Anda di halaman 1dari 42

INDIKATOR KELUARGA SEHAT

FAMILY HEALTH INDICATORS

Wirdaliani Shabrina1 ; Fithria2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Keluarga Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
e-mail: wirdaliani.shabrina@yahoo.co.id; fithriaunsyiah@gmail.com

ABSTRAK
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan kesehatan melalui pendekatan
keluarga sehat. Derajat kesehatan keluarga atau rumah tangga ditentukan oleh 12 indikator keluarga sehat
sebagai upaya peningkatan Program Indonesia Sehat (PIS) dan untuk meningkatkan perilaku masyarakat
dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tuju an penelitian ini untuk mengetahui
gambaran indikator keluarga sehat di Gampong Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh. Jenis
penelitian ini adalah descriptive dengan desain cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini berjumlah
104 Ibu dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terpimpin
menggunakan kuesioner dengan 32 pernyataan menggunakan skala Guttman. Penelitian ini menggunakan
analisa univariat dengan metode wawancara. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan keluarga dengan
program Keluarga Berencana (KB) sebanyak 63,8%, ibu dengan persalinan fasilitas kesehatan sebanyak
98,0%, bayi dengan imunisasi dasar lengkap sebanyak 60,0%, bayi dengan ASI ekslusif sebanyak 73,3%,
balita dengan pemantauan pertumbuhan sebanyak 84,6%, penderita TB Paru mendapatkan pengobatan sesuai
standar sebanyak 100,0%, penderita hipertensi dengan pengobatan secara teratur sebanyak 53,7%, penderita
gangguan jiwa dengan pengobatan sebanyak 100,0%, keluarga menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) sebanyak 97,1%, anggota keluarga merokok sebanyak 86,5%, keluarga memiliki akses sarana air
bersih sebanyak 83,7%, keluarga mempunyai jamban sehat sebanyak 92,3%. Diharapkan kepada keluarga
untuk dapat melakukan imunisasi kepada bayinya dan mengurangi untuk tidak merokok di dalam rumah.

Kata Kunci: Indikator Keluarga Sehat, Pendekatan Keluarga

ABSTRACT
The central and local governments establish health development policies through a healthy family approach.
The degree of family or household health is determined by 12 indicators of healthy families as an effort to
improve the Healthy Indonesia Program (PIS) and to improve community behavior in implementing Clean
and Healthy Behavior (PHBS). The purpose of this research is to know the descrip tion of healthy family
indicator in Gampong Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh. The type of this research is descriptive
with cross sectional study design. The sample in this study amounted to 104 mothers with purposive
sampling technique. The data were collected using guided interviews with 32 statements using Guttman
scale. This study used univariate analysis with interview method. Based on the results of the study showed
that family with Family Planning Program is 63,8%, mother with 98,0% of health facility, complete
immunization with 60,0% infant, exclusive breastfeeding 73,3% Toddlers with growth monitoring as much
as 84,6%, Pulmonary TB patients get standard treatment as much as 100,0%, hypertension patient with
regular treatment as much as 53,7%, mental disorder with treatment as much as 100,0%, family become
member of Guarantee National Health (JKN) as much as 97.1%, family members smoke as much as 86.5%,
families have access to clean water facilities as much as 83.7%, the family has a healthy lat rine as much as
92.3%. It is expected that families should be able to immunize their babies and reduce not to smoke in the
home.

Keywords: Healthy Family Indicator, Family Approach

1
PENDAHULUAN Keluarga merupakan unit dasar
Sehat didefinisikan sebagai ada dari masyarakat yang terdiri atas
atau tidak adanya penyakit, Nightingale beberapa individu, pria maupun
mendefinisikan sehat sebagai kondisi wanita,muda atau tua, terkait secara
baik dan menggunakan setiap kekuatan hokum atau tidak, terkait secara genetic
yang dimiliki individu seoptimal atau tidak sehingga dianggap satu sama
mungkin (Kozier, 2010, p.233). Sehat lain sebagai orang terdekat (Kozier,
adalah suatu keadaan yang dinamis 2010). Pendekatan keluarga adalah
dimana individu menyesuaikan diri salah satu cara puskesmas untuk
dengan perubahan-perubahan meningkatkan jangkauan sasaran dan
lingkungan internal dan eksternal untuk mendekatkan/meningkatkan akses
mempertahankan keadaan pelayanan kesehatan di wilayah
kesehatannya. Lingkungan internal kerjanya dengan mendatangi keluarga.
terdiri dari beberapa faktor yaitu Pelaksanaan Indikator Keluarga Sehat
psikologis, dimensi intelektual dan di tatanan rumah tangga sangat
spiritual, dan proses penyakit. berdampak pada upaya peningkatan
Lingkungan eksternal terdiri dari derajat kesehatan masyarakat
faktor-faktor di luar individu yang (Kementrian Kesehatan, 2016).
mempengaruhi kesehatan antara lain Berdasarkan peraturan Menteri
variable lingkungan fisik, hubungan Kesehatan Republik Indonesia Nomor
sosial, dan ekonomi. Karena kedua 39 tahun 2016 tentang Pedoman
lingkungan ini mengalami perubahan Penyelenggaraan Program Indonesia
secara terus menerus,maka individu Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
harus mampu beradaptasi untuk ditetapkan 12 indikator utama sebagai
mempertahankan keadaan kesehatannya penanda status kesehatan keluarga
(Potter & Perry, 2005, p.5). sebagai berikut : mengikuti Keluarga
Derajat kesehatan merupakan Berencana (KB), persalinan ditolong
salah satu unsur penting dalam upaya oleh tenaga kesehatan, bayi
peningkatkan Indeks Pembangunan mendapatkan imunisasi dasar lengkap,
Manusia (IPM) bangsa Indonesia. memberi bayi ASI Ekslusif, memantau
Sementara itu, derajat kesehatan tidak pertumbuhan pada balita, penderita TB
hanya ditentukan oleh pelayanan mendapatkan pengobatan sesuai
kesehatan, tetapi yang lebih dominan standar, penderita hipertensi melakukan
justru adalah kondisi lingkungan dan pengobatan secara teratur, penderita
perilaku masyarakat (Kementrian gangguan jiwa mendapatkan
Kesehatan RI, 2016). Upaya untuk pengobatan dan tidak ditelantarkan,
meningkatkan perilaku masyarakat agar anggota keluarga tidak ada yang
mendukung peningkatan derajat merokok, keluarga menjadi anggota
kesehatan dilakukkan melalui JKN, menggunakan jamban sehat, dan
pencapaian perioritas pembangunan menggunakan air bersih (Kementrian
kesehatan tahun 2015-2019 dalam Kesehatan RI, 2016).
Program Indonesia Sehat dilaksanakan Riset Kesehatan Dasar
dengan mendayagunakan segenap (Riskesdas) tahun 2013
potensi yang ada, baik dari pemerintah mengungkapkan bahwa proporsi
pusat, provinsi, kabupaten/kota, nasional rumah tangga dengan PHBS
maupun masyarakat. Pembangunan baik adalah 32,3%, dengan proporsi
kesehatan dimulai dari unit terkecil tertinggi pada DKI Jakarta sebesar
masyarakat, yaitu keluarga. 56,8%, terendah pada papua sebesar

