HECTING
Pembimbing :
Disusun Oleh :
Wildan Baiti A
2014730099
KABUPATEN SUKABUMI
2019
1
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI KULIT
Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang terletak paling luar dan membatasi dari
lingkungan hidup manusia, juga merupakan organ essensial dan vital serta sebagai sarana
komunikasi non verbal antara individu. Kelembutan kulit bervariasi, begitu juga ketebalan dan
elastisitasnya. Luas kulit orang dewasa adalah satu setengah sampai dua persegi. Tebalnya antara
satu setengah sampai lima millimeter, tergantung dari letak, umur, jenis kelamin, suhu dan keadaan
gizi. Fungsi utama kulit yaitu proteksi, absorpsi, ekskresi, pengindraan sensori, termoregulasi,
pembentukan pigmen, produksi vitamin D serta untuk ekspresi emosi. 1,2,3,4,5
Secara histologis, kulit tersusun atas beberapa lapis yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis serta
lapisan subkutis. 1,2,3
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tersusun atas epitel squamos yang terdiri
atas terutama oleh keratinosit. Epidermis tidak memiliki pembuluh darah, sehingga
mendapatkannya melalui difusi dari dasar dermis, menuju ke membrane basalis yang
memisahkan epidermis dan dermis.
Stratum Korneum
Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang paling luar, terdiri atas
sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya berubah menjadi
keratin (zat tanduk).
Stratum Lusidum
Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti dengan
protoplasma yang berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada
telapak tangan dan kaki.
Stratum granulosum
Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma yang kasar yang
terdiri atas keratohialin.
Stratum basalis
Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis. Terdiri atas dua
jenis sel yaitu sel kolumnair dan melanosit.
2. Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastic dan
fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut ssebagai adneksa kulit. Terdiri atas dua
bagian yaitu pars papilaris dan pars retikularis. 6,7,8
3. Subkutis
2
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel
lemak. 6,7,8
1. Autograft 8, 9
Graft berasal dari individu yang sama (berasal dari tubuh yang sama). Hal ini dilakukan
jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika kesehatan pasien memenuhi untuk perawatan
tambahannya yaitu perawatan donor.
2. Allograft 10,11
Graft berasal dari individu lain yang sama spesiesnya (berasal dari tubuh yang lain).
3. Xenograft 11,12
Berasal dari makhluk lain yang berbeda spesies (binatang).
Allograft dan Xenograft hanya mencakup untuk sementara, dan bila ditolak oleh sistem
kekebalan tubuh resipen dalam tujuh sampai sepuluh hari harus diganti dengan autograft.
Berdasarkan ketebalannya, skin graft dibagi atas: 9,10,11,12,13,14
1. Split Thickness Skin Graft (STSG) 14,15
Skin graft yang dilakukan mencakup dermis dan sebagian dermis. Terbagi atas tiga yaitu:
a. Thin Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,008-0,012 mm, terdiri dari epidermis
dan ¼ bagian lapisan dermis.
b. Intermedict (medium) Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,012-0,018 mm,
terdiri dari epidermis dan ½ bagian dermis.
c. Thick Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,018-0,030 mm, terdiri dari
epidermis dan ¾ bagian dermis.
2. Full Thickness Skin Graft (FTSG) 14,15
Skin Graft yang terdiri dari epidermis dan seluruh bagian dermis.
C. ASPEK BIOMOLEKULER 21,22,29
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hong Lee et al 2013, sel mesenchymal stroma
(MSC) merupakan sel yang ideal sebagai sumber induksi pada skin graft. Namun, beberapa
laporan telah menunjukkan bahwa MSC dapat bersifat immunogenik daripada
immunosupresif. Kami berspekulasi bahwa efek sel T regulator (Treg) dapat membantu dalam
pemeliharaan fungsi immunoregulator dari sel mesenchymal stroma (MSC).21
Penelitian yang dilakukan oleh Jae Byun et al pada tahun 2007 menjelaskan tentang
efek tulang rawan oligometric angiopoietin-1 protein matriks (COMP-Ang1) pada
revaskularisasi cangkokan dari kulit tikus. Hasil cangkokan donor tersebut direndam dalam
protein COMP-Ang1 atau bovine serum albumin (BSA). Hasil revaskularisasi dari cangkokan
tersebut dilihat dengan menggunakan mikroskop intravital. Pada hasil analisis morfologi dan
imunohistokimia yang dilakukan untuk mengevaluasi adhesi antara sel platelet dan endotel.
