STRUMA
Oleh :
Pembimbing :
2019
BAB II
PEMBAHASAN
IDENTITAS
Nama : Ny. N
Usia : 49 tahun
Alamat : sukabumi
1. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Pasien wanita, berusia 49 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan adanya
benjolan yang muncul di leher depan sisi kanan sejak 3,5 tahun yang lalu.
Awalnya benjolan dirasakan sebesar kelereng, tapi seiring berjalannya waktu,
benjolan semakin membesar hingga berukuran kurang lebih sebesar telur ayam
kampung. Pasien tidak merasakan adanya nyeri di daerah leher. Tidak ada
keluhan gangguan bernapas atau gangguan menelan. Pasien tidak ada
mengeluhkan sering berkeringat pada kedua tangannya, nafsu makan normal,
dan tidak ada penurunan berat badan. Tidak ada keluhan demam, cepat haus,
gangguan buang air besar, gangguan siklus menstruasi, rasa berdebar-debar,
cepat lelah, rasa cemas dan sulit tidur. Pasien mengaku selalu menggunakan
garam beryodium dirumahnya. Pasien mengaku tidak pernah tinggal didaerah
Hipertensi : Disangkal
Asma : Disangkal
Alergi : Disangkal
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami hal yang
serupa dengan pasien.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum/Kesadaran : Tampak tidak sakit/compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : Afebris
Kepala : Normocephale, rambut hitam dengan distribusi
yang merata dan tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
eksophtalmus -/-
Telinga : Bentuk normal, liang lapang, serumen (-), sekret
(-).
Hidung : Bentuk normal, sekret -/-, deviasi septum (-),
edema konka -/-
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, T1-T2 tenang.
Mulut : Bentuk normal, sianosis (-).
Status Lokalis
Regio : Colli anterior
Inspeksi : Tampak benjolan di leher sisi kanan, berbatas
tegas, berukuran + 2 x 2 cm x 1 cm. Warna kulit
pada benjolan sama dengan warna kulit sekitar.
Benjolan ikut bergerak ke atas pada saat menelan.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Kimia
SGPT (ALT) 14 <40 U/l
SGOT (AST) 23 <35 U/l
Ureum 19 20 - 50 mg/dl
Kreatinin 1,0 0,5 - 1,5 mg/d
Pemeriksaan Radiologi
Foto Roentgen thorax : Sinus, diafragma, dan cor normal
Kedua hilus normal
Tak tampak proses spesifik aktif di kedua paru
Tak tampak infiltrasi di paru-paru
Kesan: Cor/pulmo normal
4. Resume
Pasien wanita, 49 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan adanya
benjolan yang muncul di leher depan kanan sejak 3,5 tahun yang lalu. Tidak
ada nyeri tekan di daerah leher. Tidak ada keluhan gangguan bernapas atau
gangguan menelan. Pasien tidak ada mengeluhkan sering berkeringat pada
kedua tangannya, nafsu makan normal, dan tidak ada penurunan berat badan.
Tidak ada keluhan demam, cepat haus, gangguan nafsu makan, gangguan
buang air besar, gangguan siklus menstruasi, rasa berdebar-debar, cepat lelah,
rasa cemas dan sulit tidur.
Pemeriksaan fisik
Status generalis : Tidak ditemukan kelainan
Status lokalis : Regio colli anterior
Inspeksi : Tampak benjolan di leher sisi kanan, berbatas tegas,
berukuran + 3 x 3 cm x 2 cm. Warna kulit pada benjolan
sama dengan warna kulit sekitar. Benjolan ikut bergerak ke
atas pada saat menelan.
Palpasi :Benjolan teraba kenyal, mobile (mudah digerakkan). Nyeri
tekan (-). Trakea berada di tengah. Pembesaran KGB (-).
