang tidak sempurna, delayed union yang tidak
25

diobati, pengobatan yang salah atau sama sekali tidak dilakukan pengobatan,
terdapat benda asing diantara kedua fraktur misalnya pemasangan screw
diantara kedua fragmen.

Gambaran Klinis

Nyeri ringan atau sama sekali tidak ada, gerakan abnormal pada daerah
fraktur yang membentuk sendi palsu yang disebut pseudoartrosis, nyeri tekan
sedikit atau sama sekali tidak ada, pembengkakan bisa ditemukan dan bisa
juga tidak terdapat pembengkakan sama sekali, pada perabaan ditemukan
rongga diantara kedua fragmen.

Radiologis

Terdapat gambaran sklerotik pada ujung-ujung tulang, ujung-ujung


tulang berbentuk bulat dan halus, hilangnya ruangan meduler pada ujung-
ujung tulang, salah satu ujung tulang dapat berbentuk cembung dan sisi
lainnya cekung (pseudoartrosis).

Komplikasi Pada fraktur humerus

Cedera Vaskuler

Jika ada tanda-tanda insufisiensi vaskuler pada ekstremitas, kerusakan


arteri brakhialis harus disingkirkan. Dengan pemeriksaan angiografi dapat
memperlihatkan tingkat cedera. Hal ini merupakan kegawatdaruratan yang
memerlukan eksplorasi dan perbaikan secara langsung ataupun cangkok
(grafting) vaskuler. Pada keadaan ini diindikasikan untuk dilakukan internal
fiksasi.

Cedera Saraf

Radial nerve palsy (wrist drop and paralitic otot-oto ekstensor


metacarpophalangeal) dapat terjadi pada fraktur shaft humerus, terutama
26

fraktur oblique pada sepertiga tengah dan distal tulang humerus. Pada cedera
tertutup saraf ini jarang terpotong, dan tidak memerlukan tindakan operasi
segera. Pergelangan dan telapak tangan harus secara teratur dilakukan
pergerakan pasif putaran penuh hingga mempertahankan pergerakan sendi
sampai saraf pulih. Jika dalam 12 minggu tidak ada tanda-tanda perbaikan,
harus di eksplorasi.

Infeksi

Infeksi luka pasca trauma sering menyebabkan osteitis kronik. Osteitis


tidak mencegah fraktur mengalami union, namun unioan akan berjalan lambat
dan kejadia fraktur berulang meningkat. Jika muncul tanda-tanda infeksi akut
dan pembentukan pus, jaringan lunak disekitar fraktur harus dibuka dan
didrainase. Pilihan antibiotic harus disesuaikan dengan hasil uji sensitivitas
bakteri.

.
27

BAB IV
ANALISIS KASUS

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang


telah dilakukan disimpulkan bahwa pasien ini didiagnosa dengan fraktur tertutup 1/3
medial radius ulna dextra complite. Penatalaksanaan pada pasien ini berupa
imobilisasi, pemberian analgetik, antibiotik, direncanakan terapi operatif berupa
debridement dan open reduction internal fixation (ORIF). Tujuan utama
penatalaksaan yaitu membatasi kerusakan dan melestarikan jaringan lunak (atau
memulihkan dalam kasus fraktur), untuk mendapatkan alignment seperti awal,
memulai gerakan sendi sescgera mungkin dan mencegah komplikasi. Prognosis
pasien ini adalah Quo ad vitam bonam dan quo ad fungtionam bonam.
28

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley GA, dan Solomon L. 2018. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley.
Edisi-9. Jakarta: Widya Medika
2. Rasjad, Chairudin. 2007. Pengantar ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif
Watampone
4. Moore Keith, Dalley Arthur. 2014. Clinical Oriented Anatomy. 7th ed.
5. Santoso,M.W.A. Alimsardjono. Anatomi histologi. Fakultas Kedokteran Airlangga
6. Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer JE, Galloway AC.
Principles of Surgery. United States of America : McGraw-Hill companies; 2014

Anda mungkin juga menyukai