Kelompok 5 :
1. Achmad Khoiri (161137)
2. Agung Yudha P (161138)
3. Ariyati Vilda W (161146)
4. Ariya Dhammayanti (161145)
5. Bambang Triyono (161148)
6. Cindy Nadyah Dwi (161201)
7. Eko Puji Pangestu (161161)
8. Ganang Hendra (161170)
9. Isfatul Khoirul R (161173)
10. Sri Wahyuningsih (161193)
11. Wulan Eksakta (161197)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah kami
dengan judul “MAKP Discharge Planning” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Dalam penyusunan Tugas Makalah ini, penulis mendapatkan banyak
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ns. Apriyani Puji Hastuti, M.Kep
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini, dengan
sebaik-baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran dari semua pihak, untuk menyempurnakannya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………...............…………………………………
1.2 Rumusan masalah……………………………...........…………………………..
1.3 Tujuan………………………………………………..........……………………
1.4 Manfaat……………………………………………………..........……………..
BAB IV PERENCANAAN
4.1 Perencanaan discharge planning…………………………………………….
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
3.4 Tujuan
3.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep teori MAKP discharge planning dan
penerapannya.
3.5 Manfaat
3.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoroitis makalah dapat menjadi referensi atau masukan bagi
perkembangan ilmu manajemen keperawatan selanjutnya dan untuk
mengetahui atau mendalami konsep teori dischage planning dan
penerapannya.
3.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil dari makalah ini dapat menjadi panduan dalam
melakukan praktik proses keperawatan discharge planning pada pasien.
BAB II
TINJAUAN KASUS
Keadaan pasien:
1.Klinis & pemeriksaan penunjang lain.
2.Tingkat ketergantungan klien
Perencanaan Pulang
Program Health
Penyelesaian Education:
Lain- lain
administrasi - Control &obat/
perawatan
- Nutrisi
- Aktivitas dan
istirahat
- Perawatan diri
1. Pengkajian
Pengkajian discharge planning berfokus pada 4 area, yaitu pengkajian
fisik dan psikososial, status fungsional, kebutuhan penkes dan konseling.
Zwicker dan Picariello (2003) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip dalam
pengkajian adalah :
a. Pengkajian dilakukan pada saat pasien masuk dan berlanjut selama
perawatan.
b. Pengkajian berfokus pada pasien dewasa yang berisiko tinggi tidak
tercapainya hasil discharge.
c. Pengkajian meliputi :
1) Status fungsional (kemampuan dalam aktivitas sehari-hari dan
fungsi kemandirian).
2) Status kognitif (kemampuan pasien dalam berpartisipasi dalam
proses discharge planning dan kemampuan mempelajari
informasi baru).
3) Status psikologi pasien, khususnya pengkajian terhadap
depresi.
4) Persepsi pasien terhadap kemampuan perawatan diri.
5) Kemampuan fisik dan psikologik keluarga dalam perawatan
pasien.
6) Kurangnya pengetahuan berkaitan kebutuhan perawatan
kesehatan setelah pulang.
7) Faktor lingkungan setelah pulang dari rumah sakit.
8) Kebutuhan dukungan formal dan informal keluarga dalam
memberikan perawatan yang benar dan efektif.
9) Review pengobatan dan dampaknya.
10) Akses ke pelayanan setelah pulang dari rumah sakit.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge
planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga,
mengetahui problem, etiologi (penyebab), support sistem (hal yang
mendukung pasien sehingga dilakukan discharge planning).
3. Intervensi
Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan
pasien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran
yang baik untuk persiapan pulang pasien, yang disingkat dengan METHOD
yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien diharapkan mengetahui tentang nama obat, dosis yang harus di
komsumsi, waktu pemberiannya, tujuan penggunaan obat, efek obat,
gejala yang mungkin menyimpang dari efek obat dan hal-hal spesifik
lain yang perlu dilapork.
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya
aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang
dibutuhkan untuk kelanjutan perawatannya.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah
pasien pulang, yang dilakukan oleh pasien dan anggota keluarga.
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Pasien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana
mempertahankan kesehatan, termasuk tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient Referal
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen
komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan yang kontinu dan
klien dapat mengetahui waktu dan tempat untuk kontrol kesehatan,
mengetahui dimana dan siapa yang dapat dihubungi untuk membantu
perawatan dan pengobatannya.
f. Diet Pasien
Pasien diharapkan mampu mendeskripsikan tujuan pemberian diet,
merencanakan jenis-jenis menu yang sesuai dengan dietnya.
4. Implementasi
Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana
pengajaran referal. Seluruh pengajaran yang diberikan harus
didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge
summary). Intruksi tertulis diberikan kepada pasien. Demontrasi ulang harus
memuaskan, pasien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan
melakukannya dengan alat yang digunakan dirumah. Prinsip umum dalam
implementasi discharge planning adalah :
1) Discharge planning harus berfokus pada kebutuhan pasien dan
keluarga.
2) Hasil pengkajian dijadikan sebagai pedoman strategi pelaksanaan
3) Hasil pengkajian akan menentukan kebutuhan pendidikan kesehatan
yang dibutuhkan setelah pasien pulang dari rumah sakit.
4) Data pengkajian dapat memprediksikan outcome pasien setelah pulang
dari rumah sakit.
5) Discharge planning dimulai saat pasien masuk bertujuan untuk
memperpendek hari rawatan
5. Evaluasi
Evaluasi sangat penting dalam proses discharge planning. Perencanaan
dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan
pelayanan yang sesuai. Keberhasilan program rencana pemulangan
tergantung pada enam variabel:
a. Derajat penyakit.
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan.
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan.
e. Komplikasi tambahan.
f. Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan.
