Anda di halaman 1dari 11

Tindakan Ibu Rumah Tangga Dalam Penerapan PHBS Tidak Merokok di

Dalam Rumah
Meti Kusmiati1, Khairunnisa Yumna Razak2, Adinda Ristra3
Akademi Kebidanan Prima Husada Bogor
Khairunnisaymn@gmail.com

Abstrak

Data pemantauan PHBS Menurut WHO, 80% perokok di dunia berdomisili di negara berkembang.
Prevalensi perokok dewasa sebesar 29.5% di Asia Tenggara, dan Indonesia menempati urutan teratas sebesar
51,1%3. perilaku merokok 15 tahun keatas di Indonesia, dari 2007 ke 2013 cenderung meningkat dari 34,2%
tahun 2007 menjadi 36,3% tahun 2013, sebesar 64,9% pria dan 2,1% perempuan masih mengkonsumsi rokok
tahun 2013. Salah satu cara mengatasi kurangnya pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat
dengan melakukan intervensi untuk menjadikan seseorang atau keluarga yang dapat membantu diri sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Kegiatan ini menggunakan
metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, metode observasional analitik dengan pendekatan one
group pretest dan post test. Target kegiatan ini adalah 25 ibu hamil,ibu bayi dan balita di RW 02 Desa Taman
Sari, Kabupaten Bogor. Perlu program Kesehatan masyarakat secara rutin kepada ibu secara terus menerus
dan tidak hanya di RW 02 tetapi juga diadakan ditempat yang lebih luas cakupannya agar peserta lebih banyak
dan mengenali pentingnya Tindakan Ibu Tangga Dalam Penerapan Indikator PHBS tidak merokok di dalam
rumah pada masyarakat RW 02 desa tamansari saat posyandu dibantu dengan ibu kader. Hasil dari pretest dan
postest didapatkan bahwa adanya peningkatan terhadap pengetahuan ibu bayi dan balita dengan pengetahuan
baik sebanyak 25 orang 100%, diperoleh uji statistik dengan komputerisasi memperoleh nilai p value = 0.001
(p<0,005), artinya yaitu ada hubungan pendidikan kesehatan tentang upaya peningkatan pengetahuan ibu
rumah tangga dalam penerapan indicator PHBS tidak merokok didalam rumah.

Kata Kunci : Bahaya Merokok, PHBS

PENDAHULUAN
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah program khusus dari pemerintah
Indonesia. Program ini bertujuan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia secara
keseluruhan.(Rudiyanto et al., 2020). PHBS pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk
menularkan pengalaman mengenai pola hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun
masyarakat luas dengan jalur-jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi.(Astuti et al.,
2016).

Berdasarkan data WHO Jumlah perokok aktif di dunia mencapai 1,2 milyar orang1, 15.2%
dari penduduk dunia saat ini. Menurut WHO, 80% perokok di dunia berdomisili di negara
berkembang2. Prevalensi perokok dewasa sebesar 29.5% di Asia Tenggara, dan Indonesia
menempati urutan teratas sebesar 51,1%3. Perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas di
Indonesia, dari 2007 ke 2013 cenderung meningkat dari 34,2% tahun 2007 menjadi 36,3% tahun
2013, sebesar 64,9% lelaki dan 2,1% perempuan masih mengkonsumsi rokok tahun 2013.
Ditemukan 1,4% perokok umur 10-14 tahun, 9,9% perokok pada kelompok tidak bekerja, dan
32,3% pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terendah, sedangkan rerata jumlah batang rokok
yang dikonsumsi adalah sekitar 12,3 batang.(Ramadhan, 2017)

Realisasi indikator RumahTangga Ber-PHBS di Indonesia tahun 2014 sebesar 56,6% lebih
rendah dari target sebesar 70%. Jika di bandingkan dengan tahun 2013, realisasi Rumah Tangga
Ber-PHBS sebesar 55,06% lebih rendah dari tahun 2014. Sedangkan Realisasi indikator
RumahTangga Ber-PHBS di Provinsi di nyatakan bahwa 12 Provinsi melebihi angka Nasional.
(JohanaTomasoa, 2018)
Cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat di Jawa Barat berdasarkan data
yang diperoleh dari profil data kesehatan Indonesia tahun 2014 yang dikeluarkan oleh kementerian
kesehatan sebesar 51,40 %, (Kemenkes RI, 2014). Posisi Jawa Barat berada pada nomor 12 dari 33
provinsi di Indonesia.(JohanaTomasoa, 2018). Apabila kita amati angka tersebut ternyata angka
jumlah rumah tangga di Jawa Barat yang melaksanakan PHBS jumlahnya dibawah angka nasional
(56,58 %).(Rosidin et al., 2020)

