Anda di halaman 1dari 10

SKENARIO & STRATEGI DALAM PELAKSANAAN

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PASIEN GANGGUAN


JIWA

Disusun Oleh :
Pipit Widowati P1337420216091
Yuga Nurwinantu P1337420216092
Maryunah P1337420216093
Tingkat 2C

Dosen Pengampu
Mukhadiono, S.S.T.,M.H

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2018
A. Pengertian
Gangguan jiwa dalam (DSM- IV) adalah konsep sindrom perilaku atau
psikologis klinis yang signifikan atau pola yang terjadi pada individu yang
berhubungan dengan gejala nyeri atau cacat yaitu penurunan satu atau lebih fungsi
yang penting atau resiko peningkatan kematian, nyeri, kecacatan, atau kerugian
(Prabowo, 2014). Menurut Videbeck (2008), ada beberapa hal yang menjadi
kriteria umum gangguan jiwa diantaranya ketidakpuasan dengan karakteristik,
kemampuan dan prestasi diri; hubungan yang tidak efektif atau tidak memuaskan;
tidak puas hidup di dunia; koping yang tidak efektif terhadap suatu peristiwa;
tidak terjadi pertumbuhan kepribadian; serta terdapat perilaku yang tidak
diharapkan.
Komunikasi teraupetik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatanya di pusatkan untuk kesembuhan pasien (Afnuhazi,2014)
Suasana yang menggambarkan komunikasi terapeutik adalah apabila dalam
berkomunikasi dengan klien, perawat mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi
klien yang sedang dirawat, mengenai tanda dan gejala yang ditampilkan serta keluhan
yang dirasakan (Nasir, 2009)
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Tujuan komunikasi teraupetik (Afnuhazi,2014), tujuan komunikasi terapeutik adalah
membantu klien menjelaskan dan menggurangi beban perasan dan ikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal yang
diperlukan, menggurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya serta mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Tujuan komunikasi teraupetik diarah kan pada pertumbuhan klien yang meliputi :
1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri.

2. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.