Kepala Ruangan
CS CS CS
3. Kebutuhan Tenaga
Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan dapat diterapkan beberapa
formula yaitu:
a. Metode Rasio
1) Rumah sakit Y tipe B dengan jumlah tempat tidur 200 buah, maka
sesoranng pimpinan tenaga keperawatan akan memperhitungkan
jumlah tenaga keperawatan adalah:
1/1 x 200 = 200
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan untuk rumah sakit tersebut
adalah 200 orang.
2) Bila rumah sakit tipe C dengan jumlah tempat tidur 100 buah,
maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah:
2/3 x 100 = 67, maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan
adalah 100 orang.
3) Bila rumah sakit tipe D dengan jumlah tenaga perawat tempat tidur
75 buah, maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah:
½ x 75 = 37,5 maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan
adalah 40 orang.
b. Motode Douglas
Di ruang X RS Y dirawat 36 orang pasien dengan kategori sebagai
berikut: 30 pasien dengan perawatan minimal, 4 pasien dengan
perawatan persial dan 2 pasien dengan perawatan total. Maka
kebutuhan tenaga perawat adalah sebagai berikut.
Table 10.3 Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Sif Brdasarkan Tingkat
Ketergantungan Pasien di Ruang X Rumah Sakit Y pada Tanggal 23
April
c. Metode Gillies
Ruang X RS Y berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur, jumlah rata-
rata pasien yang dirawat 30 orang perhari. Kriteria pasien yang dirawat
tersebut adalah 20 orang dapat melakukan perawatan mandiri, 5 orang
perlu diberikan perawatan sebagian, dan 5 orang harus dibrikan
perawatan total. Tingkat pendidikan perawat yaitu S-1 dan D-3
Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan
situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat
diruang tersebut adalah sebagai berikut.
1) Menentukan terlebuh dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan
pasien per hari, yaitu:
a) Keperawatn langsung:
Keperawatan mandiri 20 orang pasien 20 x 24 jam = 40 jam
Keperawtan sebagian 5 orang pasien 5 x 3 jam = 15 jam
Keperawatan total 5 orang pasien 5 x 6 jam = 30 jam
Jumlah 85 jam
b) Keperawatan tidak langsung 30 orang pasien x 1 jam = 30 jam
c) Penyuluhan kesehatan = 30 orang pasien x 0,25 jam = 7,5 jam
total jam secara keseluruhan adalah 122,5 jam.
2) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per-
pasien perhari adalah 122,5 jam + 30 pasien = 4 jam.
3) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan
tersebut adalah langsung menggunakan rumus Gilles di atas
sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:
4 jam/pasien/hari x 30 pasien/hari x 265 hari = 43800 = 22 orang
(365 hari - 76) x 7 jam 2023
20% x 20 = 40 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 22 + 44 =
26 orang/hari
4) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
dibutuhkan perhari yaitu:
30 orang x 4 jam = 17 orang
7 jam
5) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per sif,
yaitu dengan ketentuan menurut Easter (Swansbung, 1990).
a) Sif pagi 47%= 7,9 orang (8 orang)
b) Sif sore 36%= 6,1 orang (6 orang)
c) Sif malam 17%= 2,9 orang (3 orang)
6) Kombinasi menurut Abdellah dan Levvine adalah:
a) 55%= 14,3 (14 orang) tenaga professional
b) 45%= 11,7 (12 orang) tenaga non professional
Table 10.9 Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Tidak Langsung pada Sif Pagi di
Ruang X RS Y Surabaya Tanggal 17 oktokber – 18 november (n=12)
No Tindakan keperawatan Waktu Frekuensi Rerata
tidak langsung (jam) waktu (jam)
1 Pendokumentasian 11,52 72 0,16
catatan medic
2 Telekomunikasi denga 0,415 5 0,082
ruang lain
3 Timbang terima pasien 6 0,5 0,5
4 Memenuhi kebutuhan 4,16 26 0,16
kebersihan dang
lingkungan
5 Persiapan dan sterilisasi 0,64 4 0,16
alat
Total 22,735 119 1,063
Tabel 10.10 Pelaksanan Kegiatan Non Produktif pada Sif Pagi di Ruang X RS Y
Surabaya tanggal 17 oktokber – 18 November (n=12)
No Kegiatan Non Waktu (jam) Frekuensi Rerata waktu
produktif (jam)
Table di atas menunjukan bahwa beban kerja di ruang X termasuk kategori beban
kerja rendah (kurang dari 80%).
2. Fasilitas
a. Fasilitas untuk pasien.
Table 10.13 Daftar Fasilitas untuk Pasien Ruang X RS Y
No Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1 Tempat tidur 25 bed Cukup 1:1 -
baik
2 Meja pasien 25 buah Cukup 1:1 -
baik
3 Kipas angin 7 buah Cukup 4/ ruangan Perlu
baik dikurangi
4 Kursi roda 3 buah Cukup 2-3/ -
baik ruangan
- Pasca
a. Diskusi/klarifikasi
b. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan
secara langsung tanda tangan pergantian sif serta
penyerahan laporan.
c. Ditutup oleh kepala ruang.
- Pelakasanaan
a. Penjelasan / penyajian tentang pasien oleh
perawat yang mengelola pasien.
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus
tersebut.
c. Ke bed pasien perawat lain / konselor / tim
kesehatan lainnya melakukan pemeriksaan /
validasi dengan cara observasi, membaca status /
dokumen lainnya: dan menanyakan.
- Pasca di nurse station
a. Pemberian justifikasi oleh perawat tentang data,
masalah pasien, rencana, tindakan yang akan
dilakukan dan kriteria evaluasi.
b. Kesimpulan dan rekomendasi untuk asuhan
keperawatan selanjutnya oleh Kepala Ruang /
pimpinan ronde.
4 Pengelolaan Penerimaan resep / obat
Logistik dan Obat - Penanggung jawab pengelolaan obat adalah
kepala ruang yang dapat didelegasi kepada staf
yang ditunjuk (perawat primer atau ketua Tim).
