ABSTRAK
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan kesehatan melalui pendekatan
keluarga sehat. Derajat kesehatan keluarga atau rumah tangga ditentukan oleh 12 indikator keluarga sehat
sebagai upaya peningkatan Program Indonesia Sehat (PIS) dan untuk meningkatkan perilaku masyarakat
dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tuju an penelitian ini untuk mengetahui
gambaran indikator keluarga sehat di Gampong Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh. Jenis
penelitian ini adalah descriptive dengan desain cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini berjumlah
104 Ibu dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terpimpin
menggunakan kuesioner dengan 32 pernyataan menggunakan skala Guttman. Penelitian ini menggunakan
analisa univariat dengan metode wawancara. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan keluarga dengan
program Keluarga Berencana (KB) sebanyak 63,8%, ibu dengan persalinan fasilitas kesehatan sebanyak
98,0%, bayi dengan imunisasi dasar lengkap sebanyak 60,0%, bayi dengan ASI ekslusif sebanyak 73,3%,
balita dengan pemantauan pertumbuhan sebanyak 84,6%, penderita TB Paru mendapatkan pengobatan sesuai
standar sebanyak 100,0%, penderita hipertensi dengan pengobatan secara teratur sebanyak 53,7%, penderita
gangguan jiwa dengan pengobatan sebanyak 100,0%, keluarga menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) sebanyak 97,1%, anggota keluarga merokok sebanyak 86,5%, keluarga memiliki akses sarana air
bersih sebanyak 83,7%, keluarga mempunyai jamban sehat sebanyak 92,3%. Diharapkan kepada keluarga
untuk dapat melakukan imunisasi kepada bayinya dan mengurangi untuk tidak merokok di dalam rumah.
ABSTRACT
The central and local governments establish health development policies through a healthy family approach.
The degree of family or household health is determined by 12 indicators of healthy families as an effort to
improve the Healthy Indonesia Program (PIS) and to improve community behavior in implementing Clean
and Healthy Behavior (PHBS). The purpose of this research is to know the descrip tion of healthy family
indicator in Gampong Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh. The type of this research is descriptive
with cross sectional study design. The sample in this study amounted to 104 mothers with purposive
sampling technique. The data were collected using guided interviews with 32 statements using Guttman
scale. This study used univariate analysis with interview method. Based on the results of the study showed
that family with Family Planning Program is 63,8%, mother with 98,0% of health facility, complete
immunization with 60,0% infant, exclusive breastfeeding 73,3% Toddlers with growth monitoring as much
as 84,6%, Pulmonary TB patients get standard treatment as much as 100,0%, hypertension patient with
regular treatment as much as 53,7%, mental disorder with treatment as much as 100,0%, family become
member of Guarantee National Health (JKN) as much as 97.1%, family members smoke as much as 86.5%,
families have access to clean water facilities as much as 83.7%, the family has a healthy lat rine as much as
92.3%. It is expected that families should be able to immunize their babies and reduce not to smoke in the
home.
1
PENDAHULUAN Keluarga merupakan unit dasar
Sehat didefinisikan sebagai ada dari masyarakat yang terdiri atas
atau tidak adanya penyakit, Nightingale beberapa individu, pria maupun
mendefinisikan sehat sebagai kondisi wanita,muda atau tua, terkait secara
baik dan menggunakan setiap kekuatan hokum atau tidak, terkait secara genetic
yang dimiliki individu seoptimal atau tidak sehingga dianggap satu sama
mungkin (Kozier, 2010, p.233). Sehat lain sebagai orang terdekat (Kozier,
adalah suatu keadaan yang dinamis 2010). Pendekatan keluarga adalah
dimana individu menyesuaikan diri salah satu cara puskesmas untuk
dengan perubahan-perubahan meningkatkan jangkauan sasaran dan
lingkungan internal dan eksternal untuk mendekatkan/meningkatkan akses
mempertahankan keadaan pelayanan kesehatan di wilayah
kesehatannya. Lingkungan internal kerjanya dengan mendatangi keluarga.
terdiri dari beberapa faktor yaitu Pelaksanaan Indikator Keluarga Sehat
psikologis, dimensi intelektual dan di tatanan rumah tangga sangat
spiritual, dan proses penyakit. berdampak pada upaya peningkatan
Lingkungan eksternal terdiri dari derajat kesehatan masyarakat
faktor-faktor di luar individu yang (Kementrian Kesehatan, 2016).
mempengaruhi kesehatan antara lain Berdasarkan peraturan Menteri
variable lingkungan fisik, hubungan Kesehatan Republik Indonesia Nomor
sosial, dan ekonomi. Karena kedua 39 tahun 2016 tentang Pedoman
lingkungan ini mengalami perubahan Penyelenggaraan Program Indonesia
secara terus menerus,maka individu Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
harus mampu beradaptasi untuk ditetapkan 12 indikator utama sebagai
mempertahankan keadaan kesehatannya penanda status kesehatan keluarga
(Potter & Perry, 2005, p.5). sebagai berikut : mengikuti Keluarga
Derajat kesehatan merupakan Berencana (KB), persalinan ditolong
salah satu unsur penting dalam upaya oleh tenaga kesehatan, bayi
peningkatkan Indeks Pembangunan mendapatkan imunisasi dasar lengkap,
Manusia (IPM) bangsa Indonesia. memberi bayi ASI Ekslusif, memantau
Sementara itu, derajat kesehatan tidak pertumbuhan pada balita, penderita TB
hanya ditentukan oleh pelayanan mendapatkan pengobatan sesuai
kesehatan, tetapi yang lebih dominan standar, penderita hipertensi melakukan
justru adalah kondisi lingkungan dan pengobatan secara teratur, penderita
perilaku masyarakat (Kementrian gangguan jiwa mendapatkan
Kesehatan RI, 2016). Upaya untuk pengobatan dan tidak ditelantarkan,
meningkatkan perilaku masyarakat agar anggota keluarga tidak ada yang
mendukung peningkatan derajat merokok, keluarga menjadi anggota
kesehatan dilakukkan melalui JKN, menggunakan jamban sehat, dan
pencapaian perioritas pembangunan menggunakan air bersih (Kementrian
kesehatan tahun 2015-2019 dalam Kesehatan RI, 2016).
Program Indonesia Sehat dilaksanakan Riset Kesehatan Dasar
dengan mendayagunakan segenap (Riskesdas) tahun 2013
potensi yang ada, baik dari pemerintah mengungkapkan bahwa proporsi
pusat, provinsi, kabupaten/kota, nasional rumah tangga dengan PHBS
maupun masyarakat. Pembangunan baik adalah 32,3%, dengan proporsi
kesehatan dimulai dari unit terkecil tertinggi pada DKI Jakarta sebesar
masyarakat, yaitu keluarga. 56,8%, terendah pada papua sebesar
2
16,4%, diikuti Aceh sebesar 20%. jantung koroner dan diabetes mellitus
Berdasarkan penelitian Ani Nur (Data Puskesmas Lampulo, 2017).
Fauziah (2016) yang berjudul Keluarga Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
sehat berdasarkan pendekatan keluarga Alam Banda Aceh berdasarkan letak
di RW 03 Kelurahan Mojosongo geografisnya berada di daerah pesisir
Surakarta, mengatakan bahwa hasil yang terdiri dari 4 dusun yaitu dusun
keluarga mengikuti program Keluarga T.Tuan Dipulo, Malahayati, Tgk
Berencana (KB) sebesar 73%, ibu Disayang, dan T.Teungoh. Jumlah
melakukan persalinan di fasilitas tenaga penduduk pada Gampong Lampulo
kesehatan sebesar 92%, bayi mendapat berdasarkan kepala keluarga yaitu
imunisasi dasar lengkap sebesar 100%, 2.090 KK. Berdasarkan latar belakang
bayi mendapatkan ASI ekslusif sebesar diatas, peneliti tertarik untuk
88%, balita mendapatkan pemantauan melakukan penelitian tentang
pertumbuhan sebesar 88%, penderita “Gambaran indikator keluarga sehat
tuberkulosis paru ada 1 orang dan pada keluarga di Gampong Lampulo
mendapatkan pengobatan sesuai Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh”.
standar, penderita hipertensi melakukan
pengobatan secara teratur ada 22 orang, METODE
anggota keluarga tidak ada yang Penelitian ini termasuk
merokok sebesar 47%, keluarga penelitian kuantitatif menggunakan
menjadi anggota jaminan kesehatan desain descriptive dengan pendekatan
nasional sebesar 87%, menggunakan cross sectional study yang dilaksanakan
jamban sehat sebesar 90%, pada 1-18 Juni 2017 di Gampong
menggunakan air bersih sebesar 94%, Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda
dan penderita gangguan jiwa Aceh. Sampel dalam penelitian ini
mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa adalah 104 responden dengan teknik
ada 2 orang. purposive sampling (Notoatmodjo,
Hasil pengambilan data awal, 2010, p. 115).
pelaporan Perilaku Hidup Bersih dan Pengumpulan data dilakukan
Sehat (PHBS) di Rumah Tangga pada dengan wawancara terpimpin
Gampong Lampulo Kecamatan Kuta menggunakan kuesioner yang terdiri
Alam Banda Aceh pada tahun 2016 dari dua bagian, yaitu data demografi,
yaitu pada indikator persalinan ditolong dan kuesioner indikator keluarga sehat
oleh fasilitas kesehatan sebanyak yang dikembangkan sendiri oleh
(100%), memberibayi ASI Ekslusif peneliti dengan 32 pernyataan
sebanyak (60%), menggunakan air menggunakan skala Guttman. Data
bersih sebanyak (100%), menggunakan diolah dengan langkah-langkah:
jamban sehat (100%), tidak merokok di editing, coding, transferring, dan
dalam rumah sebanyak (40%) (Data tabulating (Notoatmodjo, 2010 p. 276-
Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, 278).
2017). Pada Gampong Lampulo Penelitian dilakukan setelah
Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh mendapatkan surat lulus uji etik dari
memiliki masalah penyakit yang Komite Etik Fakultas Keperawatan
diakibatkan dengan perilaku hidup Universitas Syiah Kuala yang bertujuan
tidak sehat yaitu pada 14 bulan terakhir untuk melindungi dan menjamin
sebanyak 110 (1,1%) kasus. Penyakit kerahasiaan responden. Peneliti dalam
yang disebabkan oleh gaya hidup tidak penelitian ini menekankan beberapa
sehat ini diantaranya seperti hipertensi, etika yaitu: respect for human dignity,
3
respect for privacy and confidentiality, 7. Jumlah anggota
respect for justice an inclusiveness, dan keluarga :
balancing harms and benefits < dari 3 orang 11 10,6
(Notoatmodjo, 2010 p. 203-204). 3-5 orang 72 69,2
> dari 5 orang 21 20,2
Analisa yang digunakan adalah
analisa univariat yang digunakan untuk
Berdasarkan Tabel 1 yang telah
melihat distribusi frekuensi dari setiap
dipaparkan diatas menyatakan bahwa
variabel (Notoatmojo, 2010).
pada kategori usia distribusi responden
terbanyak adalah usia dewasa awal (26-
HASIL 35 tahun) yang berjumlah 41 orang
Berdasarkan hasil penelitian
(34,4%). Didapatkan mayoritas kategori
yang telah dilakukan terhadap 104
jenis kelamin adalah perempuan
responden, didapakan hasil sebagai
sebanyak 104 orang (100%). Sementara
berikut:
itu, jika dilihat dari pendidikan terakhir
Tabel 1. Karakteristik responden
responden, sebagian besar responden
(n=104)
berpendidikan dasar
No Data f % (SD/MI/SMP/MTS) yang berjumlah 49
Demografi
orang (47,1%). Jika dilihat dari hasil
1. Usia :
17-25 tahun 6 5,8 penelitian didapatkan gambaran
26-35 tahun 41 34,4 distribusi terbanyak pada pekerjaan
36-45 tahun 30 28,8 responden adalah Ibu Rumah Tangga
46-55 tahun 18 17,3 yang berjumlah 96 orang (92,3%),
56-65 tahun 9 8,7 sedangkan penghasilan keluarga
2. Jenis kelamin : perbulan mayoritasnya ialah yang
Perempuan 104 100 kurang dari Upah Minimum Provinsi
3. Pendidikan : berjumlah 82 orang (78,8%). Kategori
Dasar 49 47,1 hubungan dengan anggota keluarga
Menengah 39 37,5 terbanyak adalah istri yang berjumlah
Tinggi 15 14,4 103 orang (99,0%). Kategori Jumlah
Tidak sekolah 1 1,0 anggota keluarga terbanyak adalah 3-5
orang yang berjumlah 72 orang
4. Pekerjaan : (69,2%).
PNS 2 1,9
Pegawai Swasta 2 1,9 Tabel 2. Karakteristik anggota keluarga
IRT 96 92,3
(n=104)
Pedagang 2 1,9
Petani 1 1,0
Penjahit 1 1,0 No Data Demografi f %
1. Usia anak
5. Penghasilan terakhir:
Keluarga : 0-12 bulan 15 14,4
UMP < Rp 82 78,8 1-5 tahun 39 37,5
2.500.000 6-11 tahun 23 22,1
UMP ≥ Rp 22 21,2 12-16 tahun 11 10,6
2.500.000 17-25 tahun 10 9,6
6. Hubungan 26-35 tahun 4 3,8
dengan anggota
2. Anggota keluarga
keluarga :
Istri 103 99,0 yang didiagnosis 2 1,9
Anak 1 1,0 TB Paru
4
3. Anggota keluarga Tabel 4. Ibu melakukan persalinan pada
yang mengalami 41 39,5 fasilitas kesehatan (n=102)
tekanan darah No Kategori f %
tinggi 1. Baik 100 98,0
4. Anggota keluarga 2. Kurang 2 2,0
yang mengalami 8 7,7 Total 102 100,0
gangguan jiwa Berdasarkan tabel 4
5. Anggota keluarga
merokok di dalam menunjukkan bahwa dari 102 ibu di
rumah: Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
ada 90 86,5 Alam Banda Aceh berada pada kategori
Tidak 14 13,5 Baik sebanyak 100 responden (98,0%)
6. Status Imunisasi yang melakukan persalinan pada
pada anak fasilitas kesehatan.
