Anda di halaman 1dari 21

TEHNIK OPERASI

PENANGANAN LUKA BAKAR AKUT

Oleh :
Prapanca Nugraha, dr., M.Sc
130221180502

Pembimbing :
Irra Rubianti Widarda, dr., Sp.B., Sp.BP-RE(K)

PROGRAM PENDIDIKAN BEDAH DASAR


SUB BAGIAN BEDAH PLASTIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

            Skin graft merupakan suatu tindakan pembedahan dimana dilakukan


pemindahan sebagian atau seluruh tebalnya kulit dari suatu daerah asal (donor)
tanpa disertai vaskularisasinya kedaerah lainnya (resipien) untuk menutupi suatu
defek. Pada umumnya skin graft digunakan ketika metode tindakan bedah
rekonstruksi lainnya tidak sesuai atau penyembuhan luka tidak menunjukkan
keberhasilan. Skin graft biasanya digunakan pada kasus-kasus seperti luka yang
luas, luka bakar derajat tiga, luka yang tidak menunjukkan penyembuhan seperti
ulkus diabetik, ulkus pembuluh darah, yang berfungsi untuk mencegah kehilangan
cairan, mencegah infeksi, mencegah perluasan lebih lanjut dari luka tersebut.(1,2,3)
            Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap luka yang tidak dapat ditutup
primer mempunyai indikasi untuk dilakukan skin graft. Jaringan yang dapat
ditutup dengan skin graft adalah semua jaringan terbuka yang memiliki
permukaan luka dengan vaskularisasi yang cukup seperti otot, fasia, dermis,
perikondrium, periosteum, peritoneum, pleura dan jaringan granulasi. Luka yang
kurang suplai pembuluh darah sulit untuk dapat menghidupi skin graft, misalnya
tulang,tulang rawan, tendon, saraf, maka tidak dapat dilakukan teknik skin graft.
Atau daerah yang seharusnya dilakukan skin graft tetapi karena mengalami
trauma berat menyebabkan vaskularisasi daerah tersebut menjadi berkurang
sehingga tidak baik untuk dilakukan skin graft. (4)
            Teknik skin graft pertama kali diperkenalkan sekitar 2500-3000 tahun
yang lalu oleh kasta hindu Tilemaker, dimana skin graft digunakan untuk
merekonstruksi hidung setelah suatu tindakan amputasi sebagai hukuman
pengadilan (Hauben,1982), penggunaan modern selanjutnya yaitu Reverdin pada
tahun 1869 melakukan eksisi kulit kecil dan tipis yang diletakkan pada jaringan
granulasi. Kemudian Olliver dan Thiersch mengembangkan teknik split-thickness
graft pada tahun 1872 dan 1886 dan Wolfe dan Krause menggunakan teknik full-
thickness graft pada tahun 1875 dan 1893. (1,5)
           

1
2

Skin graft pada umumnya menggunakan kulit dan individu yang sama
sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan tindakan. Kulit yang digunakan
dapat digunakan dari bagian tubuh mana saja, namun lazimnya dari daerah paha,
pantat, punggung, atau perut. Keberhasilan skin graft juga ditentukan oleh
perawatan pre operatif dan post operatif dari tindakan skin graft. (5,6)

ANATOMI KULIT
            Kulit adalah organ tubuh yang terluas yang terletak paling luar dan
membatasi dari lingkungan hidup manusia, juga merupakan organ essensial dan
vital serta sebagai sarana komunikasi non verbal antara individu. Kelembutan
kulit bervariasi, begitu juga ketebalan dan elastisitasnya. Luas kulit orang dewasa
adalah satu setengah sampai dua persegi. Tebalnya antara satu setengah sampai
lima millimeter, tergantung dari letak, umur, jenis kelamin, suhu dan keadaan gizi.
Fungsi utama kulit yaitu proteksi, absorpsi, ekskresi, pengindraan sensori,
termoregulasi, pembentukan pigmen, produksi vitamin D serta untuk ekspresi
emosi.

Gambar 1
Anatomi kulit
Secara histologis, kulit tersusun atas beberapa lapis yaitu lapisan epidermis,
lapisan dermis serta lapisan subkutis.
1. Epidermis
3

Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang tersusun atas epitel


squamos yang terdiri atas terutama oleh keratinosit. Epidermis tidak memiliki
pembuluh darah, sehingga mendapatkannya melalui difusi dari dasar dermis,
menuju ke membrane basalis yang memisahkan epidermis dan dermis.