- Ke bed pasien / keluarga: Penjelasan dan
permintaan persetujuan tentang sentralisasi obat.
- Format sentralisasi obat berisi: nama, no
register, umur, ruangan.
Pemberian obat
- Perhatikan 6 tepat (pasien, dosis, cara, waktu,
dokumentasi) dan IW (Waspada / monitoring.
Penyimpanan
- Mekanisme penyimpanan
a. Obat yan diterima dicatat dalam buku besar
persediaan atau dalam kartu persediaan.
b. Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat
untuk penggunaan oral dan obat luar.
5 Penerimaan - Persiapan
Pasien Baru - Pelaksanaan
Penjelasan tentang 3P
1) Pengenalan kepada pasien, tenaga kesehatan
lain.
2) Peraturan rumah sakit.
3) Penyakit termasuk sentralisasiobat.
- Penandatanganan penjelasan.
6 Discharge - Pesiapan
Planing Mengidentifikasi kebutuhan pemulangan pasien,
kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang
mungkin timbul pada saat pasien pulang, antara
lain: pengetahuan pasien / keluarga tentang
penyakit: kebutuhan psikologis: bantuan yang
diperlukan pasien: pemenuhan kebutuhan
aktivitas hidup sehari-hari seperti makan,
minum, eliminasi, danlain-lain: sumber dan
sistem yang ada dimasyarakat: sumber finansial:
saat dirumah: kebutuhan perawatan dan
supervisi dirumah.
- Pelaksanaan: dilakukan secara kolaboratif serta
disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas
yang ada.
7 Supervisi - Prasupervisi
Supervisi dilakukan oleh kepala ruangan
terhadap kinerja dari tim (ketua dan anggota)
dan atau peran perawat primer dalam
melaksanakan ASKEP
- Pelaksanaan supervisi dilihat dari aspek;
tanggung jawab, kemampuan, dan kepatuhan
dalam menjalanka delegasi
- Pascasupervisi 3F:
a. Penilaian (fair)
b. Feedback dan klarifikasi
c. Reinforcement dan follow up perbaikan
8 Dokumentasi - Format model dokumentasi yang digunakan
(pengkajian dan catatan asuhan keperawatan)
- Pengisian dokumentasi: legalitas, lengkap,
akurat, relevan, baru (LLARB)
2.2.4 M4- Money
Difokuskan pada berikut:
1. Pemasukan
2. RAB, yang meliputi dana untuk kegiatan berikut:
a. Operasional (kegiatan pelayanan)
b. Manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air, telepon, dan lainnya)
c. Pengembangan (sarana prasarana dan sumber daya manusia)
0 x 100%
= 0%
36
0 x 100% = 0%
36
3. Angka kejadian flebitis
Kejadian flebitis, pada bulan januari-maret tercatat 129 pasien yang
terpasang intravena line (IVL). Dari 129 pasien yang terpasang IVL,
tidak ada yang terjadi kejadian flebitis (0%).
4. Angka kejadian dekubitus
Kejadian dekubitus, dari data yang didapatkan selama maret tidak
terdapat pada yang mengalami dekibitus (0%) dari total 61 pasien
MRS yang mengalami immobilitas diruang bedah X
5. Lain-lain
Upaya pengurangan infeksi nosokomial (INOS)
Indikator penilaian INOS
a. ILO (tidak terjadi ) selama januari-maret
1) Luka bersih : 28 orang
2) Bersih kontaminasi : 101 orang
3) Kontaminasi : tidak ada
4) Kotor : tidak ada
b. ISK : total pasien yang menggunakan kateter sebanyak 89 pasien
dan lama pemakaian selama 617 hari. Dari 89 pasien,tidak
terdapat infeksi saluran kemih (0%).
Kepuasan
1. Tingkat kepuasan klien
Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan terhadap kinerja perawat
pelaksana evaluasi menggunakn kuisioner yang berisi 20 soal berbentuk
pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan mencakup pemberian penjelasan
setiap prosedur tindakan, dan sikap perawat selama memberikan asuhan
keperawatan. Dari hasil kuisioner tentang kepuasan pasien terhadap
pelayanan perawat yang dibagiakan kepada 24 responden secara umum
menyatakan bahwa pelayanan perawat di ruang bedah X puas yaitu
sebanyak 20 orang (76-10%). Sebanyak 4 orang (56-75%) menyatakan
pelayanan perawat diruang bedah X cukup puas.
Untuk tingkat kepuasan ppasien kelolaan (10 pasien) didapatkan 7 orang
(70%) menyatakan puas terhadap pelayanan kesehatan dan sisanya 3
oang (30%) menyatakan cukup puas. Hal ini menujukkan bahwa tingkat
kepuasan pasien di ruang bedah X terhadap kinerja perawat adalah puas.
2 X 100% = 20%
10
4. Kenyamanan.
Angka penanganan nyeri pada pasien kelolaan tanggal 23 april.
Presentase pasien nyeri yang terdokumentasi dalam askep.
4 x 100% = 40%
10
ANALISA SWOT
Tujuan
Analisa SWOT
Tahap 2
Asumsi
Perencanaan
Tahap 4
Penganggaran
Program
2) Faktor Lingkungan
Lingkungan dapat memengaruhi perencanaan strategis, karena
lingkungan memiliki peran dalam memengaruhi pengambilan
keputusan manajerial, proses dan struktur organisasi, untuk itu
lingkungan eksternal penting untuk selalu dipantau dan dianalisis.