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan sidik tiroid
5. Diagnosis Kerja
Struma nodosa non-toksik (SNNT)
6. Diagnosis Banding
Karsinoma tiroid
Tiroiditis
Grave’s disease
7. Penatalaksanaan
Isthmus lobektomi
Kelenjar tiroid terletak di region leher antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis bersama dengan trakea, esophagus, A. karotis komunis, V.
Pembentukkan hormon tiroid terjadi pada sel folikuler dari kelenjar tiroid.
Sel folikuler ini sendiri membentuk suatu folikel tiroid yang berisi koloid.
Dalam sel folikuler tiroid ini terdapat protein tiroglobulin sebagai media
pembentukkan hormone tiroid. Iodine sebagai bahan dasar hormon tiroid
diserap oleh sel folikuler kelenjar tiroid secara aktif. Iodine ini masuk ke
dalam koloid dari folikel dan diubah menjadi bentuk organik oleh enzim
tiroid peroksidase.
Selanjutnya tiroglobulin bila berikatan dengan dua molekul iodine akan
menjadi DIT (Diiodinated Thyrosine) dan jika hanya dengan satu molekul
iodine akan menjadi MIT (Monoiodinated Thyrosine). DIT dan MIT ini akan
saling berikatan (coupling) membentuk T4 dan T3. Jika ada sinyal
rangsangan bagi kelenjar tiroid untuk mengeluarkan hormon maka
tiroglobulin beserta T4 dan T3 akan berpindah ke sel folikuler. T4 dan T3
akan lepas dan berpindah ke sirkulasi. T4 dan T3 dapat bersirkulasi dalam
2.2. Struma
Struma adalah tumor (pembesaran) pada kelenjar tiroid. Biasanya
dianggap membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal.
Pembesaran kelenjar tiroid sangat bervariasi dari tidak terlihat sampai besar
- Patofisiologi
Grave’s Disease merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
kelainan sistem imun dalam tubuh, di mana terdapat suatu zat yang
disebut sebagai Thyroid Receptor Antibodies. Zat ini menempati
reseptor TSH di sel-sel tiroid dan menstimulasinya secara berlebiham,
sehingga TSH tidak dapat menempati reseptornya dan kadar hormone
tiroid dalam tubuh menjadi meningkat.
- Gejala Klinis
Gejala dan tanda yang timbul merupakan manifestasi dari peningkatan
metabolisme di semua sistem tubuh dan organ yang mungkin secara
klinis terlihat jelas. Peningkatan metabolisme menyebabkan
peningkatan kebutuhan kalori, dan seringkali asupan ( intake) kalori
tidak mencukupi kebutuhan sehingga terjadi penurunan berat badan
secara drastis. Peningkatan metabolisme pada sistem kardiovaskuler
terlihat dalam bentuk peningkatan sirkulasi darah, antara lain dengan
- Tatalaksana
Terapi penyakit Graves ditujukan pada pengendalian keadaan
tirotoksisitas/hipertiroidi dengan pemberian antitiroid, seperti propil-
tiourasil ( PTU ) atau karbimazol. Terapi definitif dapat dipilih antara
pengobatan anti-tiroid jangka panjang, ablasio dengan yodium
radiokatif, atau tiroidektomi. Pembedahan terhadap tiroid dengan
hipertiroidi dilakukan terutama jika pengobatan dengan
E. Penegakkan diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesis yang rinci, pemeriksaan fisik yang seksama sering sudah cukup
mendukung dalam menegakkan diagnosis kerja yang tajam untuk penderita
struma. Pada anamnesis, keluhan utama yang diutarakan oleh pasien bisa berupa
benjolan di leher yang sudah berlangsung lama, maupun gejala-gejala hipertiroid
atau hipotiroidnya. Jika pasien mengeluhkan adanya benjolan di leher, maka harus