3. Kemampuan membina hubungan interpersonal, saling tergantung dan intim dengan


kapasits untuk mencintai dan di cintai

4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai


tujuan personal yang realitas
C. Manfaat Komunikasi Teraupetik
Manfaat komunikasi teraupetik (Damayanti, 2008) adalah:
1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antar perawat dengan pasien melalui
hubungan perawat – klien.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah serta mengevaluasi
tindakan yang dilakukan oleh perawat
D. Teknik-Teknik Komunikasi Teraupetik
Khotimah, Marsito, dkk (2012) menyatakan bahwa pelaksanaan komunikasi
terapeutik perawat sangat mempengaruhi tingkat kepuasan yang dirasakan pasien. Teknik
dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik sangat penting untuk diperhatikan. Semakin
baik pelaksanaan teknik komunikasi terapeutik, maka semakin baik pula kepuasan yang
dirasakan pasien.
Hasil penelitian Fanada (2012) juga mendukung penelitian tersebut yang
menyatakan bahwa penting bagi perawat untuk memperhatikan teknik-teknik dalam
melaksanakan komunikasi terapeutik, dimana hal tersebut juga dapat diterapkan pada
pasien waham. Tenaga keperawatan harus memahami dan mampu menerapkan
tahap-tahap dalam proses komunikasi terapeutik pada pasien waham. Pelaksanaan setiap
komunikasi terapeutik dengan teknik yang baik dan benar dapat mendorong pasien waham
mau berinteraksi.
1. Mendengarkan
Informasi yang disampaikan oleh klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat
ditunjukan dengan memandang kearah klien selama berbicara, menjaga, kontak
pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan menganggukan kepala pada saat
berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan umpan balik.
2. Menunjukan penerimaan
Menerima bukan bearti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan orang
lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat
tidak menunjukan eksperi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan.
Selama klien brbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk
menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya perawat menanggukkan kepala dalam
meespon pembicaraan klien.
3. Mengulang peryataan klien
Perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesanya
mendapatkan respon dan berharap komunikasi dapat berlanjut. Menggulang pokok
pikiran klien menunjukan indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
4. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman Perawat perlu mengehentikan pembicaraan untuk
meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk
memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi.
5. Memfokuskan
Pembicaraan Tujuan penerapan metode ini untuk membatasi materi pembicaraan agar
lebih spesifik dan mudah dimengerti. Perawat tidak perlu menyela pembicaraan klien
ketika menyampaikan masalah penting kecuali apabila tidak membuahkan informasi
baru.
6. Menyampaikan Hasil
Pengamatan Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk
mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan
yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan
menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus pada permasalahan
yang sedang dibicarakan.
7. Menawarkan Informasi.
Penghayatan kondisi klien akan lebih baik apabila ia mendapat informasi yang cukup
dari perawat. Memberikan informasi yang lebih lengkap merupakkan pendidikan
kesehatan bagi klien. Apabila ada informasi yang tidak disampaikan oleh dokter,
perawat perlu meminta penjelasan alasannya. Perawat dimungkinkan untuk
memfasilitasi klien dalam pengambilan keputusan, bukan menasihatinya.
8. Diam
Dengan diam akan terjadi proses pengorganisasian pikiran dipihak perawat dan klien.
Penerapan metode ini memerlukan ketrampilan dan 16 ketepatan waktu agar tidak
menimbulkan ketrampilan dan ketepatan waktu agar tidak menimbulkan perasaan
tidak enak. Diam memungkinkan klien berkomunikasi dengan dirinya sendiri,
menghimpun pikirannya, dan memproses informasi.
9. Menunjukkan Penghargaan
Menunjukkan penghargaan dapat dinyatakan dengan mengucapkan salam kepada
klien, terlebih disertai menyebutkan namanya. Hal ini akan diterima oleh klien
sebagai suatu penghargaan yang tulus. Dengan demikian klien merasa keberadaannya
dihargai
10. Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya. Dengan demikian perawat mengidentifikasi
bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk
mengemukakan pendapatnya, untuk membuat keputusan, dan memikirkan dirinya
sendiri. Stuart, (2007) & meidiana (2008).
E. Beberapa Cara Ketika Harus Berkomunikasi Dengan Penderita Gangguan Jiwa
1. Pada Pasien Halusinasi
Perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien berkomunikasi dengan klien lain
maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang menikmati dunianya dan harus
sering harus dialihkan dengan aktivitas fisik.
2. Pada Pasien Harga Diri Rendah
Harus banyak diberikan reinforcement
3. Pada Pasien Menarik Diri
Libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama – sama, ajari dan contohkan cara
berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan
dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.
4. Pasien Perilaku Kekerasan.
Khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus direduksi atau ditenangkan dengan
obat – obatan terlebih dahulu sebelum kita support dengan terapi – terapi lain
F. Skenario Komunikasi Terapeutik Dengan Pasien Gangguan Jiwa
KASUS:
Seorang pasien (Ny. A) usia 30 tahun di antarkan oleh keluarga ke RSJ karena
ngamuk di rumah, membanting barang-barang serta mencoba melukai saudaranya.
Setelah ditanya ternyata pasien mengaku merasa marah dengan saudaranya yang selalu
menentang pendapatnya. Afek labil, pembicaraan cepat dan keras, aktifitas motorik
ditemukan tremor dan kompulsif. Setelah keadaan tenang perawat datang melakukan
pengkajian.
SKENARIO :
Perawat : Selamat pagi , ibu
Ny. A : Hmm
Perawat : Perkenalkan nama saya perawat D. Saya adalah perawat yang akan
merawat ibu dari jam 08.00 - 11.00. Nah ibu, saya kan sudah memperkenalkan diri
sekarang silahkan ibu memperkenalkan diri
Ny. A : Penting ya ??
Perawat : Penting Bu, nanti saya bisa kenal ibu dan memanggil sesuai dengan nama
ibu
Ny. A : Saya A...(nama lengkap)
Perawat : Ibu lebih senang dipanggil siapa ?
Ny. A : AP.. (nama panggilan)
Perawat : Baik, saya akan panggil anda dengan ibu A
Ny. A : (pasien mengangguk)
Perawat : Ibu A, mau mengobrol dimana supaya lebih santai ?
Ny. A : Di sini saja
Perawat : Baik bu, kita mengobrol disini, Bu A. hari ini saya ingin menanyakan
beberapa hal mengenai kondisi ibu. Ibu A. bisa percaya dengan saya. Apapun pembicaraan
kita hari ini hanya saya, ibu, dan tuhan yang tahu
Ny. A : O..ya…ya
Perawat : Baiklah ibu kegiatan mengobrolnya kita lakukan sekitar 10 menit.
Sebelum kita mulai kegiatannya, apa ibu ada pertanyaan ?
Ny. A : Tidak
Perawat : Bagaimana tidurnya semalam bu A. ?
Ny. A : Biasa saja
Perawat : Ibu diantar ke RS dengan siapa ?
Ny. A :…..(diam)
Perawat : Kalo boleh tahu kenapa bapak diantar kesini ?
Ny. A : ….(diam)
Perawat : Bila ibu diam dan tidak mau cerita masalah ibu ke saya, jadinya saya tidak
tahu masalah ibu sehingga ibu tidak bisa menyelesaikan masalah ibu. Jadi gimana ibu,
mau cerita dengan saya ?
Ny. A : Saya benci dengan saudara saya, saya ingin membunuh dia !!!
Perawat : Kalau boleh tahu apa alasan ibu membenci dia ?
Ny. A : Dia jahat ! (dengan tatapan tajam. Dia tidak pernah mau mendengarkan
perkataan saya. Dia selalu menentang saya
Perawat : Ibu pernah ngobrol atau tidak dengan saudara ibu ?
Ny. A : Dia itu kuli bangunan trus pulang malam, dia sering marah-marah dan
tidak mau dengerin saya
Perawat : Bagaimana perasaan Ibu sekarang ?
Ny. A : Saya sakit, saudara saya pengen saya bunuh
Perawat : Ibu tahu tidak kalo menyakiti orang apalagi sampai menbunuhnya itu
dosa dan bisa masuk neraka
Ny. A : Ya saya tahu
Perawat : Ibu mau tidak masuk neraka ?
Ny. A : Takut
Perawat : Nah kalo Ibu takut, sebaiknya ibu jangan menyakiti saudara ibu
Ny. A : Tapi dia tidak mau mendengarkan saya
Perawat : Ya ibu, nanti kita bisa bicarakan baik-baik, nanti saya akan bantu
berkomunikasi dengan keluarga ibu
Ny. A : Oh ya
Perawat : Ibu A. tadi kan kita sudah ngobrol, ibu masih ingat tidak nama saya ?
Ny. A : D... (nama)
Perawat : Ibu A. , saya senang sekali bisa ngobrol dengan ibu, kalau ibu setuju
bagaimana kalau nanti selesai makan siang kita ngobrol lagi ? Sebentar saja bu, 20 menit
aja
Ny. A : Hmm
Perawat : Terima kasih atas kesediaan ibu A. ngobrol dengan saya, baik bu saya
tinggal dulu nanti kalau ibu butuh bantuan saya ibu bisa mencari saya. Selamat pagi bu
Ny. A : Ya pagi

