Anda di halaman 1dari 71

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-

06A/R1 SEMARANG

MODUL SKILLS LAB KMB I

1. Mata Kuliah : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I


2. Kode Mata Kuliah : Kep.5.02
3. Jumlah SKS : 3 sks (K=2; P=1)
4. Semester : III
5. Kelas : Reguler

Penyusun :

Ns. Supadi, M.Kep.,Sp.MB


Mardiono, Phd
Subandiyo, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Munjiati, S.Kep.,Ns.,MH

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO
Mersi, Kotak Pos 122 Telp. 637356 Fax. 0281-627961
PURWOKERTO 53101
KATA PENGANTAR

1
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Puji syukur kehadirat Alloh SWT karena berkat RahmatNya, divisi keperawatan
medikal bedah dapat menyusun buku modul praktikum keperawatan medikal bedah bagi
mahasiswa semester III Program Studi Keperawatan Purwokerto Politeknik Kesehatan
Semarang.
Buku ini memberikan panduan bagi mahasiswa untuk belajar mandiri dengan
bantuan dosen yang lebih banyak sebagai fasilitator dalam pelaksanaan praktikum. Buku
ini dilengkapi dengan ringkasan teori dan prosedur kerja dan praktikum yang akan
dilakukan.
Ucapan terima kasih kepada seluruh rekan rekan dosen bagian keperawatan
medikal bedah dan mahasiswa yang telah memberikan masukan dan saran bagi
tersusunnya buku praktikum ini. Kami merasa buku ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritik untuk pengembangan dan perbaikan buku ini baik dari
teman sejawat ataupun dari mahasiswa sangat kami harapkan.

Purwokerto,

Penulis

Identitas Mata Kuliah


Identitas Mata Kuliah
1. Modul : Praktek Laboratorium

2
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

2. Mata Kuliah : KMB I


3. Kode M A : Kep. 5.02
4. Beban SKS : 1 SKS
5. Alokasi Waktu : 1 sks X 120 Menit
6. Semester / TA : III / 2015/2016
7. Tujuan : mahasiswa Mampu melaksanakan:
a. Pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler yang meliputi : inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
b. Persiapan Pasien echocardiography.
c. Anamnesa pasien jantung.
d. Persiapan pasien treadmill.
e. Persiapan pasien EKG.
f. Persiapan pengambilan darah vena dan arteri.
8. Gambaran Modul :
Keperawatan medikal bedah adalah keperawatan yang memfokuskan pada
keperawatan dewasa yang mengalami masalah fisik dan psikologis yang
mengganggu keadaan normalnya.
Mata ajar ini dirancang untuk memberikan kesempatan peserta didik memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan, serta sikap mereka untuk memberikan asuhan
keperawatan yang optimal pada tatanan klinik di Rumah Sakit.
Kegitan belajar mengajar praktek laboratorium dirancang untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam mengkaji, merencanakan tindakan, melakukan
tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan serta membangun kemapuan berfikir
kritis.
9. Karakteristik Mahasiswa :
Mahasiswa program reguler Tingkat II Semester V tahun Akademik 2016/2017
10. Target Kompetensi :
Kompetensi yang dicapai pada praktik laboratorium ini adalah melaksanakan
asuhan keperawatan medikal bedah :Sistem kardiovaskuler

3
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

11. Indikator ketercapaian :


Target kompetensi yang dicapai pada praktik laboratorium ini adalah :
Pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler yang meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.
12. Materi Pembelajaran : Asuhan keperawatan sistem Kardiovaskuler
13. Strategi pembelajaran : metode bimbingan dan monitoring praktek laborium
yang digunakan meliputi demonstrasi, praktik dan redemonstrasi.
14. Sarana penunjang pembelajaran :
Sarana pembelajaran yang digunakan berupa buku modul, manikin, nursing kit
15. Prosedur : sesuai dengan buku modul laboratorium
16. Pembimbing :
a. Ns. Supadi,M.Kep.,Sp.MB
b. Mardiyono, Phd
17. Metode Evaluasi :
Metode evaluasi yang digunakan meliputi observasi tindakan.
18. Metode penilaian :
Metode penilaian berupa ujian praktik laboratorium pada Akhir semster.

Demikian rancangan modul praktik laboratorium mahasiswa Politeknik


Kesehatan Semarang Jurusan Keperawatan Prodi DIII keperawatan Purwokerto
disusun dengan tujuan kegitan PBM berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Disiapkan oleh : Diperiksa oleh Sekretaris Disahkan oleh Ketua
Dosen Pengampu Program Studi Prodi DIII Keperawatan

Ns.Supadi, M.Kep.,Sp.MB
Sugeng Riyadi, S.Kep.,Ns.,MSi
NIP: 19730116 199803 1003 NIP: 19701123 1998 03 1004 Walin, SST, M.Kes
NIP: 19650423198803 2 002

PEMERIKSAAN ECHOCARDIOGRAPHY

4
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

1) Definisi Echocardiography
Salah satu pemeriksaan radiologi untuk mendeteksi gangguan
jantung adalah alat echocardiography. Echocardiography merupakan
pemeriksaan jantung dengan menggunakan ultrasound (gelombang suara)
frekuensi 2-6 MHz. Nama lain echocardiography adalah USG
Jantungdantest gema. Echocardiography adalah suatu alat yang mengambil
gambar dari hati atau jantung dengan menggunakan gelombang
suara.Echocardiography (ultrasound pengujian untuk hati atau jantung)
mengijinkan suatu ahli jantung untuk menguji struktur , fungsi, dan aliran
darah dari hati atau jantung tanpa penggunaan dari sinar-x.
Echocardiography dilakukan dengan penggunaan suatu tongkat plastik
yang lembut (suatu echo-transducer) untuk memancarkan gelombang
suara ke dada atau abdomen. Gelombang suara lewat dengan aman sampai
badan dan gema yang dihasilkan akan ditafsirkan oleh suatu sistem yang
terkomputerisasi.
Pemeriksaan dengan Echocardiography merupakan suatu
pemeriksaan yang multak harus dilakukan pada penderita penyakit jantung
(pasien diduga terkena penyakit jantung), baik pada anak-anak maupun
pada orang dewasa. Rasanya tidak lengkap bila seorang penderita penyakit
jantung belum dilakukan pemeriksaan Echocardiography. Pemeriksaan
Echocardiography biasanya dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan
klinis yang seksama dan pemeriksaan EKG, treadmil atau foto rontgen.

2) Pemeriksaan echocardiography
Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dideteksi
dengan echocardiography yaitu :

a. Trans Thoracal Echocardiography (TTE)


Adalah standar echocardiography, tidak nyeri, tanpa efek radiasi
dan non-invasif. Non-invasif memiliki arti tidak ada operasi yang

5
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

dilakukan dan tidak ada alat yang dimasukkan kedalam tubuh


pasien melainkan alat hanya diletakkan pada bagian luar tubuh
pasien yaitu tranduser diletakkan pada dada dengan menggunakan
pelumas atau gel. Proses pemeriksaan jantung pada jenis
echocardiography ini tergolong cukup mudah. Bagian dari
echocardiography yaitu tranduser diletakkan di dada pasien.
Tranduser tersebut mengirim gelombang suara, ultrasound melalui
dinding dada dan jantung pasien. Telinga manusia tidak dapat
mendengar gelombang ultrasound sehingga kita tidak meraasakan
apapun.Gelombang ultrasound tersebut memantul dari struktur
jantung dan kemudian ditangkap oleh penangkap gelombang pada
mesin echocardiography.Gelombang tersebut kemudian dikonversi
oleh mesin echocardiography menjadi gambar pada layar.Hasil
analisa kemudian dapat dilihat pada kertas yang disebut dengan
echocardiogram.

b. Trans Esophageal Echocardiography (TEE)


Adalah pemeriksaan jantung, menggunakan alat transduser
masuk melalui tenggorokan menuju esophagus (saluran cema atas
yang terletak dekat dengan jantung), sehingga penampilan bagian-
bagian tertentu jantung akan lebih jelas. Jenis pemeriksaan ini
dilakukan untuk melihar aorta dan bagian lain dari jantung pasien
secara langsung.Dalam pengujian ini, transduser dipasang pada
ujung tabung fleksibel.Tabung kemudian dimasukkan kedalam
tenggorokan pasien dan masuk ke kerongkongan (bagian
terkemuka dari mulut ke perut anda).Hal ini memungkinkan dokter
untuk mendapatkan gambar yang lebih rinci dari jantung pasien.

c. Stress Echocardiography

6
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat gerakan otot-otot


jantung lebih akurat dengan menggunakan alat treadmill atau
memasukkan obat untuk menstimulasi gerakan otot-otot jantung.
Stress echo ini dilakukan sebagai bagian dari tes stress. Selamates
stress, pasien disuruh berolahraga atau minum obat (yang diberikan
oleh dokter) untuk membuat jantung pasien bekerja keras dan beat
jantung menjadi lebih cepat. Seorang teknisi akan mengambil
gambar jantung pasien dengan menggunakan echocardiography
sebelum pasien berolah raga dan segera setelah pasien selesai
berolahraga. Beberapa masalah jantung, seperti penyakit jantung
koroner, lebih mudah didiagnosis ketika jantung bekerja keras dan
beatnya lebih cepat.

d. Fetal Echocardiography
Fetal Echocardiography juga sering disebut dengan
echocardiography janin karena jenis pemeriksaan ini digunakan
untuk melihat jantung bayi yang belum lahir.Seorang dokter dapat
merekomendasikan pemeriksaan ini untuk memeriksa bayi untuk
masalah jantung.Pemeriksaan ini dapat dilakukan selama
kehamilan sekitar 18 - 22 minggu. Untuk pemeriksaan ini,
tranduser diletakkan diatas perut ibu hamil yang mana hasilnya
akan muncul di layar.

3) Kelebihan dan kekurangan dari pemeriksaan echocardiography


Kelebihan dari pemeriksaan jantung dengan menggunakan
echocardiography :
 Pemeriksaan dapat dilakukan setiap saat tanpa persiapan khusus dan
pasien hanya berbaring.
 Tidak menimbulkan rasa sakit maupun efek samping.

7
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

 Biaya yang terjangkau.