Ya 51 49,0
Tidak 53 51,0
Tabel 5. Bayi mendapatkan imunisasi
dasar lengkap (n=15)
Berdasarkan tabel 2
menunjukkan bahwa dilihat dari No Kategori f %
1. Baik 6 40,0
kategori usia anak terakhir distribusi
2. Kurang 9 60,0
terbanyak adalah usia balita (1-5 tahun) Total 15 100,0
sebanyak 41 orang (39,5%), anggota Berdasarkan tabel 5
keluarga yang didiagnosis TB Paru menunjukkan bahwa dari 15 keluarga
sebanyak 2 orang (1,9%), anggota yang memiliki bayi di Gampong
keluarga yang mengalami tekanan Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda
darah tinggi sebanyak 41 orang Aceh berada pada kategori kurang
(39,5%), anggota keluarga yang sebanyak 9 resonden (60,0%) yang
mengalami gangguan jiwa sebanyak 8 tidak mendapatkan imunisasi dasar
orang (7,7%), pada anggota keluarga lengkap.
yang merokok di dalam rumah
mayoritas terbanyak adalah ada yang Tabel 6. Bayi mendapatkan ASI
merokok didalam rumah sebanyak 90 ekslusif(n=15)
orang (86,5%), status imunisasi anak No Kategori f %
yang terbanyak adalah tidak imunisasi 1. Baik 11 73,3
berjumlah 53 orang (51,0%). 2. Kurang 4 26,7
Total 15 100,0
Tabel 3. Keluarga mengikuti program Berdasarkan tabel 6
KB (n=58) menunjukkan bahwa dari 15 bayi di
No Kategori f % Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
1. Baik 37 63,8 Alam Banda Aceh berada kategori baik
2. Kurang 21 36,2 sebanyak 11 responden (73,3%) yang
Total 58 100,0 mendapatkan ASI Ekslusif.
5
Berdasarkan tabel 7 jiwa di Gampong Lampulo Kecamatan
menunjukkan bahwa balita di Gampong Kuta Alam Banda Aceh berada pada
Lampulo Kecamatan Kuta Alam kategori baik sebanyak 9 responden
Banda Aceh berada pada kategori Baik (100,0%) mendapatkan pengobatan.
sebanyak 33 responden (84,6%) yang
mendapat pemantauan pertumbuhan. Tabel 11. Keluarga menjadi anggota
JKN (n=104)
Tabel 8. Penderita TB paru No Kategori f %
mendapatkan pengobatan sesuai standar 1. Baik 101 97,1
(n=2) 2. Kurang 3 2,9
No Kategori f % Total 104 100,0
1. Baik 2 100,0
2. Kurang 0 0 Berdasarkan tabel 11
Total 2 100,0 menunjukkan bahwa dari 104 keluarga
di Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
Berdasarkan tabel 8 Alam Banda Aceh berada pada kategori
menunjukkan bahwa dari 2 responden, Baik sebanyak 101 responden (97,1%)
yang mengalami penderita TB Paru di sudah menjadi anggota Jaminan
Gampong Lampulo Kecamatan Kuta Kesehatan Nasional (JKN).
Alam Banda Aceh berada pada kategori
baik sebanyak 2 responden (100,0%) Tabel 12. Anggota keluarga tidak
yang mendapatkan pengobatan sesuai merokok di dalam rumah (n=104)
standar. No Kategori f %
1. Baik 14 13,5
Tabel 9. Penderita hipertensi 2. Kurang 90 86,5
melakukan pengobatan secara teratur Total 104 100,0
(n=41)
Berdasarkan tabel 12
No Kategori f %
1. Baik 22 53,7 menunjukkan bahwa dari 104 anggota
2. Kurang 19 46,3 keluarga di Gampong Lampulo
Total 41 100,0 Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh
berada pada kategori Kurang sebanyak
Berdasarkan tabel 9 90 responden (86,5%) merokok di
menunjukkan bahwa dari dari 41 dalam rumah.
responden yang mengalami penderita
hipertensi di Gampong Lampulo Tabel 13. Keluarga mempunyai akses
Kecamata Kuta Alam Banda Aceh sarana air bersih (n=104)
sebanyak 22 responden (53,7%) No Kategori f %
melakukan pengobatan secara teratur. 1. Baik 87 83,7
2. Kurang 17 16,3
Tabel 10. Penderita gangguan jiwa Total 104 100,0
mendapatkan pengobatan (n=9)
Berdasarkan tabel 13
No Kategori f %
1. Baik 9 100,0 menunjukkan bahwa dari 104 keluarga
2. Kurang 0 0 di Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
Total 9 100,0 Alam Banda Aceh berada pada kategori
Berdasarkan tabel 10 Baik sebanyak 87 responden (83,7%)
menunjukkan bahwa dari dari 9 mempunyai akses sarana air bersih.
responden yang penderita gangguan
6
Tabel 14. Keluarga mempunyai jamban yang melakukan persalinan pada
sehat (n=104) fasilitas kesehatan.
No Kategori f % Penelitian ini sejalan dengan
1. Baik 96 92,3 penelitian yang dilakukan oleh Fauziah
2. Kurang 8 12,4 (2016) dengan judul keluarga sehat
Total 104 100,0 berdasarkan pendekatan keluarga di RW
03 Kelurahan Mojosongo Surakarta,
Berdasarkan tabel 14 mengatakan bahwa ibu yang melakukan
menunjukkan bahwa dari 104 keluarga persalinannya pada fasilitas kesehatan
di Gampong Lampulo Kecamatan Kuta sebesar (95%). Hal ini didukung dengan
Alam Banda Aceh berada pada kategori adanya fasilitas puskesmas yang dekat
baik sebanyak 96 responden (92,3%) dengan lokasi serta biaya yang
mempunyai jamban sehat. terjangkau.
7
dasar tersebut dapat berkembang sesuai
Gambaran Bayi mendapatkan ASI dengan tahap umurnya.
Ekslusif Di Gampong Lampulo
Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh. Gambaran Penderita TB Paru
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Mendapatkan Pengobatan Sesuai
tabel 6 dapat disimpulkan bahwa dari 15 Standar Di Gampong Lampulo
bayi di Gampong Lampulo Kecamatan Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh.
Kuta Alam Banda Aceh berada kategori Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan
baik yaitu sebanyak 11 responden bahwa dari 2 responden, anggota
(10,6%) yang mendapatkan ASI keluarga yang menderita TB Paru di
Ekslusif. Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
Penelitian ini sejalan dengan Alam Banda Aceh berada pada kategori
penelitian yang dilakukan oleh Fauziah baik sebanyak 2 responden (100,0%)
(2016) dengan judul keluarga sehat yang mendapatkan pengobatan sesuai
berdasarkan pendekatan keluarga di RW standar.
03 Kelurahan Mojosongo Surakarta Penelitian ini sejalan dengan
tahun 2016 mengatakan bahwa bayi penelitian yang dilakukan oleh Fauziah
mendapatkan ASI Ekslusif ada 88 %. (2016) dengan judul keluarga sehat
Pemberian ASI sangat penting di berdasarkan pendekatan keluarga di RW
lakukan dimana ASI adalah makanan 03 Kelurahan Mojosongo Surakarta,
alamiah berupa cairan dengan menyatakan bahwa penderita TB Paru
kandungan zat gizi yang cukup dan yang berobat sesuai standar ada 1 orang.
sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga Orang sehat yang serumah dengan
tumbuh dan berkembang dengan baik. pederita TB paru merupakan kelompok
yang sangat rentan terhadap penularan
Gambaran Balita Mendapatkan penyakit tersebut.
Pemantauan Pertumbuhan Di Gampong
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Gambaran Penderita Hipertensi
Aceh. Berdasarkan tabel 7 dapat Melakukan Pengobatan Secara Teratur
disimpulkan bahwa balita di Gampong Di Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Alam Banda Aceh. Berdasarkan pada
Aceh berada pada kategori Baik tabel 9 dari 41 responden yang
sebanyak 33 responden (31,7%) yang mengalami penderita hipertensi di
mendapatkan pemantauan pertumbuhan. Gampong Lampulo Kecamata Kuta
Penelitian ini sejalan dengan Alam Banda Aceh sebanyak 22
penelitian yang dilakukan oleh Fauziah responden (53,7%) melakukan
(2016) dengan judul keluarga sehat pengobatan secara teratur.
berdasarkan pendekatan keluarga di RW Penelitian ini sejalan
03 Kelurahan Mojosongo Surakarta dengan penelitian yang dilakukan oleh
tahun 2016, menyatakan bahwa keluarga Fauziah (2016) dengan judul keluarga
yang melakukan pemantauan sehat berdasarkan pendekatan keluarga
pertumbuhan balita di Kelurahan di RW 03 Kelurahan Mojosongo
Mojosongo Surakarta ada 88 %. Surakarta, menyatakan bahwa penderita
Kebutuhan-kebutuhan dasar untuk hipertensi ada 22 orang melakukan
tumbuh kembang anak harus tercukupi pengobatan secara teratur. Dikarenakan
oleh ayah, ibu, anggota keluarga serta perawatan penderita hipertensi
lingkungan sekitar sehingga kebutuhan memerlukan suatu peran keluarga yang
baik, dalam arti bahwa anggota keluarga
8
secara langsung membantu pasien di RW 03 kelurahan Mojosongo
hipertensi dalam melakukan perawatan Surakarta sudah menjadi anggota
hipertensi dengan baik sehingga pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ada
dapat menjaga tekanan darahnya. 87 %. Jaminan kesehatan nasional salah
satu upaya kesehatan yang dilakukan
Gambaran Penderita Gangguan Jiwa pemerintah untuk meningkatkan derajat
Mendapatkan Pengobatan Di Gampong kesehatan optimal.
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda
Aceh. Berdasarkan pada tabel 10 Gambaran Anggota Keluarga Tidak
dapat disimpulkan bahwa dari 104 Merokok Di Dalam Rumah Di Gampong
responden, terdapat penderita gangguan Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda
jiwa yang mendapatkan pengobatan di Aceh. Berdasarkan pada tabel 12 dapat
Gampong Lampulo Kecamatan Kuta disimpulkan bahwa dari 104 anggota
Alam Banda Aceh berada pada kategori keluarga di Gampong Lampulo
ada sebanyak 9 responden (5,1%). Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh
Penelitian ini sejalan yang berada pada kategori Kurang sebanyak
dilakukan oleh Ani Nur fauziah (2016) 90 responden (86,5%) merokok di
dengan judul keluarga sehat berdasarkan dalam rumah.
pendekatan keluarga di RW 03 Penelitian ini sejalan dengan
Kelurahan Mojosongo Surakarta, penelitian yang dilakukan oleh Fauziah
Fauziah menyatakan bahwa ada (2016) dengan judul keluarga sehat
keluarga akses dalam pelayanan berdasarkan pendekatan keluarga di RW
kesehatan jiwa karena memiliki 2 orang 03 Kelurahan Mojosongo Surakarta
penderita gangguan jiwa, dimana tahun 2016, menyatakan bahwa anggota
keduanya sudah memperoleh keluarga tidak merokok yaitu 47%,
pengobatan di rumah sakit jiwa. faktor kebiasaan ini sulit untuk merubah
Keluarga harus memiliki pengetahuan dalam waktu yang singkat. Kebiasaan
mengenai kesehatan mental merupakan merokok seseorang walaupun sudah ada
awal usaha untuk meningkatkan dan poster-poster tentang bahaya merokok
mempertahankan kesehatan mental terhadap diri yang bersangkutan maupun
anggota keluarganya. orang lain, tetapi kenyataan sulit bagi
seseorang untuk menghentikan merokok
Gambaran Keluarga Menjadi Anggota tersebut.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di
Gampong Lampulo Kecamatan Kuta Gambaran Keluarga Mempunyai Akses
Alam Banda Aceh. Berdasarkan hasil Sarana Air Bersih Di Gampong
pengolahan data pada tabel 11 dapat Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda
disimpulkan bahwa keluarga yang Aceh. Berdasarkan tabel 13 dapat
menjadi anggota JKN di Gampong disimpulkan bahwa dari 104 keluarga di
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
Aceh berada pada kategori Ya sebanyak Alam Banda Aceh berada pada kategori
101 responden (97,1%). baik sebanyak 87 responden (83,7%)
Penelitian ini sejalan dengan mempunyai akses sarana air bersih.