Pada Kota Bogor ditemukan sebanyak 79% responden memiliki kebiasaan merokok di
dalam rumah dengan lokasi yang paling sering dijadikan tempat untuk merokok adalah teras
(58,8%) dan ruang TV (54,6%). Selain itu ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara beberapa faktor penyebab perilaku merokok dengan faktor sikap dan perilaku, dukungan
keluarga dan pengaruh psikologis.(Meirina Anwar et al., 2021)

Paparan asap rokok juga berakibat pada perokok pasif. Perokok pasifmemiliki dampak
yang lebih buruk dari rokok karena zat yang dihirup 4-6 kali lebih besar dari kadar yang dihirup
oleh perokok aktif. Pengaruh paparan asap rokok tak hanya merugikan kesehatan orang dewasa,
tetapi berdampak juga pada anak. Seorang anak yang berasal dari orang tua perokok memiliki
kecenderungan tekanan darah yang lebih tinggi. Tekanan sistolik pada anak dari orang tua perokok
lebih tinggi (+1.0 [interval kepercayaan 95%, +0.5 hingga +1.5] mmHg; p =0.0001) dan tekanan
diastolik meningkat sebesar (+0.5 [+0.03 hingga +0.9] mmHg; p =0.03) (Simonetti, et al, 2011)

Kebiasaan merokok orang tua di dalam rumah menjadikan balita sebagai perokok pasif
yang selalu terpapar asap rokok. Rumah yang orang tuanya mempunyai kebiasaan merokok
berpeluang meningkatkan kejadian ISPA sebesar 7,83 kali dibandingkan dengan rumah balita yang
orang tuanya tidak merokok di dalam rumah. Sementara itu jumlah perokok dalam suatu
keluargacukup tinggi (Rahmayatul, 2013).

Rumah bebas asap rokok begitu penting karena asap rokok sangat berbahaya, karena ujung
batang rokok adalah bagian dengan suhu maksimum tempat gas paling beracun yang dikeluarkan.
Satu-satunya cara melindungi orang yang tidak merokok dari bahaya ini adalah dengan
menghilangkan kegiatan merokok dalam ruangan.(Jurnal et al., 2022)

Hasil analisis univariat didapatkan (89,5 %) responden mempunyai perilaku merokok,


62,3% responden memiliki sikap negatif, 51,2% responden memiliki perceive behavioral yang
tinggi, 56,8 % responden memiliki peran ibu rumah tangga yang tidak optimal. Perilaku merokok
di dalam rumah dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada balita. Maka dari itu perlu
peningkatan kesadaran dengan keluarga agar tidak merokok di dekat anak. peningkatan kesadaran
dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan
khususnya bidan.(Jurnal et al., 2022).

Berdasarkan hasil analisa ke lapangan selama 4 hari terakhir, ditemukan bahwa dalam
penelitian ini sebanyak 387 rumah tangga menetap di RW 02. Dari penelitian tersebut sebanyak
179 status rumah tangga melakukan PHBS dan 208 status rumah tangga tidak melakukan PHBS.
Dari data tersebut yaitu status rumah tangga Ber-PHBS 46%, status rumah tangga tidak Ber-PHBS
54%. Maka dari itu kami memutuskan untuk mengambil Upaya yang dapat dilakukan oleh
Mahasiswi Akademi Kebidanan Prima Husada Bogor adalah melakukan intervensi mengenai
Tindakan Ibu Rumah Tangga Dalam Penerapan Indikator PHBS Tidak Merokok di Dalam Rumah
Di RW 02.

Maka pendekatan yang kelompok kami berikan ini dengan cara melakukan penyuluhan
agar diharapkan bisa sesuai dengan program pengabdian kami kepada masyarakat.
MASALAH

Berdasarkan analisis diketahui Desa Tamansari RW.02 belum mengadakan penyuluhan


tentang Tindakan Ibu Rumah Tangga Dalam Penerapan Indikator PHBS Tidak Merokok Didalam
Rumah di Desa Tamansari Kecamatan Tamansari RW.02 Kabupaten Bogor. Berdasarkan data juga
dikonfirmasi dengan tenaga kesehatan dan kader di wilayah tersebut dengan hasil belum ada
diberikan informasi mengenai Indikator PHBS tidak merokok didalam rumah pada ibu rumah
tangga di wilayah ini. Berdasarkan data wawancara dengan 10 ibu rumah tangga di Desa
Tamansari RW.02 Kabupaten Bogor bahwa 83,3% ibu rumah tangga khususnya ibu menyusui
tidak mengetahui indikator PHBS tidak merokok didalam rumah.

METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan yang digunakan yaitu metode penelitian observasional analitik
dengan pendekatan one group pretest dan posttest. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 09 Februari
2023 di Posyandu Kenanga Desa Tamansari RW.02 Kabupaten Bogor. Sasaran peserta kegiatan
ini ibu menyusui di wilayah Desa Tamansari RW.02 sebanyak 25 ibu menyusui.
Penyampaian materi dengan memberikan penyuluhan Tindakan Ibu Rumah Tangga Dalam
Penerapan PHBS Tidak Merokok Didalam Rumah menggunakan metode ceramah, tanya jawab,
diskusi, dan demonstrasi. Tahap evaluasi dilakukan dengan pretest dan post test. Metode tekhnik
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Kuesioner yang berisi tentang daftar pertanyaan
mengenai PHBS Dan 10 Indikator PHBS. Sebelum ibu rumah tangga diberikan materi mengenai
Tindakan Ibu Rumah Tangga Dalam Penerapan PHBS Tidak Merokok Didalam Rumah, ibu
mengisi kuesioner yang berisi daftar pertanyaan tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Setelah
diberikan kuesioner pre test, narasumber memberikan materi mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat. Lalu, peserta mengisi kuesioner post test di akhir kegiatan.

HASIL

Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan dan usia ibu rumah tangga
berdasarkan pengetahuan.

Pengetahuan Pretest Posttest


N (%) N (%)
Kurang 17 68,00 00 00,0
Baik 8 32,00 25 100,0
Total 25 100.0 25 100.0

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Berdasarkan Tabel 1. dari 25 peserta yang ikut dalam pretest, sebagian besar peserta
memiliki pengetahuan baik sebanyak 8 orang (32,00%). Sedangkan dari 25 peserta yang
mengikuti posttest, sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 25 orang (100.0%).
Tingkat pengetahuan responden pada hasil perhitungan Pre Test dan Post Test ini
dikelompokkan menjadi 2 yaitu tingkat pengetahuan baik dan tingkat pengetahuan kurang. Hasil
Pre Test Responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik jika mendapatkan skor 50-100 dan
tingkat pengetahuan kurang dengan skor < 50 dengan nilai rata rata 48. Distribusi responden yang
didapat yaitu responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 8 (32%) responden dan
responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 17 (68%) responden. Sedangkan Hasil Post Test
Responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik jika mendapatkan skor 50-100 dan tingkat
pengetahuan kurang dengan skor < 50 dengan nilai rata rata 86. Distribusi responden yang didapat
yaitu responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 25 (100%) responden dan responden
dengan pengetahuan kurang sebanyak 0 (0%) responden (Arrias et al., 2019).

Skor Pretest dan Posttest

Pengetahuan Mean Standar Deviasi


Pengetahuan Pretest 1,32 47,61
Pengetahuan Posttest 2,00 00,00
Tabel 2. Skor Pretest dan Posttest.

Berdasarkan Tabel 2. Berdasarkan uji analisis sampel paired test yang diperoleh dapat
dilihat rata-rata hasil pretest sebesar 1,32 menjadi 2,00 dengan jumlah kenaikan point 48,34.

Hasil Analisis Uji T Pengetahuan Ibu tentang PHBS tidak merokok didalam rumah.

Pengetahuan Rata-Rata Standar Deviasi Nilai T p Value


Selisih
Pengetahuan
Pretest -68,00 47,61 -7.141 < ,001
Pengetahuan
Posttest
Tabel 3.
Hasil Analisis Uji T Pengetahuan Ibu tentang PHBS tidak merokok didalam rumah.

