Anda di halaman 1dari 13

TUTORIAL

HECTING

Pembimbing :

dr. Lukman Nurfauzi, Sp.B

Disusun Oleh :

Wildan Baiti A

2014730099

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKARWANGI

KABUPATEN SUKABUMI

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2019

1
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI KULIT
            Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang terletak paling luar dan membatasi dari
lingkungan hidup manusia, juga merupakan organ essensial dan vital serta sebagai sarana
komunikasi non verbal antara individu. Kelembutan kulit bervariasi, begitu juga ketebalan dan
elastisitasnya. Luas kulit orang dewasa adalah satu setengah sampai dua persegi. Tebalnya antara
satu setengah sampai lima millimeter, tergantung dari letak, umur, jenis kelamin, suhu dan keadaan
gizi. Fungsi utama kulit yaitu proteksi, absorpsi, ekskresi, pengindraan sensori, termoregulasi,
pembentukan pigmen, produksi vitamin D serta untuk ekspresi emosi. 1,2,3,4,5

Gambar 1 Anatomi kulit

Secara histologis, kulit tersusun atas beberapa lapis yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis serta
lapisan subkutis. 1,2,3
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tersusun atas epitel squamos yang terdiri
atas terutama oleh keratinosit. Epidermis tidak memiliki pembuluh darah, sehingga
mendapatkannya melalui difusi dari dasar dermis, menuju ke membrane basalis yang
memisahkan epidermis dan dermis.
 Stratum Korneum
Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang paling luar, terdiri atas
sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya berubah menjadi
keratin (zat tanduk).
 Stratum Lusidum
Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti dengan
protoplasma yang berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada
telapak tangan dan kaki.
 Stratum granulosum
Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma yang kasar yang
terdiri atas keratohialin.
 Stratum basalis
Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis. Terdiri atas dua
jenis sel yaitu sel kolumnair dan melanosit.
2. Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastic dan
fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut ssebagai adneksa kulit. Terdiri atas dua
bagian yaitu pars papilaris dan pars retikularis. 6,7,8
3. Subkutis

2
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel
lemak. 6,7,8

B. PEMBAGIAN SKIN GRAFT 7,8,9,10,11,12

1. Autograft 8, 9
Graft berasal dari individu yang sama (berasal dari tubuh yang sama). Hal ini dilakukan
jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika kesehatan pasien memenuhi untuk perawatan
tambahannya yaitu perawatan donor.
2. Allograft 10,11
Graft berasal dari individu lain yang sama spesiesnya (berasal dari tubuh yang lain).
3. Xenograft 11,12
Berasal dari makhluk lain yang berbeda spesies (binatang).

Allograft dan Xenograft hanya mencakup untuk sementara, dan bila ditolak oleh sistem
kekebalan tubuh resipen dalam tujuh sampai sepuluh hari harus diganti dengan autograft.
Berdasarkan ketebalannya, skin graft dibagi atas: 9,10,11,12,13,14
1. Split Thickness Skin Graft (STSG) 14,15
Skin graft yang dilakukan mencakup dermis dan sebagian dermis. Terbagi atas tiga yaitu:
a. Thin Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit  0,008-0,012 mm, terdiri dari epidermis
dan ¼ bagian lapisan dermis.
b. Intermedict (medium) Split  Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,012-0,018 mm,
terdiri dari epidermis dan ½ bagian dermis.
c. Thick Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,018-0,030 mm, terdiri dari
epidermis dan ¾ bagian dermis.
2. Full Thickness Skin Graft (FTSG) 14,15
Skin Graft yang terdiri dari epidermis dan seluruh bagian dermis.
C. ASPEK BIOMOLEKULER 21,22,29
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hong Lee et al 2013, sel mesenchymal stroma
(MSC) merupakan sel yang ideal sebagai sumber induksi pada skin graft. Namun, beberapa
laporan telah menunjukkan bahwa MSC dapat bersifat immunogenik daripada
immunosupresif. Kami berspekulasi bahwa efek sel T regulator (Treg) dapat membantu dalam
pemeliharaan fungsi immunoregulator dari sel mesenchymal stroma (MSC).21
Penelitian yang dilakukan oleh Jae Byun et al pada tahun 2007 menjelaskan tentang
efek tulang rawan oligometric angiopoietin-1 protein matriks (COMP-Ang1) pada
revaskularisasi cangkokan dari kulit tikus. Hasil cangkokan donor tersebut direndam dalam
protein COMP-Ang1 atau bovine serum albumin (BSA). Hasil revaskularisasi dari cangkokan
tersebut dilihat dengan menggunakan mikroskop intravital. Pada hasil analisis morfologi dan
imunohistokimia yang dilakukan untuk mengevaluasi adhesi antara sel platelet dan endotel.
Dari hasil rendaman tersebut didapatkan hasil bahwa cangkokan yang direndam dalam COMP-
Ang1 menunjukkan peningkatan revaskularisasi dibandingkan dengan cangkok yang direndam
dalam BSA pada mikroskop intravital dan pada pewarnaan molplateletendothelial. 22
Thrombospondin 1 merupakan regulator nitrat oksida dan angiogenesis dalam aliran
darah. Pengaturan tersebut menetapkan sel CD 47 sebagai reseptor sel. Dalam model hidup
skin graft menunjukkan bahwa endogen thrombospondin-1 hidup melalui CD47. Kegagalan
atau keterlambatan dalam proses vaskularisasi dalam skin graft merupakan penyebab
morbiditas dan mortalitas. Salah satu regulator utama dalam aliran darah dan pertumbuhan