 Memberikan informasi yang banyak.
 Tidak invasive.
 Pasien tidak terpapar radiasi.
 Dapat diaplikasikan pada pasien dengan kondisi kritis (bedside usage).
 Hasilnya dapat langsung diketahui.
 Lama pemeriksaan hanya sekitar 20 sampai 40 menit.
Kekurangan dari pemeriksaan jantung dengan menggunakan
echocardiography adalah pada saat pemeriksaan, harus berada dalam
pengawasan dokter dan dilakukan oleh dokter-dokter ahli jantung yang
handal dibidangnya serta perawat yang terampil.

4) Indikasi penggunaan echocardiography

Indikasi penggunaan echocardiography adalah untuk melihat fungsi


ventrikel, kelainan jantung kongenital, penyakit jantung katup,
kardiomiopati, efusi perikardial, adanya massa (tumor) dan penyakit aorta
proksimal. Karena echocardiography dapat menghasilkan gambar atau
frame denganinherensi (jumlahpotongan) yang tinggi, maka
echocardiography dapat digunakan untuk melihat pergerakan struktur pada
jantung. Echocardiography dengan kombinasi Doppler digunakan untuk
melihat fungsi ruang-ruang jantung, katup jantung dan adanya pintas-
pintas (shunt, seperti ASD atau VSD) dalam jantung.

5) Kontraindikasi pada pemeriksaan stress echocardiography

Pada hari pemeriksaan, jangan makan atau minum apapun kecuali air
selama empat jam sebelum tes. Jangan minum atau makan produk kafein
(cola, coklat, kopi, teh) selama 24 jam sebelum tes. Kafein akan
mengganggu dengan hasil pemeriksaan. Karena obat over-the-counter
banyak mengandung kafein, jangan minum obat over-the-counter yang

8
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

mengandung kafein selama 24 jam sebelum tes. Jangan meminum obat


jantung setelah selama 24 jam sebelum pengujian Anda kecuali dokter
Anda memberitahu Anda sebaliknya, atau kecuali obat yang dibutuhkan
untuk mengobati ketidaknyamanan dada. Misalnya :

 Beta blockers (misalnya, Tenormin, Lopressor, Toprol, atau


Inderal).

 Mononitratedinitrate (misalnya, Isordil, Sorbitrate)

 Mononitrateisosorbide (misalnya, Ismo, Imdur, Monoket)

 Nitroglycerin (misalnya, Deponit, Nitrostat, Nitropatches)

6) Tujuan pemeriksaan
Pemeriksaan ekokardiografi seperti ‘mengintip’ kondisi jantung Anda.
Pemeriksaan ini bisa melihat hampir semua struktur anatomi jantung.
Bagaimana ketebalan otot jantung Anda. Bagaimana kondisi sekat jantung
Anda. Adakah kebocoran pada sekat jantung. Bagaimana kondisi rongga-
rongga jantung Anda (bilik dan serambi jantung). Adakah pembesaran
rongga jantung.
Ekokardiografi menilai bagaimana kondisi katup jantung Anda. Adakah
kebocoran atau penyempitan katup. Ekokardiografi juga bisa menilai
pangkal pembuluh darah besar yang keluar dari jantung Anda, yaitu
pembuluh aorta dan paru. Ekokardiografi juga bisa melihat adanya hal-hal
yang tidak normal dalam rongga jantung seperti tumor atau gumpalan
darah. Bahkan ekokardiografi juga bisa menilai kondisi lapisan selaput
jantung. Adakah cairan di dalam selaput jantung.
Ekokardiografi juga bisa menilai fungsi jantung. Bagaimana kemampuan
pompa jantung Anda (dokter menyebutnya fungsi sistolik). Bagaimana

9
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

gerakan otot-otot jantung Anda. Bagaimana ‘kelenturan’ jantung Anda


(dokter menyebutnya fungsi diastolik).

7) Kegunaan echocardiography
Echocardiography memiliki kegunaan diantaranya adalah :
 Memberikan gambaran structural anatomi jantung dan pembuluh
besar.
 Berperan dalam diagnose kelainan jantung bawaan (congenital).
 Mendeteksi kelainan struktur anatomi katup jantung misalnya
adanya kekakuan, gangguan pembukaan-penutupan katup, tebal
dan geraknya, serta apakah ada perlekatan.
 Membantu dokter dalam menilai kemampuan gerak otot –otot
dinding jantung akibat penyempitan pembuluh koroner,
pembengkakan otot jantung (dilated cardiomypathy), dan
penebalan otot jantung (hiperthrophy cardiomypathy) yang
disebabkan hipertensi dan kelainan otot jantung bawaan.
 Melihat massa tumor seperti thrombus, vegetasi atau cairan
perikad.

8) Persiapan alat
 Mesin Echocardiography
 Gel

9) Persiapan pasien
Pemeriksaan dapat dilakukan setiap saat tanpa persiapan khusus dan
pasien hanya berbaring

10) Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :


Selama pengujian, pasien akan memakai gaun rumah sakit. Anda
akan diminta untuk melepaskan pakaian dari pinggang keatas. Teknisi
akan menempatkan tiga elektroda (kecil, datar, patch lengket) di dada
Anda. Elektroda yang tersebut akan mengirimkan gelombang ultrasound
ke monitor. Kemudian teknisi akan meminta pasien untuk berbaring pada

10
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

sisi kiri di meja uji. Dia akan menempatkan tongkat (yang disebut
transdusersuara-gelombang) pada beberapa daerah dada. Tongkat akan
memiliki sedikit gel di ujung, yang tidak akan membahayakan kulit. Gel
ini digunakan untuk membantu menghasilkan gambar yang lebih jelas.
Suara merupakan bagian dari sinyal Doppler, mungkin atau
mungkin tidak mendengar suara selama pengujian.Anda mungkin diminta
untuk mengubah posisi beberapa kali selama pemeriksaan agar teknisi
dapat mengambil gambar jantung pada berbagai daerah.Anda juga
mungkin diminta untuk menahan nafas pada waktu selama ujian.Anda
mungkin merasa kesejukan dari gel pada transduser dan tekanan sedikit
dari transduser di dada Anda.Desakan berlangsung sekitar 40 menit.
Sesudah pemeriksaan, Anda dapat berpakaian dan menjalani kegiatan
sehari-hari Anda .Dokter Anda akan mendiskusikan hasil tes dengan
Anda.
Namun jika anda akan melakukan pemeriksaan secara stress
echocardiography, terdapat beberapa prosedur yang berbeda. Berikut
adalah prosedur khusus untuk stress echocardiography :
Pada hari pemeriksaan, jangan makan atau minum apapun kecuali
air selama empat jam sebelum tes. Jangan minum atau makan produk
kafein (cola, coklat, kopi, teh) selama 24 jam sebelum tes. Kafein akan
mengganggu dengan hasil pemeriksaan. Karena obat over-the-counter
banyak mengandung kafein, jangan minum obat over-the-counter yang
mengandung kafein selama 24 jam sebelum tes. Jangan meminum obat
jantung setelah selama 24 jam sebelum pengujian Anda kecuali dokter
Anda memberitahu Anda sebaliknya, atau kecuali obat yang dibutuhkan
untuk mengobati ketidak nyamanan dada. Misalnya :
 Beta blockers (misalnya, Tenormin, Lopressor, Toprol, atau
Inderal).
 Mononitratedinitrate (misalnya, Isordil, Sorbitrate)

11
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

 Mononitrateisosorbide (misalnya, Ismo, Imdur, Monoket)


 Nitroglycerin (misalnya, Deponit, Nitrostat, Nitropatches)
Dokter Anda juga dapat meminta Anda untuk berhenti minum obat
jantung lainnya pada hari pemeriksaan .Jika Anda memiliki pertanyaan
tentang obat-obatan Anda, tanyakan kepada dokter Anda. Jangan
menghentikan obat apa pun tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter
Anda. Jika Anda menggunakan inhaler untuk bernafas Anda, dapat dibawa
pada saat pemeriksaan. Sebelum pemeriksaan dimulai, Anda akan diminta
untuk melepaskan gigi palsu. Jalur intravena(IV) akan dimasukkan ke
dalam suatu vena dilengan atau tangan sehingga obat dapat disampaikan
selama pemeriksaan. Seorang teknisi akan menggosok tiga wilayah kecil
di dada Anda dan elektroda tempat (kecil, datar, patchlengket) didaerah
ini. Elektroda akan tersambung ke monitor.
Sebuah alat pengukur tekanan darah akan ditempatkan pada lengan
Anda untuk memonitor tekanan darah Anda selama pemeriksaan. Sebuah
klip kecil, menempel pada oksimeter pulsa, akan ditempatkan dijari Anda
untuk memantau tingkat oksigen darah Anda selama pemeriksaan. Sebuah
obat penenangringan (obat untuk membantu Andarileks) akan diberikan
kepada anda. Karena obat penenang, Anda mungkin tidak sepenuhnya
terjaga selama pemeriksaan.Tip hisap gigi akan ditempatkan ke dalam
mulut Anda untuk menghapus setiap sekresi. Sebuah endoskopi, tipis
dilumasi (alat viewing) akan dimasukkan kedalam mulut Anda, ke
tenggorokan anda dan masuk ke kerongkongan Anda. Ini tidak akan
mempengaruhi bernapas. Anda mungkin diminta untuk menelan pada
waktu tertentu untuk membantu melewati endoskopi.Ini bagian dari tes
berlangsung beberapa detik dan mungkin tidak nyaman.Setelah endoskopi
diposisikan, gambar jantung diperoleh diberbagai sudut.Anda tidak akan
merasa ini bagian dari tes. Ketika selesai, tabung ditarik.Anda akan

12
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

dipantau selama 20-30 menit setelah ujian, yang memakan waktu sekitar
90 menit untuk melakukan.
Seseorang akan perlu untuk mengantar anda pulang setelah tes.
Anda tidak harus makan atau minum sampai habis semprot bius atau
sampai mati rasa di tenggorokan Anda hilang sekitar satu jam setelah
ujian. Dokter Anda akan mendiskusikan hasil tes dengan Anda.
11) Gambar

13
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Gambar 1a. Gambar 1b.