penelitian yang dilakukan oleh Fauziah Penelitian ini sejalan dengan
(2016) dengan judul keluarga sehat penelitian yang dilakukan oleh Fauziah
berdasarkan pendekatan keluarga di RW (2016) dengan judul keluarga sehat
03 Kelurahan Mojosongo Surakarta berdasarkan pendekatan keluarga di RW
tahun 2016, menyatakan bahwa keluarga 03 Kelurahan Mojosongo Surakarta
9
tahun 2016., menyatakan bahwa gambaran indikator keluarga sehat di
keluarga di RW 03 kelurahan Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
Mojosongo Surakarta yang mempunyai Alam Banda Aceh yang berada pada
sarana air bersih ada 94%. kategori kurang adalah bayi
mendapatkan imunisasi dasar lengkap,
Gambaran Keluarga Mempunyai anggota keluarga tidak merokok di
Jamban Sehat Di Gampong Lampulo dalam rumah. Diharapkan kepada
Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh. keluarga untuk menerapkan 12
Berdasarkan tabel 14 dapat disimpulkan indikator keluarga sehat dalam rumah
bahwa dari 104 keluarga di Gampong tangga agar terhindar dari berbagai
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda penyakit dan dapat meningkatkan
Aceh berada pada kategori baik kesehatan.
sebanyak 96 responden (92,3%)
mempunyai jamban sehat. REFERENSI
Penelitian ini sejalan dengan Fauziah, A.N. (2016). Keluarga Sehat
penelitian yang dilakukan oleh Fauziah Berdasarkan Pendekatan
(2016) dengan judul keluarga sehat Keluarga Di RW 03 Kelurahan
berdasarkan pendekatan keluarga di RW Mojosongo Surakarta Tahun
03 Kelurahan Mojosongo Surakarta 2016. Surakarta :Akademi
tahun 2016, menyatakan bahwa keluarga Kebidanan Mamba’ul’ulum
di RW 03 kelurahan Mojosongo Surakarta.
Surakarta yang menggunakan jamban Jaeyana, Imah. (2010). Gambaran
keluarga ada 90%, kriteria indikator Tingkat Pengetahuan Ibu Balita
jamban sehat adalah apabila rumah Tentang Kunjungan balita di
tangga memiliki dan menggunakan Posyandu Perum Boro Mukti
jamban leher angsa dan tangki septic Permai Bayuurip Purworejo.
atau lubang penampungan kotoran Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental
sebagai penampung akhir. keperawatan :Konsep dan
praktik.ed.7.
KESIMPULAN Jakarta:EGC
Berdasarkan hasil penelitian Kementrian Kesehatan RI. (2016).
dapat disimpulkan gambaran indikator Buku Panduan Program
keluarga sehat di Gampong Lampulo Indonesia Sehat dengan
Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh Pendekatan Keluarga.
yang berada pada kategori baik adalah Jakarta
keluarga mengikuti program KB, ibu Notoatmodjo, S. (2010). Promosi
melakukan persalinan pada fasilitas kesehatan dan perilaku
kesehatan, bayi mendapatkan ASI kesehatan.Jakarta: Rineka cipta
ekslusif, balita mendapatkan Potter, & Perry. (2005). Buku Ajar
pemantauan pertumbuhan, Penderita Fundamental Keperawatan :
TB paru mendapatkan pengobatan Konsep, Proses dan Praktik.Vol
sesuai standar, penderita gangguan jiwa 1. Jakarta:EGC
mendapatkan pengobatan, penderita Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan
hipertensi melakukan pengobatan penelitian dan pengembangan
secara teratur, keluarga menjadi kesehatan.Jakarta:
anggota JKN, keluarga mempunyai Departemen Kesehatan
akses sarana air bersih, dan keluarga Republik Indonesia
mempunyai jamban sehat. Sedangkan
10
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018
ABSTRACT
The low membership of National Health Insurance (NHS) with only 56.85% family owning JKN Card identified
as the main problem based on urgency, seriousness, and growth in Payaman Village, Ngraho Sub-district,
Bojonegoro District. The purpose of this study is to identify the root cause of low JKN’s membership using
Fishbone Analysis. This study was an Cross-sectional. Sample in this research that is 204 family selected using
simple random sampling technique. Data collection techniques with interviews and direct observation. The root
causes of the problems are the low level of public knowledge, lack of socialization, lack of health promotion media,
The head of the family is less aware of the importance of JKN and low level of education. Efforts that can be done
by the village management that is in cooperation with Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) Payaman Village and
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Bojonegoro District to educate the public regarding the importance
of JKN card ownership, Increasing the availability of socialization media to make easier in understanding JKN
and forming JKN cadres in Payaman Village.
ABSTRAK
Persentase keluarga yang seluruh anggotanya telah terdaftar sebagai peserta JKN sebesar 56,85% teridentifikasi
sebagai masalah utama di Desa Payaman, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro. Tujuan dari studi ini
yakni mengidentifikasi akar penyebab masalah rendahnya kepesertaan JKN menggunakan Fishbone Diagram.
Desain penelitian merupakan cross-sectional. Sample dalam penelitian ini sebanyak 204 keluarga yang
ditentukan menggunakan teknik simple random sampling. Teknik pengumpulan data yakni wawancara dan
observasi langsung. Faktor penyebab yang teridentifikasi sebagai akar penyebab masalah antara lain rendahnya
pengetahuan masyarakat, kurangnya sosialisasi, kurangnya media promosi kesehatan, kepala keluarga kurang
menyadari pentingnya JKN, dan tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. Upaya yang dapat dilakukan oleh
perangkat desa yakni bekerja sama dengan Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) Desa Payaman dan BPJS
Kabupaten Bojonegoro untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya kepemilikan kartu
JKN.
iurannya. Manfaat yang dijamin oleh Program JKN yang bertujuan menciptakan lapangan pekerjaan,
berupa pelayanan kesehatan perseorangan yang beroperasi pada skala kecil dan hubungan antara
komprehensif, mencakup pelayanan promotif, majikan dan pekerja cenderung kepada hubungan
preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk obat dan pribadi, sosial dan kekeluargaan. Sektor Informal
bahan medis. Pemberian manfaat menggunakan berbeda dengan kegiatan ekonomi ilegal karena
teknik layanan terkendali mutu dan biaya (managed aktivitas yang dilakukan dapat berupa aktivitas
care). JKN merupakan program jaminan sosial ekonomi yang teramati dan tidak teramati serta tidak
yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatan secara sengaja menghindar dari kewajiban membayar
serta pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang pajak kepada negara.
diselenggarakan nasional secara gotong royong Berdasarkan penjelasan mengenai jenis peserta
wajib oleh seluruh penduduk Indonesia dengan jaminan kesehatan dan definisi sektor informal, maka
membayar premi secara berkala atau dibayarkan oleh Jaminan Kesehatan Nasional pada pekerja sektor
pemerintah kepada Badan Penyelenggara Jaminan informal masuk dalam kategori kepesertaan non PBI
Sosial (BPJS). Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU). Distribusi
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penduduk di Desa Payaman menurut pekerjaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan didominasi oleh pekerjaan sektor informal yang terdiri
program jaminan sosial pemerintah Republik dari petani dan wiraswasta sebesar 56,7%, PNS
Indonesia yang memberikan kepastian jaminan 0,98%, pelajar/ mahasiswa sebesar 12,58%, ibu
bagi rakyat Indonesia dengan cara membayar premi rumah tangga sebesar 7,03%, tidak bekerja sebesar
secara berkala atau dibayarkan oleh BPJS. Manfaat 7,52%, lainnya 4,74% dan 10,46% tidak memberikan
yang dapat diperoleh yakni pelayanan kesehatan jawaban.
perseorangan yang komprehensif meliputi promotif, Berdasarkan latar belakang, maka Tujuan umum
preventif, kuratif, rehabilitatif termasuk obat dan penelitian ini adalah menemukan akar penyebab
bahan medis. Pembayaran tarif premi setiap bulannya masalah rendahnya kepesertaan Jaminan Kesehatan
secara mandiri sesuai dengan kelas yang dipilih Nasional (JKN) pada pekerja sektor informal di
terdiri dari tiga kelas, yaitu: Kelas 1 sebesar Rp. kawasan pedesaan menggunakan analisis fishbone.
80.000,-/orang/bulan; Kelas 2 sebesar Rp. 51.000,-/ Tujuan khusus penelitian ini adalah mengidentifikasi
orang/bulan; dan Kelas 3 sebesar Rp. 25.500,-/orang/ faktor penyebab masalah menggunakan prinsip
bulan. Man, Machine, Method, Material, Media, Money,
Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan Time, Technology dan Information (6M 2T 1I)
kepada masyarakat, didapatkan hasil bahwa sehingga dapat ditemukan akar penyebab masalah
terdapat 56,86% keluarga yang seluruh anggota rendahnya kepesertaan JKN di Desa Payaman
keluarga memiliki Kartu JKN dan 43,16% keluarga . Manfaat dari penelitian ini yakni sebagai upaya
yang belum seluruh anggota keluarganya memiliki mendukung tercapainya cakupan semesta 2019 dan
kartu JKN. Sehingga, dapat diketahui bahwa tingkat hasil penelitian dapat dijadikan sebagai informasi
kepemilikan kartu JKN masih rendah yakni hanya bagi perangkat desa sebagai upaya peningkatan
sebesar 56,86%. Rendahnya angka kepemilikan kepesertaan JKN di masyarakat.
kartu JKN menandakan bahwa masih banyak warga
yang belum terdaftar sebagai peserta JKN dan belum
sadar pentingnya memiliki kartu JKN. Kesadaran METODE
dalam berasuransi adalah mengerti, mengetahui
dan memahami tentang asuransi sehingga dapat Rancang bangun penelitian berupa studi cross-
menentukan kesanggupan untuk berpartisipasi sectional yang bertujuan mengumpulkan informasi
dalam program asuransi, salah satunya JKN yang dalam kurun waktu tertentu secara serentak.
ditandai dengan keterbukaan dalam menerima dan Penelitian ini dilakukan pada 18 Juli 2016–22
memanfaatkan JKN (Siswoyo, et al., 2015). Agustus 2016 di Desa Payaman, Kecamatan Ngraho,
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Kabupaten Bojonegoro. Populasi dalam penelitian ini
Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan adalah warga Desa Payaman RT 1–7, Kecamatan
menyebutkan bahwa peserta jaminan Kesehatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro dengan total populasi
meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan 251 Keluarga dan besar sampel dalam penelitian ini
Kesehatan dan bukan PBI Jaminan Kesehatan. yakni 204 keluarga yang dipilih menggunakan teknik
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia simple random sampling. Teknik pengumpulan data
Nomor 101 Tahun 2012 tentang PBI Jaminan menggunakan wawancara kepada responden dan
Kesehatan, disebutkan bahwa peserta PBI Jaminan observasi langsung kondisi di lapangan, kemudian
Kesehatan terdiri dari orang yang tergolong fakir dilakukan identifikasi akar penyebab masalah
miskin dan orang tidak mampu sedangkan peserta menggunakan Diagram Fishbone berdasarkan faktor
bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan penyebab masalah yang telah dikumpulkan.
(Non PBI) merupakan peserta yang tidak tergolong Diagram fishbone (Tulang Ikan) atau Cause
fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri dari and Effect (Sebab dan Akibat) dapat membantu dan
Pekerja Penerima Upah dan Anggota Keluarganya, memampukan setiap orang atau organisasi atau
Pekerja Bukan Penerima Upah dan Anggota perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan
Keluarganya serta Bukan Pekerja dan Anggota cara mengidentifikasi akar penyebab masalah dan
Keluarganya. melakukan usaha untuk menangani akar penyebab
Badan Pusat Statistik (2014) menyatakan masalah. Akar penyebab masalah yang berpotensi
sektor informal adalah unit produksi barang atau jasa menyebabkan masalah diidentifikasi dengan cara
memberikan pendapat mengenai penyebab masalah dengan identifikasi sebanyak mungkin faktor
berdasarkan kenyataan di lapangan atau data yang penyebab dari setiap penyebab utama, kemudian
tepercaya dengan berbagai cara pengumpulan diterapkan prinsip why (mengapa) yang bertujuan
data kemudian menganalisisnya (Cahyono, 2012). untuk terus mempertanyakan bagaimana suatu bisa
Diagram Fishbone berbentuk mirip tulang ikan dengan terjadi dengan proses brainstorming yang dilakukan
kepala ikan menghadap ke kanan, diagram ini dapat bersama dan sesuai dengan kenyataan di lapangan
menunjukkan dampak sebuah permasalahan dengan atau informasi yang telah dikumpulkan, hal tersebut
berbagai penyebabnya (Pujiastuti, 2015). bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab masalah
Penggunaan diagram fishbone dapat yang lebih detail sehingga ditempatkan pada tulang
memperlihatkan berbagai faktor yang berpengaruh ikan dengan ukuran yang semakin kecil. Selanjutnya
pada kualitas dan berakibat pada masalah utama mengkaji dan menyepakati sebab potensial yang
(Puspitasari, 2006). Langkah menyusun dan memungkinkan sebagai akar penyebab masalah.
menganalisa Diagram Fishbone terdiri dari empat Sebab paling memungkinkan ditandai dengan adanya
langkah. Pertama, menyepakati pernyataan masalah penyebab potensial yang muncul berulang atau
yang akan dianalisis, diletakkan di bagian kepala muncul pada lebih dari satu kategori sehingga dapat
ikan dengan posisi menghadap ke arah kanan. dianggap sebagai akar penyebab masalah.