3
pembuluh darah adalah nitrat oksida (NO). Disekresikan protein thrombospondin-1 (TSP1).
TSP1 melalui CD47 hidup dalam skin graft (Isenberg et al, 2008). 29

D. SPLIT THICKNESS SKIN GRAFT (STSG) 16,17,18,19,20,21


STSG merupakan tindakan definitive sebagai penutup defek yang permanen atau hanya
sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu tindakan yang defenitif. Tindakan ini
dimaksudkan untuk mengontrol dan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dan menutup
struktur vital tubuh. 16,17
STSG diindikasikan untuk menutup defek kulit yang luas. STSG digunakan pada saat
kosmetik tidak menjadi pertimbangan utama atau jika ukuran defek terlalu luas sehingga tidak
dapat dilakukan FTSG. Penggunaan lainnya untuk menutup ulkus kulit yang kronik yang tidak
sembuh-sembuh serta menutup menutup daerah luka akibat luka bakar yang bertujuan untuk
mengurangi tubuh kehilangan cairan. Kontraindikasi penggunaan STSG yaitu tidak digunakan jika
dari segi kosmetik sangat diperhatikan seperti daerah wajah atau leher. 18, 19
a. Keuntungan  dari STSG yaitu :
 Kemungkinan take lebih besar
 Dapat dipakai untuk menutup defek yang luas
 Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja
 Daerah donor dapat sembuh sendiri/reepitelisasi
b. Kerugian dari STSG yaitu :
 Mempunyai kecendrungan kontraksi lebih besar
 Memiliki kecenderungan terjadi perubahan warna
 Permukaan kulit mengkilat
 Secara estetik kurang baik
c. Keuntungan dari penggunaan Thin STSG yaitu :
 Vaskularisasi lebih mudah terjadi dan transplatasi lebih bertahan lama
 Penyembuhan daerah donor lebih cepat terjadi dan bisa digunakan kembali dalam
waktu singkat, sekitar tujuh sampai sepuluh hari.
d. Kerugian dari penggunaan Thin STSG yaitu :
 Kecendrungan untuk terjadi kontraksi lebih besar
 Kurang menyamai tekstur kulit asli
e. Keuntungan Thick STSG yaitu :
 Lebih sedikit terjadi kontraksi, lebih tahan terhadap trauma
 Lebih menyamai seperti kulit normal
f. Kerugian dati Thick STSG yaitu :
 Vaskularisasi lebih sedikit
 Penyembuhan daerah donor lebih lambat, sekitar sepuluh sampai delapan belas hari

Untuk mengambil STSG dari tempat donor dilakukan dengan menggunakan:


 Pisau/Blade : semua pisau yang tajam, tipis dan rata
 Pisau khusus : ketebalan graft yang diambil dapat diatur dan merata (Humby, Braithwaite,
Bodenham, Watson )
 Dermatome : Dermatome tangan, dermatome listrik dan tekanan udara 21
E. FULL THICKNESS SKIN GRAFT (FTSG) 23,24,25,26