 Stratum Korneum
Disebut juga lapisan tanduk. Merupakan lapisan kulit yang paling
luar, terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
 Stratum Lusidum
Merupakan lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tidak berinti
dengan protoplasma yang berubah menjadi protein eleidin. Lapisan ini
tampak jelas pada telapak tangan dan kaki.
 Stratum granulosum
Terdiri dari dua sampai tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma yang
kasar yang terdiri atas keratohialin.
 Stratum basalis
Merupakan dasar epidermis, berproduksi dengan cara mitosis. Terdiri
atas dua jenis sel yaitu sel kolumnair dan melanosit.
2. Dermis
Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh
jaringan elastic dan fibrosa dengan elemen selular, kelenjar dan rambut
ssebagai adneksa kulit. Terdiri atas dua bagian yaitu pars papilaris dan pars
retikularis.
3. Subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak.

PEMBAGIAN SKIN GRAFT


1. Autograft
4

Graft berasal dari individu yang sama (berasal dari tubuh yang sama).
Hal ini dilakukan jika cukup tersedianya kulit sehat dan jika kesehatan pasien
memenuhi untuk perawatan tambahannya yaitu perawatan donor.
2.  Allograft
Graft berasal dari individu lain yang sama spesiesnya (berasal dari tubuh
yang lain).
3. Xenograft
Berasal dari makhluk lain yang berbeda spesies (binatang).
Allograft dan Xenograft hanya mencakup untuk sementara, dan bila
ditolak oleh sistem kekebalan tubuh resipen dalam tujuh sampai sepuluh hari
harus diganti dengan autograft. Berdasarkan ketebalannya, skin graft dibagi atas :
1. Split Thickness Skin Graft (STSG)
Skin graft yang dilakukan mencakup dermis dan sebagian dermis.
Terbagi atas tiga yaitu:
a. Thin Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit  0,008-0,012 mm, terdiri
dari epidermis dan ¼ bagian lapisan dermis.        
b. Intermedict (medium) Split  Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,012-
0,018 mm, terdiri dari epidermis dan ½ bagian dermis.
c. Thick Split Thickness Skin Graft, ketebalan kulit 0,018-0,030 mm, terdiri
dari epidermis dan ¾ bagian dermis.
2. Full Thickness Skin Graft (FTSG)
Skin Graft yang terdiri dari epidermis dan seluruh bagian dermis.

SPLIT THICKNESS SKIN GRAFT (STSG)


STSG merupakan tindakan definitive sebagai penutup defek yang
permanen atau hanya sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu tindakan
yang defenitif. Tindakan ini dimaksudkan untuk mengontrol serta mengurangi
kemungkinan terjadinya infeksi dan menutup struktur vital tubuh.
STSG diindikasikan untuk menutup defek kulit yang luas. STSG
digunakan pada saat kosmetik tidak menjadi pertimbangan utama atau jika ukuran
defek terlalu luas sehingga tidak dapat dilakukan FTSG. Penggunaan lainnya
5

untuk menutup ulkus kulit yang kronik yang tidak sembuh-sembuh serta menutup
menutup daerah luka akibat luka bakar yang bertujuan untuk mengurangi tubuh
kehilangan cairan. Kontraindikasi penggunaan STSG yaitu tidak digunakan jika
dari segi kosmetik sangat diperhatikan seperti daerah wajah atau leher.
A.   Keuntungan  dari STSG yaitu :
         Kemungkinan take lebih besar
         Dapat dipakai untuk menutup defek yang luas
         Donor dapat diambil dari daerah tubuh mana saja
         Daerah donor dapat sembuh sendiri/reepitelisasi