Pernyataan masalah yang disepakati dan dianalisis
yakni rendahnya kepesertaan JKN pada pekerja
sektor informal di kawasan pedesaan, yakni di Desa HASIL DAN PEMBAHASAN
Payaman.
Selanjutnya, faktor penyebab masalah Pengumpulan data penelitian menggunakan
dikategorikan ke dalam prinsip 6M + 2T + 1I (Man, dua cara yakni wawancara kepada responden dan
Machine, Method, Material, Media, Money, Time, observasi langsung. Hasil wawancara terhadap
Technology dan Information). Man adalah aspek responden dapat diketahui faktor penyebab rendahnya
sumber daya manusia yang berpotensi menyebabkan kepesertaan JKN antara lain: (1) masyarakat belum
masalah, terdiri dari lemahnya pengetahuan, kurang sakit; (2) masyarakat malas; (3) masyarakat sibuk
keterampilan, pengalaman, kelelahan, kekuatan fisik, bekerja; (4) kepala keluarga kurang menyadari
kurangnya motivasi, dan lain-lain. Machine (Mesin, pentingnya JKN; (5) masyarakat malas memahami
peralatan, infrastruktur) merupakan aspek peralatan, JKN; (6)masyarakat tidak memahami alur JKN; (7)
mesin maupun dan infrastruktur yang berpotensi belum adanya sosialisasi dari pihak BPJS Kesehatan;
menjadi akar penyebab masalah. Methods (Metode (8) lapangan pekerjaan rendah; (9) sebagian besar
dan prosedur) terkait dengan metode dan prosedur profesi sebagai petani; (10) pendapatan rendah; (11)
kerja. Misalnya metode dan prosedur yang harus pendapatan keluarga hanya cukup untuk kebutuhan
dijalankan untuk mendapatkan kartu kepesertaan sehari-hari; (12) informasi yang disampaikan kepada
jaminan kesehatan nasional, berbagai penyebab masyarakat; (13) media sosialisasi terbatas.
masalah yang potensial antara lain prosedur tidak Hasil Observasi kondisi di lapangan dapat
ada, tidak jelas, sulit dipahami, prosedur yang diketahui faktor penyebab masalah rendahnya
kurang disosialisasikan dan lain-lain. Materials kepesertaan JKN antara lain: (1) masyarakat
(Material bahan baku utama, bahan baku penolong) tidak memahami pentingnya JKN; (2) kurangnya
berkaitan dengan ketersediaan bahan baku utama pengetahuan masyarakat; (3)masyarakat apatis
atau bahan baku penolong yang terkait dengan akar terhadap hal baru; (4) kurang motivasi; (5)
masalah, apabila berkaitan dengan barang maka masyarakat selalu bergantung pada perangkat desa ;
berhubungan dengan aspek kualitas bahan baku (6) masyarakat tidak mau repot; (7) masyarakat tidak
tidak sesuai standar, bahan baku tidak lengkap, menyadari pentingnya JKN; (8) tingkat pendidikan
kuantitas bahan baku tidak seragam, ukuran dan masyarakat rendah; (9) kurangnya koordinasi antara
spesifikasi tidak standar. Market berkaitan dengan perangkat desa dan bidan desa; (10)masyarakat
sasaran suatu program atau kegiatan di suatu wilayah belum mengetahui alur pendataan yang jelas; (11)
kerja tertentu. Money (uang dan finansial) berkaitan kurangnya keterampilan; (12) jenis pekerjaan kurang
dengan aspek keuangan dan finansial yang belum beragam; (13) kepala keluarga kurang memahami
mendukung dan mantap, misalnya keterbatasan dan pentingnya JKN; (14) mudahnya proses pembuatan
ketidaktersediaan anggaran. Time berkaitan dengan surat keterangan tidak mampu untuk berobat;
waktu yang digunakan untuk mendapatkan sesuatu (15) media sosialisasi terbatas; (16) dan distribusi
yang dibutuhkan. Technology yakni teknologi yang informasi tidak merata.
digunakan untuk menunjang suatu kegiatan atau Berdasarkan Tabel 1 diketahui penyebab
pencapaian program. Information berkaitan dengan masalah berdasarkan hasil wawancara dan
penyampaian informasi dan kemudahan akses observasi. Hasil wawancara dan observasi kemudian
masyarakat terhadap informasi yang dibutuhkan. dikelompokkan menjadi 6 faktor. Keenam faktor
Informasi didukung oleh kelengkapan media yang tersebut antara lain man, method, money, market,
digunakan dan diperbarui secara berkala. information dan time. Faktor penyebab masalah yang
Identifikasi faktor penyebab dibatasi hanya telah diidentifikasi selanjutnya menjadi dasar dalam
pada 6 Faktor yakni man, method, money, penyusunan diagram fishbone.
market, information dan time. Method, Material Apabila faktor penyebab masalah telah
dan technology tidak diteliti karena kurang sesuai dikategorikan berdasarkan 6M+2T+1I selanjutnya
dengan masalah utama yang dikaji. Apabila faktor dilakukan pengkajian dan menyepakati sebab
penyebab utama telah diidentifikasi, dilanjutkan potensial yang memungkinkan sebagai Akar
Penyebab Masalah. Berdasarkan Tabel 1 maka merasakan manfaat kepemilikan JKN dan lebih
dikaji dan disepakati sebab potensial yang mungkin memilih berobat tanpa menggunakan kartu tersebut.
menjadi akar penyebab masalah yang mengakibatkan Hal tersebut menyebabkan penyebaran informasi
timbulnya masalah rendahnya kepesertaan tentang pentingnya kepemilikan kartu JKN menjadi
JKN di masyarakat desa. Kajian dilakukan minim, karena masyarakat tidak menggunakan
dengan melihat faktor penyebab pada penyebab kartu JKN yang mereka miliki dengan maksimal.
terakhir (penyebab 3) dan faktor penyebab yang Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
sering muncul atau penyebab yang muncul pada dilakukan oleh Ramadhana dan Amir (2015) yang
berbagai faktor sehingga dapat dianggap sebagai menyatakan bahwa kemampuan dan kemauan
akar penyebab masalah. Sebab potensial yang menjadi peserta BPJS secara signifikan dipengaruhi
disepakati berdasarkan analisis penyebab 1,2 dan 3 tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat
dikelompokkan menjadi dua, yakni Sebab Potensial pengetahuan terhadap BPJS. Selain itu penelitian
yang bisa dikelola (manageable) dan sebab potensial yang dilakukan oleh Susilo (2015) juga menyatakan
yang tidak dapat dikelola (unmanageable). tingkat pengetahuan, pendidikan, pendapatan dan
Sebab potensial manageable yang disepakati akses pelayanan kesehatan memiliki hubungan
sebagai akar penyebab masalah antara lain terhadap kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri.
rendahnya pengetahuan masyarakat, kurangnya Sebab potensial kedua yakni kurangnya
sosialisasi, kurangnya media promosi kesehatan, sosialisasi yang berada pada tulang M2.1.1.1.
dan kepala keluarga kurang menyadari pentingnya Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat menyatakan
JKN. Sedangkan sebab potensial yang tidak dapat bahwa mereka tidak pernah mendapatkan sosialisasi
dikelola yakni tingkat pendidikan masyarakat yang tentang JKN dari bidan desa, perangkat desa,
rendah yang muncul pada penyebab ketiga faktor pihak puskesmas maupun pihak BPJS Kesehatan,
market. Apabila penyebab masalah digambarkan sehingga dengan karakteristik masyarakat yang pasif,
dengan diagram fishbone sesuai dengan Tabel 1, masyarakat tidak tahu darimana bisa mendapatkan
yakni rendahnya kepemilikan JKN sebagai masalah informasi terkait JKN, penggunaan akses internet
yang dikaji dan penyebab 1,2, dan 3 sebagai tulang sangat minim, hanya dilakukan oleh kalangan pelajar,
pada diagram fishbone maka dapat dilihat pada namun mereka bukan sebagai pengambil keputusan
Gambar 1. penggunaan JKN. Selain itu kantor BPJS jauh dari
Berdasarkan identifikasi faktor potensial Desa Payaman, membutuhkan waktu 1,5 jam untuk
penyebab masalah yang diidentifikasi dengan dapat mencapai Kantor BPJS yang berada di pusat
diagram fishbone pada Gambar 1 maka disepakati kota, sedangkan lokasi Desa Payaman berada di
Sebab potensial pertama yakni Rendahnya perbatasan dengan jawa tengah. Hasil penelitian
pengetahuan masyarakat yang berada pada tulang ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
M1.1.1 dan M3.2.1.1. Berdasarkan hasil penelitian Iriani and JK (2015) yang menyatakan bahwa
menggunakan wawancara kuesioner terhadap warga sosialisasi JKN berdampak secara kognitif, afektif
Desa Payaman diketahui bahwa sebagian besar dan behavioral. Dampak secara kognitif berupa
masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang JKN, peningkatan pengetahuan mengenai informasi JKN,
otomatis masyarakat juga tidak tahu manfaat penting dampak secara afektif berupa kesadaran masyarakat
yang bisa didapatkan dengan memiliki JKN. Beberapa untuk menyisakan pendapatan yang berguna saat
warga memiliki kartu JKN Penerima Bantuan Iuran masyarakat sakit dan dampak behavioral berupa
(PBI), namun masyarakat hanya sebagai obyek pasif kesediaan masyarakat mendaftarkan diri mengikuti
tanpa mengetahui alur yang jelas cara pengurusan program JKN. Sebab potensial ketiga yakni kurangnya
kartu JKN. Sehingga, masyarakat hanya bergantung media promosi kesehatan yang berada pada tulang
kepada bidan desa dan perangkat desa. Selain itu M5.1.1. Berdasarkan hasil observasi di Desa
masyarakat yang sudah memiliki kartu JKN juga tidak Payaman, tidak ditemukan adanya media promosi
mengetahui cara pemakaiannya, sehingga kurang kesehatan yang berkaitan dengan JKN, misalnya
poster, spanduk, leaflet atau sejenisnya. Salah satu terdiri dari rendahnya pengetahuan masyarakat,
program BPJS Kesehatan yang mendukung Indikator kurangnya sosialisasi, kurangnya media promosi
Keluarga Kesehatan Kementerian Kesehatan adalah kesehatan dan kepala keluarga kurang menyadari
promosi kesehatan melalui media (Rusady, 2016). pentingnya JKN. Sedangkan penyebab yang
Menurut Mulyadi (2014) Masyarakat dengan akses tidak dapat ditangani (unmanageable) yakni
media elektronik dengan mudah menemukan pendidikan masyarakat yang rendah. Berbagai
informasi BPJS di internet atau televisi. Namun tidak usaha yang dapat dilakukan untuk menangani akar
berlaku bagi masyarakat dengan akses terbatas. permasalahan tersebut antara lain Memberikan
Sosialisasi lebih seharusnya dibuat dalam bentuk edukasi kepada masyarakat terkait kepemilikan JKN
imbauan, penyuluhan, dan pengumuman di berbagai bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, perangkat
tempat umum dan pusat keramaian. Penggunaan desa, puskesmas, dan bidan desa. Meningkatkan
media cetak dan media elektronik yang belum ketersediaan media sosialisasi yang sesuai dengan
merata untuk sosialisasi program JKN menyebabkan masyarakat dengan masyarakat lebih mudah
masyarakat tidak mengetahui tentang program JKN dalam memahami JKN. Selain itu bisa secara aktif
(Putrawan, Junaid and Suriani, 2016). membentuk kader JKN di Desa Payaman untuk
Sebab potensial keempat yakni kepala keluarga memenuhi kebutuhan masyarakat terkait JKN.
kurang menyadari pentingnya JKN yang berada
pada tulang M1.2.4.1 dan M4.1.1. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa DAFTAR PUSTAKA
Payaman, kepala keluarga merupakan pengambil
keputusan utama dalam keluarga, pencari nafkah Cahyono, U. 2012. Kajian Mutu Pelayanan Rumah
utama keluarga dan anggota keluarga mengikuti Sakit Bhineka Bakti Husada yang telah Lulus
keputusan yang dipilih oleh kepala keluarga. Akreditasi ditinjau dari Kriteria Malcolm Baldrige.
Kepala keluarga di Payaman kurang menyadari International Labour Organization. 2010. Social
pentingnya JKN. Pendapatan mayoritas di bawah Security for Informal Economy Workers in
1 juta rupiah per bulan dan karakter masyarakat Indonesia: Looking for flexible and highly targeted
yang pasif menyebabkan masyarakat lebih memilih programmes. [pdf] [online] Available at: <staging.
menunggu bantuan dari pemerintah. Hasil penelitian ilo.org/public/libdoc/ilo/2010/110B09_152_e_i.
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh pdf>. [accessed 18 June 2017].