4
FTSG sering dijumpai sebagai tindakan defenitif untuk memperbaiki kerusakan pada kulit
wajah. Hal ini disebabkan karena kecendrungan kontraksi lebih kecil, resistensi terhadap trauma
lebih besar. Akan tetapi jumlah dan ukuran donor sangat terbatas. Derah donor FTSG meliputi
kepala dan leher, retroaurikuler, supraklavikuler, dapat pula diambil dari daerah abdomen atau
paha. 23,24
Penggunaan FTSG diindikasikan pada defek dimana jaringan disebelahnya tidak bebas,
juga digunakan jika jaringan disebelahnya memiliki lesi premaligna atau maligna dan menghalangi
penggunaan flap. Lokasi yang sering digunakan pada FTSG yaitu ujung hidung, dahi, kelopak
mata, kantus medial, konka dan jari. 25, 26
Keuntungan dari penggunaan FTSG yaitu :
 Kecendrungan untuk terjadinya kontraksi lebih kecil
 Kecendrungan untuk terjadinya berubah warna lebih kecil
 Kecendrungan permukaan kulit mengkilat lebih kecil
 Secara estetik lebih baik dari STSG
Kerugian dari penggunaan FTSG yaitu :
 Kemungkinan take lebih kecil dibanding dengan STSG
 Hanya dapat menutup defek yang tidak terlalu luas
 Donor harus dijahit atau ditutup oleh STSG bila luka donor agak luas sehingga tidak
dapat ditutup primer’
 Donor terbatas pada tempat-tempat tertentu
Teknik mengerjakan FTSG yaitu pertama-tama dibuat patron dari defek yang ada dari kasa
kemudian dibuat desain pada daerah donor. Kemudian dilakukan penyuntikan NaCl 0,9% atau
lidokain dicampur adrenalin 1:200.000. Kemudian dilakukan insisi sesuai desain sampai sedalam
epidermis. Dilakukan pemisahan dermis dengan subkutis, keadaan kulit dalam keadaan tegang.
Setelah kulit didapat dilakukan pembuangan jaringan lemak. 25

F. TEKNIK  DAN ALAT-ALAT SKIN GRAFT 3, 26, 27, 28


a. Split Thickness Skin graft 3,26
Jika ada defek yang mau dikoreksi dengan STSG, ukuran lesi diukur dengan tepat, bisa
juga sutura (jahitan) dilakukan untuk mengecilkan size defek supaya donor STSG juga
diminimalisirkan.
a) Area donor yang bagus seperti anterior-lateral atau medial paha, pantat, atau aspek
medial dari tangan.Untuk defek yang lebih besar, STSG donor haruslah permukaan
yang rata.
b) Pemilihan daerah donor tergantung besarnya defek harus area yang bisa tertutupi
pakaian dan mudah untuk terapinya pasca donor
c) Langkah awal yaitu daerah donor dianestesi lokal dengan/ tanpa epinefrin dan bisa
dikembungkan untuk pengangkatan
d) Alat-alat yang digunakan untuk STSG adalah Freehand dermatom, powered
dermatom.razor blade, pisau bedah biasa (no.22) atau pisau humby.
e) Powered dermatom dipakai untuk STSG dengan daerah yang lebih luas karena
ketebalan graft yang diambil harus sama.
f) Setelah pemilihan alat yang sesuai lokasi donor dibersihkan dengan NaCl
- Dimulai dengan melukis “sterile tongue depressor” diarea donor didepan surgeon,
tepatnya didepan permukaan dipotong dermatom (alat pemotong kulit) untuk
menyediakan permukaan yang rata.

5
- Kadang bisa dipakai oPSite agar memudahkan masalah jaringan graft
- Kemudian surgeon mengarahkan dermatom dengan tahanan yang tetap pada
permukaan kulit dengan sudut 300- 45o .Gerakan dermatom harus dalam arah
“taking off”/ landing pesawat.
- Graft kemudian diambil dengan hati-hati dan diletakkan dalam NaCl yang steril.
- Tahap selanjutnya graft bebas dimodifikasi surgeon. Graft diletakkan hati-hati
pada area yang terbuka untuk ditutup dengan well-padded dressing, staples atau
beberapa stitches kecil. Bila resipen luas, dapat dibantu dengan membuat lubang-
lubang pada graft seperti jala (mesh graft). Area donor ditutup dengan dressing
nonaderen steril selama 5-7 hari untuk mencegah infeksi.  Kulit yang di graft
ditekan mengikuti ratio yang butuhkan.
- Bolster (bantalan) bisa diberi pada graft supaya meminimalkan daya tarik dan
menjaga kelembaban graft. Jika boster digunakan atau staples keduanya bisa di aff
setelah 7-10 hari. Pada keadan tertentu, transplantasi dan harvest bisa ditunda 2-3
minggu supaya jaringan bisa bergranulasi terutama untuk transplantasi pada
jaringan yang avaskuler.
- Skin graft biasanya sembuh dengan sedikit skar dan biasanya terlihat seperti kulit
normal disekitarnya.