Berdasarkan Tabel 3. Didapat hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan


komputerisasi, didapat nilai t sebesar -7.141 serta p = 0.001 (p<0,005), artinya yaitu ada
hubungan pendidikan kesehatan tentang upaya peningkatan pengetahuan ibu rumah tangga
dalam penerapan indicator PHBS tidak merokok didalam rumah. Penyelenggaraan penyuluhan
kelas ibu memiliki pengaruh yang signifikan sehingga capaian target dapat terpenuhi dan para
ibu hamil dapat mendapat keuntungan yang berguna dalam jangka waktu panjang sebagai
antisipasi. Kesuksesan suatu pengabdian masyrakat dapat dilatarbelakangi oleh beberapa faktor
diantaranya metode yang digunakan, media dan cara penyampaian. Oleh karena itu, penyuluhan
yang kami laksanakan berdasar pada demonstrasi akan tatalaksana dan penyebaran leaftlet
sebagai media tambahan agar terlihat lebih menarik. Penyampaian materi yang bersumber dari
beberapa buku, jurnal, maupun referensi yang terpercaya diharapkan menjadi bahan ajar yang
bermanfaat bagi penyelenggaraan acara sehingga target dapat tercapai dengan baik.

PEMBAHASAN
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dipraktekkan oleh
setiap individu dengan kesadaran sendiri untuk meningkatkan kesehatannya dan berperan aktif
dalam mewujudkan lingkungan yang sehat.(Hayati & Hasibuan, 2020).
Tujuannya PHBS adalah agar terbentuknya masyarakat yang menerapkan cara kebiasaan
hidup yang sehat pada kesehariannya yang merupakan upaya dalam meningkatkan derajat
kesehatannya pada tatanan rumah tangga atau lingkungan masyarakat (Kemenkes RI, 2011).
(Wati & Ridlo, 2020).
Manfaat PHBS yang paling utama adalah terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan
dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga
kebersihan dan memenuhi standar kesehatan.(Rudiyanto et al., 2020).
Adapun Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga :
1. Bagi Rumah Tangga:
 Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
 Anak tumbuh sehat dan cerdas.
 Anggota keluarga giat bekerja,
 Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
2. Bagi Masyarakat:
 Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
 Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah – masalah kesehatan.
 Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
 Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
seperti posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-
lain.(Sosial, 2019)

Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga


Indikator PHBS sebagai berikut:
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan;
2. Memberi bayi ASI eksklusif (Bayi hanya diberi ASI saja sampai usia 6 bulan);
3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan (sebaiknya di posyandu);
4. Peningkatan kesadaran untuk menggunakan air bersih;
5. Peningkatan penggunaan jamban sehat;
6. Peningkatan kesadaran untuk mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai
sabun;
7. Memberantas jentik di rumah dengan 3M plus (Menguras, Menutup, Mengubur dan
Menghindari gigitan nyamuk);
8. Makan buah dan sayur setiap hari;
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari minimal 30 menit;
10. Tidak merokok di dlam rumah, agar umah terbebas dari asap rokok sehingga anggota
keluarga terbebas dari 4000 racun rokok. (Depkes, 2009). (Rahayuningsih, nur amalia,
2017)

Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah. Rokok ibarat pabrik bahan
kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia
berbahaya, di antaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon Monoksida
(CO). Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusakjantung dan aliran darah. Tar menyebabkan
kerusakan sel paru-paru dan kanker. CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah
membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati. (Nasution, 2020)
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang 70 hingga 120 mm (bervariasi)
dengan diameter sekitar 10 mm. Di dalamnya berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.
Untuk menikmatinya salah satu ujung rokok dibakar dan dibiarkan membara agar asapnya dapat
dihirup lewat mulut pada ujung lain. (Andriyani, 2020)

Kandungan Pada Rokok


Racun dalam rokok, rokok mengandung beribu-ribu bahan kimia berbahaya yang
membahayakan kesehatan manusia. Tiga bahan kimia yang paling berbahaya dalam rokok yaitu
tar, nikotin, dan karbon monoksida.
1. Tar terkumpul di paru-paru karena asap rokok akan mendingin setelah dihirup dan masuk
kedalam paru-paru. Tar akan bercampur dengan bahan kimia beracun yang lain. Beberapa di
antaranya merupakan karsinogen (suatu subtansi penyebab kanker). (saktiyono, 2018)
2. Nikotin dikenal sebagai salah satu racun yang paling kuat. Nikotin membuat seseorang
ketagihan tembakau. Tidak adanya tembakau dapat mengakibatkan gejala-gejala perasaan
yang tidak menyenangkan. Gejala- gejala ini dapat terjadi pada seseorang yang mencoba
untuk berhenti merokok. Nikotin merangsang pelepasan hormon adrenalin ke dalam darah.
Hormon adrenalin menyebabkan peningkatan detak jantung dan peningkatan tekanan darah.
Dalam jangka waktu lama, tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan masalah yang
berkaitan dengan sistem peredaran darah. Masalah tersebut misalnya penyakit
jantung.(saktiyono, 2018). Cairan berminyak ini tidak berwarna. Zat ini bisa meng- hambat
rasa lapar. Jadi, seseorang yang mengisap rokok tidak akan merasa lapar. (Andriyani, 2020)
3. Karbon monoksida. Karbon monoksida merupakan gas yang lebih mudah terikat dengan
hemoglobin dibandingkan dengan oksigen. Hemoglobin terdapat di dalam sel darah merah
dan berfungsi untuk mengikat oksigen, Akibatnya, kandungan oksigen di dalam darah
menurun sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk menyediakan oksigen bagi tubuh.
Dalam jangka waktu lama, kandungan karbon monoksida yang tinggi dapat menyebabkan
pengerasan pembuluh darah. Pengerasan ini terutama pada pembuluh darah yang membawa
oksigen ke otot jantung. (saktiyono, 2018).