Werdani et al., 2013) yang menyatakan bahwa Iriani, M.R. and J.K, S. 2015. Studi Evaluasi Efektivitas
ada hubungan antara pengetahuan, sikap kepala Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional oleh
keluarga, informasi yang diperoleh kepala keluarga, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
dukungan keluarga terhadap kepala keluarga, dan Kesehatan di Kabupaten Temanggung. [e-journal]
penghasilan kepala keluarga dengan keikutsertaan pp. 1–17. Available through: Jurnal Komunikasi
dalam JKN. Massa website <http://www.jurnalkommas.
Sebab potensial kelima yakni pendidikan com/docs/Mariza RizqiIriani_D0210072.
masyarakat yang rendah berada pada tulang pdf%5Cnhttps://eprints.uns.ac.id/18375/>.
M1.4.2.1 dan M3.2.1.2. Berdasarkan hasil penelitian [accessed 18 June 2017].
di Desa Payaman menunjukkan bahwa 47,88 warga Lembaga Administrasi Negara. 2008. Pemecahan
merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD); 16,34% Masalah dan Pengambilan Keputusan (PMPK).
lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP); 4,08% [pdf] Available at: <diklat.jogjaprov.go.id/
lulusan SMA; 9,31% lulusan S1 4,41% belum v2/.../87-pemecahan-masalah-dan-pengambilan-
sekolah; 5,38% masih menempuh pendidikan, keputusan>. [accessed 18 June 2017].
10,13% tidak memberikan jawaban dan sisanya Mulyadi, M. 2014. Sosialisasi Ketentuan Jaminan
tidak tamat sekolah. Tingkat pendidikan berpengaruh Sosial 2014. [e-journal] VI(2), pp.9–12. Available
terhadap kepesertaan JKN, hal ini sejalan dengan through: Info Singkat Kesejahteraan Sosial website
penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2015) yang < http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/
menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan, Info%20Singkat-VI-2-I-P3DI-Januari-2014-30.pdf>
pendapatan dan akses pelayanan kesehatan memiliki [Accessed 19 June 2017].
hubungan terhadap kepesertaan BPJS Kesehatan Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Peraturan
Mandiri. Namun tingkat pendidikan bukanlah faktor Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun
penyebab masalah yang dapat dengan mudah 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan
ditangani, membutuhkan waktu dan biaya yang besar, Kesehatan. [pdf]. Available at: <http://www.depkes.
oleh karena itu rendahnya pendidikan masyarakat go.id/resources/download/general/PP%20No.%20
dapat diimbangi dengan peningkatan pengetahuan 101%20Th%202012%20ttg%20Penerima%20
masyarakat tentang JKN. Bantuan%20Iuran%20Jaminan%20Kesehatan.
pdf.> [Accessed 18 June 2017].
Pemerintah Republik Indonesia. 2013. Peraturan
SIMPULAN Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013
Tentang Jaminan Kesehatan [pdf]. Available at: <
Berdasarkan berbagai penyebab masalah yang www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/407>
ditemukan, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab [Accessed 18 June 2017].
rendahnya kepemilikan kartu JKN dibedakan menjadi Pujiastuti, E. 2015. Prototipe Peningkatan Pelayanan
penyebab yang dapat ditangani (manageable) yang Rawat Jalan dengan Pengujian FGD dan ISO 9126
pada Klinik Eka Anugerah. IJSE – Indonesian Workers Towards National Health Insurance
Journal on Software Engineering, [online] 1(1), Program in Province of Yogyakarta. [e-journal]
pp.1–10. Available at: <Lppm3.bsi.ac.id/jurna>. 4, pp.118–125 Available through: Jurnal
Puspitasari, E. 2006. Pengendalian Kualitas Produk Kebijakan Kesehatan Indonesia website <https://
dengan Metode Control Chart [e-journal]. 6(1), www.researchgate.net/profile/Budi_Siswoyo/
pp.49–54. Available through : Jurnal Keilmuan dan publication/287911888_Awareness_of_The_
Aplikasi Teknik website < http://ppjp.unlam.ac.id/ Informal_Sector_Workers_Towards_National_
journal/index.php/infoteknik/article/view/199> Health_Insurance_Program_in_Province_of_
[Accessed 20 June 2017]. Yogyakarta/links/567a644908aeaa48fa4c387e/
Putrawan, A., Junaid and Suriani, C. 2016. Studi Awareness-of-The-Informal-Sector-Workers-
Kualitatif Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Towards-National-Health-Insurance-Program-in-
Nasional oleh BPJS Kesehatan di Kecamatan Province-of-Yogyakarta.pdf.> [Accessed 4 July
Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan, [e-journal] 2017].
13, pp.1–9. Available through Jurnal Ilmiah Susilo, Y.P. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, website < dengan Kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri di
ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/article/ Kelurahan Air Manis. [pdf]. Available at: < http://
view/1244> [Accessed 3 July 2017]. scholar.unand.ac.id/6567/> [Accessed 22 June
Ramadhana, F.H. and Amir, H. 2015. Persepsi 2017>.
Pengusaha dan Pekerja UMKM terhadap Program Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-
Jaminan Sosial Nasional. [e-journal] pp.1–25. Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
Available through : Kementerian keuangan website 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
< https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/ [pdf] Available at: <https://bpjs-kesehatan.go.id/
Persepsi%20Pengusaha%20Dan%20Pekerja%20 bpjs/.../d1abb667f20cc917257d6dbabf8030be.
UMKM.pdf.> [Accessed 20 June 2017]. pdf>. [Accessed at 20 June 2017].
Rusady, M.A. 2016. Kebijakan Pelayanan dan Werdani, K.E., Purwaningsih, S.B. and Purwanti. 2013.
Pembayaran dalam Program JKN. [pdf] Available Keikutsertaan Kepala Keluarga Desa Tegalsari
at: <http://www.depkes.go.id/resources/download/ Ponorogo dalam Jaminan Kesehatan Nasional.
info- terkini/rakerkesnas_gel2_2016/Kepala%20 [e-journal] pp.85–91. Available through Jurnal
BPJS.pdf> [Accessed 3 July 2017]. Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia
Siswoyo, B.E., Prabandari, Y.S. and Hendrartini, website <jmiki.aptirmik.or.id/index.php/jmiki/article/
Y. 2015. Awareness of the Informal Sector viewFile/156/115> [Accessed 5 July 2017].
Alternative of Operational Policy Maternal Perinatal Audit (MPA) In Barito Kuala District
South Kalimantan
Abstract
Maternal Mortality Rate (MMR) is a benchmark for assessing the good health of mother and
child. Given the high rate of MMR and Infant Mortality Rate (IMR) in Barito Kuala District, a
Maternal Perinatal Audit (MPA) program was established at the district level with the
issuance of the Bupati Decree Number 188.45/142/KUM/2015 on the establishment of the
PMA Team at Barito Kuala District. The implementation of the problem was found: the
legality of the clear PMA health program, the lack of human resources, the lack of facilities
for health infrastructure, unequal access to health services for land and air transportation
areas, limited health sector budget funds and the absence of health education institutions.
Based on this, the AMP program in Barito Kuala District requires monitoring and evaluation
in the effort to reduce MMR and IMR. The purpose of this study is for activities. To handle the
maternal audit activities and the number of perinatal deaths in Barito Kuala District Health
Office. This research use qualitative research method with case study interview with 10
informant with instrument. From the available Errors available for alternative programs
required by SOPs that adapt to the natural conditions of Barito Kuala, create a Sistercity
concept, a floating PONED-based puskesmas community health program for difficult terrain
access areas.
69
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
dilakukan menempatkan upaya pemerintah (penghargaaan dan sanksi bagi pelaku), 4).
lebih serius dalam merumuskan kebijakan Perencanaan program KIA dibuat dengan
dan strategi teknis terkait upaya penurunan memanfaatkan hasil temuan dari kegiatan
AKI dan AKB yang berlandaskan Undang- audit, sehingga diharapkan berorientasi
Undang tahun 2009 Nomor 36 tentang kepada pemecahan masalah setempat, 5).
Kesehatan dengan melaksanakan tugasnya Pembinaan dilakukan oleh dinas kesehatan
berkewajiban untuk mematuhi standar Kabupaten/Kota, bersama-sama RS
profesi dan menghormati hak pasien. dilaksanakan langsung pada saat audit atau
Berdasarkan hal tersebut dalam kebijakan secara rutin, dalam bentuk yang disepakati
Indonesia Sehat 2010 dan Program Making oleh tim AMP. Diharapkan program ini dapat
Pragnancy Safer (MPS) yang bertujuan dimanfaatkan untuk menggali permasalahan
meningkatkan mutu pelayanan KIA yang yang berperan atas kejadian morbiditas
dilakukan secara terus menerus melalui maupun mortalitas yang berakar pada
program jaga mutu dipuskesmas, disamping pasien atau keluarga, petugas kesehatan
upaya perluasan jangkauan pelayanan. manajemen pelayanan, serta kebijakan
Upaya peningkatan dan pengendalian mutu pelayanan. Melalui kegiatan AMP ini
antara lain dilakukan melalui kegiatan AMP diharapkan para pengelola program KIA di
dan peningkatan kemampuan Kabupaten/Kota dan para petugas
Kabupaten/Kota dalam perencanaan pelayanan baik ditingkat pelayanan dasar
program KIA dengan memanfaatkan hasil (puskesmas dan jajarannya) serta ditingkat
kegiatan AMP agar mampu mengatasi pelayanan rujukan (RS Kabupaten/Kota)
masalah setempat. dapat menetapkan prioritas untuk mengatasi
Program AMP merupakan salah satu temuan-temuan permasalahan yang
bentuk implementasi dari program audit dihadapi (7).
klinis oleh Departemen Kementrian Dari kegiatan AMP di tingkat
Kesehatan Republik Indonesia yang Kabupaten/Kota diharapakan akan dapat
didefinisikan sebagai suatu proses digunakan untuk proses audit ditingkat
penelaahan bersama kasus kematian dan Provinsi agar dapat menghasilkan kebijakan
kesakitan maternal dan perinatal serta tingkat tinggi melalui mekanisme
pelaksanaannya dengan tujuan menetapkan Confidential Enquiries Into Maternal &
penyebab dan faktor yang terkait dengan Neonatal Death (CEMD). Pada tingkat ini
kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dapat dilibatkan pakar dari berbagai macam
yang ada hubungnnya dengan 3 terlambat bidang terkait transportasi dan lain-lain agar
dan 4 terlalu (6). menghasilkan intervensi yang berbasis bukti
Langkah strategis AMP ini perlu dan diharapkan dapat memperbaiki kualitas
dilakukan untuk mengoptimalkan upaya pelayanan maternal dan perinatal/neonatal.
percepatan penurunan AKI dan AKB dengan Dalam kaitannya dengan kegiatan CEMD
gambaran kegiatan 1). Semua ditingkat Provinsi maka Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebagai unit efektif dalam Provinsi berkepentingan untuk
peningkatan pelayanan program KIA secara mengumpulkan data AMP dari seluruh
bertahap menerapkan kendali mutu, yang Kabupaten/Kota di seluruh daerah di
antara lain dilakukan melalui AMP di Indonesia. Selain itu Dinas Kesehatan
wilayahnya ataupun diikut sertakan Provinsi diharapkan dapat memfasilitasi
Kabupaten/Kota lain, 2). Dinas kesehatan kegiatan AMP di Kabupaten/Kota dalam hal
kabupaten atau kota berfungsi sebagai bila terjadi kematian lintas batas dan mampu
koordinator fasilitator yang bekerja sama menyediakan pengkaji eksternal bagi
dengan rumah sakit Kabupaten/Kota dan Kabupaten/Kota yang memerlukannya.
melibatkan puskesmas dan unit pelayanan Berdasarkan hasil wawancara studi
KIA swasta lainnya dalam upaya kendali pendahuluan yang dilakukan dikalangan
mutu diwilayah Kabupaten/Kota, 3). Ditingkat bidan dan tim pengkaji AMP di Kabupaten
Kabupaten/Kota perlu dibentuk tim AMP Barito Kuala dalam pelayanan KIA meskipun
yang selalu mengadakan pertemuan rutin telah mengenal dan melaksanakan program
untuk menyeleksi kasus, membahas dan AMP akan tetapi hasil rekomendasi dan
membuat rekomendasi tindak lanjut tindak lanjut dari hasil AMP belum
berdasarkan temuan dari kegiatan audit memperlihatkan daya ungkit yang berarti
70
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
71
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
Ibu yang dapat tergambarkan sebagai Di Kabupaten Barito Kuala pada tahun
berikut: 2015 terjadi 84 kasus kematian bayi
“Kalo dijumlahkan seluruh wilayah penyebabnya adalah berat bayi lahir rendah
Puskesmas memang jumlahnya ada (BBLR) sebanyak 27 kasus, dan asfiksia
kematian karena Sebatolaan, tapi untuk sebanyak 24 kasus, sisanya penyebab lain,
beberapa tahun terakhir tidak ada kematian pneumonia, diare dan lain-lain dan ini masih
lagi di Puskesmas Rantau Bedauh” (108) tidak sesuai dengan rencana strategis dari
Dinas Kesehatan Barito Kuala untuk tahun
“Ada data kematian Ibu memang disini, tapi 2015 yakni target Angka Kematian Bayi
itu kejadiannya di rumah sakit sudah (AKB) hanya 80 kasus kematian..
