Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

FUNGSI KETENAGAAN

Disusun Oleh:
RICKY KURNIAWAN
433131490120033

PRODI STUDI PROFESI NERS REGULER

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Horizon Karawang

Jalan Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass), Kabupaten Karawang,


Jawa Barat 413116,Indonesia

2020/2021

1
A. Pengertian
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen
keperawatan. Swanburg (2000) menyatakan bahwa pengaturan staf
keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional diterapkan
untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan
sebelumnya. Manajer bertanggung jawab dalam mengatur sistem
kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000). Ketenagaan adalah kegiatan
manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin, memberikan orientasi, dan
meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi
(Marquis dan Huston, 2010). Ketenagaan juga memastikan cukup atau
tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional,
terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang
harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk
memenuhi kebutuhan.

B. Tujuan pengelolaan ketenagaan ruang perawatan


Adalah menjamin keberlangsungan dan kesinambungan pelayanan
keperawatan yang berkualitas kepada pasien. Agar tujuan tercapai maka
tenaga yang ada perlu dikelola
Ketenagaan yang ada disuatu ruangan terdiri dari :
1. Tenaga keperawatan
2. Non Keperawatan seperti ; ahli gizi, farmasi, cleaning servis, dll
Agar tujuan tercapai maka tenaga yang ada perlu dikelola melalui. Supervise
Adalah aktivitas menentukan kondisikondisi / syarat-syarat yang essensial
yang akan menjamin tercapainya tujuan asuhan keperawatan. Hakekat
Ketenagaan Adalah proses mobilisasi potensi, proses motivasi &
pengembangan SDM dalam pemenuhan kepuasan melalui karyanya untuk
mencapai tujuan individu, organisasi, maupun komunitas dimana individu
tersebut berkarya
Tenaga Perawat di suatu ruang perawatan tergantung dari :
1. Sistem / Model Pemberian Asuhan Keperawatan

2
2. Tingkat ketergantungan pasien / klasifikasi pasien
3. Jumlah & kategori tenaga
4. Pengaturan & Penjadwalan tenaga

C. Pengelolaan ketenagaan (gillies)


1. Klasifikasi pasien
2. Penetapan kebutuhan staf
3. Rekrutmen
4. Seleksi
5. Orientasi
6. Penjadwalan
7. Penugasan
8. Memperkecil absensi staf
9. Penurunan pergantian staf
10. Pengembangan staf

D. Peran utama kepala ruangan/ supervisor terkait pengelolaan ketenagaan


1. Orientasi
Kepala Ruangan / Supv bertugas melaksanakan program orientasi kepada
tenaga perawat dan tenaga lain yang akan bekerja diruangannya.
Orientasi diruangan/unit merupakan bagian paling penting. Orientasi
membutuhkan orientasi spesifik tentang pekerjaannya & unit dimana dia
ditempatkan. Waktu orientasi 3-4 bulan atau 6 – 12 bulan tergantung
pada bentuk & isi program serta kebijakan RS. Program orientasi
berbentuk orientasi umum dan orientasi khusus. Kepala ruangan
bertanggung jawab atas pelaksanaan program orientasi unit &
merencanakan utk memenuhi kebutuhan spesifik dari orientasi

Tujuan Orientasi :
a. Membantu para orientee melalui masa transisi peran & nilai
b. Meningkatkan kepuasan kerja sehingga dapat menurunkan angka
turn over

3
c. Mengembangkan rasa memiliki

Prinsip Program Orientasi :


a. Membuat orientee merasa :
1) Dibutuhkan
2) Menjadi bagian dati tim
3) Puas dengan kesempatan profesional yang diberikan
b. Berfokus pada kebutuhan belajar
c. Mempunyai tanggung jawab pribadi
2. Penugasan
Kepala ruangan sebagai manajer, bersama Manager Keperawatan
memutuskan metode penugasan apa yang akan digunakan dalam
memberikan asuhan di ruang perawatan sebelum menentukan
ketenagaan. Kepala rungan mempunyai peran sangat besar dalam
Pengorganisasian dan Implementasi Model Pemberian Asuhan