Perokok Aktif dan Perokok Pasif


1. Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil apapun
walaupun itu cuma 1 batang dalam sehari.
2. Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain atau
orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok.
(Sukmana, 2019)

Bahaya Perokok Aktif dan Perokok Pasif


1. Menyebabkan kerontokan rambut.
2. Gangguan pada mata, seperti katarak.
3. Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok.
4. Menyebabkan penyakit paru-paru kronis.
5. Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap.
6. Menyebabkan stoke dan serangan jantung.
7. Tulang lebih mudah patah.
8. Menyebabkan kemandulan dan impotensi.
9. Menyebabkan kemandulan, kanker rahim dan keguguran
Penyakit Akibat Rokok
Penyakit yang diakibatkan oleh merokok berhubungan dengan paru-paru dan jantung.
Penyakit paru-paru akibat merokok yaitu bronkitis, emfisema, kanker paru-paru, dan penyakit
jantung. Wanita hamil yang merokok juga membahayakan bayi yang dikandungnya.
1. Bronkitis. Tar yang terdapat dalam asap tembakau menyebabkan dua reaksi dalam paru-
paru. Reaksi tersebut yaitu terbentuknya lendir yang lebih banyak dan kerusakan sel-sel
epitelium bersilia (rambut getar) di dalam saluran pemapasan. (Novianti et al., 2021)
2. Emfisema. Penyakit ini dapat berkembang dari penyakit bronkitis pada perokok. Hilangnya
kelenturan paru-paru menyebabkan pertukaran udara di dalam paru-paru terhambat
Penderita emfisema harus berjuang hanya untuk bemapas. Penderita emfisema menjadi
sangat tergantung pada respirator untuk membantu. pernapasannya.(Oktaria & Ningrum,
2017)
3. Penyakit jantung. Laki-laki perokok memiliki resiko yang lebih tinggi terkena penyakit
Jantung daripada wanita perokok. Nikotin dan karbon monoksida merupakan faktor utama
yang menyebabkan penyakit jantung. (A. Rochayati, 2015)
4. Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena menerima
rangsangan. Akibat pe- nyempitan ini, penderita akan mengalami sesak napas. Namun
keadaan ini bersifat sementara. (Andriyani, 2020)

Pengaruh rokok terhadap lingkungan


Asap tembakau bukan hanya berpengaruh pada perokok, tetapi juga mengotori udara
sekitar. Orang-orang yang tidak merokok yang kebetulan di sekitar orang yang merokok
terpaksa harus bersedia bernafas dan menghisap udara yang penuh dikotori oleh asap rokoknya
para perokok. (Pratama et al., 2021)
Disamping perokok dikenal juga orangnya yang bukan perokok, tetapi yang menghirup
udara yang tercemar asap rokok. Keadaan ini biasanya terjadi di ruang-ruang umum tertutup
seperti di bus, ruang kantor dan lain-lain. Seorang yang bukan perokok, tetapi yang ikut
mengkonsumsi rokok beserta zat-zat yang terkandung di dalamnya disebut perokok pasif.
(Adiarto, 2012)

Bahaya Rokok Bagi Ibu


Salah satu larangan Bagi Ibu yang Menyusui yaitu Merokok, asap dan nikotin di dalam
rokok berbahaya bagi bayi. Karena larangan tersebut dapat menghambat proses menyusui dan
mengakibatkan ASI sulit keluar, menurunnya produksi ASI dan mengubah rasa. (Anggarini,
2017)