Dari hasil rendaman tersebut didapatkan hasil bahwa cangkokan yang direndam dalam COMP-
Ang1 menunjukkan peningkatan revaskularisasi dibandingkan dengan cangkok yang direndam
dalam BSA pada mikroskop intravital dan pada pewarnaan molplateletendothelial. 22
Thrombospondin 1 merupakan regulator nitrat oksida dan angiogenesis dalam aliran
darah. Pengaturan tersebut menetapkan sel CD 47 sebagai reseptor sel. Dalam model hidup
skin graft menunjukkan bahwa endogen thrombospondin-1 hidup melalui CD47. Kegagalan
atau keterlambatan dalam proses vaskularisasi dalam skin graft merupakan penyebab
morbiditas dan mortalitas. Salah satu regulator utama dalam aliran darah dan pertumbuhan
3
pembuluh darah adalah nitrat oksida (NO). Disekresikan protein thrombospondin-1 (TSP1).
TSP1 melalui CD47 hidup dalam skin graft (Isenberg et al, 2008). 29
4
FTSG sering dijumpai sebagai tindakan defenitif untuk memperbaiki kerusakan pada kulit
wajah. Hal ini disebabkan karena kecendrungan kontraksi lebih kecil, resistensi terhadap trauma
lebih besar. Akan tetapi jumlah dan ukuran donor sangat terbatas. Derah donor FTSG meliputi
kepala dan leher, retroaurikuler, supraklavikuler, dapat pula diambil dari daerah abdomen atau
paha. 23,24
Penggunaan FTSG diindikasikan pada defek dimana jaringan disebelahnya tidak bebas,
juga digunakan jika jaringan disebelahnya memiliki lesi premaligna atau maligna dan menghalangi
penggunaan flap. Lokasi yang sering digunakan pada FTSG yaitu ujung hidung, dahi, kelopak
mata, kantus medial, konka dan jari. 25, 26
Keuntungan dari penggunaan FTSG yaitu :
Kecendrungan untuk terjadinya kontraksi lebih kecil
Kecendrungan untuk terjadinya berubah warna lebih kecil
Kecendrungan permukaan kulit mengkilat lebih kecil
Secara estetik lebih baik dari STSG
Kerugian dari penggunaan FTSG yaitu :
Kemungkinan take lebih kecil dibanding dengan STSG
Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas
Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak luas sehingga tidak
dapat ditutup primer’
Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu
Teknik mengerjakan FTSG yaitu pertama-tama dibuat patron dari defek yang ada dari kasa
kemudian dibuat desain pada daerah donor. Kemudian dilakukan penyuntikan NaCl 0,9% atau
lidokain dicampur adrenalin 1:200.000. Kemudian dilakukan insisi sesuai desain sampai sedalam
epidermis. Dilakukan pemisahan dermis dengan subkutis, keadaan kulit dalam keadaan tegang.
Setelah kulit didapat dilakukan pembuangan jaringan lemak. 25
5
- Kadang bisa dipakai oPSite agar memudahkan masalah jaringan graft
- Kemudian surgeon mengarahkan dermatom dengan tahanan yang tetap pada
permukaan kulit dengan sudut 300- 45o .Gerakan dermatom harus dalam arah
“taking off”/ landing pesawat.
- Graft kemudian diambil dengan hati-hati dan diletakkan dalam NaCl yang steril.
- Tahap selanjutnya graft bebas dimodifikasi surgeon. Graft diletakkan hati-hati
pada area yang terbuka untuk ditutup dengan well-padded dressing, staples atau
beberapa stitches kecil. Bila resipen luas, dapat dibantu dengan membuat lubang-
lubang pada graft seperti jala (mesh graft). Area donor ditutup dengan dressing
nonaderen steril selama 5-7 hari untuk mencegah infeksi. Kulit yang di graft
ditekan mengikuti ratio yang butuhkan.
- Bolster (bantalan) bisa diberi pada graft supaya meminimalkan daya tarik dan
menjaga kelembaban graft. Jika boster digunakan atau staples keduanya bisa di aff
setelah 7-10 hari. Pada keadan tertentu, transplantasi dan harvest bisa ditunda 2-3
minggu supaya jaringan bisa bergranulasi terutama untuk transplantasi pada
jaringan yang avaskuler.
- Skin graft biasanya sembuh dengan sedikit skar dan biasanya terlihat seperti kulit
normal disekitarnya.
Gambar
2 Split Thickness Skin graft
6
Gambar 3 Full Thickness Skin Graft
G. INDIKASI 1, 30,31
Indikasi skin graft
1. Luka yang luas
2. Luka bakar
3. Operasi yang membutuhkan skin graft untuk penyembuhan
4. Area yang pernah terinfeksi dengan skin loss
5. Kosmetik dan pembedahan rekonstruksi
Skin-thickness skin graft digunakan untuk setiap luka yang tidak dapat ditutup secara primer.