2
16,4%, diikuti Aceh sebesar 20%. jantung koroner dan diabetes mellitus
Berdasarkan penelitian Ani Nur (Data Puskesmas Lampulo, 2017).
Fauziah (2016) yang berjudul Keluarga Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
sehat berdasarkan pendekatan keluarga Alam Banda Aceh berdasarkan letak
di RW 03 Kelurahan Mojosongo geografisnya berada di daerah pesisir
Surakarta, mengatakan bahwa hasil yang terdiri dari 4 dusun yaitu dusun
keluarga mengikuti program Keluarga T.Tuan Dipulo, Malahayati, Tgk
Berencana (KB) sebesar 73%, ibu Disayang, dan T.Teungoh. Jumlah
melakukan persalinan di fasilitas tenaga penduduk pada Gampong Lampulo
kesehatan sebesar 92%, bayi mendapat berdasarkan kepala keluarga yaitu
imunisasi dasar lengkap sebesar 100%, 2.090 KK. Berdasarkan latar belakang
bayi mendapatkan ASI ekslusif sebesar diatas, peneliti tertarik untuk
88%, balita mendapatkan pemantauan melakukan penelitian tentang
pertumbuhan sebesar 88%, penderita “Gambaran indikator keluarga sehat
tuberkulosis paru ada 1 orang dan pada keluarga di Gampong Lampulo
mendapatkan pengobatan sesuai Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh”.
standar, penderita hipertensi melakukan
pengobatan secara teratur ada 22 orang, METODE
anggota keluarga tidak ada yang Penelitian ini termasuk
merokok sebesar 47%, keluarga penelitian kuantitatif menggunakan
menjadi anggota jaminan kesehatan desain descriptive dengan pendekatan
nasional sebesar 87%, menggunakan cross sectional study yang dilaksanakan
jamban sehat sebesar 90%, pada 1-18 Juni 2017 di Gampong
menggunakan air bersih sebesar 94%, Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda
dan penderita gangguan jiwa Aceh. Sampel dalam penelitian ini
mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa adalah 104 responden dengan teknik
ada 2 orang. purposive sampling (Notoatmodjo,
Hasil pengambilan data awal, 2010, p. 115).
pelaporan Perilaku Hidup Bersih dan Pengumpulan data dilakukan
Sehat (PHBS) di Rumah Tangga pada dengan wawancara terpimpin
Gampong Lampulo Kecamatan Kuta menggunakan kuesioner yang terdiri
Alam Banda Aceh pada tahun 2016 dari dua bagian, yaitu data demografi,
yaitu pada indikator persalinan ditolong dan kuesioner indikator keluarga sehat
oleh fasilitas kesehatan sebanyak yang dikembangkan sendiri oleh
(100%), memberibayi ASI Ekslusif peneliti dengan 32 pernyataan
sebanyak (60%), menggunakan air menggunakan skala Guttman. Data
bersih sebanyak (100%), menggunakan diolah dengan langkah-langkah:
jamban sehat (100%), tidak merokok di editing, coding, transferring, dan
dalam rumah sebanyak (40%) (Data tabulating (Notoatmodjo, 2010 p. 276-
Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, 278).
2017). Pada Gampong Lampulo Penelitian dilakukan setelah
Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh mendapatkan surat lulus uji etik dari
memiliki masalah penyakit yang Komite Etik Fakultas Keperawatan
diakibatkan dengan perilaku hidup Universitas Syiah Kuala yang bertujuan
tidak sehat yaitu pada 14 bulan terakhir untuk melindungi dan menjamin
sebanyak 110 (1,1%) kasus. Penyakit kerahasiaan responden. Peneliti dalam
yang disebabkan oleh gaya hidup tidak penelitian ini menekankan beberapa
sehat ini diantaranya seperti hipertensi, etika yaitu: respect for human dignity,

3
respect for privacy and confidentiality, 7. Jumlah anggota
respect for justice an inclusiveness, dan keluarga :
balancing harms and benefits < dari 3 orang 11 10,6
(Notoatmodjo, 2010 p. 203-204). 3-5 orang 72 69,2
> dari 5 orang 21 20,2
Analisa yang digunakan adalah
analisa univariat yang digunakan untuk
Berdasarkan Tabel 1 yang telah
melihat distribusi frekuensi dari setiap
dipaparkan diatas menyatakan bahwa
variabel (Notoatmojo, 2010).
pada kategori usia distribusi responden
terbanyak adalah usia dewasa awal (26-
HASIL 35 tahun) yang berjumlah 41 orang
Berdasarkan hasil penelitian
(34,4%). Didapatkan mayoritas kategori
yang telah dilakukan terhadap 104
jenis kelamin adalah perempuan
responden, didapakan hasil sebagai
sebanyak 104 orang (100%). Sementara
berikut:
itu, jika dilihat dari pendidikan terakhir
Tabel 1. Karakteristik responden
responden, sebagian besar responden
(n=104)
berpendidikan dasar
No Data f % (SD/MI/SMP/MTS) yang berjumlah 49
Demografi
orang (47,1%). Jika dilihat dari hasil
1. Usia :
17-25 tahun 6 5,8 penelitian didapatkan gambaran
26-35 tahun 41 34,4 distribusi terbanyak pada pekerjaan
36-45 tahun 30 28,8 responden adalah Ibu Rumah Tangga
46-55 tahun 18 17,3 yang berjumlah 96 orang (92,3%),
56-65 tahun 9 8,7 sedangkan penghasilan keluarga
2. Jenis kelamin : perbulan mayoritasnya ialah yang
Perempuan 104 100 kurang dari Upah Minimum Provinsi
3. Pendidikan : berjumlah 82 orang (78,8%). Kategori
Dasar 49 47,1 hubungan dengan anggota keluarga
Menengah 39 37,5 terbanyak adalah istri yang berjumlah
Tinggi 15 14,4 103 orang (99,0%). Kategori Jumlah
Tidak sekolah 1 1,0 anggota keluarga terbanyak adalah 3-5
orang yang berjumlah 72 orang
4. Pekerjaan : (69,2%).
PNS 2 1,9
Pegawai Swasta 2 1,9 Tabel 2. Karakteristik anggota keluarga
IRT 96 92,3
(n=104)
Pedagang 2 1,9
Petani 1 1,0
Penjahit 1 1,0 No Data Demografi f %
1. Usia anak
5. Penghasilan terakhir:
Keluarga : 0-12 bulan 15 14,4
UMP < Rp 82 78,8 1-5 tahun 39 37,5
2.500.000 6-11 tahun 23 22,1
UMP ≥ Rp 22 21,2 12-16 tahun 11 10,6
2.500.000 17-25 tahun 10 9,6
6. Hubungan 26-35 tahun 4 3,8
dengan anggota
2. Anggota keluarga
keluarga :
Istri 103 99,0 yang didiagnosis 2 1,9
Anak 1 1,0 TB Paru

4
3. Anggota keluarga Tabel 4. Ibu melakukan persalinan pada
yang mengalami 41 39,5 fasilitas kesehatan (n=102)
tekanan darah No Kategori f %
tinggi 1. Baik 100 98,0
4. Anggota keluarga 2. Kurang 2 2,0
yang mengalami 8 7,7 Total 102 100,0
gangguan jiwa Berdasarkan tabel 4
5. Anggota keluarga
merokok di dalam menunjukkan bahwa dari 102 ibu di
rumah: Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
ada 90 86,5 Alam Banda Aceh berada pada kategori
Tidak 14 13,5 Baik sebanyak 100 responden (98,0%)
6. Status Imunisasi yang melakukan persalinan pada
pada anak fasilitas kesehatan.
Ya 51 49,0
Tidak 53 51,0
Tabel 5. Bayi mendapatkan imunisasi
dasar lengkap (n=15)
Berdasarkan tabel 2
menunjukkan bahwa dilihat dari No Kategori f %
1. Baik 6 40,0
kategori usia anak terakhir distribusi
2. Kurang 9 60,0
terbanyak adalah usia balita (1-5 tahun) Total 15 100,0
sebanyak 41 orang (39,5%), anggota Berdasarkan tabel 5
keluarga yang didiagnosis TB Paru menunjukkan bahwa dari 15 keluarga
sebanyak 2 orang (1,9%), anggota yang memiliki bayi di Gampong
keluarga yang mengalami tekanan Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda
darah tinggi sebanyak 41 orang Aceh berada pada kategori kurang
(39,5%), anggota keluarga yang sebanyak 9 resonden (60,0%) yang
mengalami gangguan jiwa sebanyak 8 tidak mendapatkan imunisasi dasar
orang (7,7%), pada anggota keluarga lengkap.
yang merokok di dalam rumah
mayoritas terbanyak adalah ada yang Tabel 6. Bayi mendapatkan ASI
merokok didalam rumah sebanyak 90 ekslusif(n=15)
orang (86,5%), status imunisasi anak No Kategori f %
yang terbanyak adalah tidak imunisasi 1. Baik 11 73,3
berjumlah 53 orang (51,0%). 2. Kurang 4 26,7
Total 15 100,0
Tabel 3. Keluarga mengikuti program Berdasarkan tabel 6
KB (n=58) menunjukkan bahwa dari 15 bayi di
No Kategori f % Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
1. Baik 37 63,8 Alam Banda Aceh berada kategori baik
2. Kurang 21 36,2 sebanyak 11 responden (73,3%) yang
Total 58 100,0 mendapatkan ASI Ekslusif.