Gambar
2 Split Thickness Skin graft

b. Full Thickness Skin Graft 28,29


- Jika yang dipakai adalah teknik FTSG, pilih daerah yang bebas dari lesi malignant dan
pre malignant yang mempunyai warna, tekstur dan kualiti sebasea yang mirip dengan
area defek.Lokasi yang sering jadi donor adalah kelopak mata, daerah nasolabial, pre
auricular, post auricular, concha, supra clavicula, axillaris, antecubital, dan lipatan
inguinal. Lokasi lain yang bisa digunakan adalah kulit yang berlebih dibuang pada
rencana rekonstruksi.Seperti halnya STSG, diukur tepat sutura sutura “tali pusse”
disekitar area defek bisa meminimalkan ukuran graft yang bakal diambil untuk
reparasi defek. Kadang dipakai tempelete dilokasi defek seperti gauze telfa yang
ditransfer ke lokasi donor.
- Eksisi daerah donor sesuai dengan pola yang telah digambar dengan ketebalan tepat
diatas jaringan lemak didaerah dermal subdermal junction.
- Dilakukan pembuangan jaringan lemak yang ikut terangkat dengan gunting.
- Defek daerah donor ditutup dengan menggunakan undermining pada tepi luka dan
sedapatnya ditutup secara primer tanpa ketegangan.
- Penutupan defek pada daerah resipen dilakukan setelah prosedur hemostatis
sempurna.
- Untuk lebih menjamin kontak skin graft dengan resipen, ditambah jahitan kasur diatas
skin graft.
- Untuk mencegah hematoma/seroma, dibuat sayatan kecil multiple pada skin graft.
- Graft yang ditempel dijahit, ditutup dengan kasa tebal dan dilakukan tie over.
- Setelah dibalut, dipasang perban elastic.

6
Gambar 3 Full Thickness Skin Graft

c. Alat-alat Skin Graft

Alternating current (AC)–  Weck Knives Operated Padgett dermatome

Graft-meshing machine     Davol dermatome

Gambar 4 Alat-alat Skin Graft

G. INDIKASI 1, 30,31
Indikasi skin graft
1. Luka yang luas
2. Luka bakar
3. Operasi yang membutuhkan skin graft untuk penyembuhan
4. Area yang pernah terinfeksi dengan skin loss
5. Kosmetik dan pembedahan rekonstruksi
Skin-thickness skin graft digunakan untuk setiap luka yang tidak dapat ditutup secara primer.
Full-thickness skin graft digunakan jika banyak kulit yang hilang seperti pada fracture terbuka
pada tungkai bawah. 30,31

H. PENEMPELAN SKIN GRAFT 32, 33, 34, 35


Teknik penempelan skin graft pada STSG dan FTSG adalah sama. Sebelum penempelan
graft pada daerah resipien haus dilakukan hemostasis dengan baik sehingga dipermukaan resipien
bersih, tidak ada pendarahan atau bekuan darah. Kemudian dilakukan penjahitan interrupted
disekeliling graft. Jahitan dimulai dari graft ketepi luka resipien. 32,33
Diatas kulit ditutupi tulle, dilapisi kasa lembab NaCl 0,9% dan selanjutnya kasa kering
steril. Dibuat lubang kecil diatas skin graft untuk jalan keluar darah yang ada. Kemudian dilakukan
irigasi untuk membuang sisa bekuan darah dibawah graft dengan spoit berisi NaCl 0,9%. Untuk
membantu keberhasilan tindakan, dilakukan balut tekan dengan menggunakan verbal elastic. Pada
daerah yang tidak memungkinkan dipasang verban elastic seperti muka atau leher, maka untuk
menjamin fiksasi perlu dilakukan tie over yaitu saat penjahitan skin graft beberapa simpul
disisakan panjang untuk fiksasi. 33