Pemilihan Sistem Penugasan antara lain tergantung dari :


a. Jumlah dan komposisi tenaga keperawatan
b. Kebijakan pengaturan dinas
c. Peran, fungsi dan tanggung jawab perawat
d. Kebijakan personalia
e. Kebijakan pembinaan dan pengembangan
f. Tingkat pendidikan dan pengalaman staf
g. Kelangkaan tenaga perawat spesialis
h. Tipe dan lokasi RS
i. Lay out ruang perawatan

Metode-metode yang digunakan dalam ketenagaan:


a. Keperawatan Fungsional
Pemberian tugas bisa terjadi tanpa mempertimbangkan kondisi
pasien atau pengalaman / kemampuan pemberi asuhan. Ketenagaan

4
utama membantu keperawatan, sedikit perawat praktikal, 1-2
perawat professional
b. Metode Kasus – “ Total Care”
Ketenagaan :
1) Pemberi asuhan langsung kepada pasien oleh perawat
profesional
2) Jumlah perawat praktikal lebih sedikit
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya.
c. Keperawatan Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok
klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Potter, Patricia
1993). Ketua tim adalah seorang perawat professional. Besarnya
tim : 1 ruangan terdiri dari 2-3 tim, setiap tim terdiri dari 2-5
perawat. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya.
Kelebihannya yakni memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh, mendukung pelaksanakaan proses keperawatan,
memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Sedangkan
Kelemahannya yakni komunikasi antar anggota tim terbentuk
terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan
waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
(Nursalam, 2002)
d. Keperawatan Profesional (MAKP)
Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode
keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut
perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer
terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta

5
dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam
selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung
jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam
merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana
pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak
bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain
(associate nurse)
3. Pengembangan staf
Kepala ruangan / supv memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan
atau mengembangkan karyawan, karena perubahan masyarakat dan
kemajuan ilmu pengetahuan kesehatan khususnya keperawatan.
Bertujuan untuk memperbaiki pengetahuan individu dan jabatan,
keterampilan serta sikap staf. Kegiatan pengembangan staf dibutuhkan
untuk membantu perawat mengatasi peran dan mendukung metode /
sistem pemberian asuhan yang digunakan
Tujuan Pelatihan : Peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan
yang spesifik saat ini, sedangkan Pengembangan : lebih ditekankan pada
peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang
akan datang yg dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dgn
kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja
4. Memperkecil absensi staf
Absen / Mangkir, Yaitu kehilangan waktu yg berakibat kerugian secara
kualitas dan ekonomi bagi instansi

Faktor Penyebab :
a. Tempat tinggal yang jauh
b. Kelompok staf yang terbanyak
c. Sakit

Pola absen :
a. Sering-pendek-pendek

6
b. Jarang-panjang
c. Hari-hari tertentu

5. Penurunan perputaran staf (turn over)


Cara mengurangi :
a. Selektif saat proses penerimaan staf
b. Meningkatkan penugasan
c. Perubahan dalam job desc
d. Pengembangan staf

Kejenuhan (burn out) : Adalah keadaan dimana individu merasa dirinya


semakin kurang kemampuannya, kerja kurang produktif

Penyebab :
a. Peran dan fungsi kurang jelas
b. Merasa terisolasi
c. Beban kerja berlebihan
d. Terlalu lama pada suatu tempat / bagian
e. Tidak menemukan solusi saat menghadapi permasalahan
6. Klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut
jumlah dan keadaan penyakit, usia pasien. Pasien dikelompokkan sesuai
dengan tingkat ketergantungan pasien, dan waktu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan keperawatan pada pasien