Bahaya Rokok Bagi Bayi

1. Gangguan pertumbuhan paru-paru pada bayi (Fajariyah et al., 2016)


2. Penurunan fungsi paru-paru (Sari, J.A., Astuti, R., and Prasetio, 2020)i
3. Gejala pernapasan termasuk batuk.(Andriyani, 2020)

Karena gejala tersebut dapat meningkatkan resiko kematian bayi, menurunkan kualias
tidur bayi dan meningkatkan terjadinya berbagai masalah pada bayi, salah satunya menurunnya
fungsi paru-paru.(Baru et al., 2017)
Salah satu upaya untuk menciptakan perilaku sehat dapat dilakukan melalui Program
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilakukan secara teratur dan tertib. PHBS
merupakan perilaku yang harus dilakukan secara sadar oleh sebuah keluarga, sehingga mereka
dapat menjaga dirinya sendiri agar tetap sehat serta berperan aktif dalam masyarakat terkait
kegiatan Kesehatan. Tujuan dari PHBS di rumah tangga adalah agar anggota rumah tangga
mampu dan tahu tentang perilaku hidup bersih dan sehat sehingga menerapkan perilaku tersebut
dan dapat berperan aktif di masyarakat terkait gerakan hidup bersih dan sehat (Kementerian
Kesehatan RI, 2016).(Fadila & Rachmayanti, 2021)
Berdasarkan hasil kegiatan edukasi mayoritas responden dinilai cukup mengetahui
tentang perilaku hidup bersih dan sehat dengan tidak merokok didalam rumah. Berdasarkan hasil
penelitian pendahuluan ke lapang ditemukan bahwa dalam penelitian ini sebanyak 387 rumah
tangga yang menjadi sampel sebanyak 15 ibu rumah tangga di RW 02 ditemukan 13 responden
tidak mengetahui PHBS dan paling sedikit 2 responden yang mengetahuinya (Fatimah et al.,
2018). Sedangkan Berdasarkan data hasil FGD bersama Bidan Mariana Ibrahim (Bidan Desa),
Ibu Kris (Kader RW 02) dan A.Rojai (Kepala Dusun Desa Taman Sari) sebesar 54% ibu tidak
mengetahui PHBS. Maka Upaya yang dapat dilakukan oleh Mahasiswi Akademi Kebidanan
Prima Husada Bogor adalah melakukan penyuluhan mengenai Tindakan Ibu Rumah Tangga
Dalam Penerapan Indikator PHBS Tidak Merokok di Dalam Rumah Di RW.02.
Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode observasional analitik dengan
pendekatan one group pretest dan posttest menggunakan perhitungan program komputer
Microsoft Excel yaitu peningkatan pengetahuan ibu tangga tentang PHBS dengan tidak merokok
didalam rumah di RW 02 Desa Taman Sari sebesar 38%. Hasil pengolahan data rata-rata nilai
pengetahuan pretest adalah 48%, sedangkan nilai rata-rata nilai pengetahuan posttest 86%. Hasil
analisis didapatkan nilai p-value = 0,001. Menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara pengetahuan PHBS sebelum dan sesudah penyuluhan, rata-rata pengetahuan meningkat
sebesar 38% artinya memperlihatkan berhasilnya metode dan media edukasi yang diberikan
(Amalia et al., 2020).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada perbedaan yang signifikan pengetahuan
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan Perilaku hidup bersih dan sehat dalam indikator tidak
merokok. Seseorang tidak akan bisa mematuhi perintah jika orang tersebut tidak bisa memahami
isi perintah yang diberikan kepadanya. Hal ini dapat diakibatkan oleh ketidakmampuan tenaga
kesehatan untuk memberikan pengetahuan yang baik, penggunaan istilah-istilah medis yang
kurang tepat dan pemberian terlalu banyak informasi yang harus diingat oleh pasien. Maka dari
itu, peran edukasi sangatlah penting dalam peningkatan pemahaman mengenai PHBS. Hal ini
menunjukkan bahwa edukasi mempunyai peranan dalam meningkatkan pengetahuan seseorang.
Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda,
yang dimulai dari orang tersebut menjadi tahu terhadap suatu objek sehingga mampu untuk
mengingat kembali (recall) ingatan yang dimiliki sebelumnya setelah melakukan pengamatan
terhadap sesuatu. Selanjutnya akan dipahami dengan kemampuan orang tersebut
menginterprestasikan objek yang diketahuinya tersebut secara benar, selanjutnya diaplikasikan,
dianalisis sehingga orang tersebut memiliki kemampuan membuat kesimpulan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini sering disebut sintesis, yang
akhirnya orang tersebut mampu untuk melakukan evaluasi suatu objek yang diamati dengan
melakukan pembenaran atau penilaian. (Ekayanthi & Purnamasari, 2020)
Sesuai dengan penyuluhan menggunakan metode membaca, demonstrasi dan praktek
dengan media berupa leaflet dan poster (Oktaviani, 2018), dimana penyuluhan yang efektif
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga, terlihat dari hasil sebelum dan
sesudah dilakukan penyuluhan dapat diketahui bahwa rata-rata perbedaan pengetahuan sebelum
dan sesudah penyuluhan meningkat sebesar 38% diperoleh dari hasil perhitungan pree test dan
post test menggunakan program komputer Microsoft Excel. Hasil kegiatan ini juga sejalan
dengan pemilihan metode pengajaran dengan media tersebut terbukti lebih efektif dalam
memberikan pemahaman terkait tidak merokok didalam rumah disebabkan adanya peningkatan
pengetahuan dan sikap terhadap aktivitas target di mana target dapat menerima pesan yang akan
ditransmisikan melalui pelajaran yang diadakan oleh narasumber dan media yang ditampilkan.
Edukasi ini terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan setelah edukasi juga
dimungkinkan karena selesai edukasi PHBS dilanjutkan dengan memberi tahu ibu hamil untuk
mengingat orang sekitar mereka atau keluarganya untuk bisa berhenti merokok dengan
mengingatkan tentang bahaya merokok bagi dirinya dan lingkup sekitarnya agar pengguna rokok
bisa menyadari akan bahaya tersebut. (Sinurat et al., 2021).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini terdapat peningkatan terhadap pengetahuan ibu rumah
tangga di Desa Tamansari RW.02 sebesar 38% yang diperoleh dari hasil perhitungan pree test
dan post test menggunakan program komputer Microsoft Excel. Terdapat peningkatan
pengetahuan tinggi sebesar 86%, dan pengetahuan rendah sebesar 0% .