dilakukan rujukan biasanya, mungkin karena
terlambat mengambil keputusan, dan itu Aspek Legalitas
rancak dari keluarga, budayanya, padahal Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal
sudah ada risti” (104) (AMP) telah dilaksanakan di Kabupaten
Barito Kuala dan untuk penelusuran legalitas
“Untuk AKI dari tahun sebelum-sebelumnya kegiatan program tersebut tergambarkan
ia cukup tinggi, tapi kesini-kesinya kan ada dari hail wawancara berikut ini:
perbaikan, sudah turun lahh, kita sudah “Kita punya SK Bupati, yang disampaikan
konsentrasi untuk penanganannya” (101) oleh orang dinas, ad penunjukannya untuk
siapa yang terpilih jadi Tim pengkaji dan
Jumlah AKI di Kabupaten Barito kuala yang lainnya” (105).
yang cukup tinggi, tahun 2015 angka
kematian ibu berjumlah 12 orang terdiri atas “SK tentang AMP ada bu, mulai dari 2013
kematian ibu hamil sebanyak 2 orang, sudah ada nah tahun 2015 ini tadi ada
kematian saat bersalin 2 orang dan ibu nifas revisian sedikit, tapi orang-orang yang
sebanyak 8 orang dengan jumlah kasus ditujuk masih orang yang sama beberapa aja
tertinggi kematian ibu pada usia 20-34 yang beganti” (101).
tahun, nilai ini melebihi nilai yang ingin
dicapai pada rencana strategis pada tahun Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal
2015 yaitu 10 kasus kematian. Hal ini (AMP) telah dilaksanakan di Kabupaten
dipengaruhi oleh keadaan sosial, ekonomi, Barito Kuala dan untuk penelusuran legalitas
gizi, sanitasi dan pelayanan kesehatan di kegiatan progrrgaam berupa SK penetapan
Kabupaten Barito Kuala (9). organisasi kegiatan AMP. Legalitas kegiatan
program AMP di Barito Kuala berupa Surat
Jumlah Kematian Bayi Keputusan Bupati Barito Kuala Nomor
Untuk kompenen AKB yang 188.45/142/KUM/2015 Tentang
didapatkan dari hasil wawaancara adalah Pembentukan Tim Audit Maternal Perinatal
sebagai berikut: Tingkat Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
“Kematian Bayi memang lebih sering terjadi, (12).
kebanyakan karena BBLR kemudian
asfiksia, karna kada mau dirujuk dari Aspek Teknis
keluarganya, dan pakai surat pernyataan Berikut adalah informasi terkait aspek
kada mau dirujuk” (104). teknis menurut informan:
“Biasanya pelaksaan AMP tergantung dari
“Untuk jumlah kematian bayi lumayan data temuan adanya kematian di bidan desa
banyak jua ih bu,, apa lagi jika dirunut dari dan bidan puskesmas lalu dilakukan
tahun sebelumnya,,”penyebabnya sudah pembukuan selanjutnya dibikikan
uyuh duluan ibunya waktu datang ke klinik” pembuatan laporan kemudian diserahkan ke
(105). Dinas Kesehatan untuk ditindaklanjuti,
terkadang cepat setalah ada laporan
“Jumlah kematian bayi benar angkanya kematian, tetapi terkadang hanya berupa
lumayan, tapi sudah turun untuk 2016 ini pembinaan dari puskesmas masing-masing
sejauh ini beturun, tapi belum diakumulasi saja, mungkn bikor atau kepala puskesmas
masih berjalan kalo, 2017 nanti dataya yang menghadiri acaranya” (110).
dibukukan” (101).
72
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
“Alhamdulillah kada pernah menangani bagi waktu untuk tiap kegiatan disesuaikan
persalinan kematian Ibu, kalo bayi pernah lah” (I05).
sekali karena BBLR, keluarga kada mau
dirujuk, tapi kada diaudit, ditanyakan- “Berbicara kemampuan SDM yang melayani
tanyakan masalahnya sama bikor dan masyarakat dipelayanan pertama
kepala puskesmas saja nah makanya kada kompetensinya kan beda-beda karena dari
paham jua kaya apa proses audit yang lulusan macam-macam institusi, ada yang
sebujurnya” (107). siap pakai ada yang dilajari lagi, nah kalo
terkait jumlah kurang memang, yang
“Yang di Audit biasanya pada kasus berperan dalam program AMP jujur saja,,
kematian ibu saja, kalo untuk kematian Bayi masih kurang jua, terutama dokter spesialis
dipilih kasus mana yang menarik untuk kandungan dan anak, karena pasien utama
dibahas, ini ditentukan dari buhan Tim, kalau kan Ibu dan Anak” (I04).
untuk kegiatan pertemuannya kadang
digabung atau bersamaan dengan kegiatan Di Kabupaten Barito Kuala Tenaga
lain karena pertemuanya dengan orang yang Kesehatan berupa dokter Anak tidak ada
sama jua dari TIM AMP bu,, jadi menghemat dan dokter Obgyn masih kurang, persebaran
anggaran, meskipun ada anggaran tenaga keehatan khususnya bidan belum
tersendiri, yang susah itu karena Dokternya merata ditiap desa dan masih banyak beban
yang pas dijadwalkan kada kawa datang kerja atu topuksi ganda yang dterima oleh
SDM kurang bu ae,kada terjadwal,kadada tenaga kesehatan untuk penetapan topoksi
Dokter spesialis anak, jadi pas ada kadang kegiatan AMP.
di undang lewat telepon ulun,, dari buhannya
di Dinas supaya cepat mungkin” (105). Aspek Anggaran
Hasil peneltian tentang anggaran
“Teknis kegiatannya itu yang paham tergambar dari hasil wanwancara brikut ini:
Penanggung Jawab AMP dan orang Kasi “Sumbernya dari APBN dan APBD, setiap
KIA mereka mengkoordinasikan ke bawah- kegatan kita dapat ko dari dinas kesehatan
bawahnya sampai tingkat desa,laporan dari berupa uang transportasi, mungkin bisa juga
desa sesuai laporan di puskesmas, baru dana dari subsidi silang kegiatan lain atau
dikembalikan ke desa lagi Nanti silakan anggaran lain kadang sih agak lama turun
tanya saja.....”(I01). anggarannya, tapi ada sihh” (I05).
73
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
74
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
75
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
memiliki daerah yang dipisahkan oleh pada tahun 2013 sebanyak 106, pada tahun
sungai-sungai. 2014 sebanyak 83 dan pada tahun 2015
sebanyak 84 degan target renstra
Proses penurunan AKB sebanyak 80 kasus
Pada penelitian yang diteliti ini berupa kematian.
konten proses yang dimaksud adalah
bagaimana gambaran pelaksanaan AMP Pembahasan
yang sudah dijalankan di Kabupaten Barito Input:
Kuala dengan gambaran hasil penelitian Jumlah Kematian Ibu
sebagai berikut: Jumlah AKI di Kabupaten Barito kuala
“Dari laporan bidan di desa, jika terjadi yang cukup tinggi, Tahun 2015 Angka
kematian bidannya akan tahu dan akan Kematian Ibu berjumlah 12 orang terdiri atas
diselesaikan dulu dipuskesmas dan dicari kematian ibu hamil sebanyak 2 orang,
penyebabnya kemudia dilaporkan ke kematian saat bersalin 2 orang dan ibu nifas
Kabupaten, nah diKabuapten nanti diproses sebanyak 8 orang dengan jumlah kasus
kembali” (I09). tertinggi kematian ibu pada usia 20-34
tahun, nilai ini melebihi nilai yang ingin
“Teknis pelaksanaan AMP di Puskesmas jika dicapai pada rencana strategis pada tahun
terjadi kasus kematian akan sesegera 2015 yaitu 10 kasus kematian. Hal ini
mungkin untuk dilaporkan sekaligus dipengaruhi oleh keadaan sosial, ekonomi,
penyebabnya” (I04). gizi, sanitasi dan pelayanan kesehatan di
Kabupaten Barito Kuala (9).
“Pelaksanaan teknis AMP di puskesmas AKI adalah banyaknya perempuan
saya rasa sudah dilaksanakan sesuai yang meninggal dari suatu penyebab
dengan arahan dan prosedur yang beraku, kematian terkait dengan gangguan
tinggal bagaimana masyarakat dan bidan kehamilan atau penanganannya (tidak
saling besinergi” (I01). termasuk kecelakaan atau kasus insidentil)
selama kehamilan, melahirkan dan dalam
Pengelolaan data kegiatan AMP di masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
Kabupaten Barito Kuala dilakukan tanpa memperhitungkan lama kehamilan per
berdasarkan data pelaporan kematian yang 100.000 kelahiran hidup (10).
masuk di dinas kesehatan dari bidan di desa AKI digunakan sebagai tolak ukur
kemudian tingkat puskesmas dan dilaporkan untuk menilai baik buruknya keadaan
ke kabupaten. Semua kematian dilaporkan pelayanan kesehatan dalamsuatu daerah
dengan cara mengisi form yang telah dan cerminan adanya ancaman resiko
disediakan, dan diberikan scoring atau kematian pada ibu-ibu selama kehamilan
klasifikasi dari penyebab kematian. dan juga merupakan salah satu kompenen
pentingprogram AMP, sehingga nilai AKI
Output akan sangat mempengaruhi keberhasilan
Dalam penelitian ini output AMP yang pelaksanaan AMP.
ingin dievaluasi yaitu terkait pelaporan hasil Maka hasil penelitin yang dapat
kegiatan AMP berupa jumlah AKI dan AKB disimpulkan penulis bahwa kegiatan AMP
dan dari penelitian didapatkan nilai indeks belum mampu meningkatkan mutu
AKI dan AKB di Kabupaten Barito Kuala pelayanan KIA yang dilakukan secara terus
pada tahun 2015 masih dibawah standar menerus melalui program jaga mutu
renstra, jika diruntut dari tahun 2010 sampai dipuskesmas, upaya perluasan jangkauan
dengan 2015 sebagai berikut; AKI pada pelayanan, Upaya peningkatan dan
tahun 2010 sebanyak 10 orang, 2011 pengendalian mutu dan peningkatan
sebanyak 10 orang, 2012 sebanyak 7 orang, kemampuan Kabupaten/Kota dalam
2013 sebanyak 9 orang, 2014 sebanyak 10 perencanaan program KIA. Penulis
orang dan 2015 sebanyak 12 orang dan berpendapat hasil dari kegiatan AMP belum
target rencana strategis Kabuapten Barito bisa dimanfaatkan untuk bisa mengatasi
Kuala sebanyak 8 orang. AKB pada tahun masalah KIA di Kabupaten Barito Kuala.
2010 sebanyak 39, pada tahun 2011
sebanyak 60, pada tahun 2012 sebanyak 74 Jumlah Kematian Bayi
76
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
Di Kabupaten Barito Kuala pada tahun Tentang Pembentukan Tim Audit Maternal
2015 terjadi 84 kasus kematian bayi Perinatal Tingkat Kabupaten Barito Kuala
penyebabnya adalah berat bayi lahir rendah Tahun 2015 (12). Legalitas Penting untuk
(BBLR) sebanyak 27 kasus, dan asfiksia diperhatikan secara serius masih sah atau
sebanyak 24 kasus, sisanya penyebab lain, berlakunya nilai hukum suatu kegiatan yang
pneumonia, diare dan lain-lain dan ini masih dijalankan agar dapat terbentuk sesuai
tidak sesuai dengan rencana strategis dari dengan kebutuhan program, dapat dilakukan
Dinas Kesehatan Barito Kuala untuk tahun evaluasi dan mampu mengangkat hasil dari
2015 yakni target Angka Kematian Bayi kegiatan tersebut menjadi sebuah kebijakan
(AKB) hanya 80 kasus kematian. AKB secara proaktif untuk dapat menghadapi
menjadi salah satu fokus pembangungan permasalahan kesehatan dimasyarakat. Nilai
SDGs berdasarkan data hasil wawancara mutu suatu pelayanan kebidanan
dan dan pegecekan triangulasi data di berorientasi juga pada nilai kode etik dan
Kabupaten Barito Kuala Target AKB sebesar standar pelayanan kebidanan, serta
23 per 1000 kelahiran hidup baru dapat kepuasan pelayanan yang mengacu pada
dicapai setelah tahun 2027. Kondisi ini penerapan semua persyaratan pelayanan
sangat meresahkan semua pihak mengingat dan terpenting memiliki payung hukum yang
AKB merupakan salah satu indikator yang jelas sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
sangat penting untuk mengukur keberhasilan membantu memenuhi kebutuhan
program berbagai penyebab kematian seseorang/pasien atau kelompok
maupun program kesehatan ibu dan anak masyarakat oleh tenaga kesehatan dalam
sebab AKB ini berkaitan erat dengan tingkat upaya peningkatan, pencegahan,
kesehatan Ibu dan Anak juga merupakan pengobatan dan pemulihan kesehatan (12).
salah satu kompenen yang sangat penting Dalam hal ini penulis berasumsi agar
untuk mempengaruhi keberhasilan payung hukum yang dimiliki Dinas
pelaksanaan AMP. AKB dipengaruhi oleh Kesehatan Kabupaten Barito Kuala terkait
beberapa hal diantaranya peningkatan AMP tidak terbatas pada bentuk fisik dari
cakupan pelayanan Bumil K1 dan k4 dan surat keputusan pembentukan Tim AMP
pertolongan persalinan oleh tenaga saja, tetapi lebih kepada asas menghayati
kesehatan bagaimana topuksi yang sudah dikerjakan,
Berdasarkan hasil penelitian penulis kompetensi sebagai tenaga kesehatan yang
menyimpulkan sulitnya menurunkan AKB dimiliki, regestrasi atau kewenangan yang
antara lain karena belum meratanya jelas dalam setiap tindakan dan lisensi untuk
persebaran tenaga kesehatan, belum pengaturan penyelenggaraan suatu program
memadainya fasilitas kesehatan dan tidak tersebut dapat dijalankan dengan baik
adanya akses yang cukup baik bagi sehingga AMP tidak menjadi suatu kegiatan
warganya untuk mendapatkan pelayanan formalitas yang hanya dilakukan untuk
kesehatan sehingga kunjungan K1 dan K4 kegiatan rutinitas tanpa meberikan dampak
serta persalinan yang ditolong oleh tenaga outcome untuk proses pembelajaran dalam
kesehatan yang tepat belum terlaksana peningkatan pelayanan KIA pada masa
dengan baik (11). mendatang (13).