B.   Kerugian dari STSG yaitu :


         Mempunyai kecendrungan kontraksi lebih besar
         Memiliki kecenderungan terjadi perubahan warna
         Permukaan kulit mengkilat
         Secara estetik kurang baik
C.  Keuntungan dari penggunaan Thin STSG yaitu :
         Vaskularisasi lebih mudah terjadi dan transplatasi lebih bertahan lama
         Penyembuhan daerah donor lebih cepat terjadi dan bisa digunakan
kembali dalam waktu singkat, sekitar tujuh sampai sepuluh hari.
D.  Kerugian dari penggunaan Thin STSG yaitu :
        Kecendrungan untuk terjadi kontraksi lebih besar
        Kurang menyamai tekstur kulit asli
E.   Keuntungan Thick STSG yaitu :
          Lebih sedikit terjadi kontraksi, lebih tahan terhadap trauma
          Lebih menyamai seperti kulit normal
F.   Kerugian dati Thick STSG yaitu :
        Vaskularisasi lebih sedikit
        Penyembuhan daerah donor lebih lambat, sekitar sepuluh sampai delapan
belas hari
6

Untuk mengambil STSG dari tempat donor dilakukan dengan menggunakan :


 Pisau/Blade : semua pisau yang tajam, tipis dan rata
 Pisau khusus : ketebalan graft yang diambil dapat diatur dan merata
(Humby, Braithwaite, Bodenham, Watson )
 Dermatome : Dermatome tangan, dermatome listrik dan tekanan udara

TEKNIK  DAN ALAT-ALAT SKIN GRAFT


A. Split Thickness Skin graft
 Jika ada defek yang mau dikoreksi dengan STSG, ukuran lesi diukur
dengan tepat, bisa juga sutura (jahitan) dilakukan untuk mengecilkan size
defek supaya donor STSG juga diminimalisirkan.
 Area donor yang bagus seperti anterior-lateral atau medial paha, pantat,
atau aspek medial dari tangan.Untuk defek yang lebih besar, STSG donor
haruslah permukaan yang rata.
 Pemilihan daerah donor tergantung besarnya defek harus area yang bisa
tertutupi pakaian dan mudah untuk terapinya pasca donor
 Langkah awal yaitu daerah donor dianestesi lokal dengan/ tanpa epinefrin
dan bisa dikembungkan untuk pengangkatan
 Alat-alat yang digunakan untuk STSG adalah Freehand dermatom,
powered dermatom.razor blade, pisau bedah biasa (no.22) atau pisau
humby.
 Powered dermatom dipakai untuk STSG dengan daerah yang lebih luas
karena ketebalan graft yang diambil harus sama.
 Setelah pemilihan alat yang sesuai lokasi donor dibersihkan dengan NaCl
 Dimulai dengan melukis “sterile tongue depressor” diarea donor
didepan surgeon, tepatnya didepan permukaan dipotong dermatom
(alat pemotong kulit) untuk menyediakan permukaan yang rata.
 Kadang bisa dipakai oPSite agar memudahkan masalah jaringan
graft
7

 Kemudian surgeon mengarahkan dermatom dengan tahanan yang


tetap pada permukaan kulit dengan sudut 300- 45o .Gerakan
dermatom harus dalam arah “taking off”/ landing pesawat.
 Graft kemudian diambil dengan hati-hati dan diletakkan dalam
NaCl yang steril.
 Tahap selanjutnya graft bebas dimodifikasi surgeon. Graft diletakkan hati-
hati pada area yang terbuka untuk ditutup dengan well-padded dressing,
staples atau beberapa stitches kecil. Bila resipen luas, dapat dibantu
dengan membuat lubang-lubang pada graft seperti jala (mesh graft). Area
donor ditutup dengan dressing nonaderen steril selama 5-7 hari untuk
mencegah infeksi.  Kulit yang di graft ditekan mengikuti ratio yang
butuhkan.
 Bolster (bantalan) bisa diberi pada graft supaya meminimalkan daya tarik
dan menjaga kelembaban graft. Jika boster digunakan atau staples
keduanya bisa di aff setelah 7-10 hari. Pada keadan tertentu, transplantasi
dan harvest bisa ditunda 2-3 minggu supaya jaringan bisa bergranulasi
terutama untuk transplantasi pada jaringan yang avaskuler.

 Skin graft biasanya sembuh dengan sedikit skar dan biasanya terlihat
seperti kulit normal disekitarnya.
8

Gambar 2
Split Thickness Skin graft

INDIKASI
Indikasi skin graft
1.      Luka yang luas
2.      Luka bakar
3.      Operasi yang membutuhkan skin graft untuk penyembuhan
4.      Area yang pernah terinfeksi dengan skin loss
5.      Kosmetik dan pembedahan rekonstruksi
Skin-thickness skin graft digunakan untuk setiap luka yang tidak dapat
ditutup secara primer. Full-thickness skin graft digunakan jika banyak kulit yang
hilang seperti pada fracture terbuka pada tungkai bawah.