Full-thickness skin graft digunakan jika banyak kulit yang hilang seperti pada fracture terbuka
pada tungkai bawah. 30,31
7
Masa pemulihan dari skin graft pada umumnya cepat. Yang perlu diperhatikan yaitu
daerah luka harus dilindungi dari trauma atau peregangan selama 2-3 minggu. Tergantung pada
penempatan dari skin graft, suatu penutup luka mungkin perlu untuk 1-2 minggu. FTSG
memerlukan periode kesembuhan lebih panjang, dimana dalam banyak kasus memerlukan
8
Gambar 8 Skin Graft pada usia lanjut
9
- Mencegah timbunan cairan antara graft dengan resipien
Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari resipiennya, menghalangi
vaskularisasi sehingga akan menghalang take dari skin graft tersebut dan menyebabkan
kegagalan graft. Perdarahan yang terjadi pada proses penempelan graft biasanya akan
berhenti sendiri dalam 5-10 menit, sehingga sebelum operasi dilanjutkan, harus
dilakukan evakuasi terhadap bekuan darah yang mungkin terjadi. Bila dicurigai akan
adanya seroma, hematoma atau pus di bawah kulit, sebaiknya dalam 24-48 jam
dilakukan pengamatan skin graft. Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera
di evakuasi dengan melakukan insisi kecil pada graft tepat di atas seroma, hematoma
atau bekuan darah tersebut, selanjutnya dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan
penggantian pembalut dilakukan tiap hari sampai seroma, hematoma dan bekuan darah
tidak ada lagi di bawah skin graft.
- Imobilisasi yang baik
Adanya pergerakan antara graft dengan daerah resipien akan menghancurkan bridging
kapiler yang baru sehingga mengalami terbentuknya vaskularisasi graft. Untuk
menjaga agar tidak terjadi pergerakan antara graft dengan resipien dapat digunakan
spalk untuk daerah ekstrimitas, leher dan aksila, untuk melindungi skin graft dari
gerakan-gerakan tubuh yang dapat merusak skin graft serta mencegah kontraksi yang
terjadi karena posisi anatomis. Pada daerah wajah, imobilisasi dapat dilakukan dengan
balutan tie over.
3. Tidak adanya infeksi 14, 38, 39
Sukses tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya infeksi luka. Infeksi luka
ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka dan mikroorganismenya. Bila jumlah
mikroorganismenya lebih dari 104 / gram jaringan, maka resiko infeksi adalah sebesar
89%. Skin graft yang dilakukan pada jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr jaringan
akan selalu gagal. Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai faktor infeksi
yang menyebabkan kegagalan skin graft. Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau
atau kemerahahn pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan hari ke-4 pasca bedah apalagi
bilai disertai rasa nyeri yang semakin bertambah akan lebih menyokong adanya infeksi
pada daerah operasi. Pada pasien dibetes atau mereka yang mendapat terapi imunosupresan
lebih mudah mendapatkan infeksi. Pencegahan infeksi dilakukan dengan kompres NaCl
0.9% dan memberikan antbiotik yang sesuai dengan mikroorganisme yang dapat merusak
graft.
10
Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana skin graft memperoleh
cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit ditempat baru. Apabila baik dilakukan
perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada penderita tindakan skin graft diekstremitas tetap
memakai pembalut elastic sampai pematangan graft kurang 3-6 bulan. 33, 34
Bila diduga akan adanya hematoma atau bekuan darah dibawah kulit sebaiknya dalam 24-
48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Karena bila terjadi seroma, hematoma atau bekuan
darah dibawah skin graft akan mengurangi kontak skin dengan resipen sehingga akan
menghalangi take dari skin grat tersebut. Pada pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan
dengan hati-hati jangan sampai merusak skin graft (terangkat atau tergeser). Seroma,
hematoma atau bekuan darah harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi kecil pada skin
graft tepat diatas seroma/hematoma/bekuan darah tersebut selanjutnya dilakukan pembalutan
lagi. Perawatan dan pergantian balutan dilakukan tiap hari sampai seroma/hematoma bekuan
darah tidak ada lagi dibawah skin graft. Bila evakuasi seroma/hematoma/bekuan darah
dilakukan dalam 24 jam pertama, graft masih dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin graft
tidak akan menimbulkan kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama pasca bedah. Demam
yang tidak tinggi disertai adanya bau atau kemerahan pada pinggir skin graft antara hari ke-2
dan ke-4 pasca bedah.
b. Daerah donor 33, 34
Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah proses epitelisasi. Pada
daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan
atau epitelialisasi untuk thin split thickness skin graft 7- 9 hari, intermediate split thickness skin
graft 10 – 14 hari sedangkan thick split thickness skin graft memerlukan 14 atau lebih.