14
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Gambar 1c.
Gambar 1a.echocardiography secarafisik
Gambar 1b.pemeriksaan echocardiography
Gambar 1c.hasilpemeriksaan echocardiography

15
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Gambar 3.Tabungfleksibel yang digunakansaatpemeriksaanTrans


Esophageal Echocardiography (TEE)

16
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Gambar 4. Proses pemeriksaansecaraTrans Esophageal


Echocardiography (TEE)

17
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Gambar 6. Proses pemeriksaansecara fetal echocardiography

Gambar 7.Hasilpemeriksaansecara Fetal Echocardiography

DAFTAR PUSTAKA

Carr, Joseph J. 1981. Introduction to Biomedical Equipment Technology.Prentice


Hall, United States of America.

18
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Edler I. 2004.The History of Echocardiography.DepartemenKardiologi,


Universitas Hospital, Lund,
Jogja international hospital. 2009. Echocardiography untukkesehatanjantunganda.
Jurnaldokter online. 2008. Doppler Echocardiography.
Krishnamoorthy. 2007. History of Echocardiography and its future
applications in medicine. Critical Care Medicine.Volume 35.Issue 8.
Nafiah, Ali. 2008. EvaluasiPada Mitral Stenosis Peranan Echocardiography
Score. DepartemenKardiologidanKedokteranVaskuler,
FakultasKedokteran, Universitas Sumatra Utara, Medan.
RumahSakit Metropolitan Medical
Tobing, RodryMikhaelLumban. 2010. Radiologijantung.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN


ECHOCARDIOGRAPHY

19
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

NO TINDAKAN YA TIDAK

A FASE PRA INTERAKSI


1. Membaca catatan keperawatan
2. Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan
(stetoskop)
3. Mencuci tangan

B FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan
a. Memberikan salam
b. Menyampaikan tujuan interaksi
c. Menjelaskan prosedur tindakan
2. Melakukan evaluasi dan validasi data
a. Menanyakan keadaan pasien hari ini
b. Memvalidasi/evaluasi masalah pasien

C FASE KERJA
1. Memosisikan pasien terbaring pada satu sisi
bagian tubuh atau punggung
2. Mengoleskan cairan (jelly) khusus pada bagian
atas probe dan akan meletakkan diatas wilayah
dada.
3. Dengan menggunakan gelombang suara Ultra-
High-Frequency akan menggambil gambar dari
hati anda serta klep (valve) jantung anda, pada
penggunaan alat ini tak akan menggunakan
sinar-X.
4. Pergerakan (denyut) dari jantung atau hati anda
dapat dilihat pada suatu layar video. Sebuah
video atau foto dapat membuat gambar dari
pergerakan (denyut) tadi. Anda dapat pula
mengamatinya pada saat test ini berlangsung,

20
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

dan biasanya mengambil waktu kurang lebih 15-


20 menit.
5. Dokter akan memberitahukan hasil pemeriksaan
tersebut.
6. Gelombang suara tadi akan mengambil gambar
hati atau jantung anda secara jelas dan ketika
pemeriksaan telah selesai maka operator tadi
akan mencabut probe yang sebelumnya
digunakan untuk melihat pergerakan hati atau
jantung anda.
7. Setelah itu anda akan menunjukkan tanda-tanda
ingin batuk, sebagai tanda bahwa pemeriksaan
telah selesai.

Probe yang digunakan perlu untuk dilepas dari


wilayah dada anda untuk membersihkan kembali
layar video tersebut. Anda mungkin
membutuhkan suatu test khusus yang disebut
dengan transesophageal echocardiography
(TEE)

D FASE TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien terhadap
tindakan:
a. Data subjektif
b. Data objektif
2. Merapikan alat-alat
3. Memberikan reinforcement positif
4. Melakukan rencana tindak lanjut
5. Berpamitan dengan pasien
6. Mendokumentasikan hasil

JUMLAH

21
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

1) Pengertian Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam
medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis
dan perencanaan perawatan pasien
2) Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik
Konsep dasar pemeriksaa fisik adalah bagian integral dari segala upaya
untuk memperoleh data tentang keadaan kesehatan diri pasien dan
lingkungan/keluargnya. Keadaan kesehatan pasien meliputi :
a. Riwayat kesehatan dan penyakit
b. Hasil pemeriksaan fisik

22
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

c. Data/hasil pemeriksaan penunjang seperti


Lab/Ro./EKG,USG/CT.Scan
d. Catatan tentang obat-obat apa saja yang sedang/pernah diberikan.
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah :
a. Mengonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan
b. Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien
dan penatalaksanaannya
c. Mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan
d. Menilai keadaan pasien dari hasil inspeksi umum
Seperti pasien tampak sakit ringan/sedang/berat/tidak sakit, pasien
tampak bisa jalan/makan/gembira, pasien tampak sesak/terpasang
cairan infus, dll.
e. Menilai tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Respirasi, Nadi)
f. Menilai keadaan fisik tubuh, meliputi :
1. Keadaan rambut dan higiene kepala
Meliputi : warna rambut (hitam, merah, coklat, pirang),
kerontokan rambut, kulit kepala kotor, berbau, kadang
ditemui lesi seperti vesicula, pustula, crusta.
2. Hidrasi dan keadaan kulit daerah dahi
Dengan palpasi yaitu penekanan ibu jari pada kulit dahi
dengan hasil terdapat bekas ibu jari (finger print)/tidak.
3. Palpebrae
Menunjukkan edema. Biasanya lebih tampak bila pasien
bangun tidur atau berbaring lama. Hal tersebut akan
hilang/berkurang setelah pasien beraktivitas dengan posisi
tegak.
Kelainan : Ptosis : keadaan dimana kelopak mata yang
selalu tertutup/tidak mampu membuka. Lagophtalmus :
keadaan dimana kelopak mata yang tidak bisa menutup
rapat.
4. Sclera dan conjungtiva
Sclera : terdapat/tidak ikterus dengan cara 2 jari menarik
palpebrae dan pasien melihat ke bawah.
Conjungtiva : terdapat/tidaknya keadaan anemik dan
radang.

23
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

5. Pupil dan refleks cahaya


6. Visus/ketajaman penglihatan
7. Rongga hidung dari depan/rhinoscopia anterior
8. Daun telinga, liang telinga dan membran tympani
9. Fungsi pendengaran
10. Higiene rongga mulut, gigi, lidah dan pharynk
11. Kelenjar getah benih leher, submandibula dan sekitar
telinga
12. Kelenjar thyroid
13. Tekanan Vena Jugularis (JVP)
14. Kaku kuduk pada tengkuk
15. Thorax dan fungsi pernapasan
16. Jantung
17. Abdomen
18. Genetalia dan anus
19. Ektremitas
20. Payudara (Mamae)

3) Prinsip Dasar Pemeriksaan Fisik


Prinsip umum dari pemeriksaan fisik adalah dilakukan secara
komprehensif. Hal-hal yang harus dipertimbangkan yaitu:
a. Penjagaan kesopanan
b. Cara mengadakan hubungan dengan pasien
c. Pencahayaan dan lingkungan yang memadai
d. Tahap pertumbuhan atauperkembangan pasien
e. Pencatatan data
f. Pengambilan tindakan yang sesuai dgn masalah klien
g. Pasien dalam posisi duduk atau sesuai jenis pemeriksaan
h. Hanya membuka bagian tubuh yang diperiksa, menutup bagian lain
i. Sistematis
j. Bandingkan satu bagian tubuh dengan bagian tubuh lain
k. Penjelasan sederhana kepada klien
l. Data didokumentasikan dengan tepat (DO & DS)

4) Teknik Pemeriksaan Fisik


Ada empat teknik pemeriksaan fisik, yang biasa disebut dengan teknik
IPPA(Inspeksi, Palpasi, Perkusi & Auskultasi) yaitu:
a. Inspeksi
Adalah pemeriksaan dengan cara melihat atua melakukan observasi
terhadap keadaan klien. Tujuan dari teknik ini ialah mendeteksi
tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik. Teknik

24
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

inspeksi dilakukan ketika pertama kali bertemu klien dan yang


diamati yaitu tingkah laku dan keadaan tubuh klien serta hal umum
dan khusus.
Langkah kerja:
1. Atur Pencahayaan
2. Suhu dan ruangan nyaman
3. Buka bagian yg diinspeksi
4. Bila perlu gunakan kaca pembesar
5. Jelaskan hasil pada klien dan keluarga
6. Perhatikan kesan pertama klien
7. Sistematis
b. Palpasi
Adalah teknik pemeriksaan fisik dengan sentuhan, rabaan maupun
sedikit tekanan pada bagian tubuh yang akan diperiksa dan
dilakukan secara teroganisir dari satu bagian ke bagian yang lain.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mendeterminasi ciri-ciri
jaringan atau organ. Dapat dilakukan bersamaan dengan teknik
inspeksi dan perkusi.
Teknik palpasi dibagi menjadi dua :
1. Palpasi ringan
Caranya: ujung-ujung jari pada satu/dua tangan digunakan
secara simultan.Tangan diletakkan pada area yang
dipalpasi, jari-jari ditekan kebawah perlahan-lahan sampai
ada hasil.
2. Palpasi dalam (bimanual)
Caranya: untuk merasakan isi abdomen, dilakukan dua
tangan.Satu tangan untuk merasakan bagian yang dipalpasi,
tangan lainnya untuk menekan ke bawah. Dengan Posisi
rileks, jari-jari tangan kedua diletakkan melekat pd jari2
pertama.
Langkah kerja:
 Area palpasi terbuka
 Cuci tangan
 Beritahu klien
 Dikerjakan semua jari tapi telunjuk dan ibu jari
kurang sensitif.

25
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

 Untuk mendeterminasi bentuk dan struktur organ


gunakan jari 2,3, dan 4 bersamaan.
 Untuk palpasi abdomen gunakan telapak tangan,
beri tekanan ringan dengan jari-jari.
 Sistematis, uraikan ciri-ciri tentang ukuran, bentuk,
konsistensi dan permukaan.
c. Perkusi
Adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan pemeriksaan
perkusi yaitu menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh
dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya
gerakan yang diberikan ke bawah jaringan (udara, cairan, atau zat
padat).
Langkah kerja:
1. Area terbuka
2. Luruskan jari tengah tangan kiri, tekan bag. Ujung jari dan
letakkan dgn kuat pada permukaan diperkusi
3. Upayakan jari – jari yg lain tidak menyentuh permukaan,
konsisten pd permukaan yg diperkusi
4. Lenturkan jari tengah tangan kanan ke atas dgn lengan
bawah relaks
5. Pertahankan kelenturan tangan pada pergelangan tangan
d. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan
alat bantu yaitu stetoskop dengan tujuan pemeriksaannya adalah
untuk dapat mendengar bunyi jantung, paru-paru, bunyi usus serta
untuk mengukur tekanan darah dan nadi.