G. Strategi Pelaksaan Komunikasi Terapeutik Dengan Paien Gangguan Jiwa

Strategi Pelaksanaan Strategi Komunikasi


 Memberikan salam dan senyum pada Selamat pagi , bu
klien
 Melakukan validasi Bu hari ini hari apa ?
(kognitif,afektif,psikomotor) Bagaimana perasaan ibu sekarang ?
Ibu tadi ngapain saja ?
 Memperkenalkan nama perawat perkenalkan nama saya perawat D
 Menanyakan nama panggilan kesukaan Saya boleh tahu nama ibu ?
klien ibu senangnya dipanggil siapa ?
 Menjelaskan tanggung jawab dan Saya adalah perawat yang akan merawat
peran perawat-klien ibu dari jam 08.00-11.00 WIB
 Menjelaskan kegiatan yang akan Ibu A., hari ini saya ingin menanyakan
dilakukan beberapa hal mengenai kondisi ibu.

 Menjelaskan tujuan Bu hari ini kita akan sedikit


ngobrol-ngobrol tentang keadaaan ibu A.
 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan Ibu A, mau mengobrol dimana supaya
untuk melakukan kegiatan lebih santai ?
Baik bu, kita mengobrol disini.
Baiklah ibu kegiatan mengobrolnya kita
lakukan sekitar 10 menit.
 Menjelaskan kerahasiaan Ibu A. bisa percaya dengan saya. Apapun
pembicaraan kita hari ini hanya saya, ibu,
dan Tuhan yang tahu.
 Memberikan kesempatan pada klien Sebelum kita mulai kegiatannya, apa ibu
untuk bertanya ada pertanyaan ?
 Menanyakan keluhan utama Bagaimana tidurnya semalam bu A. ?
Ibu sudah makan?
Ibu lagi ngapain?
 Memulai kegiatan dengan cara yang Bu…(tersennyum sambil menyetuh
baik pasien)
 Melakukan kegiatan sesuai dengan Ibu diantar ke RS dengan siapa ?
rencana Kalau boleh tahu kenapa ibu diantar
kesini ?
Bila ibu diam dan ibu tidak mau cerita
masalah ibu ke saya, jadinya saya tidak
tahu masalah ibu sehingga saya tidak bisa
menyelesaikan masalah ibu. Jadi
gimana bu, mau cerita dengan saya ?
Kalau boleh tahu apa alasan ibu
membenci dia ?
Ibu pernah ngobrol atau tidak dengan
saudara ibu ?
 Menyimpulkan hasil wawancara Bagaimana perasaan ibu sekarang ?
(evaluasi proses dan hasil) Apa sudah sedikit agak tenang ?
 Memberikan reinforcement positif Ibu tahu tidak kalau menyakiti orang
apalagi sampai membunuhnya itu kan
dosa dan bisa masuk neraka. Ibu mau
tidak masuk neraka ?
Nah kalo ibu takut, sebaiknya ibu jangan
menyakiti saudara ibu. Sebaliknya jika
sedang marah ibu ungkapkan saja dengan
cara memukul bantal, atau ibu dapat
melakukan hal-hal yang bermanfat misal
melakukan pekerjaan rumah, bekerja atau
kegiatan positif lainnya.
 Merencanakan tindak lanjut dengan Ibu A., saya senang sekali bisa ngobrol
pasien dengan ibu, kalau ibu setuju bagaimana
kalo nanti selesai makan siang kita
ngobrol lagi disini? Sebentar saja bu 20
menit saja.
 Melakukan kontrak Baik ibu A., nanti selesai makan kita
(waktu,tempat,topik) ngobrol-ngobrol lagi disini, kita ngobrol
tentang perasaan ibu terhadap keluarga
ibu.
 Mengakhiri wawancara dengan cara Terima kasih atas kesediaan ibu A.
yang baik ngobrol dengan saya. Selamat beristirahat
bu.
 Catat hasil kegiatan di dalam catatan Hari ini tanggal../../…., saya perawat D
keperawatan telah melakukan pengkajian kepada
pasien Ny. A(nama lengkap). Respon
pasien, pasien hanya menjawab
singkat-singkat, pasien diam ketika diajak
bicara. Pasien mau bercerita saat
dipancing dengan kata-kata.

Daftar Pustaka:

Afnuhazi (2014) . Komunikasi Terapeutik Untuk Perawat, Jakarta: EGC


Damaiayanti, Mukhripah (2010) . Komunikasi Terapeutik Dalam praktik
Keperawatan Bandung : PT Refika Aditama.
Musliha & Fatimah, Siti (2010) . Komunikasi Keperawatan Yogyakarta : Muha Medika
Machfoedz, Machmud. (2009) . Komunikasi Keperawatan (Komunikasi Terapeutik).
Yogjakarta: Ganbik
Schultz dan Videback. (2008) . Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott- Raven Publisher: philadelphia..

Anda mungkin juga menyukai