PENEMPELAN SKIN GRAFT


Teknik penempelan skin graft pada STSG dan FTSG adalah sama.
Sebelum penempelan graft pada daerah resipien haus dilakukan hemostasis
dengan baik sehingga dipermukaan resipien bersih, tidak ada pendarahan atau
bekuan darah. Kemudian dilakukan penjahitan interrupted disekeliling graft.
Jahitan dimulai dari graft ketepi luka resipien.
Diatas kulit ditutupi tulle, dilapisi kasa lembab NaCl 0,9% dan
selanjutnya kasa kering steril. Dibuat lubang kecil diatas skin graft untuk jalan
keluar darah yang ada. Kemudian dilakukan irigasi untuk membuang sisa bekuan
darah dibawah graft dengan spoit berisi NaCl 0,9%. Untuk membantu
keberhasilan tindakan, dilakukan balut tekan dengan menggunakan verbal elastic.
9

Pada daerah yang tidak memungkinkan dipasang verban elastic seperti muka atau
leher, maka untuk menjamin fiksasi perlu dilakukan tie over yaitu saat penjahitan
skin graft beberapa simpul disisakan panjang untuk fiksasi.
Masa pemulihan dari skin graft pada umumnya cepat. Yang perlu
diperhatikan yaitu daerah luka harus dilindungi dari trauma atau peregangan
selama 2-3 minggu. Tergantung pada penempatan dari skin graft, suatu penutup
luka mungkin perlu untuk 1-2 minggu. FTSG memerlukan periode kesembuhan
lebih panjang, dimana dalam banyak kasus memerlukan perawatan dirumah sakit
selama satu sampai dua minggu.

Gambar 5
Pengambilan kulit untuk Skin Graft
10

Gambar 6
Pengambilan kulit dengan dermatom

Gambar 7
Arm Graft

FASE PENYEMBUHAN SKIN GRAFT SECARA FISIOLOGIS


Terdapat dua tahap pemulihan skin graft yaitu :
1. Imbibisi plasmic (24-48 jam pertama setelah graft)
11

Dalam proses ini, jaringan donor akan mendapatkan nutrisi melalui


penyerapan plasma dari kulit dibawahnya melalui kapiler-kapiler, sehingga
STSG dikatakan memiliki kemungkinan berhasil yang lebih besar karena
cairan plasma yang diserap lebih efektif.
2. Fase penyembuhan/inokulasi (48-72 jam sampai 1 minggu setelah graft)
Kelenjar limfe akan terbentuk pada jaringan graft kira-kira 1 minggu,
dan reinervasi graft akan mulai pada minggu-minggu pertama. Proses
revaskularisasi skin graft sebagai berikut:
a. Hubungan anastomose langsung antara graft dengan pembuluh darah resipen
(autoinokulasi)
b. Pertumbuhan dari pembuluh darah resipie ke dalam saluran endothelial graft.
c. Penetrasi pembuluh darah baru ke dalam dermis graft.   
                       
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL SKIN GRAFT
Yang beresiko mengalami komplikasi selama operasi skin graft diantaranya :
 Usia lanjut ( > 60 tahun ) atau bayi baru lahir
 Merokok
 Penderita penyakit kronis
 Menggunakan obat hipertensi, insulin, relaksan otot