Penulis berharap Desa Tamansari terkhususnya RW. 02 dapat menerapkan perilaku


hidup bersih dan sehat dengan tidak merokok didalam rumah dengan tujuan agar keluarga
dirumah terlingdungi dari penyakit.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala desa, Bidan Desa, RW, RT dan para
kader di Desa Tamansari khususnya dilingkup RW.02, direktur Akademi Kebidanan Prima
Husada Bogor,UPPM dan tim fasilitator Aas Sutiawati, Dina Nur Septiyanti, Suci Ramadhania
dan seluruh ibu rumah tangga yang terlibat menjadi peserta.

DAFTAR PUSTAKA

A. Rochayati, E. H. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja Di


Sekolah Menengah Kejuruan Kabupaten Kuningan. Journal Keperawatan Soedirman,
10(1), 1–11.

Adiarto, S. (2012). Rokok, Perokok pasif, Kematian Kardiovaskular dan Jaminan Kesehatan.
Jurnal Kardiologi Indonesia, 33(3), 158–159.
https://www.ijconline.id/index.php/ijc/article/download/41/48/

Amalia, R., Untari, E. K., & Wijianto, B. (2020). Tingkat Pendidikan , Pengetahuan , Dan
Kepatuhan Ibu Hamil Mengonsumsi Tablet Tambah Darah Level of Education ,
Knowledge , And Compliance Of Pregnant Women Taking Blood-Added Tablets.
https://doi.org/doi.org/10.36048

Andriyani, R. (2020). BAHAYA MEROKOK (B. Wijanarko (ed.); 1st ed.). PT. Sarana Bangun
Pustaka.

Anggarini, D. D. Y. (2017). Makanan Sehat Pendamping ASI (F. Ari (ed.); Demedia Pu). Agro
Pustaka.

Arrias, J. C., Alvarado, D., & Calderón, M. (2019). GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
IBU HAMIL TENTANG TABLET TAMBAH DARAH DAN ANEMIA DI PUSKESMAS
KABANGKA KABUPATEN MUNA. 5–10.

