Anda di halaman 1dari 28

PERAWATAN SKIN GRAFT

Kelompok 12 :
Desmalinda Ramadhani (PO71200190071)
Febi Anggraini (PO71200190055)

PERAWATAN SKIN GRAF


Reta Octavia (PO71200190047)

T Dosen Pengampu :
Ns.Dewi Masyitah,M.Kep.,Sp.Kep.,MB
DEFINISI SKIN GRAFT

Menurut Heriady (2005), skin graft adalah menana


m kulit dengan ketebalan tertentu baik sebagian
maupun seluruh kulit yang diambil atau dilepaska
n dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut dae
rah donor) kemudian dipindahkan atau ditanamkan
ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya (disebu
t daerah resipien). Skin graft adalah penempatan
lapisan kulit baru yang sehat pada daerah luka
(Blanchard, 2006:1)
Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami k
erusakan kulit yang hehat sehingga terjadi ganggu
an pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada l
uka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi, luka kare
na trauma atau area yang terinfeksi dengan kehila
ngan kulit yang luas.
Pelaksanaan prosedur skin graft berdas
arkan pada beberapa faktor

• ukuran luka,
• tempat luka dan
• kemampuan kulit sehat yang ada pada tub
uh (Blanchard, 2006:2).
• Daerah resipien diantaranya adalah luk
a-luka bekas operasi yang luas sehingga
tidak dapat ditutup secara langsung den
gan kulit yang ada disekitarnya dan mem
erlukan tambahan kulit agar daerah beka
s operasi dapat tertutup sehingga prose
s penyembuhan dapat berlangsung secara
optimal (Heriady, 2005:2).
KLASIFIKASI

a.Autograft
Pemindahan atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke
lokasi lain pada orang yang sama.

b.Allograft
Kulit berasal dari individu lain atau dari kulit pengganti.
3.Xenograft Pencangkokkan dibuat dari kulit binatang
atau pencangkokkan antara dua spesies yang berbeda.
Biasanya yang digunakan adalah kulit babi.
Klasifikasi skin graft berdasarkan ke
tebalan kulit yang diambil dibagi men
jadi 2
1.Split Thicknes Skin Graft
( STSG ) 
STSG mengambil epidermis dan sebagian dermis berdasarkan
ketebalan kulit yang dipotong, Revis (2006) membagi STSG
sendiri menjadi 3 kategori yaitu :
Tipis (0,005 - 0,012 inci)
Menengah (0,012 - 0,018 inci)
Tebal (0,018 - 0,030 inci)
2.Full Thickness Skin Graft ( FTSG
)
FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila flap
(potongan kulit yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat
tidak diperoleh atau bila flap dari daerah setempat tidak
dianjurkan. FTSG lebih menjaga karakteristik dari kulit normal
termasuk dari segi warna, tekstur/ susunan, dan ketebalan bila
dibandingkan dengan STSG.
DAERAH DONOR SKIN GRAFT

Daerah donor untuk FTSG dapat diambil dari kulit dibelakang


telinga, dibawah atau diatas tulang selangka (klavikula), kelopak
mata, perut, lipat paha dan lipat siku. Sebagian besar daerah donor
ini sering dipakai untuk menutup luka pada daerah wajah atau
leher.
DAERAH RESIPIEN SKIN GRAFT
Komponen penting yang menjamin suksesnya skin graft
adalah persiapan pada daerah resipien. Kondisi fisiologis
pada daerah resipien harus mampu menerima serta
memelihara graft itu sendiri. Skin graft tidak akan dapat
bertahan hidup pada jaringan yang tidak dialiri darah. Skin
graft akan dapat bertahan hidup pada periosteum,
perikondrium, dermis, fasia, otot, dan jaringan granulasi.

PROSEDUR OPERASI
Teknik operasi yang hati-hati adalah syarat penting agar graft dapat
hidup. Setelah melakukan prosedur anestesi dengan tepat baik
menggunakan lokal,regional atau general anestesi, tindakan
selanjutnya adalah mempersiapkan luka untuk pemindahan kulit.
1.Full Thickness Skin Graft (FTSG)
Prosedur FTSG
1. Buat patron (cetakan dari daerah resipien)
2. Eksisi donor sesuai patron tepat di subdermal junction
3. Pembuangan jaringan kulit lemak
4. Penempelan pada resipien
5. Penjahitan dari graft ke resipien
6. Penutupan dengan tulle, kapas kering
7. Fiksasi dengan tie over dan dressing bandage
2.Split Thickness Skin Graft (ST
SG)
1. Persiapan
: tentukan daerah donor yang akan
diambil, olesi dengan parafin steril
2. Pengambilan : dapat dengan pisau no.22, pisau
Humby atau dengan dermatome
3. Tentukan ketebalan yang akan diambil
4. Penempelan dengan penjahitan
5. Ditutup dengan tulle, kasa lembab, kapas kering
6. Fiksasi dengan menggunakan Tie over, dressing
bandage
7. Evaluasi dilakukan pada hari ke-5
8. Dilakukan pencabutan benang dan perawatan luka
Proses Penyembuhan

Menurut Rives (2006), masa penyembuhan dan


kelangsungan hidup graft terdiri dari 7 tahap yaitu:

1.Perlekatan dasar
Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka
melalui jaringan fibrin yang tipis merupakan proses
sementara hingga sikulasi dan hubungan antar
jaringan telah benar-benar terjadi.
2.penyerapan Plasma
Periode waktu antara pemindahan kulit dengan
revaskularisasi pada graft merupakan fase penyerapan
plasma. Graft akan menyerap eksudat pada luka dengan
aksi kapiler melalui struktur seperti spon pada graft
dermis dan melalui pembuluh darah dermis.