Klasifikasi Pasien sebagai alat ukur yang bertujuan Untuk mengetahui


beban kerja perawat. Waktu yang diperlukan u/ asuhan keperawatan.
Keahlian perawat yang diperlukan. Jumlah perawat yang dibutuhkan

Kriteria Klasifikasi Pasien


a. Berdasarkan kebutuhan / masalah pasien
b. Peralatan (alat kesehatan) yang dipergunakan pasien

7
c. Kompetensi perawat yg diperlukan untuk memberi asuhan
keperawatan pada pasien
d. Berdasarkan waktu : berapa banyak ratarata waktu keperawatan yg
dibutuhkan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien

Menurut Nursalam terdapat 3 level yaitu Level I (Minimal), Level II


(Partial), dan Level III (Maksimal)
Kemudian menurut Hansom terdapat 5 jategori yaitu,
a. Kategori I : Slef care = 1-2 jam
b. Kategori II : Minimal care = 3-4 jam
c. Kategori III : Intermediate care = 5- 6 jam
d. Kategori IV : Modified Intensive care = 7-8 jam
e. Kategori V : Intensive care = 10-14 jam
Althause et al & Kirk (1981)
a. Level I : Minimal = 3,2 jam
b. Level II : Intermediate = 4,4 jam
c. Level III : Maksimal = 5,6 jam
d. Level IV : Intensive = 7,2 jam
7. Penetapan kebutuhan staf / Pola ketenagaan
Dalam penetapan kebutuhan staf/ pola ketenagaan menggunakan
beberapa metode perhitungan perencanaan tenaga keperawatan,
diantaranya:
a. Metode Lokakarya PPNI
Pemenuhan kebutuhan tenaga perawat menurut Lokakarya PPNI
dengan mengubah satuan hari dengan minggu. Selanjutnya jumlah
hari kerja efektif dihitung dalam minggu sebanyak 41 minggu dan
jumlah kerja perhari selama 40 jam perminggu. PPNI berusaha
menyesuaikan lama kerja dan libur yang berlaku di Indonesia

Tenaga Perawat = ( A x 52 minggu ) x 7 hari (TT x BOR) + 25 %


Hari kerja efektif x total jam kerja perminggu

8
Keterangan :
a. A = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan oleh pasien perhari
b. 52 minggu = 365 hari dalam setahun : 7
c. TT = Tempat Tidur
d. BOR (Bed Occupancy Rate) = presentase rata-rata jumlah
tempat tidur yang digunakan selama periode tertentu (satu
semester/tahun)
e. Hari kerja efektif yang dihitung sebagai berikut : = (365 - (52
hari minggu + 12 hari libur nasional +12 hari cuti tahunan) =
289 hari : 7hari /minggu = 41 minggu
f. Total jam kerja perminggu = 40 jam
g. Komponen 25 % yaitu tingkat penyesuaian terhadap
produktivitas
b. Metode Illyas
Metode ini dikembangkan oleh Illyas sejak tahun 1995. Metode ini
berkembang karena adanya keluhan dari rumah sakit di Indonesia
bahwa metode Gillies menghasilkan jumlah perawat yang terlalu
kecil, sehingga beban kerja perawat tinggi, sedangkan PPNI
menghasilkan jumlah perawat yang terlalu besar sehingga tidak
efisien.

Tenaga Perawat = A x B x 365 hari


(255 x jam ketja / hari )

Keterangan :
a. A = jumlah perawatan / 24 jam (waktu perawatan yang
dibutuhkan pasien)
b. B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
c. 365 = jumlah hari kerja dalam setahun
d. 255 = Hari kerja efektif perawat/tahun = (365 – (12 hari libur
nasional + 12 hari libur cuti tahunan) x ¾ ) = 255 hari

9
e. Jam kerja / hari = 6 jam didapat dari 40 jam (total jam kerja /
minggu) : 7 hari