Pengamatan lingkungan merupakan suatu proses penting dalam
manajemen yang strategis, sebab pengamatan adalah mata rantai yang
pertama dalam rantai tindakan dan persepsi yang memungkinkan
suatu organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dalam beberapa kajian literatur ada beberapa dimensi
lingkungan eksternal yang masuk dalam manajemen strategi dan teori
organisasi, di antaranya (1) dukungan lingkungan (environmental
munifence) adalah sejauh mana sumber daya yang diberikan
lingkungan dapat mendukung pertumbuhan dan stabilitas yang
diperlukan oleh organisasi. (2) dinamika lingkungan (environmental
dynamism) adalah tingkat perubahan yang tidak dapat diprediksi dan
sulit direncanakan sebelumnya dalam elemen-elemen lingkungan,
seperti sektor penggalangan, pesaing, pemerintah, dan teknologi. (3)
kompleksitas lingkungan (environmental complexity) adalah
heterogenitas dari rangkaian aktivitas- aktivitas lingkungan
(Asmarani, 2006).
3) Budaya organisasi
Budaya organisasi dapat menjadi alat praktis manajemen yang mampu
mendukung adanya perubahan strategis. Budaya mencakup nilai,
aturan, kepercayaan di dalamnya yang membentuk perilaku, sikap
yang menguntungkan ( Asmarani, 2006) sehingga budaya orgaisasi
dapat memengaruhi komitmen terhadap organiasasi yang tentu
berdampak pada perencanaan strategis. Budaya juga merupakan dasar
dari seluruh faktor manajemen sumber daya manusia. Ini juga
memengaruhi perilaku yang merujuk pada hasil yaitu, komitmen,
motivasi, moral, dan kepuasan.
3.1.2 Analisis SWOT
Pada analisis SWOT ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Pengisisan item IFAS dan EFAS
Cara pengisian faktor IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen
yang ada dalam pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan
contoh pengumpulan data pada bagian lain di dalam buku ini). Data
tersebut dibedakan menjadi 2, yaitu IFAS (internal factors) yang
meliputi aspek weakness dan Strenght dan faktor EFAS (external
factors) yang meliputi aspek Opportunity dan Threatened.
2. Bobot
Beri bobot masing- masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai
dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut
tehadap strategi perusahaan.
3. Peringkat (Rating)
Hitung peringkat masing- masing faktor dengan memberikan skala
mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang/ poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut. Data rating didapatkan
berdasarkan hasil pengukuran baik secara observasi, wawancara,
pengukuran langsung. Faktor Strenght dan Opportunity
menggambarkan nilai kerja positif, sebaliknya faktor Weakness dan
Threatened, menggambarkan nilai kerja yang negatif. Kemudian,
kalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan nilai masing- maisng
faktor.
TOTAL 1 3,4
Weakness.
1. Beban kerja perawat di 0,5 4 2
ruangan cukup tinggi
2. sebagian perawat belum 0,3 3 0,9
mengikuti pelatihan MAKP.
3. Kurangnya kesejahteraan 0,2 3 0,6
perawat.
TOTAL 1 3,5
b. Eksternal Faktor
(EFAS)
Opportunity
1. Adanya program 0,2 3 0,6
pelatihan/seminar khusus
tentang manajemen
keperawatan dari diklat.
2. Adanya kesempatan 0,2 2 0,4
melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih
tinggi
3. Adanya Kerja sama yang 0,2 3 0,6
baik antara mahasiswa
fakultas keperawatan
dengan perawat klinik
4. Adanya kebijakan 0,2 2 0,4
pemerintah tentang
profesionalisasi perawat.
5. Adanya program 0,2 3 0,6
akreditasi RS dari
pemerintah di mana
MAKP merupakan salah
satu penilaian.
TOTAL 1 2,6
Treathened
1, Ada tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk
pelayanan yang lebih
profesional.
2. Makin tingginya
kesadaran masyarakat
akan hukum.
3. makin tingginya
kesadaran masyarakan
akan pentingnya
kesehatan.
4. persaingan antar-RS yang
semakin kuat.
5. Terbatasnya kuota tenaga
keperawatan yang
melanjutkan pendidikan
tiap tahun.
TOTAL
2. Sarana dan Prasarana
(M2).
a. Internal Faktor (IFAS).
Strenght.
1. Mempunyai sarana dan
prasarana yang memadai
untuk pasien, tenaga
kesehatan, dan keluarga
pasien termasuk sarana
dan prasana universal
precaution untuk perawat.
2. RS pemerintah tipe A
sekaligus sebagai RS
pendidikan dan rujukan.
3. Terdapat administrasi
penunjang (misal: buku
ijeksi,buku TT, buku
visit,SOP,dll) yang
memadai.
4. Tersedianya nurse station.
5. Pemeliharaan dan
perawatan dari sarana
penunjang kesehatan
sudah ada.
TOTAL
Weakness.
1. Sarana administrasi
penunjang untuk
dokumentasi belum
dimanfaatkan.
2. Kurangnya kamar mandi
yang memadai.
TOTAL
b. Eksternal Faktor
(EFAS).
Opportunity
1. Adanya pengadaan sarana
dan prasarana yang rusak
dari bagian pengadaan
barang
(AC,Syringe,pump).
2. Adanya program
pelatihan/seminar khusus
tentang pengoperasian
alat.
TOTAL
Treathened.
1. Kesenjangan antara
jumlah pasien dengan
peralatan yang ada.
2. Makin tinggi kesadaran
masyarakan akan
pentingnya kesehatan.
3. Ada tuntutan tinggi dari
masyarakan untuk
melengkapi sarana dan
prasarana.
TOTAL
3. Methode (M3)
I. MAKP.
a. Internal Faktor (IFAS),
Strenght.
1. RS memiliki visi, misi,
dan motto sebagai acuan
melaksanakan kegiatan
pelayanan.
2. Sudah ada Model MPKP
yang digunakan yaitu
MPKP primer.
3. Supervisi sudah dilakukan
kepala ruangan.
4. Ada kemauan perawat
untuk berubah.
5. Mempunyai standart
asuhan keperawatan.
6. Mempunyai protap setiap
tindakan.