Berdasarkan tabel 3 Tabel 7. Balita mendapatkan


menunjukkan dari 58 keluarga pemantauan pertumbuhan (n=39)
pasangan usia subur di Gampong No Kategori f %
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda 1. Baik 33 84,6
Aceh berada pada kategori baik 2. Kurang 6 15,4
sebanyak 37 responden (63,8%) yang Total 39 100,0
mengikuti program KB.

5
Berdasarkan tabel 7 jiwa di Gampong Lampulo Kecamatan
menunjukkan bahwa balita di Gampong Kuta Alam Banda Aceh berada pada
Lampulo Kecamatan Kuta Alam kategori baik sebanyak 9 responden
Banda Aceh berada pada kategori Baik (100,0%) mendapatkan pengobatan.
sebanyak 33 responden (84,6%) yang
mendapat pemantauan pertumbuhan. Tabel 11. Keluarga menjadi anggota
JKN (n=104)
Tabel 8. Penderita TB paru No Kategori f %
mendapatkan pengobatan sesuai standar 1. Baik 101 97,1
(n=2) 2. Kurang 3 2,9
No Kategori f % Total 104 100,0
1. Baik 2 100,0
2. Kurang 0 0 Berdasarkan tabel 11
Total 2 100,0 menunjukkan bahwa dari 104 keluarga
di Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
Berdasarkan tabel 8 Alam Banda Aceh berada pada kategori
menunjukkan bahwa dari 2 responden, Baik sebanyak 101 responden (97,1%)
yang mengalami penderita TB Paru di sudah menjadi anggota Jaminan
Gampong Lampulo Kecamatan Kuta Kesehatan Nasional (JKN).
Alam Banda Aceh berada pada kategori
baik sebanyak 2 responden (100,0%) Tabel 12. Anggota keluarga tidak
yang mendapatkan pengobatan sesuai merokok di dalam rumah (n=104)
standar. No Kategori f %
1. Baik 14 13,5
Tabel 9. Penderita hipertensi 2. Kurang 90 86,5
melakukan pengobatan secara teratur Total 104 100,0
(n=41)
Berdasarkan tabel 12
No Kategori f %
1. Baik 22 53,7 menunjukkan bahwa dari 104 anggota
2. Kurang 19 46,3 keluarga di Gampong Lampulo
Total 41 100,0 Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh
berada pada kategori Kurang sebanyak
Berdasarkan tabel 9 90 responden (86,5%) merokok di
menunjukkan bahwa dari dari 41 dalam rumah.
responden yang mengalami penderita
hipertensi di Gampong Lampulo Tabel 13. Keluarga mempunyai akses
Kecamata Kuta Alam Banda Aceh sarana air bersih (n=104)
sebanyak 22 responden (53,7%) No Kategori f %
melakukan pengobatan secara teratur. 1. Baik 87 83,7
2. Kurang 17 16,3
Tabel 10. Penderita gangguan jiwa Total 104 100,0
mendapatkan pengobatan (n=9)
Berdasarkan tabel 13
No Kategori f %
1. Baik 9 100,0 menunjukkan bahwa dari 104 keluarga
2. Kurang 0 0 di Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
Total 9 100,0 Alam Banda Aceh berada pada kategori
Berdasarkan tabel 10 Baik sebanyak 87 responden (83,7%)
menunjukkan bahwa dari dari 9 mempunyai akses sarana air bersih.
responden yang penderita gangguan

6
Tabel 14. Keluarga mempunyai jamban yang melakukan persalinan pada
sehat (n=104) fasilitas kesehatan.
No Kategori f % Penelitian ini sejalan dengan
1. Baik 96 92,3 penelitian yang dilakukan oleh Fauziah
2. Kurang 8 12,4 (2016) dengan judul keluarga sehat
Total 104 100,0 berdasarkan pendekatan keluarga di RW
03 Kelurahan Mojosongo Surakarta,
Berdasarkan tabel 14 mengatakan bahwa ibu yang melakukan
menunjukkan bahwa dari 104 keluarga persalinannya pada fasilitas kesehatan
di Gampong Lampulo Kecamatan Kuta sebesar (95%). Hal ini didukung dengan
Alam Banda Aceh berada pada kategori adanya fasilitas puskesmas yang dekat
baik sebanyak 96 responden (92,3%) dengan lokasi serta biaya yang
mempunyai jamban sehat. terjangkau.

PEMBAHASAN Gambaran Bayi Mendapatkan Imunisasi


Gambaran Keluarga Mengikuti Program Dasar Lengkap Di Gampong Lampulo
Keluarga Berencana (KB) Di Gampong Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh.
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan
Aceh. Berdasarkan tabel 3 dapat bahwa dari 15 keluarga yang memiliki
disimpulkan bahwa dari 58 keluarga bayi di Gampong Lampulo Kecamatan
pasangan usia subur di Gampong Kuta Alam Banda Aceh, berada pada
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda kategori kurang sebanyak 9 resonden
Aceh berada pada kategori baik (60,0%) yang tidak mendapatkan
sebanyak 37 responden (63,8%) yang imunisasi dasar lengkap.
mengikuti program KB. Penelitian ini sejalan dengan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penelitian yang dilakukkan oleh Fauziah Winarsih, Imavike, dan Yunita (2013)
(2016) tentang keluarga sehat menyatakan bahwa kebanyakan bayi
berdasarkan pendekatan keluarga di RW dengan status imunisasi dasar tidak
03 Kelurahan Mojosongo Surakarta, lengkap sebanyak 30 orang (63,83%)
mengatakan bahwa hasil dari keluarga dikarenakan buruknya peran orang tua
yang mengukuti program KB ,dimana dalam pemberian imunisasi dasar. Pada
banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS) penelitian ini salah satu penyebab
dari responden adalah 190 pasangan. buruknya peran ayah dalam pemberian
Sehingga Keluarga yang mengikuti KB imunisasi dasar pada bayinya yaitu
sebesar 139 pasangan (73%) dan sisanya faktor kesibukan ayah dalam bekerja
51 pasangan (27%) yang tidak sebagai upaya mencari nafkah.
mengikuti program KB. Sedangkan faktor yang menyebabkan
ibu tidak memberikan imunisasi dasar
Gambaran Ibu Melakukan Persalinan lengkap menyatakan bahwa ibu tidak
Pada Fasilitas Kesehatan Di Gampong mau memberikan imunisasi pada anak
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda karena ibu percaya bahwa anak berada
Aceh. Berdasarkan tabel 4 dapat dalam kondisi sehat sehingga tidak akan
disimpulkan bahwa dari 104 ibu di menyebarkan penyakit, dan ada juga ibu
Gampong Lampulo Kecamatan Kuta mengatakan bahwa mereka merasa
Alam Banda Aceh berada pada kategori khawatir pada bayinya akan mengalami
Baik sebanyak 100 responden (98,0%) pembengkakan dan kemerahan pada
kulit, rewel, dan demam.