Indeks ¾ merupakan indeks yang berasal dari karakteristik jadwal


kerja perawat dirumah sakit yang dihitung setiap empat hari kerja
efektif, dimana perawat mendapat libur satu hari setelah jadwal jaga
malam. Uraiannya sebagai berikut hari pertama masuk pagi, hari
kedua siang, hari ketiga malam, dan hari keempat libur satu hari
c. DepKes, 2005
1) Pengelompokan unit kerja rumah sakit
Secara garis besar terdapat pengelompokkan unit kerja di rumah
sakit sebagai berikut ;
a) Rawat inap dewasa
b) Rawat inap anak / perinatal
c) Rawat inap intensif
d) Gawat darurat (IGD)
e) Kamar Bersalin
f) Kamar operasi
g) Rawat Jalan
2) Model pendekatan dalam hitungan kebutuhan tenaga
keperawatan
Beberapa model pendekatan yg dapat dipergunakan dalam
hitungan kebutuhan tenaga keperawatan : Cara perhitungan
berdasarkan klasifikasi pasien
a) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
b) Rata pasien perhari
c) Jam perawatan yang diperlukan /hari/pasien
d) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
e) Jam efektif setiap perawat/bidan adalah tujuh jam perhari

10
Contoh perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien

Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan :


Jumlah jam perawatan = 93
Jam kerja efektif per sift 7
= 13 perawat

Standar Tenaga Keperawatan Dir YanKep DepKes, 2005


Tingkat Ketergantungan Pasien
1) Asuhan keperawatan minimal (minimal care) : 2 jam / hari
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan
d) Observasi TTV setiap shift
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
2) Asuhan keperawatan Sedang : 3,08 jam/hari
a) Kebersihan diri, makan, minum dibantu

11
b) Observasi TTV setiap 2-4 jam sekali
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
3) Asuhan Keperawatan Agak Berat : 4,15 jam/hari
a) Sebagian besar aktifitas dibantu
b) Observasi TTV setiap 2-4 jam sekali
c) Terpasang folley cateter, intake putput dicatat,
d) Terpasang infus
e) Pengobatan lebih dari sekali
f) Persiapan pengobatan memrlukan prosedur
4) Perawatan Maksimal / Total : 6,16 jam/hari
a) Segala aktivitas diberikan oleh perawat
b) Posisi tidur diatur, observasi TTV setiap 2 jam
c) Makan memerlukan NGT, Terapi IV
d) Penggunaan suction
e) Gelisah / Disorientasi

E. Metode pelayanan keperawatan


Metode asuhan keperawatan yang digunakan. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa metode yang digunakan dan bentuk struktur pengorganisasian kerja
yang digunakan supaya efektif dan efisien.
1. Model Asuhan Keperawatan Fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Seorang
perawat dapat melakukan dua jenis atau lebih untuk semua klien yang
ada di unit tersebut. Metode ini berkembang ketika perang dunia II,
akibat kurangnya perawat profesional, maka banyak direkrut tenaga
pembantu perawat. Mereka dilatih minimal cara merawat, diajarkan tugas
yang sederhana dan berulang seperti menyuntik, ukur tekanan darah,
mengukur suhu, merawat luka dan sebagainya. Awalnya hal tersebut
bersifat sementara, karena keterbatasan tenaga perawat yang ada, namun
dalam kenyataannya hal tersebut tetap bertahan sampai saat ini ,
khususnya di Indonesia.

12
Contoh: Perawat A tugasnya menyuntik, dan perawat B melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital serta penyuapi pasien.dan Perawat C
bertugas untuk merawat luka dan sebagainya.
Keuntungan :
a. Perawat trampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu
b. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
tugas
c. Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang
kurang berpengalaman untuk satu tugas sederhana.
d. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta
didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian :
a. Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak memungkinkan
untuk melakukan keperawatan secara holistik
b. Apabila pekerjaan selesai cenderung perawat meninggalkan klien
dan melaksanakan pekerjaan non keperawatan.
c. Kepuasan kerja secara keseluruhan sulit dicapai dan sulit
diidentifikasi kontribusi terhadap pelayanan.
d. Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai ketrampilan
saja.