7. Terlaksanaknnya
komunikasi yang ada
adekuat : perawat dan tim
kesehatan lain.
8. Ketenagaan keperawtan
sudah memenuhi syarat
untuk MAKP (S-1
Keperawatan 4 orang).
TOTAL
Weakness.
1, Pelakasanaan model
MPKP sudah
dilaksanakan tetapi
sosialisasi kepada semua
tim masih kurang.
2. Ada perawat yang tidak
puas dengan penerapan
dengan MAKP.
b. Eksternal Faktor
(EFAS).
Opportunity.
1. Adanya mahasiswa S-1
keperawatan praktik
manajemen keperawatan.
2. Ada kebijakan pemerintah
tentang profesionalisasi
perawat.
3. Adanya kebijakan RS
tentang pelaksanaan
MAKP.
TOTAL
Treathened
1. Persaingan dengan rumah
sakit swasta yang
semakin ketat.
2. Adanya tuntutan
masyarakat yang semakin
tinggi terhadap
peningkatan pelayanan
keperawatan yang lebih
profesional.
3. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan hukum.
4. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kesehatan.
5. Persaingan dengan
masuknya perawat asing.
6. Bebasnya pers yang dapat
langsung menyebarkan
informasi dengan cepat.
TOTAL
4. Sentralisasi Obat
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght.
1. Tersedianya sarana dan
prasaran untuk pengoahan
sentralisasi obat.
2. Kepala ruangan
mendukung kegiatan
sentralisai obat.
3, Sudah dilaksanakan
kegiatan sentralisasi obat
oleh perawata
berkolaborasi dengan
depo farmasi.
4. Adanya kemauan perawat
untuk melakukan
sentralisasi obat.
5. Adanya buku injeksi dan
obat oral bekerjasama
dengan depo farmasi.
6. Ada lembar
pendokumentasian obat
yang diterima disetiap
status pasien.
Weakness.
1. Pelaksanaan sentralisasi
obat di Pandan Wangi
menggunakan sistem unti
dose dispending (UDD).
Namun pada praktiknya
masih menggunakan one
day dose (ODD).
TOTAL
TOTAL 1 4 3,35
Weakness.
1. Belum mempunyai format 0.35 3 1,4 0-T
yang baku dalam 3.35-3 =
pelaksanaan supervisi. 0,35
2. Supervisi belum 0.3 4 0,9
terstruktur dan tidak ada
formulir penilaian yang
tetap.
3. Belum adanya 0,4 3 1,6
dokumentasi supervisi yang
jelas.
TOTAL 1 3,9
b. Eksternal Faktor
(EFAS)
Opportunity.
1. Adanya mahasiswa S-1 0,20 3 0,6
keperawatan yang praktik
manajemen keperawatan.
2. Adanya reward dalam 0,30 3 0,90
bentuk pelatihan, sekolah,
maupun jasa bagi yang
melaksakan pekerjaan
dengan baik.
3. Adanya teguran dari 0,15 3 0,45
kepala ruangan bagi
perawat yang tidak
melaksanakan tugas
dengan baik.
4. Hasil supervisi dapat 0,35 4 1,4
dilakukan sebagai
pedoman untuk daftar 1 3,35
penilaian prestasi
pegawai (DP3).
TOTAL
Treathened
1. Tuntutan pasien sebagai 1 3
konsumen untuk
mendapatkan pelayanan
yang profesional.
TOTAL 1 3
6, Timbang Terima
a. Intenal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Kepala ruangan 0,2 3 0,6 S-W
memimpin kegiatan timbang 3,1 – 3 =
terima setiap pagi. 0,1
2. Adanya laporan jaga 0,2 3 0,6
setiap shift.
3. Timbang terima sudah 0,1 4 0,4
merupakan kegiatan rutin
yang telah dilaksanakan.
4. Adanya kemauan perawat 0,25 3 0,75
untuk melakukan timbang
terima.
5.Adanya buku khusus untuk 0,25 0,75
pelaporan timbang terima.
TOTAL 1 3 3,1
Weakness.
1. Belum ada protap timbang 0,3 3 0,9
terima di ruangan.
2. Timbang terima sudah 0,15 3 0,45
dilakukan dengan baik O–T
(PP melaporkan identitas 3,4 – 2,4
pasien, keluhan utama, =1
DS, DO, MK, Intervensi)
tetapi intervensi masih
bersifat umum tidak
berdasarkan MK dan
evaluasi tidak lengkap.
3. Format timbang terima 0,25 3 0,75
sudah mencangkup nama
dan paraf perawat pada
kedua shift.
4. Pelaksanaan timbang 0,3 3 0,9
terima masih belum
optimal, khususnya dari
shift sore ke malam.
TOTAL 1 1
b. Eksternal Faktor
(EFAS)
Opportunity.
1. Adanya mahasiswa S-1 0,4 4 1,6
keperawatan yang praktik
manajemen keperawatan.
2. Adanya kerja sama yang 0,4 3 1,2
baik antara mahasiswa S-
1 keperawatan yang tidak
praktik dengan perawat
ruangan.
3. Kebijakan RS (bidang 0,2 3 0,6
keperawatan) tentang
timbang terima.
TOTAL 1
Treathened
1. Adanya tuntutan yang 0,4 3 1,2
lebih tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang
profesional.
2. Meningkatkan kesadaran 0,6 2 1,2
masyarakat tentang
tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat
sebagai pemberi asuhan
keperawatan.
TOTAL 1 2,4
7. Discharge Planning
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Tersedianya sarana dan 0,4 3 1,2
prasarana discharge
planning di ruangan untuk
pasien pulang
(format/kartu DP).
2. Adanya kartu kontrol 0,3 3 0,9
berobat.