Gambar 8
Skin Graft pada usia lanjut
12

Faktor – Faktor Penyebab Kegagalan Skin Graft


 Hematoma
Hematoma dapat menghalangi proses revaskularisasi. Untuk mencegah
hematoma dapat dipakai metode mesh grafting dengan membuat insisi kecil
ultiple dengan jarak teratur untuk drainase darah atau eksudat dan juga
untuk memperluas kulit.
 Faktor mekanik, berupa kegagalan imobilisasi sehingga skin graft bergeser
dan revaskularisasi tidak terjadi.
 Infeksi
 Tekhnik yang salah, diantaranya adalah :
-  Menempelkan skin graft pada daerah yang masih berepitel
-  Skin graft terbalik
-  Skin graft terlalu tebal
Jika skin graft dapat bertahan dalam waktu 72 jam tanpa ada infeksi
maka umumnya tidak akan ada reaksi penolakan dan umumnya skin graft dapat
berhasil.
Faktor-Faktor Keberhasilan Skin Graft
Suksesnya transplantasi dari suatu Skin Grafting berhubungan dengan
take dari graft tersebut. Take dari graft tergantung dari :
1. Vaskularisasi yang adekuat
Suatu skin graft memerlukan aliran darah yang adekuat dari daerah
resipien untuk dapat bertahan hidup. Skin Graft yang dilakukan pada daerah
resipien yang kaya akan pembuluh darah mempunyai kemungkinan untuk take
yang lebih besar. Aliran darah dari daerah resipien ke graft kemudian akan
melewati fase imbibisi plasmic, inoskulasi, hingga akhirnya terbentuk bridging
pembuluh darah yang baru ke graft. Untuk itu, hal-hal yang menghalangi aliran
darah ke graft seperti jaringan granulasi harus disingkirkan terlebih dahulu.
2. Kontak yang baik antara skin graft dengan daerah resipien
Agar proses pembentukan bridging pembuluh darah yang baru dari
daerah ke graft dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan kontak yang baik
antara skin graft dengan daerah resipiennya. Untuk itu yang harus diperhatikan
13

adalah tekanan yang adekuat pada graft, ada tidaknya kumpulan cairan antara
graft dengan resipien, dan pergerakan antara graft dengan resipiennya.
 Tekanan yang adekuat
Tekanan yang adekuat dapat dicapai dengan melakukan fiksasi
yang baik yaitu dengan penjahitan interuptus dipinggir kemudian
dilanjutkan dengan beberapa jahitan kasur diatas skin graft untuk
menjamin kontak dan mencegah pergeseran. Penjahitan yang terlalu
longgar akan menyebabkan bergesernya graft sehingga tidak dapat
terbentuk bridging pembuluh darah yang baru. Sedangkan penjahitan yang
terlalu kuat akan menyebabkan tarikan yangkemudian akan merusak graft
itu sendiri.
 Mencegah timbunan cairan antara graft dengan resipien
Darah, serum dan bahan purulen akan memisahkan graft dari
resipiennya, menghalangi vaskularisasi sehingga akan menghalang take
dari skin graft tersebut dan menyebabkan kegagalan graft. Perdarahan
yang terjadi pada proses penempelan graft biasanya akan berhenti sendiri
dalam 5-10 menit, sehingga sebelum operasi dilanjutkan, harus dilakukan
evakuasi terhadap bekuan darah yang mungkin terjadi. Bila dicurigai akan
adanya seroma, hematoma atau pus di bawah kulit, sebaiknya dalam 24-48
jam dilakukan pengamatan skin graft. Seroma, hematoma atau bekuan
darah harus segera di evakuasi dengan melakukan insisi kecil pada graft
tepat di atas seroma, hematoma atau bekuan darah tersebut, selanjutnya
dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan penggantian pembalut
dilakukan tiap hari sampai seroma, hematoma dan bekuan darah tidak ada
lagi di bawah skin graft.
 Imobilisasi yang baik
Adanya pergerakan antara graft dengan daerah resipien akan
menghancurkan bridging kapiler yang baru sehingga mengalami
terbentuknya vaskularisasi graft. Untuk menjaga agar tidak terjadi
pergerakan antara graft dengan resipien dapat digunakan spalk untuk
daerah ekstrimitas, leher dan aksila, untuk melindungi skin graft dari
14

gerakan-gerakan tubuh yang dapat merusak skin graft serta mencegah


kontraksi yang terjadi karena posisi anatomis. Pada daerah wajah,
imobilisasi dapat dilakukan dengan balutan tie over.
3.  Tidak adanya infeksi
Sukses tidaknya penutupan luka tergantung pada ada tidaknya infeksi
luka. Infeksi luka ditentukan oleh keseimbangan antara daya tahan luka dan
mikroorganismenya. Bila jumlah mikroorganismenya lebih dari 104 / gram
jaringan, maka resiko infeksi adalah sebesar 89%. Skin graft yang dilakukan
pada jaringan yang mengandung lebih dari 105/gr jaringan akan selalu gagal.
Streptococcus beta hemolyticus masih dianggap sebagai faktor infeksi yang
menyebabkan kegagalan skin graft. Demam yang tidak tinggi disertai adanya
bau atau kemerahahn pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan hari ke-4
pasca bedah apalagi bilai disertai rasa nyeri yang semakin bertambah akan
lebih menyokong adanya infeksi pada daerah operasi. Pada pasien dibetes atau
mereka yang mendapat terapi imunosupresan lebih mudah mendapatkan
infeksi. Pencegahan infeksi dilakukan dengan kompres NaCl 0.9% dan
memberikan antbiotik yang sesuai dengan mikroorganisme yang dapat merusak
graft.
15