Berdasarkan hal tersebut perlu
pelaksanaan AMP yang serius dan lebih Aspek Teknis
terarah untuk penelusuran penyebab Kegiatan pertemuan AMP di
Kematian AKB sehingga dapat dilaporkan Kabupaten Barito Kuala belum dilaksanakan
tidak hanya sampai ditingkat Kabupaten secara terjadwal sesuai buku pedoman AMP
tetapi juga Provinsi dan pusat dan hasil yang ada, yang seharusnya dilakukan
evaluasi dapat dibuat rekomendasi agar sekurang-kurangnya 3 bulan sekali.
dapat dimanfaatkan untuk bisa mengatasi Bagaimana teknis pelaksanaan AMP belum
masalah KIA di Kabupaten Barito Kuala. tergambarkan secara jelas karena tidak
adanya Buku petunjuk teknis pelaksanaan
Aspek Legalitas AMP di Kabupaten Barito Kuala, laporan
Legalitas kegiatan program AMP di kegiatan AMP tidak bisa dibuktikan
Barito Kuala berupa Surat Keputusan Bupati keberadaanya adapun referensi
Barito Kuala Nomor 188.45/142/KUM/2015 pelaksanaanya hanya bersumber pada Buku
77
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
78
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
atau anggaran itu sendiri. Pecahan masalah ketinggalan jaman, tidak pernah update
tersbut harus dilakukan fokus strategi secara menyeluruh, sehingga antara
pembiayaan seperti yang disampaikan oleh pekerjaan dilapangan dan SOP tidak
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berkesinambungan, SOP dimiliki tapi tidak
memuat isu-isu pokok tantangan, tujuan terlaksana karena pemikiran yang berbeda
utama kebijakan dan program aksi dalam dari sektor masing-masing unit bagian yang
konteks area; meningkatkan investasi dan mebuat proses program tidak berjalan
pembelanjaan publik dalam bidang dengan baik.
kesehatan, mengupayakan pencapaian
kepesertaan semesta dan pemeliharaan Kualitas Pelayanan
kesehatan miskin, pengembangan skema Kualitas pelayanan kesehatan
pembiayaan peran upaya termasuk berhubungan dengan proses jaga mutu
didalamnya asuransi kesehatan naional dan asuhan kesehatan suatu organisasi
internasional, penggalian dukungan nasional kesehatan yang dapat diukur dengan
dan internasional, penguatan kerangka memperhatikan atau memantau dan menilai
regualasi dan intevensi fungsional, indikator, kriteria, dan standar yang
pengembangan kebijakan pembiayaan diasumsikan relevan dan berlaku sesuai
kesehatan yang didasarkan pada data dan dengan aspek-aspek struktur, proses, dan
fakta ilmiah, pemantauan dan evaluasi. outcome dari dari organisasi pelayanan
kesehatan tersbut. kriteria dan stanndar bagi
Konsistensi Pelaksnaan SOP AMP organisasi pelayanan kesehatan ditetapkan
Standar Operasional Prosedur (SOP) oleh institusi yang berwenang ataupun
AMP di Kabupaten Barito Kuala belum disusun sendiri dan disepakati bersama
tergambarkan dengan baik dan belum bisa dengan staf medik pemberi jasa pelayanan
dibuktikan konsistensi pelaksanaanya. lainnya. Namun pada kenyataannya
Keberadaan SOP menjadi standar yang rendahnya mutu pelayanan dapat
harus dilalui dalam pelaksanaan AMP. SOP disebabkan oleh faktor input (kurangnya
merupakan hal yang sangat penting dalam fasilitas, peralatan, tenaga dokter, kuantitas
kegiatan program dalam rangka memberikan dan kualitas bidan, anggaran dan
suatu pelayanan kesehatan yang baik sebagainya) (15).
sehingga setiap tindakan yang dilakukan Kurangnya sarana dan prasarana
secara serius dapat dilakukan dan terukur serta akses jalan yang belum merata dengan
agar program dapat terbentuk sesuai kondisi Kabupaten Barito Kuala yang
dengan kebutuhan kemudian dapat terpisahkan oleh sungai-sungai yang
dilakukan evaluasi dan mampu mengangkat sehingga tidak bisa untuk menjangkau
hasilnya menjadi sebuah kebijakan secara daerah terpencil ditengarai mempengaruhi
proaktif untuk dapat menghadapi kualitas pelayanan kesehatan. Namun
permasalahan dimasyarakat (14). menurut Undang-Undang no 23 Tahun 2004
Pada Penelitian ini penulis berasumsi Pemerintah telah memberikaan
setiap institusi punya sumber masalah yang kewenangan, keleluasaan pemerintah
berbeda dalam setiap pelaksanaan suatu daerah untuk dapat menyelenggarakan
kegiatan program termasuk di Kabupaten pelayanan publik yang berkualitas. Sehingga
Barito Kuala, terkendala kurangnya SDM, diharapkan setiap daerah berani mengambil
sehingga tidak ada pemikiran untuk inisiatif, mampu membuat terobosan baru
melakukan inovasi dalam pembuatan SOP, atau melakukan inovasi untuk memajukan
keterbatasan waktu yang dimiliki, kegiatan daerahnya (16).
program AMP berjalan secara intuitif
berdasarkan petunjuk atasan, sedikit sekali Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dokumentasi tertulis, seluruh proses Secara umum fasilitas dan sarana
kegiatan dan knowledge dalam menjalankan prasarana kesehatan di Kabupaten Barito
program ini hanya ada dalam pemikiran Kuala masih terbilang kurang. Tidak semua
beberapa orang saja, yang juga memiliki puskesmas mempunyai mobil puskesmas
kesibukan karena banyaknya peran dan keliling untuk fasilitas rujukan, meski
tanggung jawab yang dimiliki karena kerja diwilayah puskesmas tersebut terdapat
ganda, juga memungkinkan SOP sudah ambulan, ada beberapa daerah juga yang
79
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
terkendala kegiatan pelayanannya dengan daerah yang hanya bisa dijangkau dengan
kondisi wilayah sungai, yang belum memiliki transportasi air.
akses jalan darat, selama ini terjadi kendala Beberapa kendala yang dihadapi
dalam kegiatan penanganan dalam pemberian pelayanan kesehatan
kegawatdaruratan karena fasilitas di antara lain masyarakat yang tidak mampu
polindes belum memadai dan melakukan mengakses pelayanan kesehatan yang
rujukan menggunakan kapal kecil milik tersedia karena keterbatasan sarana dan
warga setempat juga kondisi bangunan prasarana, nilai sosial dan budaya
polindes yang terbilang sangat masyarakat, pelayanan kesehatan yang
memprihatinkan. tidak sesuai dengan kebutuhan/ harapan,
Mutu pelayanan kesehatan suatu kualitas penyelenggaraan pelayanan
organisai pelayanan kesehatan dapat dinilai kesehatan yang rendah, serta alokasi dan
dari ketersediaan fasilitas pelayanan penggunaan sumber daya untuk
kesehatan, peralatan, dana dan SDM. Faktor penyampaian pelayanan yang tidak
yang sangat mempengaruhi mutu adalah memadai dan kemampuan seseorang atau
fasilitas berupa bentuk fisik dari tempat dan keluarga dalam mengakses/mencapai
ketersediaan peralatan pelayanan pelayanan kesehatan adalah berbeda-beda.
kesehatan. Untuk dapat meningkatan mutu Bagi orang kaya hal ini bukan merupakan
pelayanan kesehatan penulis berasumsi masalah, mereka bisa memilih pelayanan
bahwa perlu adanya perhatian khusus untuk kesehatan sesuai keinginan. Sedangkan
proses pengadaan dan perbaikan sarana bagi keluarga miskin akan menjadi masalah
dan prasarana penunjang kesehatan baik itu tersendiri manakala ketersediaan fasilitas
peralatan kesehatan berupa obat-obatan kesehatan jauh dari jangkauan.
dan yang terpenting untuk menjangkau
dimensi akses pelayanan kesehatan perlu Sosial Budaya
disediakan kapal/speed boat yang Pengaruh sosial budaya dalam
merupakan kepemilikan desa yang dikelola masyarakat memberikan peranan penting
untuk pelayanan kesehatan jika dalam mencapai derajat kesehatan yang
memungkinkan satu desa satu kapal/speed setinggi-tingginya. Perkembangan sosial
Boat dan dalam menyelenggarakan budaya dalam masyarakat merupakan suatu
pelayanan kesehatan khususnya tanda bahwa masyarakat dalam suatu
pelaksanaan AMP, diperlukan fasilitas daerah tersebut telah mengalami suatu
kesehatan, yaitu alat dan tempat yang perubahan dalam proses berfikir. Perubahan
digunakan untuk menyelenggarakan sosial dan budaya bisa memberikan dampak
pelayanan kesehatan. Pada profil kesehatan positif maupun negatif terhadap suatu
Indonesia disebutkan bahwa tempat-tempat kebijakan program kesehatan.
penyelenggaraan pelayanan kesehatan Seiring dengan perkembangan ilmu
antara lain rumah sakit, puskesmas, balai pengetahuan dan tekhnologi yang banyak
pengobatan/klinik, praktek dokter, praktek membawa perubahan terhadap kehidupan
pengobatan tradisional, praktek tenaga manusia baik dalam hal perubahan pola
kesehatan, polindes, poskesdes, posyandu, hidup maupun tatanan sosial termasuk
apotek, toko obat dan pos UKK. dalam bidang kesehatan yang sering
dihadapkan dalam suatu hal yang
Akses Pelayanan Kesehatan berhubungan langsung dengan norma dan
Sesuai dengan data geografis dari budaya yang dianut oleh masyarakat
Kabupaten Barito Kuala Akes pelayanan tertentu.
kesehatan untuk wilayah sebagian besar di Hubungan antara budaya dan
Kabupaten Barito Kuala memang susah kesehatan sangatlah erat hubungannya,
untuk dijangkau. Kondisi jalan yang belum sebagai salah satu contoh suatu masyarakat
beraspal menjadikan salah satu kendala desa yang sederhana dapat bertahan
utama dalam melakukan pelayanan dengan cara pengobatan tertentu sesuai
kesehatan terutama saat hujan dimana dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau
kondisi jalan tidak bisa dilalui karena licin kultur dapat membentuk kebiasaan dan
dan berlumpur dan belum ada akses jalan respons terhadap kesehatan dan penyakit
darat yang bisa dilalui dengan mobil,terdapat dalam segala masyarakat tanpa
80
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
81
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
masih memiliki banyak kendala dan 2010 sebanyak 39, pada tahun 2011
permasalahan yang dipengaruhi oleh aspek sebanyak 60, pada tahun 2012 sebanyak 74
input yaitu; masalah yang berhubungan pada tahun 2013 sebanyak 106, pada tahun
dengan pasien yakni perempuan dan 2014 sebanyak 83 dan pada tahun 2015
lingkungannya, berupa pengetahuan sebanyak 84 degan target renstra
perilaku dan pengaruh lingkungan berupa penurunan AKB sebanyak 80 kasus
adat dan kebudayaan, masalah administratif; kematian.