7
Masa pemulihan dari skin graft pada umumnya cepat. Yang perlu diperhatikan yaitu
daerah luka harus dilindungi dari trauma atau peregangan selama 2-3 minggu. Tergantung pada
penempatan dari skin graft, suatu penutup luka mungkin perlu untuk 1-2 minggu. FTSG
memerlukan periode kesembuhan lebih panjang, dimana dalam banyak kasus memerlukan

perawatan dirumah sakit selama satu sampai dua minggu. 34

Gambar 5 Pengambilan kulit untuk Skin Graft

Gambar 6 Pengambilan kulit dengan dermatom

Gambar 7 Arm Graft

I. FASE PENYEMBUHAN SKIN GRAFT SECARA FISIOLOGIS 36, 37


Terdapat dua tahap pemulihan skin graft yaitu :
1. Imbibisi plasmic (24-48 jam pertama setelah graft)
Dalam proses ini, jaringan donor akan mendapatkan nutrisi melalui penyerapan plasma dari
kulit dibawahnya melalui kapiler-kapiler, sehingga STSG dikatakan memiliki
kemungkinan berhasil yang lebih besar karena cairan plasma yang diserap lebih efektif.
2. Fase penyembuhan/inokulasi (48-72 jam sampai 1 minggu setelah graft)
Kelenjar limfe akan terbentuk pada jaringan graft kira-kira 1 minggu, dan reinervasi graft
akan mulai pada minggu-minggu pertama. Proses revaskularisasi skin graft sebagai
berikut:
a) Hubungan anastomose langsung antara graft dengan pembuluh darah resipen
(autoinokulasi)
b) Pertumbuhan dari pembuluh darah resipie ke dalam saluran endothelial graft.
c) Penetrasi pembuluh darah baru ke dalam dermis graft.   
                       
J. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL SKIN GRAFT
Yang beresiko mengalami komplikasi selama operasi skin graft diantaranya :
- Usia lanjut ( > 60 tahun ) atau bayi baru lahir
- Merokok
- Penderita penyakit kronis
- Menggunakan obat hipertensi, insulin, relaksan otot

8
Gambar 8 Skin Graft pada usia lanjut

Faktor – Faktor Penyebab Kegagalan Skin Graft 38, 39


 Hematoma
Hematoma dapat menghalangi proses revaskularisasi. Untuk mencegah hematoma dapat
dipakai metode mesh grafting dengan membuat insisi kecil ultiple dengan jarak teratur
untuk drainase darah atau eksudat dan juga untuk memperluas kulit.
 Faktor mekanik, berupa kegagalan imobilisasi sehingga skin graft bergeser dan
revaskularisasi tidak terjadi.
 Infeksi
 Tekhnik yang salah, diantaranya adalah :
- Menempelkan skin graft pada daerah yang masih berepitel
- Skin graft terbalik
- Skin graft terlalu tebal
Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi maka umumnya tidak akan
ada reaksi penolakan dan umumnya skin graft dapat berhasil.

Faktor-Faktor Keberhasilan Skin Graft 38, 39


Suksesnya transplantasi dari suatu Skin Grafting berhubungan dengan take dari graft tersebut.
Take dari graft tergantung dari :
1. Vaskularisasi yang adekuat 38
Suatu skin graft memerlukan aliran darah yang adekuat dari daerah resipien untuk dapat
bertahan hidup. Skin Graft yang dilakukan pada daerah resipien yang kaya akan pembuluh
darah mempunyai kemungkinan untuk take yang lebih besar. Aliran darah dari daerah
resipien ke graft kemudian akan melewati fase imbibisi plasmic, inoskulasi, hingga
akhirnya terbentuk bridging pembuluh darah yang baru ke graft. Untuk itu, hal-hal yang
menghalangi aliran darah ke graft seperti jaringan granulasi harus disingkirkan terlebih
dahulu.
2. Kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resipien
Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari daerah ke graft dapat
berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang baik antara skin graft dengan daerah
resipiennya. Untuk itu yang harus diperhatikan adalah tekanan yang adekuat pada graft,
ada tidaknya kumpulan cairan antara graft dengan resipien, dan pergerakan antara graft
dengan resipiennya.
- Tekanan yang adekuat
Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi yang baik yaitu dengan
penjahitan interuptus dipinggir kemudian dilanjutkan dengan beberapa jahitan kasur
diatas skin graft untuk menjamin kontak dan mencegah pergeseran. Penjahitan yang
terlalu longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga tidak dapat terbentuk
bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan penjahitan yang terlalu kuat akan
menyebabkan tarikan yangkemudian akan merusak graft itu sendiri.