3. Perawat memberikan 0,3 2 0,6 S–W
pendidikan kesehatan 2,7 – 2,7
secara informal kepada =0
pasien/keluarga selama
dirawat atau pulang. 2,7
TOTAL 1
Weakness
1. Keterbatasan waktu dan 0,4 2 0,8
tenaga perawat.
2. Kurangnya kemauan untuk 0,2 3 0,6
memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien
atau keluarga.
3. Tidak tersedianya leaflet 0,3 4 1,2
pasien pulang.
4. Pendidikan kesehatan 0,1 1 0,1 O–T
belum terdokumentasi. 3,5 – 3,3
TOTAL 1 2,7 = 0,2
Opportunity
1. Adanya mahasiswa S-1 0,5 3 1,5
keperawatan yang
melakukan praktik
manajemen keperawatan.
2. Adanya kerja sama yang 0,5 4 2,0
baik antara mahasiswa S-
1 keperawatan dengan
perawat klinik.
TOTAL 1 3,5
Treathened
1. Adanya tuntutan 0,5 3 1,5
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang
profesional.
2. Makin tingginya 0,2 3 0,6
kesadaran masyarakat
akan pentingnya
kesehatan.
3. Persaingan antar RS yang 0,3 4 1,2
semakin ketat.
TOTAL 1 3,3
8. Ronde Keperawatan.
a. Internal Faktor (IFAS).
Strenght S–W
1. Bidang keperawatan dan 0,3 2 0.6 2,10 –
ruangan mendukung 3,4 =
adanya kegiatan ronde -1,30
keperawatan.
2. Banyaknya kasus yang 0,3 3 0.9
memerlukan perhatian
khusus.
3. SDM banyak mempunyai 0,2 2 0.4
pengalaman dalam bidang
keperawatan bedah medis.
4. Sertifikasi perawat sesuai 0,2 1 0.2
keahliannya.
TOTAL 1 2.1
Weakness
1. Ronde keperawatan adalah 0,4 4 1,6
kegiatan yang belum
dilaksanakan secara
teratur di ruang Pandan
Wangi.
2. Karakteristik tenaga yang 0,3 3 0,9
memenuhi kualifikasi
belum merata
3. jumlah tenaga yang tidak 0,3 3 0,9 O–T
seimbang dengan jumlah 4 – 2,4 =
tingkat ketergantungan 1,6
pasien.
TOTAL 1 3,4
b. Eksternal Faktor
(EFAS)
Opportunity
1. Adanya pelatihan dan 0,6 4 2,4
seminar tentang manajemen
keperawatan.
2. Adanya kesempatan dari 0,4 4 1,6
kepala ruangan untuk
mengadakan ronde
keperawatan pada perawat
dan mahasiswa praktik.
TOTAL 1 3 4
Treathened 2
1. Adanya tuntutan yang 0,4 1,2
lebih tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
yang profesional.
2. Persaingan antar ruang 0,6 1,2
bedah semakin kuat dalam
pemberian pelayanan.
TOTAL 1 2,4
9. Dokumentasi Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Tersedianya sarana dan 0,3 4 1,2 S–W
prasarana dokumentasi 3,3 – 2,1
untuk tenaga kesehatan =
(sarana administrasi 1,2
penunjang).
2. Tidak ada sistem 0,2 3 0,6
pendokumentasian SOR.
3. Format asuhan 0,2 3 0,6
keperawatan sudah ada.
4. Adanya kesadaran perawat 0,3 3 0,9
tentang tanggung jawab
dan tanggung gugat.
TOTAL 1 3,3
Weakness
1. Dari observasi status 0,3 2 0,6
pasien, pengisian
dokumentasi tidak
lengkap; waktu, nama, O–T
dan jam belum 2,6 – 3,0
dicantumkan, respon =
pasien pasca tindakan -0,4
kurang terpantau.
2. SAK dan SOP belum 0,3 3 0,9
maksimal digunakan.
3. pengawasan terhadap 0,2 3 0,6
sistematika
pendokumentasian belum
dilaksanakan secara
optimal.
TOTAL 1 2,1
b. Eksternal Faktor
(EFAS)
Opportunity
1. Adanya program 0,2 3 0,6
pelatihan.
2. Peluang perawat untuk 0,25 2 0,5
meningkatkan pendidikan
(pengembangan SDM)
3. Mahasiswa S-1 0,2 3 0,6
Keperawatan praktik
manajemen untuk
mengembangkan sistem
dokumentasi PIE.
4. Kerja sama yang baik 0,2 3 0,6
antara perawat dan
mahasiswa.
5. Sistem MPKP yang 0,15 2 0,3
diterapkan mahasiswa S-1
Keperawatan.
TOTAL 1 2,6
Treathened
1. Tingkat kesadaran 0,5 3 1,5
masyarakat (pasien dan
keluarga) akan tanggung
jawab dan tanggung
gugat.
2. Persaingan RS dalam 0,5 3 1,5
memberikan pelayanan
keperawatan.
TOTAL 1 3
10. Keuangan (M4)
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Ada pendapatan tambahan 0,2 2 0,4 S–W
yaitu dari usaha koperasi 2,2 – 2 =
ruangan. 0,2
2. Ada pendapatan dari jasa 0,2 3 0,6
medik, untuk pasien
dengan biaya bpjs yang
dapat diklaim setelah
perawatan.
3. Ada pendapatan dari jasa 0,1 2 0,2
pelayanan rumah sakit
berupa remunerasi.
4. Ada pendapatan dari jasa 0,25 2 0,5
pelayanan IRNA Medis.
5. Tiap perawat memperoleh 0,25 2 0,5
pendapatan dari rumah
sakit berupa LP (lauk 0–T
pauk) 3,6 – 2 =
TOTAL 1 2 2,2 1,6
Weakness
1. Jasa insentif untuk 0,25 2 0,5
pelayanan dan jasa medik
yang diberikan sama
untuk semua perawata.
2. sistem administrasi belum 0,75 2 1,5
terpusat.