5) Pendekatan Pengkajian Fisik


Dapat menggunakan :
a. Head To Toe (Kepala ke Kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan
sampai ke kaki. Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital,
kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher,

26
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum,


ektremitas.
b. ROS (Review of Sistem / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu :
keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem
kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem
pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem
reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untuk
menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian
khusus.
c. Pola fungsi kesehatan Gordon (1982)
Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan
mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian
fisik pada masalah khusus meliputi : persepsi kesehatan-
penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola
eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola
berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi,
koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
d. Doengoes (1993)
Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi,
makanan dan cairan, hygiene, neurosensori, nyeri /
ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan, seksualitas, interaksi
sosial, penyuluhan / pembelajaran.

6) Detail Pendekatan Pengkajian Pemeriksaan Fisik


Tingkatan kesadaran: Kesadaran adalah derajat hubungan antara
Hemispherium Cerebri dengan Reticular Activating System (di bagian atas
pada otak). Terdapat 2 penilaian :
a. Penilaian kualitatif, meliputi :

27
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

1. Kompos Mentis : sadar Penuh


2. Apatis : acuh tak acuh, perhatian
berkurang
3. Somnolen : dibangunkan dengan
rangsangan, mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara
4. Delirium : berteriak-teriak, tidak sadar
5. Sopor/semikoma : tidak sadar tetapi masih
merasakan rangsangan nyeri
6. Koma : tidak sadar.

b. Penilaian kuantitatif (menggunakan skala coma Glasglow),


meliputi :
1. Respon motorik

Nilai 6 : Mampu mengikuti perintah sederhana seperti


mengangkat tangan, melakukan gengaman
Nilai 5 : Mampu menunjuk tepat tempat rangsangan nyeri yang
diberikan seperti pada sternum, cubitan pada M.
Traperius
Nilai 4 : Flesi menjauh dari rangsangan nyei yang diberikan
tetapi tidak menunjuk lokasi/tempat rangsangan
dengan tangannya
Nilai 3 : Flexi abnormal
Bahu adduksi, flexi dan pronasi lengan bawah, flexi
pergelangan tangan dan tinju mengepal bila diberi
rangsangan nyeri (decorticate rigidity)
Nilai 2 : Extensi abnormal
Bahu adduksi dan rotasi interna, extensi lengan
bawah, flexi pergelangan tangan dan tinju mengepal
bila diberi rangsangan nyeri (decorticate rigidity)
Nilai 1 : Sama sekali tidak ada respon

2. Respon verbal / bicara

28
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Diperiksa pada saat pasien terjaga (bangun) dan pemeriksaan


ini tidak berlaku bila pasien mengalami trauma mulut,
terpasang Intubasi Trachea (ETT) dan dysphasia/aphasia
Nilai 5 : Pasien orientasi penuh/baik dan mampu berbicara.
Orientasi meliputi waktu, tempat, orang, siapa dirinya,
berada dimana, tanggal, hari
Nilai 4 : Pasien “confuse”/tidak orientasi penuh
Nilai 3 : Bisa bicara, kata-kata yang diucapkan jelas dan baik,
tetapi tidak menyambung dengan apa yang sedang
dibicarakan
Nilai 2 : Bisa bersuara tetapi tidak dapat ditangkap jelas apa
artinya/nggereyem
Nilai 1 : Tidak bersuara apapun walau diberikan rangsangan
nyeri

3. Pembukaan mata
Periksalah rangsangan minimum apa yang bisa membuka
satu dan kedua matanya dengan catatan mata tidak dalam
keadaan terbalut ataupun edema.
Nilai 4 : Mata membuka spontan, misalnya sesudah disentuh
Nilai 3 : Mata baru membuka kalau diajak bicara atau
dipanggil nama atau diperintahkan membuka mata
Nilai 2 : Mata membuka hanya kalau dirangsang kuat/nyeri
Nilai 1 : Tidak membuka mata walaupun diberikan rangsangan
nyeri

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

29
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

NO TINDAKAN YA TIDAK

A FASE PRA INTERAKSI


4. Membaca catatan keperawatan
5. Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan (stetoskop)
6. Mencuci tangan

B FASE ORIENTASI
3. Memberikan salam terapeutik dan kenalan
d. Memberikan salam
e. Menyampaikan tujuan interaksi
f. Menjelaskan prosedur tindakan
4. Melakukan evaluasi dan validasi data
c. Menanyakan keadaan pasien hari ini
d. Memvalidasi/evaluasi masalah pasien

C FASE KERJA
1. Inspeksi dan palpasi
a. Posisikan klien terlentang dengan pemeriksa
berada disebelah kanan klien
b. Lokalisasi tanda pada dada, pertama dengan
memalpasi sudut louis atau sudut sternal yang
teraba, seperti suatu tonjolan datar memanjang
pada sternum kurang lebih 5 cm dibawah takik
sentral
c. Gerakan jari-jari sepanjang sudut pada masing-
masing sisi sternum untuk meraba iga kedua yang
berdekatan
d. Palpasi spasium interkostal ke-2 kanan untuk
menentukan area aorta dan spasium interkostalis
ke-2 kiri untuk area pulmonal
e. Inspeksi dan kemudian palpasi area aorta dan area
pulmonal untuk mengetahui ada/tidaknya pulsasi
f. Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk
mengetahui area trikuspidalis/ventrikular amati

30
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

adanya pulsasi
g. Dari area trikuspidalis, pindahkan tangan secara
lateral 5-7 cm ke garis midklavikula iri untuk
menemukan area apical atau titik denyut
maksimal (Point of Maximal Impuls, PMI)
h. Inspeksi dan palpasi area apical tersebut untuk
mengetahui pulsasi
i. Untuk mengetahui pulsasi aorta lakukan inspeksi
dan palpasi pada area epigastrik tepat dibawah
ujung sternum
2. Perkusi
a. Buka area dan beri tahu klien.
b. Lakukan perkusi dari lateral kiri ke medial untuk
mengetahui batas kiri jantung.
c. Lakukan perkusi dari sisi kanan ke kiri untuk
mengetahui batas kanan jantung.
d. Lakukan perkusi dari atas kebawah untuk
menentukan batas atas jantung.
e. Suara redup menunjukan jantung dibawah area
yang diperkusi
3. Auskultasi
a. Anjurkan klien bernapas secara normal dan
kemudian tahan napas saat ekspirasi
b. Dengarkan suara jatung 1/S1 sambil palpasi nada
karotis, perhatikan adanya splitting S1 ( bunyi S1
ganda yang terjadi dalam waktu yang sangat
berhimpitan)
c. Pada awal sistole dengarkan secara seksama
untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau
mur-mur S1
d. Pada periode diastole dengarkan secara saksama
untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau
murmur
e. Anjurkan klien bernapas normal, dengarkan S2

31
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

secara saksama untuk mengetahui adanya


splitting S2 saat inspirasi
f. Periksakan frekuensi jantung, yaitu setelah kedua
bunyi terdengar jelas seperti “lub dup”, hitunglah
setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai 1 denyut
jantung. Hitunglah banyaknya denyut selama 1
menit. S3 atau galop ventrikuler terjadi tepat
setelah S2 diakhiri diastole ventrikuler.
g. Kombinasi S1, S2, S3 berbunyi ken-tuck-ky.
S4 atau gallop atrial terjadi tepat sebelum S1 atau
systole ventrikuler. Bunyi S4 sampai dengan
bunyi “Tennessee”

D FASE TERMINASI
7. Mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan:
c. Data subjektif
d. Data objektif
8. Merapikan alat-alat
9. Memberikan reinforcement positif
10. Melakukan rencana tindak lanjut
11. Berpamitan dengan pasien
12. Mendokumentasikan hasil

JUMLAH

ANAMNESA GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

32
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

1) Pengertian
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu
percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau
dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk
mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.
2) Tujuan
a. Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang
sedang dialami atau dirasakan oleh pasien.
b. Untuk membangun hubungan yang baik antara seorang dokter dan
pasiennya.
3) Jenis
a. Autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap
pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan
dokter dan menceritakan permasalahannya.
b. Alloanamnesis atau Heteroanamnesis yaitu anamnesis yang
didapat dari informasi orang lain
4) Persiapan
Anamnesis yang baik hanya dapat dilakukan apabila yang melakukan
anamnesis tersebut menguasai dengan baik teori atau pengetahuannya.
Umumnya setelah selesai melakukan anamnesis sudah harus mampu
membuat kesimpulan perkiraan diagnosis atau diagnosis banding yang
paling mungkin untuk kasus yang dihadapinya.