9
- Mencegah timbunan cairan antara graft dengan resipien
Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari resipiennya, menghalangi
vaskularisasi sehingga akan menghalang take dari skin graft tersebut dan menyebabkan
kegagalan graft. Perdarahan yang terjadi pada proses penempelan graft biasanya akan
berhenti sendiri dalam 5-10 menit, sehingga sebelum operasi dilanjutkan, harus
dilakukan evakuasi terhadap bekuan darah yang mungkin terjadi. Bila dicurigai akan
adanya seroma, hematoma atau pus di bawah kulit, sebaiknya dalam 24-48 jam
dilakukan pengamatan skin graft. Seroma, hematoma atau bekuan darah harus segera
di evakuasi dengan melakukan insisi kecil pada graft tepat di atas seroma, hematoma
atau bekuan darah tersebut, selanjutnya dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan
penggantian pembalut dilakukan tiap hari sampai seroma, hematoma dan bekuan darah
tidak ada lagi di bawah skin graft.
- Imobilisasi yang baik
Adanya pergerakan antara graft dengan daerah resipien akan menghancurkan bridging
kapiler yang baru sehingga mengalami terbentuknya vaskularisasi graft. Untuk
menjaga agar tidak terjadi pergerakan antara graft dengan resipien dapat digunakan
spalk untuk daerah ekstrimitas, leher dan aksila, untuk melindungi skin graft dari
gerakan-gerakan tubuh yang dapat merusak skin graft serta mencegah kontraksi yang
terjadi karena posisi anatomis. Pada daerah wajah, imobilisasi dapat dilakukan dengan
balutan tie over.
3. Tidak adanya infeksi 14, 38, 39
Sukses tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya infeksi luka. Infeksi luka
ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka dan mikroorganismenya. Bila jumlah
mikroorganismenya lebih dari 104 / gram jaringan, maka resiko infeksi adalah sebesar
89%. Skin graft yang dilakukan pada jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr jaringan
akan selalu gagal. Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai faktor infeksi
yang menyebabkan kegagalan skin graft. Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau
atau kemerahahn pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan hari ke-4 pasca bedah apalagi
bilai disertai rasa nyeri yang semakin bertambah akan lebih menyokong adanya infeksi
pada daerah operasi. Pada pasien dibetes atau mereka yang mendapat terapi imunosupresan
lebih mudah mendapatkan infeksi. Pencegahan infeksi dilakukan dengan kompres NaCl
0.9% dan memberikan antbiotik yang sesuai dengan mikroorganisme yang dapat merusak
graft.

K. PERAWATAN SKIN GRAFT PADA DONOR DAN RESIPEN 23, 33, 34


a. Daerah resipen23
Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipen telah dilakukan dengan baik dan fiksasi
skin graft telah dilakukan dengan baik, balutan dibuka hari ke-5 untuk mengevaluasi hasil dari
skin graft dan benang fiksasi/jahitan dicabut.

10
Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana skin graft memperoleh
cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit ditempat baru. Apabila baik dilakukan
perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada penderita tindakan skin graft diekstremitas tetap
memakai pembalut elastic sampai pematangan graft kurang 3-6 bulan. 33, 34
Bila diduga akan adanya hematoma atau bekuan darah dibawah kulit sebaiknya dalam 24-
48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Karena bila terjadi seroma, hematoma atau bekuan
darah dibawah skin graft akan mengurangi kontak skin dengan resipen sehingga akan
menghalangi take dari skin grat tersebut. Pada pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan
dengan hati-hati jangan sampai merusak skin graft (terangkat atau tergeser). Seroma,
hematoma atau bekuan darah harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi kecil pada skin
graft tepat diatas seroma/hematoma/bekuan darah tersebut selanjutnya dilakukan pembalutan
lagi. Perawatan dan pergantian balutan dilakukan tiap hari sampai seroma/hematoma bekuan
darah tidak ada lagi dibawah skin graft. Bila evakuasi seroma/hematoma/bekuan darah
dilakukan dalam 24 jam pertama, graft masih dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin graft
tidak akan menimbulkan kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama pasca bedah. Demam
yang tidak tinggi disertai adanya bau atau kemerahan pada pinggir skin graft antara hari ke-2
dan ke-4 pasca bedah.
b. Daerah donor 33, 34
Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah proses epitelisasi. Pada
daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan
atau epitelialisasi untuk thin split thickness skin graft 7- 9 hari, intermediate split thickness skin
graft 10 – 14 hari sedangkan thick split thickness skin graft memerlukan 14 atau lebih.
Perawatan split thickness skin graft secara umum diambil rata-rata 14 hari. Balutan dibiarkan
sekitar 14 hari kecuali bila balutan kotor diganti bagian luarnya saja. Balutan pada donor
biasanya melekat erat dengan kulit. Saat melepas balut/tulle harus hati-hati dan jangan dipaksa.
Bila balutan masih melekat erat tidak diangkat. Hal yang terbaik balutan dapat terpisah/terlepas
spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai dapat terlepas sendiri karena telah
terjadi epitelisasi bila pelepasan balut/tulle dipaksa akan berdarah disertai rasa nyeri, ini
merusak proses epitelisasi dan penyembuhan akan bertambah lama.