Gambar 9

PERAWATAN SKIN GRAFT PADA DONOR DAN RESIPEN


16

a. Daerah resipen
Bila diyakini tindakan hemostatis daerah resipen telah dilakukan
dengan baik dan fiksasi skin graft telah dilakukan dengan baik, balutan dibuka
hari ke-5 untuk mengevaluasi hasil dari skin graft dan benang fiksasi/jahitan
dicabut.
Skin graft take yang dimaksud adalah terjadi revaskularisasi dimana
skin graft memperoleh cukup vaskularisasi untuk hidup seperti parasit ditempat
baru. Apabila baik dilakukan perawatan tiap 2-3 hari. Disarankan pada
penderita tindakan skin graft diekstremitas tetap memakai pembalut elastic
sampai pematangan graft kurang 3-6 bulan.
Bila diduga akan adanya hematoma atau bekuan darah dibawah kulit
sebaiknya dalam 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft. Karena bila
terjadi seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft akan
mengurangi kontak skin dengan resipen sehingga akan menghalangi take dari
skin grat tersebut. Pada pengamatan ini dilakukan pembukaan balutan dengan
hati-hati jangan sampai merusak skin graft (terangkat atau tergeser). Seroma,
hematoma atau bekuan darah harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi
kecil pada skin graft tepat diatas seroma/hematoma/bekuan darah tersebut
selanjutnya dilakukan pembalutan lagi. Perawatan dan pergantian balutan
dilakukan tiap hari sampai seroma/hematoma bekuan darah tidak ada lagi
dibawah skin graft. Bila evakuasi seroma/hematoma/bekuan darah dilakukan
dalam 24 jam pertama, graft masih dapat terjamin take 100%. Infeksi pada skin
graft tidak akan menimbulkan kenaikan suhu badan dalam 24 jam pertama
pasca bedah. Demam yang tidak tinggi disertai adanya bau atau kemerahan
pada pinggir skin graft antara hari ke-2 dan ke-4 pasca bedah.
b. Daerah donor
Pada donor split thickness skin graft balutan luka dibuka setelah
proses epitelisasi. Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi.
Pada daerah donor terjadi penyembuhan atau epitelialisasi untuk thin split
thickness skin graft 7- 9 hari, intermediate split thickness skin graft 10 – 14
hari sedangkan thick split thickness skin graft memerlukan 14 atau lebih.
17

Perawatan split thickness skin graft secara umum diambil rata-rata 14 hari.
Balutan dibiarkan sekitar 14 hari kecuali bila balutan kotor diganti bagian
luarnya saja. Balutan pada donor biasanya melekat erat dengan kulit. Saat
melepas balut/tulle harus hati-hati dan jangan dipaksa. Bila balutan masih
melekat erat tidak diangkat. Hal yang terbaik balutan dapat terpisah/terlepas
spontan. Bagian yang masih melekat dibiarkan sampai dapat terlepas sendiri
karena telah terjadi epitelisasi bila pelepasan balut/tulle dipaksa akan berdarah
disertai rasa nyeri, ini merusak proses epitelisasi dan penyembuhan akan
bertambah lama.

Gambar 10

Luka donor full thickness skin graft diperlakukan seperti luka jahitan
biasa yaitu hari ke-3 kontrol luka dan hari ke-7 jahitan dapat diangkat atau bila
diyakini hasil tindakan tidak akan timbul masalah control dapat langsung hari
ke-7. Pada donor full thickness skin graft yang tidak dapat ditutup primer,
dilakukan penutupan dengan split thickness skin graft, perawatannya seperti
perawatan luka split thickness graft.  

