Anda di halaman 1dari 22

Mendengar

Aktif
KIKI NOVIANTY, M.KES
Mendengarkan
Adalah suatu proses aktif
yang membutuhkan
partisipasi aktif dari yang
mendengarkan
Listening Skill
Penelitian oleh Crocker, 1978 menemukan fakta bahwa dari 300 organisasi yang
diteliti, sebagian besar menempatkan “listening” diurutan teratas, sebagai syarat
manajer yang berhasil

Hearing Vs. Listening


Hearing – mendengar suara
Listening – menangkap makna dari suara yang kita dengar. “Listening requires
paying attention, interpreting, and remembering sound stimuli”.
Ada 4 bentuk mendengarkan dari yang paling
sederhana sampai yang paling tinggi taraf
mendengarkannya yaitu :
Mendengarkan pasif (diam)
Memberi tanda perhatian verbal seperti : yaa, lalu,
oh, begitu, terus ….
Membuka pintu, undangan untuk berbicara, yaitu
mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan
klarifikasi.
Mendengarkan aktif, memberikan umpan balik/
merefleksikan isi ucapan dan perasaan yaitu
merangkum, merefleksikan isi ucapan (parapharsing)
dan terutama adalah refleksi perasaan.
Keterampilan mendengarkan membutuhkan
latihan secara terus menerus. Merangkum pokok-
pokok utama dari hal-hal yang diucapkan orang
lain adalah latihan yang baik untuk keterampilan
mendengarkan.
Keterampilan merangkum akan membantu
meyakinkan klien bahwa ia didengarkan dan
dimengerti.
Penelitian tentang interaksi klien – bidan yang pernah
dilakukan menunjukkan bahwa hanya 1/3 dari apa yang
diucapkan oleh bidan bersifat mendorong klien untuk
berbicara.
Sebagian besar yang diucapkan oleh bidan bersifat netral
(ucapan yang membantu arus informasi klien dengan
bidan, tetapi tidak mendorong partisipasi aktif klien), dan
seringkali bidan memotong pembicaraan klien,
memutuskan informasi penting yang diperlukan dalam
proses pengambilan keputusan. Ucapan-ucapan yang
demikian tidaklah menunjukkan rasa hormat kepada
klien, dan klien akan merasa tidak nyaman.
Listening Skill
Empat Tuntutan “active listening”

empati

intensitas Active Listening menerima

Kemauan
memperoleh
informasi
lengkap
(Rogers & Farson, 1976)
Keterampilan mendengar
Mendengar adalah suatu proses aktif yang membutuhkan partisipasi
aktif dari yang mendengarkan.
Cara mendengar yang baik :
◦ Menatap lawan bicara
◦ menunjukan ketertarikan
◦ Penuh perhatian pada pembicara empati
◦ Bertanya bila ada hal yang belum jelas
◦ Tidak menyela
◦ Tidak mengambil alih
◦ Tidak berperasangka
◦ Bersikap wajar dan mebuat
pembicaraan menjadi lancar.
Kemungkinan tanggapan tentang perilaku yang harus dimiliki bidan
sebagai seorang konselor agar mendukung mendengar aktif :
1. Perhatian
2. Konsentrasi pada klien
3. Tidak memotong ucapan klien
4. Memberikan tanggapan non verbal, contoh : tatapan mata,
anggukan, senyuman.
5. Memberikan tanda perhatian verbal, seperti mengatakan
“Hmmm..”, “Yaa..”, “Lalu…”, “Terus..”, atau mengatakan satu kata
kunci ucapan akhir klien.
Kebiasaan mendengar yang buruk :
Memikirkan hal-hal yang tidak berhubungan dengan
percakapan sekarang
Pura-pura mendengar
Mendengar sambil membantah
Tidak sabar mendengar
Tidak suka pada pembicara.
Dengan mengamati dan mendengarkan, bidan selaku konselor
membayangkan bagaimana perasaan klien sebenarnya.
Setelah itu bidan sebaiknya mengatakan kepada klien apa yang
mereka pikirkan mengenai perasaan klien. Contoh : Ketika klien
kelihatan bingung, bidan bisa menunjukkan hal tersebut dengan
mengatakan, “Anda sepertinya bingung”.
Hal ini mencakup 3 tujuan :
1. Dengan melakukan hal itu klien akan berpikir
mengenai bagaimana perasaannya dan mengapa
ada perasaan tersebut
2. Konselor mengetahui apakah klien tersebut
mengalami kebingungan
3. Jika ada kebingungan klien dan konselor akan
meluruskannya melalui diskusi
Jenis – jenis Pertanyaan
JENIS KEGUNAAN CONTOH

Pertanyaan Untuk “Berapakah


Tertutup menanyakan jumlah anak ibu?”
riwayat “Apakah ibu
kesehatan, data bekerja?”
diri “Apakah ibu
pernah keguguran
sebelumnya?”
Pertanyaan Untuk mempelajari “Bagaimana perasaan ibu
Terbuka perasaan, kepercayaan, sekarang?”
dan pengetahuan klien “Bisa ibu ceritakan tentang
kegiatan ibu sehari-hari?”
“Bagaimana pendapat suami
dengan keputusan ibu untuk
melahirkan disini?”

Pertanyaan Untuk menanggapi “Ibu tadi megatakan bahwa ibu


Mendalam pernyataan klien pernah keguguran, bisa ibu
ceritakan lebih lanjut?”
“Apakah maksud ibu dengan
peristiwa menakutkan itu?”
Pertanyaan Tidak tepat “Tentunya ibu
Yang digunakan tidak inginkan
Mengarahkan punya anak lagi
(Bersifat setelah
Sugestif) melahirkan anak
ketiga ini?”
Menurut penelitian, bidan mempunyai
kecenderungan untuk lebih menggunakan
pertanyaan tertutup atau pertanyaan yang
mengarahkan di dalam konseling, dan hal
ini membatasi kesempatan klien untuk
berbagi informasi dan menyatakan pendapat
serta perasaannya (Studi Interaksi Client-
Provider Indonesia, 1997).
Pertanyaan yang mengarahkan tidak akan
pernah cocok digunakan karena mereka
berfungsi sebagai “penutup pintu” dan
tidak mendorong klien untuk mengatakan
apa yang benar-benar dirasakannya.
Bertanya dengan efektif pada klien penting, karena :
◦ Dapat menilai kebutuhan klien
◦ Dapat menilai pemahaman dan pengalaman klien berkaitan dengan kehamilan
dan persalinan
◦ Dapat menghemat waktu bidan dan waktu klien dengan tidak mengulang
informasi yang sudah diketahui klien.
Pertanyaan-pertanyaan untuk menilai kebutuhan klien misalnya :
◦ “Apa yang dapat saya bantu?”
◦ “Masalah apa yang mendorong ibu datang ke klinik?”
Konselor atau bidan harus menghindari bertanya yang
mengarahkan klien, contoh:
“Ibu tentunya tidak keberatan kan, melahirkan dengan
bantuan saya?”
Terlalu banyak bertanya membuat klien akan merasa
seperti diinterogasi, lebih baik digunakan juga
keterampilan refleksi isi dan perasaan.
Tujuan Mendengarkan dan Bertanya
1. Mendorong klien untuk berbicara
2. Menunjukkan minat dap perhatian kita kepada klien
3. Meningkatkan kesadaran kita terhadap perasaan klien
4. Untuk memperoleh informasi
5. Memberi suatu arahan percakapan terhadap klien

Anda mungkin juga menyukai