5) Cara Melakukan Anamnesa


Dalam melakukan anamnesis ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
antara lain :
a. Tempat dan suasana
Tempat dan suasana dimana anamnesis ini dilakukan harus
diusahakan cukup nyaman bagi pasien. Anamnesis akan berjalan
lancar kalau tempat dan suasana mendukung. Suasana diciptakan
agar pasien merasa santai, tidak tegang dan tidak merasa
diinterogasi.
b. Penampilan Tenaga Kesehatan
Penampilan seorang tenaga kesehatan juga perlu diperhatikan
karena ini akan meningkatkan kepercayaan pasiennya. Seorang

33
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

tenaga kesehatan yang tampak rapi dan bersih akan lebih baik dari
pada yang tampak lusuh dan kotor. Demikian juga seorang tenaga
kesehatan yang tampak ramah, santai akan lebih mudah melakukan
anamnesis daripada yang tampak galak, ketus dan tegang.
c. Periksa kartu dan data pasien
Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya periksa terlebih dahulu
kartu atau data pasien dan cocokkan dengan keberadaan pasiennya.
Tidak tertutup kemungkinan kadang-kadang terjadi kesalahan data
pasien atau mungkin juga kesalahan kartu data, misalkan pasien A
tetapi kartu datanya milik pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien
dengan nama yang sama persis. Untuk pasien lama lihat juga data-
data pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya. Informasi data
kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan
pemeriksaan saat ini.
d. Dorongan kepada pasien untuk menceritakan keluhannya
Pada saat anamnesis dilakukan berikan perhatian dan dorongan
agar pasien dapat dengan leluasa menceritakan apa saja
keluhannya. Biarkan pasien bercerita dengan bahasanya sendiri.
Ikuti cerita pasien, jangan terus menerus memotong, tetapi arahkan
bila melantur. Pada saat pasien bercerita, apabila diperlukan ajukan
pertanyaan-pertanyaan singkat untuk minta klarifikasi atau
informasi lebih detail dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai
terbawa cerita pasien sehingga melantur kemana mana.
e. Gunakan bahasa/istilah yang dapat dimengerti
Selama tanya jawab berlangsung gunakan bahasa atau istilah
umum yang dapat dimengerti pasien. Apabila ada istilah yang tidak
ada padanannya dalam bahasa Indonesia atau sulit dimengerti,
berika penjelasan atau deskripsi dari istilah tersebut.
f. Buat catatan
Adalah kebiasaan yang baik untuk membuat catatan-catatan kecil
saat seorang tenaga kesehatan melakukan anamnesis, terutama bila
pasien yang mempunyai riwayat penyakit yang panjang.

34
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

g. Perhatikan pasiennya
Selama anamnesis berlangsung perhatikan posisi, sikap, cara bicara
dan gerak gerik pasien. Apakah pasien dalam keadaaan sadar
sepenuhnya atau apatis, apakah dalam posisi bebas atau posisi letak
paksa, apakah tampak santai atau menahan sakit, apakah tampak
sesak, apakah dapat bercerita dengan kalimat-kalimat panjang atau
terputus-putus, apakah tampak segar atau lesu, pucat dan lain-lain.
h. Gunakan metode yang sistematis
Anamnesis yang baik haruslah dilakukan dengan sistematis
menurut kerangka anamnesis yang baku. Dengan cara demikian
maka diharapkan tidak ada informasi yang terlewat.

6) Tantangan dalam Anamnesis


a. Pasien yang tertutup
Anamnesis akan sulit dilakukan bila pasien membisu dan tidak
mau menjawab pertanyaan-pertanyaan tenaga kesehatannya.
Keadaan ini dapat disebabkan pasien merasa cemas atau tertekan,
tidak leluasa menceritakan keluhannya atau dapat pula perilakunya
yang demikian karena gangguan depresi atau psikiatrik. Tergantung
masalah dan situasinya kadang perlu orang lain (keluarga atau
orang-orang terdekat) untuk mendampingi dan menjawab
pertanyaan dokter (heteroanamnesis), tetapi kadang pula lebih baik
tidak ada seorangpun kecuali pasien dan dokternya. Bila pasien
dirawat di rumah sakit maka anamnesis dapat dilanjutkan pada
hari-hari berikutnya setelah pasien lebih tenang dan lebih terbuka.
b. Pasien yang terlalu banyak keluhan
Sebaliknya tidak jarang seorang pasien datang ke tenaga kesehatan
dengan begitu banyak keluhan dari ujung kepala sampai ujung
kaki. Tugas seorang dokter untuk memilah-milah keluhan mana
yang merupakan keluhan utamanya dan mana yang hanya keluh
kesah. Diperlukan kepekaan dan latihan untuk membedakan mana
yang merupakan keluhan yang sesungguhnya dan mana yang

35
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

merupakan keluhan mengada-ada. Apabila benar-benar pasien


mempuyai banyak keluhan harus dipertimbangkan apakah semua
keluhan itu merujuk pada satu penyakit atau kebetulan pada saat
tersebut ada beberapa penyakit yang sekaligus dideritanya.
c. Hambatan bahasa dan atau intelektual
Seorang tenaga kesehatan mungkin saja ditempatkan atau bertugas
disuatu daerah yang mayoritas penduduknya menggunakan bahasa
daerah yang belum kita kuasai. Keadaan semacam ini dapat
menyulitkan dalam pelaksanaan anamnesis. Seorang dokter harus
segera belajar bahasa daerah tersebut agar dapat memperlancar
anamnesis, dan bila perlu dapat meminta bantuan perawat atau
petugas kesehatan lainnya untuk mendampingi dan membantu
menerjemahkan selama anamnesis. Kesulitan yang sama dapat
terjadi ketika menghadapi pasien yang karena intelektualnya yang
rendah tidak dapat memahami pertanyaan atau penjelasan
dokternya. Seorang tenaga kesehatan dituntut untuk mampu
melakukan anamnesis atau memberikan penjelasan dengan bahasa
yang sangat sederhana agar dapat dimengerti pasiennya.
d. Pasien dengan gangguan atau penyakit jiwa
Diperlukan satu tehnik anamnesis khusus bila seorang dokter
berhadapan dengan penderita gangguan atau penyakit jiwa.
Mungkin saja anamnesis akan sangat kacau, setiap pertanyaan
tidak dijawab sebagaimana seharusnya. Justru di dalam jawaban-
jawaban yang kacau tersebut terdapat petunjuk-petunjuk untuk
menegakkan diagnosis. Seorang dokter tidak boleh bingung dan
kehilangan kendali dalam melakukan anamnesis pada kasus-kasus
ini.
e. Pasien yang cenderung marah dan menyalahkan
Tidak jarang dijumpai pasien-pasien yang datang ke dokter sudah
dalam keadaan marah dan cenderung menyalahkan. Selama
anamnesis mereka menyalahkan semua tenaga kesehatan yang

36
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

pernah memeriksanya, menyalahkan keluarga atau orang lain atas


masalah atau keluhan yang dideritanya. Umumnya ini terjadi pada
pasien-pasien yang tidak mau menerima kenyataan diagnosis atau
penyakit yang dideritanya. Sebagai seorang tenaga kesehatan kita
tidak boleh ikut terpancing dengan menyalahkan sejawat tenaga
kesehatan lain karena hal tersebut sangat tidak etis. Seorang tenaga
kesehatan juga tidak boleh terpancing dengan gaya dan
pembawaan pasiennya sehingga terintimidasi dan menjadi takut
untuk melakukan anamnesis dan membuat diagnosis yang benar.

7) Sistematika Anamnesa
Sebuah anamnesis yang baik haruslah mengikuti suatu metode atau
sistematika yang baku sehingga mudah diikuti. Tujuannya adalah agar
selama melakukan anamnesis seorang tenaga kesehatan tidak kehilangan
arah, agar tidak ada pertanyaan atau informasi yang terlewat. Sistematika
ini juga berguna dalam pembuatan status pasien agar memudahkan siapa
saja yang membacanya. Sistematika tersebut terdiri dari :

a. Data umum pasien


1. Nama pasien
Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.
2. Jenis kelamin
Sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya
3. Umur
Terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-
kadang digunakan untuk menentukan dosis obat. Juga dapat
digunakan untuk memperkirakan kemungkinan penyakit
yang diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.
4. Alamat
Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka
tanyakan bukan hanya alamat sekarang saja tetapi juga
alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk pertama
kalinya.

37
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Data ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya


wabah, penyakit endemis atau untuk data epidemiologi
penyakit.
5. Pekerjaan
Bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan
antara penyakit pasien dengan pekerjaannya, maka
tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga
pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.
6. Perkawinan
Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi
pasien
7. Agama
Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh
dan tidak boleh (pantangan) seorang pasien menurut
agamanya.
8. Suku bangsa
Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan ras/suku bangsa tertetu.

b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang
paling berat sehingga mendorong pasien datang berobat atau
mencari pertolongan medis. Tidak jarang pasien datang dengan
beberapa keluhan sekaligus, sehingga seorang dokter harus jeli dan
cermat untuk menentukan keluhan mana yang merupakan keluhan
utamanya. Pada tahap ini sebaiknya seorang dokter sudah mulai
memikirkan beberapa kemungkinan diagnosis banding yang
berhubungan dengan keluhan utama tersebut. Pemikiran ini akan
membantu dalam mengarahkan pertanyaan-pertanyaan dalam
anamnesis selanjutnya. Pertanyaan diarahkan untuk makin
menguatkan diagnosis yang dipikirkan atau menyingkirkan
kemungkinan-kemungkinan diagnosis banding.

c. Riwayat penyakit sekarang

38
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Dari seluruh tahapan anamnesis bagian inilah yang paling penting


untuk menegakkan diagnosis. Tahapan ini merupaka inti dari
anamnesis. Terdapat 4 unsur utama dalam anamnesis riwayat
penyakit sekarang, yakni :
(1) Kronologi atau perjalanan penyakit
(2) Gambaran atau deskripsi keluhan utama
(3) Keluhan atau gejala penyerta
(4) Usaha berobat. Selama melakukan anamnesis keempat unsur
ini harus ditanyakan secara detail dan lengkap
Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali
pasien merasakan munculnya keluhan atau gejala penyakitnya.
Setelah itu ditanyakan bagaimana perkembangan penyakitnya
apakah cenderung menetap, berfluktuasi atau bertambah lama
bertambah berat sampai akhirnya datang mencari pertologan
medis. Apakah munculnya keluhan atau gejala tersebut bersifat
akut atau kronik, apakah dalam perjalanan penyakitnya ada faktor-
faktor yang mencetuskan atau memperberat penyakit atau faktor-
faktor yang memperingan. Bila keluhan atau gejala tersebut
bersifat serangan maka tanyakan seberapa sering atau frekuensi
munculnya serangan dan durasi atau lamanya serangan tersebut.
Keluhan atau gejala penyerta adalah semua keluhan-keluhan atau
gejala yang menyertai keluhan atau gejala utama. Dalam bagian ini
juga ditanyakan usaha berobat yang sudah dilakukan untuk
penyakitnya yang sekarang. Pemeriksaan atau tindakan apa saja
yang sudah dilakukan dan obat-obat apa saja yag sudah diminum.

d. Riwayat penyakit dahulu


Seorang dokter harus mampu mendapatkan informasi tentang
riwayat penyakit dahulu secara lengkap, karena seringkali keluhan
atau penyakit yang sedang diderita pasien saat ini merupakan
kelanjutan atau akibat dari penyakit-penyakit sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga

39
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Untuk mendapatkan riwayat penyakit keluarga ini seorang dokter


terkadang tidak cukup hanya menanyakan riwayat penyakit orang
tuanya saja, tetapi juga riwayat kakek/nenek, paman/bibi, saudara
sepupu dan lain-lain. Untuk beberapa penyakit yang langka bahkan
dianjurkan untuk membuat susunan pohon keluarga, sehingga
dapat terdeteksi siapa saja yang mempunyai potensi untuk
menderita penyakit yang sama.
f. Riwayat kebiasaan/social
Beberapa kebiasaan berakibat buruk bagi kesehatan dan bahkan
dapat menjadi penyebab penyakit yang kini diderita pasien
tersebut. Biasakan untuk selalu menanyakan apakah pasien
mempunyai kebiasaan merokok atau minum alkohol. Tanyakan
sudah berapa lama dan berapa banyak pasien melakukan kebiasaan
tersebut. Pada masa kini bila berhadapan dengan pasien usia
remaja atau dewasa muda harus juga ditanyakan ada atau tidaknya
riwayat penggunaan obat-obatan terlarang seperti narkoba, ekstasi
dan lain-lain.