7
dasar tersebut dapat berkembang sesuai
Gambaran Bayi mendapatkan ASI dengan tahap umurnya.
Ekslusif Di Gampong Lampulo
Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh. Gambaran Penderita TB Paru
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Mendapatkan Pengobatan Sesuai
tabel 6 dapat disimpulkan bahwa dari 15 Standar Di Gampong Lampulo
bayi di Gampong Lampulo Kecamatan Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh.
Kuta Alam Banda Aceh berada kategori Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan
baik yaitu sebanyak 11 responden bahwa dari 2 responden, anggota
(10,6%) yang mendapatkan ASI keluarga yang menderita TB Paru di
Ekslusif. Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
Penelitian ini sejalan dengan Alam Banda Aceh berada pada kategori
penelitian yang dilakukan oleh Fauziah baik sebanyak 2 responden (100,0%)
(2016) dengan judul keluarga sehat yang mendapatkan pengobatan sesuai
berdasarkan pendekatan keluarga di RW standar.
03 Kelurahan Mojosongo Surakarta Penelitian ini sejalan dengan
tahun 2016 mengatakan bahwa bayi penelitian yang dilakukan oleh Fauziah
mendapatkan ASI Ekslusif ada 88 %. (2016) dengan judul keluarga sehat
Pemberian ASI sangat penting di berdasarkan pendekatan keluarga di RW
lakukan dimana ASI adalah makanan 03 Kelurahan Mojosongo Surakarta,
alamiah berupa cairan dengan menyatakan bahwa penderita TB Paru
kandungan zat gizi yang cukup dan yang berobat sesuai standar ada 1 orang.
sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga Orang sehat yang serumah dengan
tumbuh dan berkembang dengan baik. pederita TB paru merupakan kelompok
yang sangat rentan terhadap penularan
Gambaran Balita Mendapatkan penyakit tersebut.
Pemantauan Pertumbuhan Di Gampong
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Gambaran Penderita Hipertensi
Aceh. Berdasarkan tabel 7 dapat Melakukan Pengobatan Secara Teratur
disimpulkan bahwa balita di Gampong Di Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Alam Banda Aceh. Berdasarkan pada
Aceh berada pada kategori Baik tabel 9 dari 41 responden yang
sebanyak 33 responden (31,7%) yang mengalami penderita hipertensi di
mendapatkan pemantauan pertumbuhan. Gampong Lampulo Kecamata Kuta
Penelitian ini sejalan dengan Alam Banda Aceh sebanyak 22
penelitian yang dilakukan oleh Fauziah responden (53,7%) melakukan
(2016) dengan judul keluarga sehat pengobatan secara teratur.
berdasarkan pendekatan keluarga di RW Penelitian ini sejalan
03 Kelurahan Mojosongo Surakarta dengan penelitian yang dilakukan oleh
tahun 2016, menyatakan bahwa keluarga Fauziah (2016) dengan judul keluarga
yang melakukan pemantauan sehat berdasarkan pendekatan keluarga
pertumbuhan balita di Kelurahan di RW 03 Kelurahan Mojosongo
Mojosongo Surakarta ada 88 %. Surakarta, menyatakan bahwa penderita
Kebutuhan-kebutuhan dasar untuk hipertensi ada 22 orang melakukan
tumbuh kembang anak harus tercukupi pengobatan secara teratur. Dikarenakan
oleh ayah, ibu, anggota keluarga serta perawatan penderita hipertensi
lingkungan sekitar sehingga kebutuhan memerlukan suatu peran keluarga yang
baik, dalam arti bahwa anggota keluarga

8
secara langsung membantu pasien di RW 03 kelurahan Mojosongo
hipertensi dalam melakukan perawatan Surakarta sudah menjadi anggota
hipertensi dengan baik sehingga pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ada
dapat menjaga tekanan darahnya. 87 %. Jaminan kesehatan nasional salah
satu upaya kesehatan yang dilakukan
Gambaran Penderita Gangguan Jiwa pemerintah untuk meningkatkan derajat
Mendapatkan Pengobatan Di Gampong kesehatan optimal.
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda
Aceh. Berdasarkan pada tabel 10 Gambaran Anggota Keluarga Tidak
dapat disimpulkan bahwa dari 104 Merokok Di Dalam Rumah Di Gampong
responden, terdapat penderita gangguan Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda
jiwa yang mendapatkan pengobatan di Aceh. Berdasarkan pada tabel 12 dapat
Gampong Lampulo Kecamatan Kuta disimpulkan bahwa dari 104 anggota
Alam Banda Aceh berada pada kategori keluarga di Gampong Lampulo
ada sebanyak 9 responden (5,1%). Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh
Penelitian ini sejalan yang berada pada kategori Kurang sebanyak
dilakukan oleh Ani Nur fauziah (2016) 90 responden (86,5%) merokok di
dengan judul keluarga sehat berdasarkan dalam rumah.
pendekatan keluarga di RW 03 Penelitian ini sejalan dengan
Kelurahan Mojosongo Surakarta, penelitian yang dilakukan oleh Fauziah
Fauziah menyatakan bahwa ada (2016) dengan judul keluarga sehat
keluarga akses dalam pelayanan berdasarkan pendekatan keluarga di RW
kesehatan jiwa karena memiliki 2 orang 03 Kelurahan Mojosongo Surakarta
penderita gangguan jiwa, dimana tahun 2016, menyatakan bahwa anggota
keduanya sudah memperoleh keluarga tidak merokok yaitu 47%,
pengobatan di rumah sakit jiwa. faktor kebiasaan ini sulit untuk merubah
Keluarga harus memiliki pengetahuan dalam waktu yang singkat. Kebiasaan
mengenai kesehatan mental merupakan merokok seseorang walaupun sudah ada
awal usaha untuk meningkatkan dan poster-poster tentang bahaya merokok
mempertahankan kesehatan mental terhadap diri yang bersangkutan maupun
anggota keluarganya. orang lain, tetapi kenyataan sulit bagi
seseorang untuk menghentikan merokok
Gambaran Keluarga Menjadi Anggota tersebut.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di
Gampong Lampulo Kecamatan Kuta Gambaran Keluarga Mempunyai Akses
Alam Banda Aceh. Berdasarkan hasil Sarana Air Bersih Di Gampong
pengolahan data pada tabel 11 dapat Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda
disimpulkan bahwa keluarga yang Aceh. Berdasarkan tabel 13 dapat
menjadi anggota JKN di Gampong disimpulkan bahwa dari 104 keluarga di
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
Aceh berada pada kategori Ya sebanyak Alam Banda Aceh berada pada kategori
101 responden (97,1%). baik sebanyak 87 responden (83,7%)
Penelitian ini sejalan dengan mempunyai akses sarana air bersih.
penelitian yang dilakukan oleh Fauziah Penelitian ini sejalan dengan
(2016) dengan judul keluarga sehat penelitian yang dilakukan oleh Fauziah
berdasarkan pendekatan keluarga di RW (2016) dengan judul keluarga sehat
03 Kelurahan Mojosongo Surakarta berdasarkan pendekatan keluarga di RW
tahun 2016, menyatakan bahwa keluarga 03 Kelurahan Mojosongo Surakarta

9
tahun 2016., menyatakan bahwa gambaran indikator keluarga sehat di
keluarga di RW 03 kelurahan Gampong Lampulo Kecamatan Kuta
Mojosongo Surakarta yang mempunyai Alam Banda Aceh yang berada pada
sarana air bersih ada 94%. kategori kurang adalah bayi
mendapatkan imunisasi dasar lengkap,
Gambaran Keluarga Mempunyai anggota keluarga tidak merokok di
Jamban Sehat Di Gampong Lampulo dalam rumah. Diharapkan kepada
Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh. keluarga untuk menerapkan 12
Berdasarkan tabel 14 dapat disimpulkan indikator keluarga sehat dalam rumah
bahwa dari 104 keluarga di Gampong tangga agar terhindar dari berbagai
Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda penyakit dan dapat meningkatkan
Aceh berada pada kategori baik kesehatan.
sebanyak 96 responden (92,3%)
mempunyai jamban sehat. REFERENSI
Penelitian ini sejalan dengan Fauziah, A.N. (2016). Keluarga Sehat
penelitian yang dilakukan oleh Fauziah Berdasarkan Pendekatan
(2016) dengan judul keluarga sehat Keluarga Di RW 03 Kelurahan
berdasarkan pendekatan keluarga di RW Mojosongo Surakarta Tahun
03 Kelurahan Mojosongo Surakarta 2016. Surakarta :Akademi
tahun 2016, menyatakan bahwa keluarga Kebidanan Mamba’ul’ulum
di RW 03 kelurahan Mojosongo Surakarta.
Surakarta yang menggunakan jamban Jaeyana, Imah. (2010). Gambaran
keluarga ada 90%, kriteria indikator Tingkat Pengetahuan Ibu Balita
jamban sehat adalah apabila rumah Tentang Kunjungan balita di
tangga memiliki dan menggunakan Posyandu Perum Boro Mukti
jamban leher angsa dan tangki septic Permai Bayuurip Purworejo.
atau lubang penampungan kotoran Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental
sebagai penampung akhir. keperawatan :Konsep dan
praktik.ed.7.
KESIMPULAN Jakarta:EGC
Berdasarkan hasil penelitian Kementrian Kesehatan RI. (2016).
dapat disimpulkan gambaran indikator Buku Panduan Program
keluarga sehat di Gampong Lampulo Indonesia Sehat dengan
Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh Pendekatan Keluarga.
yang berada pada kategori baik adalah Jakarta
keluarga mengikuti program KB, ibu Notoatmodjo, S. (2010). Promosi
melakukan persalinan pada fasilitas kesehatan dan perilaku
kesehatan, bayi mendapatkan ASI kesehatan.Jakarta: Rineka cipta
ekslusif, balita mendapatkan Potter, & Perry. (2005). Buku Ajar
pemantauan pertumbuhan, Penderita Fundamental Keperawatan :
TB paru mendapatkan pengobatan Konsep, Proses dan Praktik.Vol
sesuai standar, penderita gangguan jiwa 1. Jakarta:EGC
mendapatkan pengobatan, penderita Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan
hipertensi melakukan pengobatan penelitian dan pengembangan
secara teratur, keluarga menjadi kesehatan.Jakarta:
anggota JKN, keluarga mempunyai Departemen Kesehatan
akses sarana air bersih, dan keluarga Republik Indonesia
mempunyai jamban sehat. Sedangkan