Gambar 10 Common sites for skin graft havesting

Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan biasa yaitu hari ke-3
kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau bila diyakini hasil tindakan tidak akan
timbul masalah control dapat langsung hari ke-7. Pada donor full thickness skin graft yang tidak
dapat ditutup primer, dilakukan penutupan dengan split thickness skin graft, perawatannya
seperti perawatan luka split thickness graft.  24, 25

L. KOMPLIKASI 31,32, 39, 40


Komplikasi dari penggunaan skin graft yaitu :
 Perdarahan
 Infeksi
 Hematoma atau seroma

11
 Kontraktur
 Penyembuhan yang tidak sesuai dengan tekstur, warna atau topografi

DAFTAR PUSTAKA

1. Wang, Feng et all. 2008. Activation of Tim-3–Galectin-9 pathway improves survival of fully allogeneic
skin grafts. Transplant Immunology. 19, Pp 12–19.
2. Winn, Henry j. et all. 2009. Acute destruction by humoral antibody of rat skin grafted to mice. The
journal of experimental medicine. 137, Pp 893-910.
3. S. Chang, B.-C. Chen, D.-F. Du, J. Zhou, X. Zhang, and Z.-H. Chen. 2009. Anti-Chain And Anti-IL-2R
Mabs In Combination With Donor Splenocyte Transfusion Induce H-Y Skin Graft Acceptance In
Murine Model. Transplantation Proceedings. 41. Pp 3913–3915.
4. S. Yu, B. Fu, X. He, X. Peng, A. Hu, and Y. Ma. 2011. Antigen-specific t-regulatory cells can extend
skin graft survival time in mice. Transplantation Proceedings, 43, Pp 2033–2040.
5. Kai Yu, Zhiqi Chen, Ismat Khatri, Reginald M. Gorczynski. 2011. CCR4 dependent migration of
Foxp3+ Treg cells to skin grafts and draining lymph nodes is implicated in enhanced graft survival in
CD200tg recipients. Immunology Letters. 141. Pp 116– 122.
6. C.T. Lopes, F.C.P. Rosin, J.A. Cordeiro, and V. Bueno. 2010. Cell phenotype evaluation at various sites
after skin transplantation and fty720 plus sirolimus therapy. Transplantation Proceedings. 42. Pp 573–
577.
7. Kai Yu, Zhiqi Chen, Reginald Gorczynski. 2013. Effect of CD200 and CD200R1 expression within
tissue grafts on increased graft survival in allogeneic recipients. Immunology Letters. 149. Pp 1– 8.
8. Lei Luo, Ph.D., Chengwen Li, Ph.D., Wenqiao Wu, M.D. 2012. Functional analysis of alloreactive
memory CD4+ T cells derived from skin transplantation recipient and naıve CD4+ T cells derived from
untreated mice. Journal of Surgical Research. 176, Pp 649–656.
9. Kristo Nuutila, Antti Siltanen, Matti Peura, Ari Harjula. 2013. Gene expression profiling of negative-
pressure-treated skrin graft donor site wounds. Burns 39. Pp 687 – 693.
10. Reginald M. Gorczynski, Zhiqi Chen, Ismat Khatri, Kai Yu. 2011. Graft-infiltrating cells expressing a
CD200 transgene prolong allogeneic skin Graf survival in association with local increases in
Foxp3+Treg and mast cells. Transplant Immunology. 25. Pp 187–193.
11. C.-F. Tu, H.-C. Tai, C.-M. Chen, T.-T. Huang, J.-M. Lee, T.-S. Yang. 2008. Human Leukocyte Antigen-
DR Matching Improved Skin Graft Survival From Transgenic Pigs to Accommodate SCID Mice
Reconstituted With Human Peripheral Blood Mononuclear Cells. Transplantation Proceedings. 40. Pp
578–580.
12. H. Xin, W. Yang, Q. Wang, B. You, Y. Tong, and Y. Peng. 2013. Immune Tolerance of Skin Allograft
Transplantation Induced by Immature Dendritic Cells of a Third Party Carrying Donor Antigens in Mice.
Transplantation Proceedings. 45. Pp 552–557.
13. B. Vokaer, L.-M. Charbonnier, P.H. Lemaître, and A. Le Moine. 2012. Impact of Interleukin-2–
expanded Regulatory T Cells in Various Allogeneic Combinations on Mouse Skin Graft Survival.
Transplantation Proceedings. 44. Pp 2840–2844
14. M. Alawieh, G. Malapert, O. Bouchot, G. Rifle, C. Mousson, and L. Martin. 2010. Injection of Donor-
Derived Splenic Dendritic Cells Plus a Nondepleting Anti-CD4 Monoclonal Antibody to Prolong
Primary Skin Graft Survival Indefinitely and Abrogate the Production of Donor-Specific Antibodies in
the Fischer-to-Lewis Rat Combination. Transplantation Proceedings. 42. Pp 4347–4349.