transportasi, anggaran, kendala untuk Data yang diajukan atau dilaporkan
mencapai pusat pelayanan kesehatan, tidak oleh tim pelaksana AMP belum bisa
adanya fasilitas, kurangnya tenaga dipastikan kualitas datanya, karena
kesehatan yang terlatih, komunikasi dengan memungkinkan ada data yang dilaporkan
tenaga kesehatan, legalitas berupa standar berdasarkan fakta kasus yang ada tetapi
kesehatan mulai dari pelayanan antenatal, rekam medik tidak ada. Namun begitu
pelayanan antepartum, pelayanan pelaksanaan program AMP di Kabupaten
postpartum, kegawatdaruratan, resusitasi, Barito Kuala secara umum sudah mulai
anastesi, masalah informasi yang hilang membaik, dengan melihat tingkat partisipasi
atau data kematian yang tidak dilaporkan pasien terutama ibu hamil dan bayi dalam
(tidak ada catatan medik), masalah pelayanan KIA di puskesmas mulai
fenomena umum yang terjadi tentang meningkat, bidan mulai mengelompokan
bagaimana ; masalah pemilihan kasus yang pasien yang terindikasi beresiko tinggi
belum diberi batasan yang jelas, standar terhadap kasus kematian dan memberi
SOP yang belum tegas, penetapan informasi keyakinan sekaligus rujukan kepada pasien
yang dapat diambil dari audit, perbandingan untuk bayi BBLR ke rumah sakit. Sebagai
standar yang disepakati dengan informasi, bukti dalam evaluasi kegiatan program AMP
hasil informasi audit harus disampaikan yang mengindikasi indeks AKI dan AKB
kembali, pembuatan rekomendasi yang jelas dibawah Renstra dari Dinas Kesehatan
sesuai dengan informasi dan dapat Kabupaten berdasarkan laporan rekam
dilakukan implementasi, kemudian kegiatan medik tim pelaksana program AMP bahwa
tersebut dapat dilakukan secara berulang setiap terjadi kasus kematian ibu maupun
dan berkala yang jelas. Hal ini perlu bayi akan segera dibuatkan laporan berikut
diperhatikan kembali sebagai monitoring dan penyebab terjadinya kematian tersebut. Hal
evaluasi kegiatan program agar dari hasil ini penting dilakukan tujuan pelaksanaan
audit tersebut diperoleh indikasi dimana AMP untuk menjaga dan meningkatkan mutu
letak kesalahan/kelemahan dalam pelayanan KIA melalui upaya penerapan tata
penanganan kasus. Hal ini untuk memberi kelola klinik yang baik (clinical governance)
gambaran kepada pengelola program KIA dapat terlaksana. Kegiatan ini juga
dalam menentukan apa yang perlu dilakukan diharapkan dapat menggali permasalahan
untuk mencegah kesakitan/kematian guna menghindari kejadian kesakitan
ibu/perinatal yang tidak perlu terjadi. (morbiditas) maupun kematian (mortalitas),
peningkatan AKI dan AKB yang disebabkan
Output masalah pasien/keluarga, petugas
Dalam penelitian ini output AMP yang kesehatan, manajemen pelayanan, maupun
ingin dievaluasi yaitu terkait pelaporan hasil kebijakan pelayanan.
kegiatan AMP berupa jumlah AKI dan AKB Disamping itu output dilakukannya
dan dari penelitian didapatkan nilai indeks AMP akan membuahkan hasil yang baik
AKI dan AKB di Kabupaten Barito Kuala mana kala AMP dilakukan dengan benar
pada tahun 2015 masih dibawah standar sehingga hasil akhirnya akan diperoleh
renstra, jika diruntut dari tahun 2010 sampai pencapaian-pencapaian sebagai berikut:
dengan 2015 sebagai berikut; AKI pada a). Menentukan sebab dan faktor
tahun 2010 sebanyak 10 orang, 2011 terkait dlm kesakitan dan kematian ibu dan
sebanyak 10 orang, 2012 sebanyak 7 orang, perinatal (3 terlambat & 4 terlalu). b).
2013 sebanyak 9 orang, 2014 sebanyak 10 Memastikan dimana dan mengapa berbagai
orang dan 2015 sebanyak 12 orang dan sistem & program gagal dalam mencegah
target rencana strategis Kabuapten Barito kematian. c). Menerapkan pembahasan
Kuala sebanyak 8 orang. AKB pada tahun analitik mengenai kasus kebidanan dan
82
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
83
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
84
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.
14. Hansen, Don R. dan Maryanne Mowen. 27. Center for Disease Control and
2006. Management Accounting. Buku 1. Prevention (CDC). 2016. DeKalb
Jakarta : Salemba Empat. Country. Georgia. Available from:
15. Arifin, Alwi, dkk. 2014. Analisis Mutu https://www.cdc.gov/.
Pelayanan Kesehatan Ditinjau Dari
Aspek Input Rumah Sakit Di Instalasi
Rawat Inap RSU. Haji Makassar. Jurnal
MKMI, 7 (1) : 141-149.
16. Abidin, S.Z. 2004. Kebijakan Publik.
Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.
Available from :
hhttp:/www.Scribd.com/doc/39638830/E
valuasi-Kebijakan-Publik Minggu ke-7.
17. Suzana, A. 2016. Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan
Tindakan Audit Maternal-Perinatal
dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan
KIA di RSU Muhammadiyah Sumatera
Utara Tahun 2013. Skripsi. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
18. Anderson, James F. 1997. Public Policy
Making. 2nd ed. New York : Holt,
Rincehart and Winston.
19. Badan Pusat Statistik. 2007. Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia
2007. Kerjasama BKKBN, Depkes RI,
ORC Marco USA. Jakarta.
20. Dinas kesehatan Kabupaten Barito
Kuala. 2015. Bina Kesga. Kabupaten
Barito Kuala.
21. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2012. Survey Demografi
Kesehatan Indonesia. Jakarta :
Kemenkes RI.
22. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. Survey Demografi
Kesehatan Indonesia. Jakarta :
Kemenkes RI.
23. Kementerian Kesehatan RI. 2012.
Pedoman Perencanaan Program AMP
di Kabupaten Kota. Jakarta : Kemenkes
RI.
24. Direktorat Bina Kesehatan Ibu. 2015.
Direktorat Bina Kesehatan Ibu Akan
Lakukan Assessment Kualitas
Pelayanan Kesehatan Ibu di 20
Kabupaten/Kota. Jakarta : Kemenkes
RI.
25. Reinke, A.W. 1994. Perencanaan
Kesehatan Untuk Meningkatkan
Efektifitas Managemen. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
26. Center for Disease Control and
Prevention (CDC). 2016. Atlanta.
Available from: https://www.cdc.gov/.
85
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019
ABSTRACT
The movement of healthy living people is a choice in realizing a better degree of public
health. The aim is to increase awareness in the community in preventing disease. Health
problems that aries are the result of unhealthy living behaviors and poor environmental
sanitation. This research is a descriptive research that is a study directed to describe or
describe a situation within a community or society. The sample in this study were 277
Famillies in Penegah village with total sampling technique. The results is majority of
mothers using family planning, mothers giving birth in health care facilities, babies
receiving 100% complete immunization, the majority of mothers giving exclusive
breastfeeding, The people not found pulmonary tuberculosis, 100% of hypertensive
patients checking periodically, no one suffering from mental disorders, the majority of
families there are those who smoke, the majority of families use health insurance / BPJS,
the coverage of monitoring for toddlers' growth is 100%, the use of clean water sources
and 100% healthy latrines. It is expected that the Puskesmas will further encourage the
independence of healthy life for individuals, families, groups and communities through
community empowerment so that it becomes a healthy community.
32
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019
33
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019
34
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019
35
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019
Jumlah balita di Desa Penegah 2013 adalah 25,8% atau sama dengan
adalah Sebanyak 72 orang balita. 42,1 juta jiwa. Dari sejumlah itu baru
Dan semuanya mendapatkan 36,8% yang telah kontak dengan
Pemantauan pertumbuhan di petugas kesehatan, sementara sisanya
Posyandu terdekat. sekitar 2/3 tidak tahu kalau dirinya
Target pada 2025 pemerintah menderita hipertensi. Hal ini
antara lain menargetkan menurunkan menunjukkan bahwa bila tidak
balita Stunting sebesar 40%, menggunakan pendekatan keluarga,
menurunkan balita kurus (wasting) 2/3 bagian atau sekitar 28 juta
sekitar 5%, menurunkan bayi dengan penderita hipertensi tidak akan
berat badan lahir rendah (BBLR) tertangani (Kemenkes RI, 2016).
30%, tidak ada kenaikan persentase Sejalan dengan penelitian Avicena
anak gizi lebih, menurunkan wanita tentang Analisis capaian indikator
usia subur (WUS) anemia 50%, dan keluarga sehata dengan
meningkatkan ASI eksklusif paling menggunakan metode community
kurang 50%.(Jurnal Keluarga, 2018). diagnosis, bahwa cakupan
Dengan Upaya Pemantauan Tumbuh pengobatan penderita hipertensi
Kembang balita setiap bulan hingga berjumlah 100% ( 6 penderita)
usia Lima Tahun diharapkan target
tersebut dapat segera tercapai. Gambaran penderita gangguan
Gambaran penderita Tuberkulosis jiwa sehat di desa Penegah.
di desa Penegah. Berdasarkan hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada Keluarga
diketahui Peneliti tidak menemukan yang memiliki anggota keluarga
penderita dengan TB Paru. Hal ini mengalami gangguan jiwa.
cukup baik namun demikian Gambaran Perokok dalam
Masyarakat perlu diberikan edukasi keluarga di desa Penegah
tentang bahaya TBC . Berdasarkan hasil penelitian
Gambaran penderita Hipertensi di diketahui distribusi frekuensi adanya
desa Penegah perokok dapat dilihat pada tabel
Berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut :
disimpulkan bahwa riwayat penyakit Tabel 2 Distribusi Frekuensi
lansia yang paling banyak adalah Perokok dalam keluarga di Kel.
rematik sebanyak 62 orang (81,5 %) Kenali Asam Bawah
dan paling sedikit adalah tb paru N Adanya Frekuens
sebayak 2 orang (2,6 %). Sedangkan o Perokok i %
penderita hipertensi hanya 5 orang. Ada
Semuanya selalu melakukan 1 Perokok 207 74.7
pengecekkan tekanan darah ke Tidak Ada
Puskesmas terdekat. 2 Perokok 70 25.3
Salah satu penyakit tidak menular Jumlah 277 100
yang cukup penting dalam
Pendekatan Keluarga adalah Berdasarkan data diatas dapat
hipertensi (tekanan darah tinggi). disimpulkan bahwa anggota keluarga
Prevalensi hipertensi pada orang yang merokok sebanyak 207
dewasa menurut Riskesdas tahun rumah(74.7 %) dan yang tidak
36
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019
37
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019
oleh karena itu sosialisasi program satunya adalah Escerichia coli yang
harus dilakukan agar semua merupakan bakteri penyebab diare.
informasi tersampaikan dan dapat Sumber air bersih merupakan salah
dipahami oleh seluruh masyarakat satu sarana sanitasi yang
agar tujuan yang direncanakan bisa berhubungan erat dengan penyakit
tercapai dengan baik. diare.
Gambaran penggunaan sarana air Gambaran penggunaan jamban
bersih di desa Penegah. sehat di desa Penegah.
Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian
diketahui hasil distribusi frekuensi diketahui hasil distribusi frekuensi
penggunaan air bersih dapat dilihat penggunaan jamban sehat hasil yang
pada tabel sebagai berikut : diperoleh bahwa semua rumah
Tabel 4 Distribusi Frekuensi memiliki jamban/ WC dengan jenis
penggunaan sarana air bersih leher angsa. Artinya semua KK
menggunakan jamban sehat.
Penggunaaan Upaya yang dilakukan
Frekuensi %
No air bersih Masyarakat desa Penegah telah
1 Sumur 175 63.1 menyumbang tercapainya Program
2 PAM/PDAM 102 36.8 1000 Hari Pertama Kehidupan
meliputi intervensi sensitif berupa
3 Sungai 0 0
penyediaan akses dan ketersediaan
Jumlah 277 100
air bersih serta sarana sanitasi
Berdasarkan data dapat (jamban sehat) di keluarga.(
disimpulkan bahwa dari 277 Direktorat Advokasi dan KIE, 2018).
responden yang memiliki sarana air Kepemilikan dan penggunaan
bersih yaitu sumur sebanyak 175 jamban sehat merupakan salah satu
(63,1 % ) dan yang menggunakan indikator program Perilaku Hidup
PAM 102 ( 36,8%) . Bersih dan Sehat (PHBS) ditatanan
Hasil penelitian ini rumah tangga. Salah satu kegiatan
memperlihatkan bahwa mayoritas pokok puskesmas adalah kesehatan
Kepala keluarga menggunakan lingkungan dan penyuluhan
sarana air bersih, namun demikian, kesehatan masyarakat, dimana
KK yang sumurnya berwarna pelaksanaan kegiatan pokok tersebut
sebanyak 15 (5,4 % ) dan jarak diarahkan kepada khsusunya
sumur dengan septiktank < 10 m keluarga agar tercipta perilaku hidup
sebanyak 82 (29,6 % ) dan terdapat bersih dan sehat..
sumber pencemaran lingkungan
sebanyak 56,3%. Hal ini dapat SIMPULAN
menyumbang terjadinya pencemaran
air yang berdampak buruk terhadap Berdasarkan hasil dari 12
kesehatan seperti tingginya angka indikator keluarga sehat, diperoleh
kejadian diare. Kita ketahui salah mayoritas ibu menggunakan KB, ibu
satu faktor lingkungan yang dapat melakukan persalinan di fasilitas
mempengaruhi kejadian diare pada pelayanan kesehatan, bayi mendapat
balita adalah penggunaan air bersih imunisasi lengkap 100%, Mayoritas
dan jamban sehat. Air yang tercemar ibu memberikan ASI ekslusif,
mengandung banyak bakteri, salah
38
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019
39