3.Revaskularisasi
Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post
skin graft dengan mekanisme yang belum diketahui.
Tanpa memperhatikan mekanisme, sirkulasi pada graft
akan benar-benar diperbaiki pada hari ke 6 – 7 setelah
operasi.
4.Pengerutan luka
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan
merupakan masalah yang berhubungan dengan segi
kosmetik tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan
pada luka.

5.Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses
pencangkokkan kulit berlangsung. Pada STSG, rambut
akan tumbuh lebih jarang atau lebih sedikit pada
daerah graft yang sangat tipis. Graft mungkin akan
kering dan sangat gatal pada tahap ini.
6.Reinnervasi
Pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang perifer.
Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses
sentral.

7.Pigmentasi
Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung
lebih cepat dengan pigmentasi yang hampir
serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada
STSG akan terlihat lebih pucat atau putih dan
akan terjadi hiperpigmentasi dengan kulit
tampak bercahaya atau mengkilat.
Komplikasi
Skin graft banyak membawa resiko dan
potensial komplikasi yang beragam tergantung
dari jenis luka dan tempat skin graft pada
tubuh. Komplikasi yang
mungkin terjadi antara lain sebagai
berikut(Blanchard, 2006:2):
1.penyebab Kegagalan
•Perdarahan hematoma atau seroma
dibawah skin graft.
•Kesalahan teknik (imobilisasi tidak
sempurna, penempelan graft terbalik,
pergeseran skin graft )
• Daerah resipien memang kurang baik
vaskularisasinya (misalnya pada bekas
crush injury)
• Infeksi
2.Reaksi penolakan terhadap skin graft

3.Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien.

4.Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft

5.Munculnya jaringan parut


6.Hiperpigmentasi

7.Nyeri dapat terjadi karena penggunaan


staples pada proses perlekatan graft atau juga
karena adanya torehan, tarikan atau
manipulasi jaringan atau organ (Long,
1996:60).
Asuhan Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN

•Pengkajian keperawatan
berfokus pada keadaan kulit pasien,
mengkaji keadaan umum kulit meliputi warna, suhu,
kelembaban, kekeringan, tekstur kulit, lesi, vaskularitas,
mobilitas dan kondisi rambut serta kuku. Turgor kulit,
edema yang mungkin terjadi dan elastisitas kulit dinilai
dengan palpasi.
Tujuan Pengkajian sirkulasi pada kulit
yaitu untuk memperoleh data apakah telah terjadi
komplikasi akibat pemasangan graft dan untuk
memantau kelangsungan hidup graft pada daerah
resipien.

Bila graft berwarna merah muda, hal ini


menunjukkan terjadinya proses vaskularisasi.
Warna kebiruan pada sianosis menunjukkan
terjadinya hipoksia seluler atau sel kekurangan
oksigen dan mudah terlihat pada ekstremitas,
dasar kuku, bibir serta membran mukosa
Diagnosa dan intervensi keperawatan

1.Gangguan rasa nyaman:nyeri berhubungan dengan


trauma jaringan
Tujuan :
Klien melaporkan nyeri hilang, berkurang atau terkontrol

Kriteria hasil:
A.Ekspresi wajah rileks
B.Skala nyeri 0 – 4
C.Klien dapat beristirahat
D.Klien tidak mengeluh kesakitan
Intervensi

A.Kaji lokasi dan karakteristik nyeri


B.Lakukan tindakan manajemen nyeri relaksasi dan
distraksi
C.Beri aktifitas yang tepat untuk klien
D.Berikan lingkungan yang aman dan nyaman
E.Berikan posisi senyaman mungkin
D.Berikan analgetika (kolaborasi medik)
2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
cedera pada jaringan sekitar area luka

Tujuan:
A.Klien dapat melakukan mobilitas fisik sesuai dengan
toleransi.
Kriteria hasil
B.Klien aktif dalam dalam rencana keperawatan.
C.Klien dapat melakukan aktifitas fisik dan pemenuhan
ADL.
Intervensi :

1.Kaji kemampuan mobilitas


2.Atur alih baring tiap 2 jam
3.Bantu klien melakukan gerakan sendi secara aktif dan
pasif
4.Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan
aktifitas dalam lingkup terbatas.
5.Bantu pasien dalam melakukan aktifitas yang dirasakan
berat pada pasien.
6.Libatkan keluarga klien selama perawatan.
Selesai

Anda mungkin juga menyukai