digali lebih jauh apakah pembesaran terjadi sangat progresif atau lamban, disertai
dengan gangguan menelan, gangguan bernafas dan perubahan suara. Setelah itu
baru ditanyakan ada tidaknya gejala-gejala hiper dan hipofungsi dari kelenjar
tiroid. Perlu juga ditanyakan tempat tinggal pasien dan asupan garamnya untuk
mengetahui apakah ada kecendrungan ke arah struma endemik. Sebaliknya jika
pasien datang dengan keluhan ke arah gejala-gejala hiper maupun hipofungsi dari
tiroid, harus digali lebih jauh ke arah hiper atau hipo dan ada tidaknya benjolan di
leher. Selain hal-hal yang mendukung terjadinya struma akibat peradangan atau
hiperplasi dan hipertrofi, maka perlu juga ditanyakan hal-hal yang diduga ada
kaitannya dengan keganasan pada kelenjar tiroid, terutama pada struma uninodusa
nontoksika antara lain:
1. Umur < 20 tahun atau > 50 tahun
2. Riwayat terpapar radiasi leher waktu kanak-kanak
3. Pembesaran kelenjar tiroid yang cepat
4. Disertai suara parau
Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan penunjang yang digunakan dalam diagnosis penyakit tiroid
terbagi atas:
1. Pemeriksaan laboratorium untuk mengukur fungsi tiroid: Pemerikasaan
hormon tiroid dan TSH paling sering menggunakan radioimmuno-assay
(RIA) dan cara enzyme-linked immuno-assay (ELISA) dalam serum atau
plasma darah. Pemeriksaan T4 total dikerjakan pada semua penderita
penyakit tiroid, kadar normal pada orang dewasa 60-150 nmol/L atau 50-
120 ng/dL; T3 sangat membantu untuk hipertiroidisme, kadar normal pada
orang dewasa antara 1,0-2,6 nmol/L atau 0,65-1,7 ng/dL; TSH sangat
membantu untuk mengetahui hipotiroidisme primer di mana basal TSH
meningkat 6 mU/L. Kadang-kadang meningkat sampai 3 kali normal.
2. Pemeriksaan laboratorium untuk menunjukkan penyebab gangguan tiroid:
Antibodi terhadap macam-macam antigen tiroid ditemukan pada serum
penderita dengan penyakit tiroid autoimun.
- antibodi tiroglobulin
- antibodi mikrosomal
- antibodi antigen koloid ke dua (CA2 antibodies)
B. Pembedahan
Operasi tiroid (tiroidektomi) merupaka operasi bersih dan tergolong
operasi besar. Berapa luas kelenjar tiroid yang akan diambil tergantung
patologiya serta ada tidaknya penyebaran dari karsinomanya. Ada 6
macam operasi, yaitu:
1. Lobektomi subtotal; pengangkatan sebagian lobus tiroid yang
mengandung jaringan patologis
Komplikasi
Diagnosis Banding
a. Colloid goiter
b. Tiroiditis penyakit autoimun misal Tiroiditis Hashimoto
c. Dishormogenetik Goiter defisiensi enzim kongenital
d. Struma Reidel idiopatik
e. Neoplasma
A. SIMPULAN
Struma adalah suatu penyakit yang sering kita jumpai sehari-hari. Sangat
penting untuk melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti dan
cermat untuk mengetahui ada tidaknya tanda-tanda toksisitas yang
disebabkan oleh perubahan kadar hormon tiroid dalam tubuh. Begitu juga
dengan tanda-tanda keganasan yang dapat diketahui secara dini.
Johan, S. M. 2006. Nodul tiroid. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI
Kariadi KS Sri Hartini, Sumual A., Struma Nodosa Non Toksik &
Hipertiroidisme : Buku Ajar Ilmu Pneyakit Dalam, Edisi Keiga, Penerbit
FKUI, Jakarta, 1996 : 757-778.
Liberty Kim H, Kelenjar Tiroid : Buku Teks Ilmu Bedah, Jilid Satu, Penerbit
Binarupa Aksara, Jakarta, 1997 : 15-19.