Baru, K. E. L. B., Makassar, K. E. C. T., Terang, H., Kunci, K., Asap, B., Terhadap, R., & Sikap,
P. (2017). Nurul Magfirah Z 2. 2(02), 103–110. https://doi.org/10.22303/it.9.1.2021.79-88

Ekayanthi, N. W. D., & Purnamasari, G. (2020). Pengaruh Edukasi Terhadap Efektivitas


Konsumsi Tablet Fe Dan Kadar Hb Pada Ibu Hamil. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes
Depkes Bandung, 12(1), 46–55. https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v12i1.869

Fadila, R. A., & Rachmayanti, R. D. (2021). Pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Tatanan
Rumah Tangga di Kota Surabaya Indonesia. Media Gizi Kesmas, 10(2), 213.
https://doi.org/10.20473/mgk.v10i2.2021.213-221

Fajariyah, S. U., Bermawi, H., & Tasli, J. M. (2016). Terapi surfaktan pada penyakit membran
hyalin. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 3(3), 194–202.

Fatimah, N., Mifbakhuddin, M., & Kumalasari, N. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kegagalan Ibu Dalam Memberikan Asi Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di
Puskesmas Bangetayu Semarang. Jurnal Kebidanan, 4(2), 1–7.

Hayati, N. S., & Hasibuan, R. (2020). Potret Upaya Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Menuju Adaptasi Kebiasaan Baru di Kecamatan Binjai Barat Kelurahan Sukaramai. Jurnal
Kesehatan Ilmiah Indonesia (Indonesian Health Scientific Journal), 5(2), 13.
https://doi.org/10.51933/health.v5i2.203

Nasution, A. S. (2020). Edukasi PHBS di Tatanan Rumah Tangga Untuk Meningkatkan Perilaku
Sehat. Jurnal Abdidas, 1(2), 28–32. https://doi.org/10.31004/abdidas.v1i2.9

Novianti, K. D. P., Jendra, K. Y. D., & Wibawa, M. S. (2021). Diagnosis Penyakit Paru Pada
Perokok Pasif Menggunakan Metode Certainty Factor. INSERT : Information System and
Emerging Technology Journal, 2(1), 25. https://doi.org/10.23887/insert.v2i1.35122

Oktaria, D., & Ningrum, M. S. (2017). Pengaruh Merokok dan Defisiensi Alfa-1 Antitripsin
terhadap Progresivitas Penyakit Paru Obstruktif Kronis ( PPOK ) dan Emfisema. Majority,
6(2), 42–47.

Oktaviani, I. (2018). Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Audiovisual Terhadap Kepatuhan Ibu
Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi Di Puskesmas Paliyan Gunungkidul Tahun
2018. Skripsi.

Pratama, A. S., Safrizal, S., & Iriani, J. (2021). Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Gangguan
Pernafasan Oleh Asap Rokok Menggunakan Metode Dempster Shafer. It (Informatic
Technique) Journal, 9(1), 79. https://doi.org/10.22303/it.9.1.2021.79-88

Rahayuningsih, nur amalia, shinta. (2017). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 12 No
1 Agustus 2014. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, 17(1), 457–467.

Rudiyanto, W., Windarti, I., & Zuraida, R. (2020). Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (
PHBS ) pada Rumah Tangga di Desa Kalisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan. 1–5.
saktiyono. (2018). IPA BIOLOGI (C. E. Wijayanti (ed.); 2nd ed.).

Sari, J.A., Astuti, R., and Prasetio, D. . (2020). Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Tambal Ban
Pinggir Jalan. Higeia Journal Of Public Health Research Adn Development, 4(22), 223–
232. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Sinurat, L. R. E., Sipayung, R. R., & Marbun, A. S. (2021). Pendekatan Edukatif Tentang Breast
Care Pada Ibu Hamil Dan Nifas Di Klinik BPM Mariana Binjai. Jurnal Kreativitas
Pengabdian Kepada Masyarakat (Pkm), 4(4), 969–976.
https://doi.org/10.33024/jkpm.v4i4.4065

Sosial, I. (2019). ( Perilaku Merokok Sebagai Identitas Sosial Remaja Dalam Pergaulan Di
Surabaya ) PENDAHULUAN Perilaku remaja pada era Kebiasaan memberikan merokok
kenikmatan dianggap bagi dapat dalam rentangan masa remaja . Lebih jauh lagi Data
WHO mempertegas bahwa rema. Journal Departemen Soiologi FISIP, 10(1), 1–10.
https://doi.org/10.33024/jkpm.v4i4.4065

Sukmana, T. (2019). Mengenal Rokok dan Bahayanya. Be Champion.

Wati, P. D. C. A., & Ridlo, I. A. (2020). Hygienic and Healthy Lifestyle in the Urban Village of
Rangkah Surabaya. Jurnal PROMKES, 8(1), 47.
https://doi.org/10.20473/jpk.v8.i1.2020.47-58

Anda mungkin juga menyukai