10
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

IDENTIFIKASI PENYEBAB RENDAHNYA KEPESERTAAN JKN PADA


PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KAWASAN PEDESAAN
The Identification Causes JKN’s Low Membership at Informal Sector in Rural Areas

Wahyu Kurniawati1, Riris Diana Rachmayanti2


1,2FakultasKesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Indonesia
E-mail: waahyuuk@hotmail.com

ABSTRACT

The low membership of National Health Insurance (NHS) with only 56.85% family owning JKN Card identified
as the main problem based on urgency, seriousness, and growth in Payaman Village, Ngraho Sub-district,
Bojonegoro District. The purpose of this study is to identify the root cause of low JKN’s membership using
Fishbone Analysis. This study was an Cross-sectional. Sample in this research that is 204 family selected using
simple random sampling technique. Data collection techniques with interviews and direct observation. The root
causes of the problems are the low level of public knowledge, lack of socialization, lack of health promotion media,
The head of the family is less aware of the importance of JKN and low level of education. Efforts that can be done
by the village management that is in cooperation with Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) Payaman Village and
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Bojonegoro District to educate the public regarding the importance
of JKN card ownership, Increasing the availability of socialization media to make easier in understanding JKN
and forming JKN cadres in Payaman Village.

Keywords: worker, informal, rural, national health insurance, fishbone

ABSTRAK

Persentase keluarga yang seluruh anggotanya telah terdaftar sebagai peserta JKN sebesar 56,85% teridentifikasi
sebagai masalah utama di Desa Payaman, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro. Tujuan dari studi ini
yakni mengidentifikasi akar penyebab masalah rendahnya kepesertaan JKN menggunakan Fishbone Diagram.
Desain penelitian merupakan cross-sectional. Sample dalam penelitian ini sebanyak 204 keluarga yang
ditentukan menggunakan teknik simple random sampling. Teknik pengumpulan data yakni wawancara dan
observasi langsung. Faktor penyebab yang teridentifikasi sebagai akar penyebab masalah antara lain rendahnya
pengetahuan masyarakat, kurangnya sosialisasi, kurangnya media promosi kesehatan, kepala keluarga kurang
menyadari pentingnya JKN, dan tingkat pendidikan masyarakat yang rendah. Upaya yang dapat dilakukan oleh
perangkat desa yakni bekerja sama dengan Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) Desa Payaman dan BPJS
Kabupaten Bojonegoro untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya kepemilikan kartu
JKN.

Kata Kunci: pekerja, sektor informal, pedesaan, JKN, fishbone

Received: 10 July 2017 Accepted: 2 August 2017 Published: 01 June 2018

PENDAHULUAN kemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan


dan mendorong partisipasi masyarakat serta
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia meningkatkan kepatuhan kepesertaan. Upaya
Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial mendorong partisipasi masyarakat dalam rangka
Nasional dijelaskan bahwa Jaminan sosial adalah mencapai universal health coverage artinya seluruh
salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin Warga Negara Indonesia wajib terdaftar sebagai
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar peserta JKN-KIS, maka penting bagi semua sektor
hidupnya yang layak. Sistem Jaminan Sosial Nasional untuk turut mendukung dan melakukan berbagi
adalah suatu tata cara penyelenggaraan program upaya agar seluruh Warga Negara Indonesia terdaftar
jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara sebagai peserta JKN dengan bukti kepemilikan kartu
jaminan sosial. Jaminan kesehatan diselenggarakan JKN.
dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan,
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. pengertian Jaminan Kesehatan yakni jaminan berupa
Salah satu misi Badan Penyelenggara Jaminan perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh
Sosial (BPJS) Kesehatan adalah memperluas manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
kepesertaan JKN-KIS mencakup seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
paling lambat 1 Januari 2019 melalui peningkatan diberikan kepada setiap orang yang telah membayar