KOMPLIKASI
18

Komplikasi dari penggunaan skin graft yaitu :


      Perdarahan
      Infeksi
      Hematoma atau seroma
      Kontraktur
      Penyembuhan yang tidak sesuai dengan tekstur, warna atau topografi
19

DAFTAR PUSTAKA

1.   Grabde D. Skin Grafting [online].Sept 19th 2006 [cited 2008 Agustus 10th]; 
Available fromt URL: http://www.emedicine.com/plastic/TOPIC382.HTM
2.   Skin Graft-Reconstructive Plasric Surgery [online].March 5rd 2007 [cited 2008
Agustus 10th]. 
Available from URL http://www.penhealth.com/medlineplus/encyclopedia.htm.
3.   Skin Grafting.[online]. March 14th 2006 [cited 2008 Agustus 10th] .
Available from :
URL:http://www.healthztoz.com.healthatoz/atoz/common/standard/trans.htm
4.   Christensen D, Christopher Arpey, Duane C. Whittaker. Skin grafting. In :
Surgery of the Skin – Procedural Dermatology. 1St published. Editors : June K.
Robinson et all. Philadelphia : Elsevier Mosby, 2005
5.  Vistnes L. Grafting of Skin. In : The Surgical Clinics of North America. Vol 57.
Editor : Hugh A. Johnson. Philadelphia : WB Saunders Company, 1977.
6.  Miller T. Basic Principles of Surgery. In Plastic Surgery Volume I. Editors :
William C. Grabb, James W. Smith. 1988
7.  David C. Sabiston, Jr., M. D. Buku Ajar Bedah (Essentials of Surgery) Vol I.
Editor : dr. Jonathan Oswari. EGC. 1995
8.  Revis DR .Skin Graft. [online]. Feb17th2006 [cited 2008 Agustus 10th]; 
Available from URL: http://www.emedicine.com/plastic/TOPIC392.HTM
9.   Skin Graft. [online]. Jun 17th2005 [cited 2008 Agustus 10th],
Available from URL : http://www.childrensnyp.org/mschony/P01760.html.
10.  Cell biology lab histology/tissues Study Guide faculty [online]. [cited 2008
Agustus 10]
Available from URL :  tamu-commerce.edu/fmiskevich.
11.  Skin Graft- series : procedure. [online]. May 3rd2007 [cited 2008 Agustus 10th],
Available from URL :http://www. nucleusinc.com/imagescooked/204243W/     
catalog. Jpg
20

12.  Skin Graft- series : procedure. [online]. May 3rd2007 [cited 2008 Agustus 10th],
Available from URL :http://www. nucleusinc.com/imagescooked/2300W/     
catalog. Jpg
13.   Skin Graft- series : procedure. [online]. May 3rd2007 [cited 2008 Agustus 10th],
Available from URL :http://www. nucleusinc.com/imagescooked/8535W/     
catalog. Jpg
14.  Skin Graft- series : procedure. [online]. May 3rd2007 [cited 2008 Agustus 10th],
Available from URL :http://www. nucleusinc.com/imagescooked/1668W/     
catalog. Jpg
15.  Skin Graft. [online]. May 3rd2007 [cited 2008 Agustus 10th].
Available from URL http://www.nlm.nih.ov/medlineplus/ency/article/002982.htm
16.  Skin Graft. [online]. March 2002 [cited 2008 Agustus 10th].
Available from URL : http://www.answers.com/topic/skin-grafting-surgical-
term.htm.
17. Reus WF, Mathes SJ: Wound closure. In Jurkeiwicz MJ, Krizek TJ, Mathes SJ,
Ariyan S (eds): Plastic Surgery: Principles and Practice. St. Louis, Mosby, 1990,
pp 20–22.
18. Cohen M (ed): Mastery of Plastic and Reconstructive Surgery. Boston, Little,
Brown, 1994
19. McCarthy JG (ed): Plastic Surgery. Philadelphia, W.B. Saunders, 1990
20. Chase CA: Altas of Hand Surgery.Philadelphia, W.B. Saunders,1973
21. Edgerton M: The Art of Surgical Technique. Baltimore, Williams & Wilkins,
1988
22. Perdanakusuma D. skin Grafting. Airlangga University Press. Surabaya. 1998.
(hal 7-27)
23. Spector J, Levine J. Cutaneous Defects : Flap, Graft, and Expansion. Current
Therapy in Pkastic Surgery. Saunders, Philadelpia. 2006 (hal 11-20)

Anda mungkin juga menyukai