Perawatan split thickness skin graft secara umum diambil rata-rata 14 hari. Balutan dibiarkan
sekitar 14 hari kecuali bila balutan kotor diganti bagian luarnya saja. Balutan pada donor
biasanya melekat erat dengan kulit. Saat melepas balut/tulle harus hati-hati dan jangan dipaksa.
Bila balutan masih melekat erat tidak diangkat. Hal yang terbaik balutan dapat terpisah/terlepas
spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai dapat terlepas sendiri karena telah
terjadi epitelisasi bila pelepasan balut/tulle dipaksa akan berdarah disertai rasa nyeri, ini
merusak proses epitelisasi dan penyembuhan akan bertambah lama.
Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan biasa yaitu hari ke-3
kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau bila diyakini hasil tindakan tidak akan
timbul masalah control dapat langsung hari ke-7. Pada donor full thickness skin graft yang tidak
dapat ditutup primer, dilakukan penutupan dengan split thickness skin graft, perawatannya
seperti perawatan luka split thickness graft. 24, 25
11
Kontraktur
Penyembuhan yang tidak sesuai dengan tekstur, warna atau topografi
DAFTAR PUSTAKA
1. Wang, Feng et all. 2008. Activation of Tim-3–Galectin-9 pathway improves survival of fully allogeneic
skin grafts. Transplant Immunology. 19, Pp 12–19.
2. Winn, Henry j. et all. 2009. Acute destruction by humoral antibody of rat skin grafted to mice. The
journal of experimental medicine. 137, Pp 893-910.
3. S. Chang, B.-C. Chen, D.-F. Du, J. Zhou, X. Zhang, and Z.-H. Chen. 2009. Anti-Chain And Anti-IL-2R
Mabs In Combination With Donor Splenocyte Transfusion Induce H-Y Skin Graft Acceptance In
Murine Model. Transplantation Proceedings. 41. Pp 3913–3915.
4. S. Yu, B. Fu, X. He, X. Peng, A. Hu, and Y. Ma. 2011. Antigen-specific t-regulatory cells can extend
skin graft survival time in mice. Transplantation Proceedings, 43, Pp 2033–2040.
5. Kai Yu, Zhiqi Chen, Ismat Khatri, Reginald M. Gorczynski. 2011. CCR4 dependent migration of
Foxp3+ Treg cells to skin grafts and draining lymph nodes is implicated in enhanced graft survival in
CD200tg recipients. Immunology Letters. 141. Pp 116– 122.
6. C.T. Lopes, F.C.P. Rosin, J.A. Cordeiro, and V. Bueno. 2010. Cell phenotype evaluation at various sites
after skin transplantation and fty720 plus sirolimus therapy. Transplantation Proceedings. 42. Pp 573–
577.
7. Kai Yu, Zhiqi Chen, Reginald Gorczynski. 2013. Effect of CD200 and CD200R1 expression within
tissue grafts on increased graft survival in allogeneic recipients. Immunology Letters. 149. Pp 1– 8.
8. Lei Luo, Ph.D., Chengwen Li, Ph.D., Wenqiao Wu, M.D. 2012. Functional analysis of alloreactive
memory CD4+ T cells derived from skin transplantation recipient and naıve CD4+ T cells derived from
untreated mice. Journal of Surgical Research. 176, Pp 649–656.
9. Kristo Nuutila, Antti Siltanen, Matti Peura, Ari Harjula. 2013. Gene expression profiling of negative-
pressure-treated skrin graft donor site wounds. Burns 39. Pp 687 – 693.
10. Reginald M. Gorczynski, Zhiqi Chen, Ismat Khatri, Kai Yu. 2011. Graft-infiltrating cells expressing a
CD200 transgene prolong allogeneic skin Graf survival in association with local increases in
Foxp3+Treg and mast cells. Transplant Immunology. 25. Pp 187–193.
11. C.-F. Tu, H.-C. Tai, C.-M. Chen, T.-T. Huang, J.-M. Lee, T.-S. Yang. 2008. Human Leukocyte Antigen-
DR Matching Improved Skin Graft Survival From Transgenic Pigs to Accommodate SCID Mice
Reconstituted With Human Peripheral Blood Mononuclear Cells. Transplantation Proceedings. 40. Pp
578–580.