Identifikasi Penyebab.... 33 Kurniawati; Rachmayanti


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

iurannya. Manfaat yang dijamin oleh Program JKN yang bertujuan menciptakan lapangan pekerjaan,
berupa pelayanan kesehatan perseorangan yang beroperasi pada skala kecil dan hubungan antara
komprehensif, mencakup pelayanan promotif, majikan dan pekerja cenderung kepada hubungan
preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk obat dan pribadi, sosial dan kekeluargaan. Sektor Informal
bahan medis. Pemberian manfaat menggunakan berbeda dengan kegiatan ekonomi ilegal karena
teknik layanan terkendali mutu dan biaya (managed aktivitas yang dilakukan dapat berupa aktivitas
care). JKN merupakan program jaminan sosial ekonomi yang teramati dan tidak teramati serta tidak
yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatan secara sengaja menghindar dari kewajiban membayar
serta pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang pajak kepada negara.
diselenggarakan nasional secara gotong royong Berdasarkan penjelasan mengenai jenis peserta
wajib oleh seluruh penduduk Indonesia dengan jaminan kesehatan dan definisi sektor informal, maka
membayar premi secara berkala atau dibayarkan oleh Jaminan Kesehatan Nasional pada pekerja sektor
pemerintah kepada Badan Penyelenggara Jaminan informal masuk dalam kategori kepesertaan non PBI
Sosial (BPJS). Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU). Distribusi
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penduduk di Desa Payaman menurut pekerjaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan didominasi oleh pekerjaan sektor informal yang terdiri
program jaminan sosial pemerintah Republik dari petani dan wiraswasta sebesar 56,7%, PNS
Indonesia yang memberikan kepastian jaminan 0,98%, pelajar/ mahasiswa sebesar 12,58%, ibu
bagi rakyat Indonesia dengan cara membayar premi rumah tangga sebesar 7,03%, tidak bekerja sebesar
secara berkala atau dibayarkan oleh BPJS. Manfaat 7,52%, lainnya 4,74% dan 10,46% tidak memberikan
yang dapat diperoleh yakni pelayanan kesehatan jawaban.
perseorangan yang komprehensif meliputi promotif, Berdasarkan latar belakang, maka Tujuan umum
preventif, kuratif, rehabilitatif termasuk obat dan penelitian ini adalah menemukan akar penyebab
bahan medis. Pembayaran tarif premi setiap bulannya masalah rendahnya kepesertaan Jaminan Kesehatan
secara mandiri sesuai dengan kelas yang dipilih Nasional (JKN) pada pekerja sektor informal di
terdiri dari tiga kelas, yaitu: Kelas 1 sebesar Rp. kawasan pedesaan menggunakan analisis fishbone.
80.000,-/orang/bulan; Kelas 2 sebesar Rp. 51.000,-/ Tujuan khusus penelitian ini adalah mengidentifikasi
orang/bulan; dan Kelas 3 sebesar Rp. 25.500,-/orang/ faktor penyebab masalah menggunakan prinsip
bulan. Man, Machine, Method, Material, Media, Money,
Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan Time, Technology dan Information (6M 2T 1I)
kepada masyarakat, didapatkan hasil bahwa sehingga dapat ditemukan akar penyebab masalah
terdapat 56,86% keluarga yang seluruh anggota rendahnya kepesertaan JKN di Desa Payaman
keluarga memiliki Kartu JKN dan 43,16% keluarga . Manfaat dari penelitian ini yakni sebagai upaya
yang belum seluruh anggota keluarganya memiliki mendukung tercapainya cakupan semesta 2019 dan
kartu JKN. Sehingga, dapat diketahui bahwa tingkat hasil penelitian dapat dijadikan sebagai informasi
kepemilikan kartu JKN masih rendah yakni hanya bagi perangkat desa sebagai upaya peningkatan
sebesar 56,86%. Rendahnya angka kepemilikan kepesertaan JKN di masyarakat.
kartu JKN menandakan bahwa masih banyak warga
yang belum terdaftar sebagai peserta JKN dan belum
sadar pentingnya memiliki kartu JKN. Kesadaran METODE
dalam berasuransi adalah mengerti, mengetahui
dan memahami tentang asuransi sehingga dapat Rancang bangun penelitian berupa studi cross-
menentukan kesanggupan untuk berpartisipasi sectional yang bertujuan mengumpulkan informasi
dalam program asuransi, salah satunya JKN yang dalam kurun waktu tertentu secara serentak.
ditandai dengan keterbukaan dalam menerima dan Penelitian ini dilakukan pada 18 Juli 2016–22
memanfaatkan JKN (Siswoyo, et al., 2015). Agustus 2016 di Desa Payaman, Kecamatan Ngraho,
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Kabupaten Bojonegoro. Populasi dalam penelitian ini
Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan adalah warga Desa Payaman RT 1–7, Kecamatan
menyebutkan bahwa peserta jaminan Kesehatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro dengan total populasi
meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan 251 Keluarga dan besar sampel dalam penelitian ini
Kesehatan dan bukan PBI Jaminan Kesehatan. yakni 204 keluarga yang dipilih menggunakan teknik
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia simple random sampling. Teknik pengumpulan data
Nomor 101 Tahun 2012 tentang PBI Jaminan menggunakan wawancara kepada responden dan
Kesehatan, disebutkan bahwa peserta PBI Jaminan observasi langsung kondisi di lapangan, kemudian
Kesehatan terdiri dari orang yang tergolong fakir dilakukan identifikasi akar penyebab masalah
miskin dan orang tidak mampu sedangkan peserta menggunakan Diagram Fishbone berdasarkan faktor
bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan penyebab masalah yang telah dikumpulkan.
(Non PBI) merupakan peserta yang tidak tergolong Diagram fishbone (Tulang Ikan) atau Cause
fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri dari and Effect (Sebab dan Akibat) dapat membantu dan
Pekerja Penerima Upah dan Anggota Keluarganya, memampukan setiap orang atau organisasi atau
Pekerja Bukan Penerima Upah dan Anggota perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan
Keluarganya serta Bukan Pekerja dan Anggota cara mengidentifikasi akar penyebab masalah dan
Keluarganya. melakukan usaha untuk menangani akar penyebab
Badan Pusat Statistik (2014) menyatakan masalah. Akar penyebab masalah yang berpotensi
sektor informal adalah unit produksi barang atau jasa menyebabkan masalah diidentifikasi dengan cara

Identifikasi Penyebab.... 34 Kurniawati; Rachmayanti


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

memberikan pendapat mengenai penyebab masalah dengan identifikasi sebanyak mungkin faktor
berdasarkan kenyataan di lapangan atau data yang penyebab dari setiap penyebab utama, kemudian
tepercaya dengan berbagai cara pengumpulan diterapkan prinsip why (mengapa) yang bertujuan
data kemudian menganalisisnya (Cahyono, 2012). untuk terus mempertanyakan bagaimana suatu bisa
Diagram Fishbone berbentuk mirip tulang ikan dengan terjadi dengan proses brainstorming yang dilakukan
kepala ikan menghadap ke kanan, diagram ini dapat bersama dan sesuai dengan kenyataan di lapangan
menunjukkan dampak sebuah permasalahan dengan atau informasi yang telah dikumpulkan, hal tersebut
berbagai penyebabnya (Pujiastuti, 2015). bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab masalah
Penggunaan diagram fishbone dapat yang lebih detail sehingga ditempatkan pada tulang
memperlihatkan berbagai faktor yang berpengaruh ikan dengan ukuran yang semakin kecil. Selanjutnya
pada kualitas dan berakibat pada masalah utama mengkaji dan menyepakati sebab potensial yang
(Puspitasari, 2006). Langkah menyusun dan memungkinkan sebagai akar penyebab masalah.
menganalisa Diagram Fishbone terdiri dari empat Sebab paling memungkinkan ditandai dengan adanya
langkah. Pertama, menyepakati pernyataan masalah penyebab potensial yang muncul berulang atau
yang akan dianalisis, diletakkan di bagian kepala muncul pada lebih dari satu kategori sehingga dapat
ikan dengan posisi menghadap ke arah kanan. dianggap sebagai akar penyebab masalah.
Pernyataan masalah yang disepakati dan dianalisis
yakni rendahnya kepesertaan JKN pada pekerja
sektor informal di kawasan pedesaan, yakni di Desa HASIL DAN PEMBAHASAN
Payaman.
Selanjutnya, faktor penyebab masalah Pengumpulan data penelitian menggunakan
dikategorikan ke dalam prinsip 6M + 2T + 1I (Man, dua cara yakni wawancara kepada responden dan
Machine, Method, Material, Media, Money, Time, observasi langsung. Hasil wawancara terhadap
Technology dan Information). Man adalah aspek responden dapat diketahui faktor penyebab rendahnya
sumber daya manusia yang berpotensi menyebabkan kepesertaan JKN antara lain: (1) masyarakat belum
masalah, terdiri dari lemahnya pengetahuan, kurang sakit; (2) masyarakat malas; (3) masyarakat sibuk
keterampilan, pengalaman, kelelahan, kekuatan fisik, bekerja; (4) kepala keluarga kurang menyadari
kurangnya motivasi, dan lain-lain. Machine (Mesin, pentingnya JKN; (5) masyarakat malas memahami
peralatan, infrastruktur) merupakan aspek peralatan, JKN; (6)masyarakat tidak memahami alur JKN; (7)
mesin maupun dan infrastruktur yang berpotensi belum adanya sosialisasi dari pihak BPJS Kesehatan;
menjadi akar penyebab masalah. Methods (Metode (8) lapangan pekerjaan rendah; (9) sebagian besar
dan prosedur) terkait dengan metode dan prosedur profesi sebagai petani; (10) pendapatan rendah; (11)
kerja. Misalnya metode dan prosedur yang harus pendapatan keluarga hanya cukup untuk kebutuhan
dijalankan untuk mendapatkan kartu kepesertaan sehari-hari; (12) informasi yang disampaikan kepada
jaminan kesehatan nasional, berbagai penyebab masyarakat; (13) media sosialisasi terbatas.
masalah yang potensial antara lain prosedur tidak Hasil Observasi kondisi di lapangan dapat
ada, tidak jelas, sulit dipahami, prosedur yang diketahui faktor penyebab masalah rendahnya
kurang disosialisasikan dan lain-lain. Materials kepesertaan JKN antara lain: (1) masyarakat
(Material bahan baku utama, bahan baku penolong) tidak memahami pentingnya JKN; (2) kurangnya
berkaitan dengan ketersediaan bahan baku utama pengetahuan masyarakat; (3)masyarakat apatis
atau bahan baku penolong yang terkait dengan akar terhadap hal baru; (4) kurang motivasi; (5)
masalah, apabila berkaitan dengan barang maka masyarakat selalu bergantung pada perangkat desa ;
berhubungan dengan aspek kualitas bahan baku (6) masyarakat tidak mau repot; (7) masyarakat tidak
tidak sesuai standar, bahan baku tidak lengkap, menyadari pentingnya JKN; (8) tingkat pendidikan
kuantitas bahan baku tidak seragam, ukuran dan masyarakat rendah; (9) kurangnya koordinasi antara
spesifikasi tidak standar. Market berkaitan dengan perangkat desa dan bidan desa; (10)masyarakat
sasaran suatu program atau kegiatan di suatu wilayah belum mengetahui alur pendataan yang jelas; (11)
kerja tertentu. Money (uang dan finansial) berkaitan kurangnya keterampilan; (12) jenis pekerjaan kurang
dengan aspek keuangan dan finansial yang belum beragam; (13) kepala keluarga kurang memahami
mendukung dan mantap, misalnya keterbatasan dan pentingnya JKN; (14) mudahnya proses pembuatan
ketidaktersediaan anggaran. Time berkaitan dengan surat keterangan tidak mampu untuk berobat;
waktu yang digunakan untuk mendapatkan sesuatu (15) media sosialisasi terbatas; (16) dan distribusi
yang dibutuhkan. Technology yakni teknologi yang informasi tidak merata.
digunakan untuk menunjang suatu kegiatan atau Berdasarkan Tabel 1 diketahui penyebab
pencapaian program. Information berkaitan dengan masalah berdasarkan hasil wawancara dan
penyampaian informasi dan kemudahan akses observasi. Hasil wawancara dan observasi kemudian
masyarakat terhadap informasi yang dibutuhkan. dikelompokkan menjadi 6 faktor. Keenam faktor
Informasi didukung oleh kelengkapan media yang tersebut antara lain man, method, money, market,
digunakan dan diperbarui secara berkala. information dan time. Faktor penyebab masalah yang
Identifikasi faktor penyebab dibatasi hanya telah diidentifikasi selanjutnya menjadi dasar dalam
pada 6 Faktor yakni man, method, money, penyusunan diagram fishbone.
market, information dan time. Method, Material Apabila faktor penyebab masalah telah
dan technology tidak diteliti karena kurang sesuai dikategorikan berdasarkan 6M+2T+1I selanjutnya
dengan masalah utama yang dikaji. Apabila faktor dilakukan pengkajian dan menyepakati sebab
penyebab utama telah diidentifikasi, dilanjutkan potensial yang memungkinkan sebagai Akar