12
15. Markus Quante, Abdallah ElKhal, Karoline Edtinger. 2014. Obese Recipients Reject Skin Grafts Earlier
Based on a Th17 Deviation. The American College of Surgeons. Pp 139.
16. Raffaele Serra, Gianluca Buffone, Andrea de Franciscis, Diego Mastrangelo. 2012. Skin Grafting
Followed by Low-Molecular-Weight Heparin Long-Term Therapy in Chronic Venous Leg Ulcers.
Annals of Vascular Surgery. 26 (2). Pp 190-197.
17. Y. Zhang, D. Zhao, C. Tian, F. Li, X. Li, L. Zhang, and H. Yang. 2013. Stro-1–Positive Human
Mesenchymal Stem Cells Prolong Skin Graft Survival in Mice. Transplantation Proceedings. 45. Pp
726–729.
18. Christine Plater-Zyberk, Dave M. Lopes Estêvão, Sandrine d'Argouges, Krista G. Haanstra. 2011. The
interleukin-2 antagonizing antibody MT204 delays allogeneic skin graft Election in non-human primates
and is well tolerated. Transplant Immunology. 25. Pp 133–140.
19. E, M. Lance. H, Leveyt. 1993. Tolerance of rat skin grafts in adult mice. Medical sciences. 64. Pp 1356
– 1361.
20. Debbie Watson, Geoff Yu Zhang, Min Hua, Yuan-MinWang. 2014. Transforming growth factor beta
(TGFβ) plays a crucial role in prolonging allograft survival in an allodepletion (“pruning”) skin
transplant model. Transplant Immunology. 30. Pp 168–177
21. Lee JH, Jeon EJ, Kim N, Nam YS, Im KI, Lim JY, et al. 2013. The Synergistic Immunoregulatory Effect
of Culture-Expand Mesenchymal Stromal Cells and CD4+25+Foxp3+ Regulatory T Cells on Skin
Allograft Rejection. PLOS ONE volume 8 Issue 8
22. Kong FY, Chen W, He SJ, Lin ZM, et all. 2013. Mycophenolic acid derivate 118 improves outcome of
skin grafts by suppressing IL-17 production. Acta Pharmacologica Sinica (2013) 34: 921-929
23. Tzeng YS, Deng SC, Wang CH, Tsai JC, et all. 2013. Treatment of Nonhealing Diabetic Lower
Extremity Ulcers with Skin Graft and Autologous Platelet Gel. Hindawi Publishing Corporation.
Volume 2013, Article ID 837620.
24. Issa F, Hester J, Goto R, Nadig S, Wood K, et all. 2010. Ex vivo-expand human regulatory T cells
prevent the rejection of skin allograft in humanised mouse model. Europe PMC Funders Group
25. Sagoo P, Ali N, Garg G, Nestle FO, Lechler RI, et all. 2011. Human Regulatory T Cell with Alloantigen
Specifity are more Potent Inhibitors of Alloimmune Skin Graft Damage than Polyclonal Regulatory T
Cell. Sci Transl Med.
26. Hoefakker S, Balk HP, Boersma WJA, Joost TV, et all. 1995. Migration of human antigen presenting
cells in a human skin graft onto nude mice model after contact sensitization. Immunology; 86 296-303
27. Byun SJ, Choi KS, park SH, Cho NW, et all. 2007. Cartilage Ologometric Matrix Protein Angiopoietin 1
Promotes Revascularization Through Increased Survivin Expression in Dermal Endothelial Cells of Skin

13

Anda mungkin juga menyukai