8) Anamnesis Sistem
Anamnesis sistem adalah semacam review dimana seorang dokter secara
singkat dan sistematis menanyakan keluhan-keluhan lain yang mungkin
ada dan belum disebutkan oleh pasien. Keluhan ini mungkin saja tidak
berhubugan dengan penyakit yang sekarang diderita tapi mungkin juga
merupakan informasi berharga yang terlewatkan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ANAMNESA GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER

40
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

NO TINDAKAN
YA TIDAK

A FASE PRA INTERAKSI


1. Membaca catatan keperawatan
2. Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan
(stetoskop)
3. Mencuci tangan

B FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik dan kenalan
a. Memberikan salam
b. Menyampaikan tujuan interaksi
c. Menjelaskan prosedur tindakan
2. Melakukan evaluasi dan validasi data
a. Menanyakan keadaan pasien hari ini
b. Memvalidasi/evaluasi masalah pasien

C FASE KERJA
1. Menjaga privasi
2. Memberi kesempatan kepada klien untuk
bertanya sebelum dilakukan tindakan
3. Mengatur posisi klien
4. Membina hubungan saling percaya
5. Menanyakan keluhan klien, gunakan
pertanyaan terbuka

D FASE TERMINASI
13. Mengevaluasi respon pasien terhadap
tindakan:
a. Data subjektif
b. Data objektif
14. Merapikan alat-alat
15. Memberikan reinforcement positif
16. Melakukan rencana tindak lanjut
17. Berpamitan dengan pasien
1. Mendokumentasikan hasil

JUMLAH

41
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

TREADMILL

A. Definisi Treadmill

Treadmill Test adalah suatu tindakan untuk menguji efek


aktivitas stress atau berlatih terhadap jantung seseorang. Test ini memberi
suatu pengertian umum tentang kesehatan jantung. Tes beban dengan
menggunakan treadmill adalah cara yang paling sering digunakan. Alat
tersebut berupa ban berjalan dengan kecepatan mulai 1-10 mil/jam. Sudut
ban berjalan bisa diatur mulai dari 0 o sampai 20o seperti layaknya jalan yang
mendaki. Klien dapat disuruh berjalan atau berlari sesuai kecepatan ban dan
mendatar atau mendaki sesuai besar sudut ban. Pada saat tes, dipasang alat
pantau tekanan darah dan EKG sadapan ganda.

42
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Nama lain dari Treadmill test ini adalah:


a.Exercise ECG;
b.ECG - exercise treadmill;
c.EKG - exercise treadmill;
d.Stress ECG;
e.Exercise electrocardiography;
f.Stress test - exercise treadmill

Sebagaimana tubuh melakukan kerja keras selama latihan/test,


hal ini juga membutuhkan oksigen yang lebih banyak, sehingga
memaksakan jantung untuk melakukan pompa lebih banyak darah sesuai
yang dibutuhkan. Test ini juga dapat menunjukkan jika suplay darah mulai
berkurang dalam arteri koroner.

B. Tujuan Treadmill Test

43
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Adapun tujuan dari pelaksanaan Treadmill Test ini adalah sebagai berikut:
1. Mencari diagnose penyebab sakit dada.
2. Menilai fungsi jantung sesudah serangan infark atau pembedahan.
3. Mendeteksi penyakit jantung koroner yang tidak/belum menimbulkan
gejala (asimtomatik).
4. Mendeteksi aritmia yang timbul pada saat kerja fisik.
5. Menilai hasil pengobatan dengan obat-obatan antiaritmia atau anti angina.

Tes toleransi latihan ( ETT ) adalah merekam aktivitas


kelistrikan jantung selama latihan fisik yang berdampak terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen pada jantung. Latihan fisik yang dilakukan
pasien dapat berupa pasien berjalan pada ban berjalan atautreadmil.

C. Durasi Latihan Treadmill

Menurut protokol Bruce latihan treadmill diawali dengan


kecepatan rendah (1,7 mil perjam), dan tiap 3 menit kecepatan ditingkatkan.
Lalu tes dilanjutkan maksimum 27 menit (biasanya dapat dicapai pada
individu yang terlatih) atau sampai pasien timbul gejala iskemik dan aritmia.
Rata – rata waktu pada usia dewasa muda 8-10 menit. Cara lain untuk
mengukur kapasitas fungsional adalah mengukur kebutuhan oksigen selama
aktivitas yang dikonversikan kedalam metabolik equivalen (METs), dimana
1 METs sebanding dengan 3.5 mL O2/kg/min.
D. Persiapan Latihan Treadmill
Beberapa hal yang penting diperhatikan oleh perawat dalam melakukan
persiapan pasien sebelum Treadmill Test, antara lain:
1. Pasien puasa tiga jam sebelum prosedur, dengan tujuan untuk
menghindari terjadinya rasa mula muntah. Pasien diabetes yang sedang
menjalani terapi insulin akan mendapat instruksi atau pengawasan
khusus dari dokter.

44
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

2. Petugas perlu mengetahui obat-obat yang dikonsumsi pasien sebelum


melaksanakan tes ini. Obat spesifik jantung sebaiknya dihentikan dua
hari sebelum prosedur dimulai. Namun apabila memungkinkan,
penggunaan obat penghambat beta sebaiknya tidak dihentikan bila
memang sangat diperlukan pasien walau dapat mempengaruhi hasil test.
3. Pasien memakai baju dan sepatu yang nyaman untuk melakukan
prosedur.
4. Jelaskan pada pasien bahwa prosedur test ini akan dilakukan selama
satu jama, termasuk persiapan.
5. Lakukan anamnese tentang riwayat penyakit pasien dan kemampuan
aktivitas fisik pasien terakhir.
6. Lakukan pemeriksaan TTV awal dalam keadaan istirahat pada pasien
dalam posisi yang nyaman.
7. Persiapan juga dilakukan terhadap kebersihan kulit agar tidak
menimbulkan banyak artefak pada rekaman EKG.
8. Lakukan tes awal EKG dengan 12 lead pada posisi berbaring dan
berdiri.
9. Berikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur yang akan
dilakukan. Surat informed concern perlu ditandatangi oleh pasien.

E. Indikasi Treadmill Test

1. Pasien dengan tanda dan gejala CAD.


2. Pasien dengan faktor resiko untuk terjadi CAD.
3. Untuk mengevaluasi toleransi aktivitas ketika pasien mengalami
kelelahan yang tak dapat dijelaskan serta adanya keluhan shortness of
breath (SOB).
4. Untuk mengevaluasi respon tekanan darah terhadap aktivitas terutama
pada pasien hipertensi borderline.
5. Untuk mengetahui heart rate yang tidak teratur secara serius.

45
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

F. Kontraindikasi Treadmill Test


Kontraindikasi Treadmill Test ini adalah dikelompokkan dalam keadaan
yang mutlak dan relatif, yaitu:
1. Mutlak:
a. Infark miokard akut dalam 2 hari.
b. Angina tak stabil yang beresiko tinggi.
c. Aritmia jantung tak terkontrol dengan gejala dan gangguan
hemodinamika.
d. Stenosis aorta berat dengan gejala.
e. Infark paru atau emboli paru akut.
f. Perikarditis atau miokarditis akut.
g. Diseksi aorta akut.

2. Relatif:
a. Stenosis di pembuluh darah koroner left main.
b. Penyakit jantung katup stenosis.
c. Gangguan elektrolit.
d. Hipertensi berat.
e. Takiaritmia dan bradiaritmia.
f. Kardiomiopati hipertrofi dan bentuk lain hambatan aliran ke luar
jantung.
g. Gangguan fisik dan mental yang mengganggu jalannya
pemeriksaan.
h. Blok atrioventrikular derajat tinggi.

G. Persiapan Sebelum Melakukan Treadmill


o Puasa makan dan minum selama 2-3 jam sebelum prosedur dilakukan.
Hal ini akan menurunkan risiko mual yang dapat terjadi pada kelelahan

46
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

akibat latihan berat setelah makan. Apabila Anda penderita diabetes


yang mendapat terapi insulin, akan ada instruksi khusus dari dokter.

o Konsumsi beberapa obat jantung spesifik mungkin perlu dihentikan


oleh dokter selama 1-2 hari sebelum tes dilakukan. Instruksi ini
biasanya diberikan saat tes dijadwalkan.

o Kenakan pakaian yang nyaman dan sepatu yang sesuai untuk latihan
(olahraga).

o Penjelasan mengenai tes ini akan diberikan oleh dokter dan Anda akan
diminta untuk menandatangani surat persetujuan tindakan.

o Bagian dada dibersihkan dengan kasa dan alkohol untuk memastikan


kualitas sadapan EKG yang baik. Bulu dada sebaiknya dicukur agar
stiker sadapan dapat melekat dengan sempurna di dada.

o Bagi wanita sebaiknya menggunakan bra dengan kait yang mudah


dibuka, dan apabila memungkinkan, kenakan kaos atau kemeja dengan
kancing depan.