TOTAL 1 2
b. Eksternal Faktor
(EFAS)
Opportunity
1. Pengeluaran sebagian 0,2 2 0,4
besar dibiayai institusi,
2. Ada kesempatan untuk 0,4 4 1,6
menggunakan instrumen
medis dengan re-use
sehingga menghemat
pengeluaran
3. Ada kesempatan untuk 0,4 4 1,6
menambah penghasilan
ruangan dari usaha
koperasi.
TOTAL 1 3,6
Treathened
1. Adanya tuntutan yang 1 2
lebih tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan kesehatan
yang lebih
profesional sehingga
membutuhkan
pendanaan yang lebih
besar untuk mendanai
sarana dan prasarana.
TOTAL 1 2
b. Eksternal Faktor
(EFAS)
Opportunity
1. Mahasiswa S-1 0,5 3 1,5
Keperawatan praktik
manajemen.
2. kerjasama yang baik 0,5 4 2
antara perawat dan
mahasiswa.
TOTAL 1 3,5
Treathened
1. Adanya peningkatan 0,75 3 2,25
standart masyarakat yang
harus dipenuhi.
2. persaingan RS dalam 0,25 3 0,75
membeikan pelayanan
keperawatan.
TOTAL 1 3
Keterangan:
Pemberian penilaian pada kolom Rating, untuk aspek:
1. Strenght dan Opportunity
Sangat Baik :4 Cukup :2
Baik :3 Kurang :1
PERENCANAAN
d. Target.
1. Semua perawat memahami alur, proses, dan content dalam
pelaksanaan discharge planning.
2. Adanya peningkatan target dari jumlah pasien yang akan dilakukan
discharge planning.
3. discharge planning bisa terlaksana secara berkelanjutan.
Kriteria evaluasi.
1. Evaluasi struktur.
a. Persiapan pasien, peralatan, status, kartu dan lingkungan.
b. Penyusunan struktur pelaksanaan discharge planning.
2. Evaluasi proses.
a. Discharge planning dilaksanankan pada semua pasien pulang.
b. Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Evaluasi hasil.
a. Terdokumentasinya pelaksanaan pasien pulang.
b. Klien dan keluarga dapat mengetahui perawatan di rumah
tentang aturan diet, obat yang harus diminum di rumah,
aktivitas, yang harus dibawa pulang, rencana kotrol, yang
perlu dibawa saat kontrol, prosedur kontrol, jadwal pesan
khusus.
e. Program Kerja.
1) Rencana Strategi.
a. Menentukan penanggung jawab discharge planning.
b. Menentukan materi discharge planning.
c. Menentukan pasien yang akan dijadikan subjek discharge
planning.
d. Menentukan jadwal pelaksanaan discharge planning.
e. Melaksanakan discharge planning.
2) Pengorganisasian
a. Penanggung jawab :
b. PP :
c. PA :
d. Waktu :
2. Pengorganisasian
Kepala Ruangan :
Ketua Tim :
Perawat Pelaksana / PA :
Keluarga Pasien :
3. Instrumen
1. Status klien
2. Format discharge planning (terlampir)
3. Leaflet (terlampir)
4. Obat-obatan, hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang.
4. Mekanisme Kegiatan
a. Memotivasi pasien
untuk mematuhui
diet yang sudah
ditetapkan yaitu
rendah lemak,
rendah glukosa,
tinggi serat sebagai
cara efektif untuk
mengendalikan
lemak darah, gula
darah dan
kolesterol.
b. Menjelaskan tanda-
tanda hipoglikemi
(kadar gula darah
turun) seperti
mengantuk,
binggung, lemas,
keringat dingi,
mula muntah.
c. Menjelaskan
pentingnya
merawat kaki dan
mencegah luka
seperti tidak
memakai sepatu
yang sempit harus
memakai alas kaki,
hindari kulit yang
lembab.
d. Jaga luka tetap
bersih dan kering.
e. Hindari penekanan
yang lama pada
kaki yang luka.
f. Menganjurkan tetap
untuk kontrol gula
darah secara rutin.
g. Menjelaskan jangan
menghentikan
terapi obat tanpa
konsultasi dengan
dokter.
h. Minum obat secara
teratur
i. Informasi kepada
klien tentang
perawatan kaki.
Anjurkan pada
klien dan
keluarga untuk
membersihkan
kaki dengan
sabun terutama
disela-sela jari.
Potong kuku
jari kaki
mengikuti
lekukkan jari
kaki jangan
memotong kuku
berbentuk lurus
pada tepinya
karena dapat
menyebabkan
tekanan pada
jari-jari yang
berdekatan.
Hati-hati saat
mengikir tepi
kuku yang kasar
untuk
mencegah
kerusakan kuku.
Hindari
merendam kaki
berlama-lama
dan
mengunakan air
panas.
Gunakan
pelembab untuk
kulit yang
kering.
Pakai kaos kaki
yang terawat
dari bahan
kualitas baik.
Anjurkan klien
untuk
melakukan
latihan kaki
untuk
mempertahanka
n sirkulasi
j. Informasi kepada
klien mengenai alas
kaki
Hindari berjalan
tanpa alas kaki.
Anjurkan klien
untuk memakai
sepatu yang
pas, tidak
sempit.
Periksa sepatu
dari benda asing
setiap hari.
Hindari
memakai kaos
kaki yang
sempit.
Gunakan sepatu
yang terbuat
dari bahan yang
menyerap
Ganti sepatu
bila sudah rusak
3) Ketua Tim
menanyakan kembali
kepada klien dan
keluarga tentang
materi yang telah
disampaikan.