13
2. Model Asuhan Keperawatan Tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat
kepada sekelompok klien yang dipimpin oleh perawat teregistrasi dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian
tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim.
Selain itu Ketua Tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggotanya
sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan
klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
mengalami kesulitan.

14
Berikut ini bentuk pengorganisasian manajemen keperawatan dengan
metode tim di ruang perawatan.

Dalam Struktur pengorganisasian kerja dengan model Tim tergambar


bahwa sekelompok pasien diasuh oleh 1 tim perawat. Setiap tim akan
memiliki anggota tim yang terdiri dari beberapa perawat untuk mengasuh
beberapa pasien yang menjadi kelolaan yang konsisten mulai masuk
sampai keluar RS.
3. Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien
Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa klien oleh satu perawat pada saat tugas/jaga selama periode
waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab

15
dalam pembagian tugas dan menerima laporan tentang pelayanan
keperawatan klien.
Berikut ini keuntungan dengan kerugian metode tim dalam pengelolaan
pelayanan/ asuhan keperawatan

Dalam gambar terlihat bahwa satu perawat bertanggung jawab mengasuh


beberapa pasien, contoh perawat B mengelola 3 pasien dan bertanggung
jawab kepada Kepala Ruang demikian juga perawat A dan C akan
mempunyai pasien kelolaan. Sedikit berbeda dengan tim, perawat
anggota mempertanggungjawabkan asuhan keperawatan kepada ketua
tim. Model alokasi memungkinkan perawat bertanggungn jawab
langsung kepada kepala ruang.
4. Model Asuhan Keperawatan Primer

16
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat
terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Metode ini
dikembangkan sejak tahun 1970'an. Tanggung jawab meliputi pengkajian
pasien, perencanaan, Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari
sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini
merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat
asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan
keperawatan berorientasi kepada pasien. Pengkajian dan menyusun
rencana asuhan keperawatan pasien dibawah tanggung jawab perawat
primer, dan perawat assosiet yang akan melaksanakan rencana asuhan
keperawatan dalam tindakan keperawatan.

Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan kualifikasi


tertentu karena perawat primer harus tenaga perawat profesional

17
(Register Nurse) yang mengasuh pasien mulai pengkajian, penentuan
diagnosa, membuat rencana, melakukan implementasi dan evaluasi.
Dalam kegiatan implementasi perawat primer dibantu oleh perawat
assosiete. Jadi peran perawat assosiate adalah membantu saat
pelaksanaan tindakan. Perawat primer akan mengasuh 4 – 6 klien/pasien
selama 24 jam
5. Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan model asuhan
keperawatan primar dan Tim)
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (perawat trampil)
untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang,
disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini
diperlukan perawat yang berpengetahuan, trampil dan memiliki
kemampuan memimpin. Idealnya 2 - 3 perawat untuk 8 - 12 klien. Semua
model di atas dapat digunakan untuk mengorganisasikan
pelayanan/asuhan keperawatan sesuai situasi dan kondisi ruangan,
jumlah perawat serta kemampuan perawat yang ada. Jumlah perawat
yang ada harus seimbang sesuai dengan jumlah klien. Selain itu kategori
pendidikan tenaga keperawatan yang ada perlu diperhatikan sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab yang akan dibebankan

F. Fungsi manajemen keperawatan


1. Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam
manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (2004) fungsi perencanaan
merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan.
Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya
akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan
pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan

18
secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning
adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan
dan siapa yang melakukannya.

Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses


untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-
langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
a. Tujuan Perencanaan
1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
2) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih
efektif
3) Membantu dalam koping dengan situasi kritis
4) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
5) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
6) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
7) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Tahap dalam perencanaan :
1) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
2) Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
3) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
4) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin
dicapai.
5) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program.
6) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
c. Jenis Perencanaan
1) Perencanaan Strategi

19
Perencanaan strategis merupakan suatu proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan
dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan
pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada
masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk
melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan
melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya.
Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk
uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi
keperawatan.
2) Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur
yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian
tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab
untuk setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara
menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk
mengevaluasi perawatan pasien.

Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana


tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah
ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari
kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan
rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.
d. Manfaat Perencanaan
1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
2) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan
3) Memudahkan kordinasi
4) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas

20
5) Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah
dipahami
7) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
8) Menghemat waktu dan dana
e. Keuntungan Perencanaan
1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif.
2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan
4) Memodifikasi gaya manajemen
5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
f. Kelemahan Perencanaan
1) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan
informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu
diambil
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam
rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk
memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material
dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Muninjaya, 2004).

Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai


rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi

21
segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan
mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta
menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
a. Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
2) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
3) Pendelegasian wewenang.
4) Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah
tertuang dalam fungsi perencanaan.
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis.
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
6) Mendelegasikan wewenang.
3. Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan
jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu
(Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen
pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff,
penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem
Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima
elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan
perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan,

22
logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi
kualitas perawatan yang diberikan.

Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan


mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam
jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua
pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam
setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan
kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau
rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff
keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana
departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi
oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang
diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde,
jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan
akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang
diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.

Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi


keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk
mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan
pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi
dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan
program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.

Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip


rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan
klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan
sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan
melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah
untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru.
Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika

23
mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan
salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi
waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu
dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya.
Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan
metode lain yang biasa.
4. Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk
dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan
perusahaan yang nyata.

Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan


manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan
adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi
dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg
(2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi
dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk
kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan
pimpinan atau usulan bersama.

Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus


mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak
membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan
organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka
mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.

Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya


kepemimpinan yaitu :
a. Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung
memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.

24
Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat
agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
b. Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan
keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan
pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan
demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
c. Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan
pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut
membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap
orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan
karyawan frustasi.
d. Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan
perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya,
mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat
lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat
keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.
5. Controlling (Pengawasan)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi
yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat
dengan fungsi yang lainnya.

Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi


sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan
untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki
(Fayol, 1998).

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk


menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan

25
nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan
dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan
yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan perusahaan (Mockler, 2002).

Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu


dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah
diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).

26
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2


Bahasan Indonesia), Jakarta : EGC

Depkes. (2002). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Edisi ke-1,


Direktorat Pelayanan Keperawatan. Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan. Jakarta : Depkes RI

Gillies, D.A. (1994). Nursing Management: a system approach (3th Edition).


Philadelpia: W.B. Saunders

Komite Keperawatan RSUD Ibnu Sutowo. (2004). Pedoman Model Praktek


Keperawatan Profesional Yang disederhanakan (MPKPs). Baturaja
OKU: RSUD Ibnu Sutowo

Mugianti, S. (2016). Mnajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan.


Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

Nursalam. (2001). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek


Keperawatan Profesional. Edisi I. Jakarta : EGC

Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Edisi II. Jakarta: Salemba Medika

Priharjo, R (1995), Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar dan Hukum.


Jakarta : EGC

Rahmulyono. A. (2008). Analisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap


kepuasan pasien Puskesmas Depok I Sleman, Fakultas Ekonomi.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia

Surjawati. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Keperawatan.


Disampaikan dalam Seminar Nasional Persi. Jakarta

Swansburg, R.C. (1995). Nursing Staff Development. Jones and Bartlett Publisher,
Toronto

27
Urrahman, Zhiyya. (2009). Manajemen Budgeting dan Logistik Keperawatan.
Dibuka pada website http://srigalajantan.wordpress.com/2009/11/19/88/
pada tanggal 01 Maret 2020

Wiyana, Muncul. (2008). Membangun Pribadi Caring Perawat. Dibuka pada


website www.uii.ac.id pada tanggal 01 Maret 2020.

28

Anda mungkin juga menyukai