H. Cara Pelaksanaan

Selama latihan, arteri koroner yang sehat mengalami dilatasi


daripada arteri koroner yang mengalami gangguan. Hal ini menyebabkan
banyaknya darah yang dikirimkan untuk memenuhi kebutuhan koroner
hanya disediakan oleh arteri yang masih normal saja. Aliran darah yang
terbatas ini akan mengurangi sejumlah darah yang akan dibutuhkan oleh
area jantung tersebut. Hal ini menyebabkan otot jantung yang terlibat akan
mengalami kekurangan darah (starvasi) selama latihan. "Starvasi" ini akan
menghasilkan gejala seperti tidak nyaman pada dada atau shortness of
breath (SOB) dan dapat ditemukan kelainan pada gambaran EKG.

47
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Cara pelaksanaan treadmill adalah sebagai berikut:


a. Pertama-tama catat Heart Rate dan ukur tekanan darah dalam kondisi
istirahat (diam). Hal ini dilakukan di ruang laboratorium dimana
kegiatan akan dilaksanakan.
b. Rekatkan electroda pada dinding dada, bahu dan pinggul kemudian
hubungkan ECG ke bagian mesin.

c. 12-LEAD EKG akan direkam secara tertulis. Setiap lead dari EKG
akan menunjukkan hasil yang berbeda dari jantung.

Sebagai contoh:
o Lead 2, 3, dan aVF = menunjukan bagian inferior jantung.
o V1 dan V2 = Septum jantung

o V3, V4, V5 dan V6 = Anterior jantung.

o Lead 1 dan aVL = Superior jantung.

o aVR menunjukan ruang (cavity) jantung dan tidak memberikan


nilai klinik yang bermakna dalam mengidentifikasi coronary
desease.

Komplikasi dapat diketahui segera bila kita tetap melakukan


pengawasan pada tekanan darah, mengawasi hasil rekaman EKG, bertanya
kepada pasien tentang gejala yang dialami dan gejala keletihan serta
melakukan penilaian terhadap semua gejala atau tanda yang muncul saat
test. Selama test berlangsung sebaiknya lengan pasien tidak memegang
dengan kencang pada tempat pegangan agar tidak menimbulkan hasil yang
tidak sesuai dengan kemampuan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

48
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Anonymous (……). Treadmill Stress Test.http://www.heartsite.com/html/regular-

stress.html.Diakses Senin, 3 Agustus 2015

Bruce, R.A. (…..). The Original Bruce Protocol. http://www.sport-fitness-

advisor.com/bruce-treadmill-test.html. Diakses Senin, 3 Agustus 2015

Kumpulan Bahan Kuliah. Dasar-Dasar Keperawatan Kardiotorasik. Rumah Sakit

Jantung Harapan Kita Jakarta, Materi Tidak Dipublikasikan.

Mc. Burney, H. (1993). Physiotherapy for Respiratory and Cardiac Problems.2nd

Churchill Livingstone. Philadelphia

Miller. (2008). The exercise treadmill test: Estimating cardiovascular prognosis.

Cleveland Clinic: http://www.ccjm.org/content/75/6/424.full#sec-1.

Diakses Senin, 3 Agustus 2015

Smeltzer, A. C & Bare, B.B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2. EGC : Jakarta

Sudoyo, dkk (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 Jilid 2. FKUI :

Jakarta

49
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

TREADMILL

DILAKUKAN
NO TINDAKAN
YA TIDAK

A FASE PRA INTERAKSI

1. Membaca dokumentasi keperawatan.

2. Menyiapkan alat-alat : stetoskop, masker,


sarung tangan.

3. Mencuci tangan

B FASE ORIENTASI

1. Memberikan salam terapeutik, panggil klien


dengan namanya.

2. Menjelaskan tujuan.

50
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

3. Menjelaskan prosedur tindakan.

4. Menanyakan keadaan pasien hari ini.

5. Mengevaluasi masalah pasien.

C FASE KERJA

1. Pasien di anamnesa dan menjelaskan


tentang tata cara,maksud, manfaat dan
resiko dari treadmill.
2. Menentukan target HR submaximal dan
maximal (target HR max : 220 dikurang
umur dan submaximal adalah 85 % dari
target HR max)
3. Pasien menandatangani formulir informed
consent.
4. Pasien dipersilahkan ganti pakaian, celana
dan sepatu treadmill yang telah disediakan.
5. Pasien berbaring denagn tenang di tempat
tidur
6. Bersihkan tubuh pasien pada lokasi
pemasangan electrode dengan
menggunakan kassa alkohol.
7. Tempelkan electrode sesuai dengan tempat
yang sudah ditentukan.
8. Sambungkan dengan kabel treadmill

9. Fiksasi electrode dengan sempurna

10. Masukkan data pasien ke alat treadmill

11. Ukur tekanan darah

12. Rekam EKG 12 leads

51
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

13. Jalankan alat treadmill dengan kecepatan


sesuai dengan prosedur.

14. Setiap tiga menit speed dan elevation akan


bertambah sesuai dengan prosedur yang
sudah ditentukan.

15. Pantau terus perubahan EKG dan keluhan


pasien selama tets.

16. Rekam EKG 12 leads dan BP setiap tiga


menit.

17. Hentikan test sesuai dengan prosedur.


D FASE TERMINASI
1. Evaluasi hasil tindakan.
2. Melakukan rencana tindakan lanjut.
3.Mengakhiri kegiatan dengan merapikan
pasien dan peralatan dikembalikan
ketempat semula.
4. Mencuci tangan.
5. Mendokumentasi hasil pemeriksaan fisik.

Jumlah

52
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

EKG

A. Pengertian EKG

Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG


merupakan rekaman aktifitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh
sistem eksitasi dan konduktif khusus jantung. Jantung normal memiliki
impuls yang muncul dari simpul SA kemudian dihantarkan ke simppul AV
dan serabut purkinje. Perjalanan impuls inilah yang akan direkam oleh EKG
sebagai alat untuk menganalisa kelistrikan jantung.

(Gambar mesin EKG)

Dalam EKG perlu diketahui tentang sistem konduksi (listrik


jantung) yang terdiri dari:
1. Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel
dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan
impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 - 100 kali permenit
kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium
terangsang.
2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)

53
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup


trikuspid. Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls
dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 40 - 60 kali
permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah,
maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila
SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.

(Gambar Pemasangan EKG)

B. Tujuan Pemeriksaan EKG

1. Mengidentifikasi adanya kelainan irama jantung (disrithmia)


akibatadanya infark miokard, angina tertentu, pembesaran jantung,
dan penyakit inflamasi jantung.
2. Menilai efek obat-obatan dan mengidentifikasi ketidakseimbangan
elektrolit, terutama kalsium dan kalium.
3. Menilai fungsi pacu jantung.
4. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan
ventrikel.

54
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

C. Sadapan EKG

Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang


yang jelas terhadap jantung. Sadapan ini dibaratkan dengan banyaknya mata
yang mengamati jantung jantung dari berbagai arah. Semakin banyak sudut
pandang, semakin sempurna pengamatan terhadap kerusakan-kerusakan
bagian-bagian jantung.

Sadapan pada mesin EKG secara garis besar terbagi menjadi dua:

1. Sadapan bipolar
Sadapan Bipolar (I, II, III).Sadapan ini dinamakan bipolar karena
merekam perbedaan potensial dari dua elektrode. Sadapan ini
memandang jantung secara arah vertikal (ke atas-bawah, dan ke
samping). Sadapan ini merekam dua kutub listrik yang berbeda, yaitu
kutub dan kutub negatif. Masing-masing elektrode dipasang di kedua
tangan dan kaki.
Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang
diteruskan dari jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di
kedua tangan dan kaki. Masing-masing LA (left arm), RA (right arm), LF
(left foot), RF (right foot). Dari empat kabel elektrode ini aka dihasilkan
beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut.
a. Sadapan I.
Sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial lsitrik antara RA yang
dibuat bermuatan negatif dan LA yang dibuat bermuatan positif
sehingga arah listrik jantung bergerak ke sudut 0 derajat (sudutnya ke
arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat
dilihat oleh sadapan I.
b. Sadapan II.

55
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat


bermuatan negatif dan LF yang bermuatan positif sehingga arah listrik
bergerak sebesar positif 60 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan
demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan II.
c. Sadapan III.
Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat
bermuatan negatif dan RF yang dibuat bermuatan positif sehingga
listrik bergerak sebesar positif 120 derajat (sudutnya ke arah inferior).
Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan
III.

2. Sadapan unipolar
Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferent.
Sadapan ini terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar
prekordial.

a. Unipolar Ekstremitas
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada
ekstremitas. Gabungan elektrode pada ekstremitas lain membentuk
elektrode indifferent (potensial 0). Sadapan ini diletakkan pada kedua
lengan dan kaki dengan menggunakan kabel seperti yang digunakan
pada sadapan bipolar.
Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang
terhadap jantung dalam arah vertikal.
o Sadapan aVL.
Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang
dibuat bermuatan positif dengan RA dan LF yang dibuat indifferent
sehingga listrik bergerak ke arah -30 derajat (sudutnya ke arah
lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat
juga oleh sadapan aVL.

56
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

o Sadapan aVF.
Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang
dibuat bermuatan positif dengan RA dan LA dibuat indifferent
sehingga listrik bergerak ke arah positif 90 derajat (tepat ke arah
inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung selain sadapan
II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF.

o Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara


muatan RA yang dibuat bermuatan positif dengan LA dan LF
dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah berlawanan
dengan arah lsitrik jantung -150 derajat (ke arah ekstrem).

b. Unipolar Prekordial
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensial listrik
dengan elektrode eksplorasi diletakkan pada dinding dada.
Elektrode indifferent (potensial 0) diperoleh dari penggabungan
ketiga elektrode esktremitas. Sadapan ini memandang jantung
secara horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior
dan ventrikel sebelah kanan).

Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel yang


terdapat pada mesin EKG yang dimulai dari nomor C1-C6.

V1: Ruang interkostal IV garis sternal kanan


V2: Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3: Pertengahan antara V2 dan V4
V4: Ruang interkostal V garis midklavikula kiri
V5: Sejajar V4 garis aksila depan
V6: Sejajar V4 garis mid-aksila kiri

57
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

D. Indikasi Penggunaan EKG

Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara


langsung. Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-
turunnya suatu kontraktilitas. Analisis sejumlah gelombang dan vektor
normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik
yang penting.

 Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung.


 EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada
infark otot jantung akut.

 EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan


hipokalemia)

 EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang

58
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

berkas kanan dan kiri)

 EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji
stres jantung.

 EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung


(mis. emboli paru atau hipotermia)

E. Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Pemasangan Ekg & Letak


Sandapan

1. Persiapan alat-alat EKG


a. Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel, sebagai berikut :
b. Satu kabel untuk listrik (power)
c. Satu kabel untuk bumi (ground)
d. Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi
tanda dan warna.
e. Plat elektrode yaitu
f. 4 buah elektrode extremitas dan manset
g. 6 Buah elektrode dada dengan balon penghisap.
h. Jelly elektrode / kapas alkohol
i. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)
j. Kertas tissue
2. Persiapan Pasien
a. Pasieng diberitahu tentang tujuan perekaman EKG
b. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan
tenang selama perekaman.

DAFTAR PUSTAKA

59
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Sundana K, 2008, Interpretasi EKG, Pedoman Untuk Perawat, EGC, Jakarta.

Thaler MS, 2000, Satu-Satunya Buku EKG yang Anda Perlukan, Edisi 2,
Hipokrates, Jakarta.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN EKG

Dilakukan
NO TINDAKAN
Ya Tidak

60
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

A FASE PRA INTERAKSI


1. Membaca dokumentasi keperawatan.
2. Menyiapkan alat-alat : alat echocardiography,
gel, tissu.
3. Mencuci tangan.

B FASE ORIENTASI
1.Memberikan salam terapeutik, panggil klien
dengan namanya.
2. Menjelaskan tujuan.
3. Menjelaskan prosedur tindakan.
4. Menanyakan keadaan pasien hari ini.
5. Mengevaluasi masalah pasien.

C FASE KERJA

1. Nyalakan mesin EKG.


2. Baringkan pasien dengan tenang di tempat
tidur yang cukup luas, tangan dan kaki tidak
saling bersentuhan.
3. Bersihkan dada, kedua pergelangan tangan dan
kaki dengan kapas alkohol (kalau perlu dada
dan pergelangan kaki di cukur).
4. Keempat elektroda ekstremitas diberi jelly.
5. Pasang keempat elektroda ekstremitas tersebut
pada kedua pergelangan tangan dan kaki.
6. Dada diberi jelly sesuai lokasi untuk elektroda
V1 sampai V6.
7. Pasang elektroda dada dengan menekan karet
balon penghisapnya.
8. Buat kalibrasi sebanyak 3 buah.
9. Rekam setiap lead, 3-4 beat.
10. Setelah selesai perekaman semua lead, buat

61
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

kalibrasi ulang.
11. Semua elektroda dilepas.
12. Jelly dibersihkan dari tubuh pasien.
13. Beritahu pasien bahwa perekaman sudah
selesai.
14. Matikan mesin EKG.
15. Catat : nama pasien, umur, tanggal dan jam
pengambilan.
16. Bersihkan dan rapikan alat.

D FASE TERMINASI

1. Evaluasi hasil tindakan.

2. Melakukan rencana tindakan lanjut.

3.Mengakhiri kegiatan dengan merapikan pasien


dan peralatan dikembalikan ketempat
semula.

4. Mencuci tangan.

5. Mendokumentasi hasil pemeriksaan fisik.

Jumlah

62
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH VENA

A. Pengertian Pengambilan Spesimen Darah

Mengambil dan menyiapkan darah vena untuk pemeriksaan diagnostic.

B. Tujuan Pengambilan Spesimen Darah

Tujuan umum pengambilan spesimen darah, antara lain: Menyediakan


spesimen darah untuk analisisa.
Adapaun tujuan khusus pengambilan spesimen darah, antara lain:
1. Darah vena
Tujuan : mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan yang
memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan
imunoserologi.
2. Darah EDTA
Tujuan : mendapatkan spesimen darah EDTAbyang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan morfologi sel darah tepi dan hitung
jumlah trombosit.
3. Darah sitrat
Tujuan : mendapatkan spesimen darah SITRAT yang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan laju endapan darah metode Weatergreen
dan pemeriksaan tes hemoragik.
4. Darah kapiler

63
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Tujuan : mendapatkan spesimen darah kapiler yang memenuhi


persyaratan untuk pemeriksaan golongan darah dan beberapa
pemeriksaan rapid test imunologi.

C. Indikasi pengambilan spesimen darah

1. Pada pasien malaria


2. Pada pasien HIV/aids
3. Pada pasien Typus

D. Cara Pengambilan Spesimen

1. Darah Kapiler
Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau anak daun telinga untuk
mengambil darah kapiler, sedangkan pada bayi atau anak kecil dapat
diambil di tumit atau ibu jari kaki. Tempat yang dipilih tidak boleh
memperlihatkan gangguan peredaran darah.

Adapun cara mengambil spesimen sebagai berikut :


a. Bersihkan tempat yang akan ditusuk memakai kapas beralkohol 70%
dan biarkan sampai kering.
b. Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan
sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
c. Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril, pada jari tusukkan
dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak
boleh sejajar. Bila yang akan diambil spesimennya pada anak daun
telinga tusukan pinggirnya dan jangan sisinya sampai darah keluar.
d. Setelah penusukan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan kapas
beralkohol dan biarkan sampai darah tidak keluar.
2. Darah Vena

64
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, pada bayi
dapat digunakan vena jugularis superficialis atau sinus sagittalis superior.
Cara pengambilan spesimen sebagai berikut :
a. Ikat lengan atas dengan menggunakan karet pengikat/torniquet,
kemudian tangan dikepalkan.
b. Tentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan kapas
berakohol 70%.
c. Tusuk jarum spuit/disposable syringe dengan posisi 45o dengan
lengan.
d. Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit menjadi
30o dengan lengan, kemudian hisap darah perlahan-lahan hingga
volume yang diinginkan.
e.Setelah volume cukup, buka karet pengikat lengan kemudian tempelkan
kapas beralkohol pada ujung jarum yang menempel dikulit kemudian
tarik jarum perlahan-lahan.
f. Biarkan kapas beralkohol pada tempat tusukan, kemudian lengan
ditekuk/dilipat dan biarkan hingga darah tidak keluar.
g.Pindahkan darah dari disposibel syringe ke wadah berisi anti koagulan
yang disediakan, kemudian digoyang secara perlahan agar bercampur.
h. Jika spesimen ingin tetap dalam spuit, setelah darah dihisap kemudian
dengan spuit yang sama dihisap pengawet/anti koagulan.

E. Tempat Pengambilan dan Volume Spesimen

65
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

Ada 2 (dua) tempat pengambilan spesimen darah, yaitu :


a) Ujung jari tangan/kaki (Darah Kapiler). Digunakan apabila mengambil
darah dalam jumlah sedikit atau tetesan (dipakai untuk screning test).
b) Lipatan lengan/siku (Darah Vena). Digunakan apabila mengambil darah
dalam jumlah agak banyak, misalnya : 1 s/d 10 ml.

F. Wadah Spesimen

1. Untuk darah vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca, atau tetap di


dalam spuit.
2. Untuk darah kapiler tidak memerlukan wadah.
3. Wadah dapat berukuran kecil atau ukuran volume 5 ml.

G. Alat dan bahan yang Digunakan

1. Lanset darah atau jarum khusus


2. Kapas alkohol
3. Kapas kering
4. Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam
pemeriksaan

66
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

5. Bengkok
6. Hand scoon
7. Perlak dan pengalas

H. Prosedur

1. Mendekatkan alat
2. Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
3. Memasang perlak dan pengalas
4. Memakai hand scoon
5. Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
6. Kulit dihapushamakan dengan kapas alkohol
7. Bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol
8. Merapikan alat
9. Melepaskan hand scoon

DAFTAR PUSTAKA

Kusmiyati yuni. 2007. Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan. Yogyakarta:


Fitramaya.

Varney Hellen, Dkk. 2009. Praktik Dasar volum I. Jakarta: EGC.

Varney Hellen, Dkk. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4: EGC.

67
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH VENA DAN ARTERI

DILAKUKAN
NO TINDAKAN
YA TIDAK

A FASE PRA INTERAKSI

1. Membaca dokumentasi keperawatan.


2. Menyiapkan alat-alat : Bak instrument, spuit 3cc atau
5cc, bengkok, sarung tangan steril, plester, gunting
plester, perlak, kapas alkohol, turniquet, botol spesimen
darah
3. Mencuci tangan.

B FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam terapeutik, panggil klien dengan
namanya.
2. Menjelaskan tujuan.
3. Menjelaskan prosedur tindakan.
4. Menanyakan keadaan pasien hari ini.
5. Mengevaluasi masalah pasien.

68
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

C FASE KERJA
1. Siapkan alat dan bahan, bawa ke dekat pasien
2. Pasang sampiran
3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
4. Cuci tangan
5. Pakai sarung tangan
6. Bebaskan daerah yang akan disuntik dari pasien
7. Cari daerah yang terlihat jelas venanya
8. Pasang pengalas di bawah tempat yang akan di ambil
darah
9. Ikat bagian di atas daerah yang akan disuntik dengan
turniquet, dan anjurkan pasien untuk mengepalkan
tangannya.
10. Desinfeksi kulit dengan kapas alkohol
11. Tusukkan jarum ke dalam vena
12. Aspirasi spuit apakah jarum sudah masuk vena
13. Buka torniquet , dan anjurkan pasien melepas kepalan
tangannya.
14. Tarik spuit, sesuai kebutuhan.
15. Tarik jarum keluar, tutup luka tusukan dengan kapas
alkohol yang kering
16. Masukan darah dalam botol spesimen.
17. Beri label pada botol spesimen.
18. Bereskan alat.
19. Lepas sarung tangan lalu cuci tangan bersih

D FASE TERMINASI
1. Evaluasi hasil tindakan.
2. Melakukan rencana tindakan lanjut.
3. Mengakhiri kegiatan dengan merapikan pasien dan
peralatan dikembalikan ketempat semula.
4. Mencuci tangan.
5. Mendokumentasi tindakan yang dilakukan.

69
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

70
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES FM-POLTEKKES-SMG-BM-09-
06A/R1 SEMARANG

71

Anda mungkin juga menyukai