Identifikasi Penyebab.... 35 Kurniawati; Rachmayanti


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

Tabel 1. Hasil Analisis Akar Penyebab Masalah

Faktor Penyebab 1 Penyebab 2 Penyebab 3


Masyarakat tidak memahami Kurangnya pengetahuan
tentang JKN (M1.1) (M1.1.1)
Masyarakat belum sakit
(M1.2.1)
Masyarakat Malas (M1.2.2)
Masyarakat masih apatis (M1.2) Sibuk bekerja (M1.2.3)
Kepala keluarga kurang
Kurang Motivasi (M1.2.4) menyadari pentingnya JKN
Man (M1)
(M1.2.4.1)
Masyarakat selalu Bergantung
Masyarakat malas memahami pada perangkat desa (M1.3.1)
JKN (M1.3) Tidak memahami alur
Tidak mau repot (M1.3.2)
pendaftaran JKN (M1.3.2.1)
Belum Sakit (M1.4.1)
Masyarakat tidak menyadari
pentingnya JKN (M 1.4) Tingkat Pendidikan Rendah
Kurang Pengetahuan (M1.4.2)
(M1.4.2.1)
Kurangnya Koordinasi antara
Belum ada alur pendaftaran Kurangnya sosialisasi.
perangkat desa dan bidan desa
yang jelas.(M2.1.1) (M2.1.1.1)
Method (M2) (M2.1)
Kurangnya sosialisasi tentang Belum adanya sosialisasi dari
Kurangnya Pengetahuan (M2.2)
JKN. (M2.2.1) pihak BPJS (M2.2.1.1)
Lapangan Pekerjaan Rendah. Sebagian besar profesi sebagai
(M3.1) petani (M3.1.1)
Kurangnya Pengetahuan rendah (M3.2.1.1)
keterampilan(M3.2.1) Pendidikan Rendah (M3.2.1.2)
Pendapatan Rendah (M3.2)
Money (M3) Kurangnya Lapangan pekerjaan Jenis pekerjaan kurang
(M3.2.2) beragam (M3.2.2.1)
Pendapatan habis digunakan
untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari (M3.3)
Kepala keluarga kurang
Masyarakat (M4.1) memahami pentingnya JKN
(M4.1.1)
Mudah dalam proses
pembuatan Surat Keterangan
Perangkat desa (M4.2)
tidak mampu untuk berobat.
Market (M4) (M4.2.1)
Kurang memahami Prosedur
JKN(M4.3.1)
Bidan Perawat Desa (M4.3) Tidak memiliki data yang
lengkap warga yang memiliki
kartu JKN (M4.3.2)
Informasi yang disampaikan
Media Sosialisasi Terbatas
kepada masyarakat terbatas
(M5.1.1)
(M5.1)
Information (M5)
Masyarakat Sibuk Pekerja
Distribusi Informasi Tidak (M5.2.1)
Merata (M5.2)
Masyarakat Apatis (M5.2.2)
Masyarakat Sibuk Pekerja Memenuhi kebutuhan hidup
Time (M6)
(M.6.1) (M.6.2)

Identifikasi Penyebab.... 36 Kurniawati; Rachmayanti


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

Gambar 1. Hasil Analisis Akar Penyebab Masalah berdasarkan Diagram Fishbone

Penyebab Masalah. Berdasarkan Tabel 1 maka merasakan manfaat kepemilikan JKN dan lebih
dikaji dan disepakati sebab potensial yang mungkin memilih berobat tanpa menggunakan kartu tersebut.
menjadi akar penyebab masalah yang mengakibatkan Hal tersebut menyebabkan penyebaran informasi
timbulnya masalah rendahnya kepesertaan tentang pentingnya kepemilikan kartu JKN menjadi
JKN di masyarakat desa. Kajian dilakukan minim, karena masyarakat tidak menggunakan
dengan melihat faktor penyebab pada penyebab kartu JKN yang mereka miliki dengan maksimal.
terakhir (penyebab 3) dan faktor penyebab yang Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
sering muncul atau penyebab yang muncul pada dilakukan oleh Ramadhana dan Amir (2015) yang
berbagai faktor sehingga dapat dianggap sebagai menyatakan bahwa kemampuan dan kemauan
akar penyebab masalah. Sebab potensial yang menjadi peserta BPJS secara signifikan dipengaruhi
disepakati berdasarkan analisis penyebab 1,2 dan 3 tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat
dikelompokkan menjadi dua, yakni Sebab Potensial pengetahuan terhadap BPJS. Selain itu penelitian
yang bisa dikelola (manageable) dan sebab potensial yang dilakukan oleh Susilo (2015) juga menyatakan
yang tidak dapat dikelola (unmanageable). tingkat pengetahuan, pendidikan, pendapatan dan
Sebab potensial manageable yang disepakati akses pelayanan kesehatan memiliki hubungan
sebagai akar penyebab masalah antara lain terhadap kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri.
rendahnya pengetahuan masyarakat, kurangnya Sebab potensial kedua yakni kurangnya
sosialisasi, kurangnya media promosi kesehatan, sosialisasi yang berada pada tulang M2.1.1.1.
dan kepala keluarga kurang menyadari pentingnya Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat menyatakan
JKN. Sedangkan sebab potensial yang tidak dapat bahwa mereka tidak pernah mendapatkan sosialisasi
dikelola yakni tingkat pendidikan masyarakat yang tentang JKN dari bidan desa, perangkat desa,
rendah yang muncul pada penyebab ketiga faktor pihak puskesmas maupun pihak BPJS Kesehatan,
market. Apabila penyebab masalah digambarkan sehingga dengan karakteristik masyarakat yang pasif,
dengan diagram fishbone sesuai dengan Tabel 1, masyarakat tidak tahu darimana bisa mendapatkan
yakni rendahnya kepemilikan JKN sebagai masalah informasi terkait JKN, penggunaan akses internet
yang dikaji dan penyebab 1,2, dan 3 sebagai tulang sangat minim, hanya dilakukan oleh kalangan pelajar,
pada diagram fishbone maka dapat dilihat pada namun mereka bukan sebagai pengambil keputusan
Gambar 1. penggunaan JKN. Selain itu kantor BPJS jauh dari
Berdasarkan identifikasi faktor potensial Desa Payaman, membutuhkan waktu 1,5 jam untuk
penyebab masalah yang diidentifikasi dengan dapat mencapai Kantor BPJS yang berada di pusat
diagram fishbone pada Gambar 1 maka disepakati kota, sedangkan lokasi Desa Payaman berada di
Sebab potensial pertama yakni Rendahnya perbatasan dengan jawa tengah. Hasil penelitian
pengetahuan masyarakat yang berada pada tulang ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
M1.1.1 dan M3.2.1.1. Berdasarkan hasil penelitian Iriani and JK (2015) yang menyatakan bahwa
menggunakan wawancara kuesioner terhadap warga sosialisasi JKN berdampak secara kognitif, afektif
Desa Payaman diketahui bahwa sebagian besar dan behavioral. Dampak secara kognitif berupa
masyarakat tidak memiliki pengetahuan tentang JKN, peningkatan pengetahuan mengenai informasi JKN,
otomatis masyarakat juga tidak tahu manfaat penting dampak secara afektif berupa kesadaran masyarakat
yang bisa didapatkan dengan memiliki JKN. Beberapa untuk menyisakan pendapatan yang berguna saat
warga memiliki kartu JKN Penerima Bantuan Iuran masyarakat sakit dan dampak behavioral berupa
(PBI), namun masyarakat hanya sebagai obyek pasif kesediaan masyarakat mendaftarkan diri mengikuti
tanpa mengetahui alur yang jelas cara pengurusan program JKN. Sebab potensial ketiga yakni kurangnya
kartu JKN. Sehingga, masyarakat hanya bergantung media promosi kesehatan yang berada pada tulang
kepada bidan desa dan perangkat desa. Selain itu M5.1.1. Berdasarkan hasil observasi di Desa
masyarakat yang sudah memiliki kartu JKN juga tidak Payaman, tidak ditemukan adanya media promosi
mengetahui cara pemakaiannya, sehingga kurang kesehatan yang berkaitan dengan JKN, misalnya