12. H. Xin, W. Yang, Q. Wang, B. You, Y. Tong, and Y. Peng. 2013. Immune Tolerance of Skin Allograft
Transplantation Induced by Immature Dendritic Cells of a Third Party Carrying Donor Antigens in Mice.
Transplantation Proceedings. 45. Pp 552–557.
13. B. Vokaer, L.-M. Charbonnier, P.H. Lemaître, and A. Le Moine. 2012. Impact of Interleukin-2–
expanded Regulatory T Cells in Various Allogeneic Combinations on Mouse Skin Graft Survival.
Transplantation Proceedings. 44. Pp 2840–2844
14. M. Alawieh, G. Malapert, O. Bouchot, G. Rifle, C. Mousson, and L. Martin. 2010. Injection of Donor-
Derived Splenic Dendritic Cells Plus a Nondepleting Anti-CD4 Monoclonal Antibody to Prolong
Primary Skin Graft Survival Indefinitely and Abrogate the Production of Donor-Specific Antibodies in
the Fischer-to-Lewis Rat Combination. Transplantation Proceedings. 42. Pp 4347–4349.
12
15. Markus Quante, Abdallah ElKhal, Karoline Edtinger. 2014. Obese Recipients Reject Skin Grafts Earlier
Based on a Th17 Deviation. The American College of Surgeons. Pp 139.
16. Raffaele Serra, Gianluca Buffone, Andrea de Franciscis, Diego Mastrangelo. 2012. Skin Grafting
Followed by Low-Molecular-Weight Heparin Long-Term Therapy in Chronic Venous Leg Ulcers.
Annals of Vascular Surgery. 26 (2). Pp 190-197.
17. Y. Zhang, D. Zhao, C. Tian, F. Li, X. Li, L. Zhang, and H. Yang. 2013. Stro-1–Positive Human
Mesenchymal Stem Cells Prolong Skin Graft Survival in Mice. Transplantation Proceedings. 45. Pp
726–729.
18. Christine Plater-Zyberk, Dave M. Lopes Estêvão, Sandrine d'Argouges, Krista G. Haanstra. 2011. The
interleukin-2 antagonizing antibody MT204 delays allogeneic skin graft Election in non-human primates
and is well tolerated. Transplant Immunology. 25. Pp 133–140.
19. E, M. Lance. H, Leveyt. 1993. Tolerance of rat skin grafts in adult mice. Medical sciences. 64. Pp 1356
– 1361.
20. Debbie Watson, Geoff Yu Zhang, Min Hua, Yuan-MinWang. 2014. Transforming growth factor beta
(TGFβ) plays a crucial role in prolonging allograft survival in an allodepletion (“pruning”) skin
transplant model. Transplant Immunology. 30. Pp 168–177
21. Lee JH, Jeon EJ, Kim N, Nam YS, Im KI, Lim JY, et al. 2013. The Synergistic Immunoregulatory Effect
of Culture-Expand Mesenchymal Stromal Cells and CD4+25+Foxp3+ Regulatory T Cells on Skin
Allograft Rejection. PLOS ONE volume 8 Issue 8
22. Kong FY, Chen W, He SJ, Lin ZM, et all. 2013. Mycophenolic acid derivate 118 improves outcome of
skin grafts by suppressing IL-17 production. Acta Pharmacologica Sinica (2013) 34: 921-929
23. Tzeng YS, Deng SC, Wang CH, Tsai JC, et all. 2013. Treatment of Nonhealing Diabetic Lower
Extremity Ulcers with Skin Graft and Autologous Platelet Gel. Hindawi Publishing Corporation.
Volume 2013, Article ID 837620.
24. Issa F, Hester J, Goto R, Nadig S, Wood K, et all. 2010. Ex vivo-expand human regulatory T cells
prevent the rejection of skin allograft in humanised mouse model. Europe PMC Funders Group
25. Sagoo P, Ali N, Garg G, Nestle FO, Lechler RI, et all. 2011. Human Regulatory T Cell with Alloantigen
Specifity are more Potent Inhibitors of Alloimmune Skin Graft Damage than Polyclonal Regulatory T
Cell. Sci Transl Med.
26. Hoefakker S, Balk HP, Boersma WJA, Joost TV, et all. 1995. Migration of human antigen presenting
cells in a human skin graft onto nude mice model after contact sensitization. Immunology; 86 296-303
27. Byun SJ, Choi KS, park SH, Cho NW, et all. 2007. Cartilage Ologometric Matrix Protein Angiopoietin 1
Promotes Revascularization Through Increased Survivin Expression in Dermal Endothelial Cells of Skin
13