4) Ketua Tim
mengucapkan terima
kasih
5) Pendokumentasian
6) Timbal balik antara
Karu, Ketua Tim, PA
dengan keluarga
klien
Penutup Karu memberikan pujian 2 Ruang Karu
dan masukan atau saran menit Karu
kepada Ketua Tim dan PA
5. Skenario
Kepala Ruangan :
Ketua Tim :
Perawat Pelaksana / PA :
Keluarga Pasien :
Pada tanggal 22 Oktober 2018 datang seorang pasien bernama Tn. Wahyu di
Ruang Penyakit Dalam melati RST dr. Soepraoen Malang, dengan diagnosa medis
Diabetes melitus dengan luka Gangren di tungkai kaki sebelah kiri.
Karu :”selamat pagi rekan-rekan, agenda kita pagi hari ini untuk pasien
Wahyu adalah melakukan Discharge Planning karena kondisi
pasien sudah membaik dan memungkinkan untuk perawatan
dirumah, Bagaimana persiapan katim/PP dari pasien wahyu?”
PP/Katim :”baik, untuk persiapan discharge lanning pada pasien wahyu
sudah siap. Status pasien dan format discharge planning sudah
dipersiapkan.Untuk masalah pada pasien saat ini adalah luka pada
kaki sebelah kiri pasien yang memungkinkan untuk kambuh
kembali sehingga perlu diinformasikan kepada pasien dan keluraga
mengenai diet, tempat kontrol, cara perawatan kaki dirumah, dan
tanda-tanda terjadi kekambuhan dan kegawatan pada pasien”
Karu :”baik, terima kasih untuk katim. Untuk coba berkas2nya saya
periksa dulu”
PP :”baik pak ini berkas2nya beserta format discharge planningnya”
Tahap pelaksanaan
Karu :”selamat pagi pak Wahyu, bagaimana kabar bapak hari ini?”
Pasien :”selamat pagi pak. Alhamdulillah semakin baik”
Karu :”alhamdulilah, hari ini ada kabar gembira untuk bapak. Jadi hari
ini bapak diperbolehkan untuk pulang. Namun sebelum pulang
keluarga harus mengurus administrasi”
Pasien :”mohon maaf Pak untuk administrasinya sudah diurus semua, ini
berkas2nya”
Karu :”o.. baik, bagus sekali kalau begitu. Namun ada satu hal lagi yang
perlu dilakukan terkait dengan kepulangan Bapak. Ini nanti suster
siti dan febi akan menyampaikan hal-hal yang terkait dengan
perawatan bapak dirumah, bagaimana apakah bapak bersedia?”
Pasien :”iya pak, boleh. Silahkan”
PA :”baik pak disini sya akan menyampaikan beberapa hal, yaitu yang
pertama :
1. Bapak harus mematuhui diet yang sudah ditetapkan yaitu
rendah lemak, rendah glukosa, tinggi ini untuk
mengendalikan lemak darah, gula darah dan kolesterol. (beras
merah, hindari asin, jeroan, masakan bersantan, dan olah raga
yang teratur).
2. Tanda-tanda hipoglikemi (kadar gula darah turun) seperti
mengantuk, binggung, lemas, keringat dingi, mula muntah
maka bapak harus segera mencari bantuan untuk segera ke
yankes.
3. Perawatan kaki dan mencegah luka baru seperti tidak
memakai sepatu yang sempit harus memakai alas kaki,
hindari kulit yang lembab.
4. Jaga luka tetap bersih dan kering
5. Hindari penekanan yang lama pada kaki yang luka
6. tetap kontrol gula darah secara rutin
7. jangan menghentikan terapi obat tanpa konsultasi dengan
dokter
8. Minum obat secara teratur
PP :”bagus sekali pak wahyu, saya kira bapak cukup paham dengan
apa yang disampaikan oleh perawat. Terima kasih atas
kerjasamanya.”
Pasien :”iya sus, sama-sama”
Karu :”baik pak wahyu, saya kira semua sudah disampaikan dan bapak
sudah paham. Sekarang bapak dan keluarga diperbolehkan untuk
bersiap-siap meninggalkan ruangan ini. Dan kami mohon maaf
apabila selama perawatan bapak disini ada yang kurang. Semoga
bapak sehat selalu.”
Pasien :”iya pak, tidak apa-apa. Terima kasih banyak”
Karu :”iya pak sama-sama. selamat pagi pak”
Pasien :”selamat pagi”
Kemudian Karu dan TIM kembali keruangan
Tahap penutup
Karu :”terima kasih atas kerjasama rekan-rekan semua, saya kira untuk
kegiatan discharge planning pada pagi hari ini cukup bagus, namun
saya harap untuk kedepannya lebih ditingkatkan lagi untuk
kenyamanan dan kepuasan pasien dan kelurga”
PP/PA :”baik pak”.
Karu :”baik selamat bertugas kembali, dan tetap jaga diri dan semangat”
PP/PA :” baik Pak”
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Discharge Planning adalah suatu proses yang bertujuan untuk
membantu pasien dan keluarga dalam meningkatkan atau mempertahankan
derajat kesehatannya (Shepperd, 2004). Dalam pengolahan MAKP terdapat
beberapa unsur yaitu: M1( Man), M2 (Material), M3 (Method), M4
(Money), M5 (Mutu).
Perencanaan strategis adalah proses sistematis yang disepakati oleh
suatu organisasi dalam membangun keterlibatan di antara stakeholder utama
tentang prioritas bagi misi dan tanggap terhadap lingkungannya. Dalam
perencanaan strategis dilakukan analisis strategis yaitu dapat menggunakan
strategi SWOT, dengan dasar pemikiran S dan W ada pada organisasi dan O
dan T ada di lingkungan organisasi. Strengths dan weakness dari faktor
internal dan Opportunities dan threats dari faktor eksternal.
5.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah
diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah
dijelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada
kesempatan lain kami akan berusaha lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Edisi 1. Jakarta: Kemenkes
RI
Supriyanto dan Damayanti, N.A. 2007. Perencanaan dan Evaluasi. Surabaya:
Airlangga University Press