Identifikasi Penyebab.... 37 Kurniawati; Rachmayanti


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

poster, spanduk, leaflet atau sejenisnya. Salah satu terdiri dari rendahnya pengetahuan masyarakat,
program BPJS Kesehatan yang mendukung Indikator kurangnya sosialisasi, kurangnya media promosi
Keluarga Kesehatan Kementerian Kesehatan adalah kesehatan dan kepala keluarga kurang menyadari
promosi kesehatan melalui media (Rusady, 2016). pentingnya JKN. Sedangkan penyebab yang
Menurut Mulyadi (2014) Masyarakat dengan akses tidak dapat ditangani (unmanageable) yakni
media elektronik dengan mudah menemukan pendidikan masyarakat yang rendah. Berbagai
informasi BPJS di internet atau televisi. Namun tidak usaha yang dapat dilakukan untuk menangani akar
berlaku bagi masyarakat dengan akses terbatas. permasalahan tersebut antara lain Memberikan
Sosialisasi lebih seharusnya dibuat dalam bentuk edukasi kepada masyarakat terkait kepemilikan JKN
imbauan, penyuluhan, dan pengumuman di berbagai bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, perangkat
tempat umum dan pusat keramaian. Penggunaan desa, puskesmas, dan bidan desa. Meningkatkan
media cetak dan media elektronik yang belum ketersediaan media sosialisasi yang sesuai dengan
merata untuk sosialisasi program JKN menyebabkan masyarakat dengan masyarakat lebih mudah
masyarakat tidak mengetahui tentang program JKN dalam memahami JKN. Selain itu bisa secara aktif
(Putrawan, Junaid and Suriani, 2016). membentuk kader JKN di Desa Payaman untuk
Sebab potensial keempat yakni kepala keluarga memenuhi kebutuhan masyarakat terkait JKN.
kurang menyadari pentingnya JKN yang berada
pada tulang M1.2.4.1 dan M4.1.1. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa DAFTAR PUSTAKA
Payaman, kepala keluarga merupakan pengambil
keputusan utama dalam keluarga, pencari nafkah Cahyono, U. 2012. Kajian Mutu Pelayanan Rumah
utama keluarga dan anggota keluarga mengikuti Sakit Bhineka Bakti Husada yang telah Lulus
keputusan yang dipilih oleh kepala keluarga. Akreditasi ditinjau dari Kriteria Malcolm Baldrige.
Kepala keluarga di Payaman kurang menyadari International Labour Organization. 2010. Social
pentingnya JKN. Pendapatan mayoritas di bawah Security for Informal Economy Workers in
1 juta rupiah per bulan dan karakter masyarakat Indonesia: Looking for flexible and highly targeted
yang pasif menyebabkan masyarakat lebih memilih programmes. [pdf] [online] Available at: <staging.
menunggu bantuan dari pemerintah. Hasil penelitian ilo.org/public/libdoc/ilo/2010/110B09_152_e_i.
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh pdf>. [accessed 18 June 2017].
Werdani et al., 2013) yang menyatakan bahwa Iriani, M.R. and J.K, S. 2015. Studi Evaluasi Efektivitas
ada hubungan antara pengetahuan, sikap kepala Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional oleh
keluarga, informasi yang diperoleh kepala keluarga, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
dukungan keluarga terhadap kepala keluarga, dan Kesehatan di Kabupaten Temanggung. [e-journal]
penghasilan kepala keluarga dengan keikutsertaan pp. 1–17. Available through: Jurnal Komunikasi
dalam JKN. Massa website <http://www.jurnalkommas.
Sebab potensial kelima yakni pendidikan com/docs/Mariza RizqiIriani_D0210072.
masyarakat yang rendah berada pada tulang pdf%5Cnhttps://eprints.uns.ac.id/18375/>.
M1.4.2.1 dan M3.2.1.2. Berdasarkan hasil penelitian [accessed 18 June 2017].
di Desa Payaman menunjukkan bahwa 47,88 warga Lembaga Administrasi Negara. 2008. Pemecahan
merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD); 16,34% Masalah dan Pengambilan Keputusan (PMPK).
lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP); 4,08% [pdf] Available at: <diklat.jogjaprov.go.id/
lulusan SMA; 9,31% lulusan S1 4,41% belum v2/.../87-pemecahan-masalah-dan-pengambilan-
sekolah; 5,38% masih menempuh pendidikan, keputusan>. [accessed 18 June 2017].
10,13% tidak memberikan jawaban dan sisanya Mulyadi, M. 2014. Sosialisasi Ketentuan Jaminan
tidak tamat sekolah. Tingkat pendidikan berpengaruh Sosial 2014. [e-journal] VI(2), pp.9–12. Available
terhadap kepesertaan JKN, hal ini sejalan dengan through: Info Singkat Kesejahteraan Sosial website
penelitian yang dilakukan oleh Susilo (2015) yang < http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/
menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan, Info%20Singkat-VI-2-I-P3DI-Januari-2014-30.pdf>
pendapatan dan akses pelayanan kesehatan memiliki [Accessed 19 June 2017].
hubungan terhadap kepesertaan BPJS Kesehatan Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Peraturan
Mandiri. Namun tingkat pendidikan bukanlah faktor Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun
penyebab masalah yang dapat dengan mudah 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan
ditangani, membutuhkan waktu dan biaya yang besar, Kesehatan. [pdf]. Available at: <http://www.depkes.
oleh karena itu rendahnya pendidikan masyarakat go.id/resources/download/general/PP%20No.%20
dapat diimbangi dengan peningkatan pengetahuan 101%20Th%202012%20ttg%20Penerima%20
masyarakat tentang JKN. Bantuan%20Iuran%20Jaminan%20Kesehatan.
pdf.> [Accessed 18 June 2017].
Pemerintah Republik Indonesia. 2013. Peraturan
SIMPULAN Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013
Tentang Jaminan Kesehatan [pdf]. Available at: <
Berdasarkan berbagai penyebab masalah yang www.jamsosindonesia.com/cetak/printout/407>
ditemukan, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab [Accessed 18 June 2017].
rendahnya kepemilikan kartu JKN dibedakan menjadi Pujiastuti, E. 2015. Prototipe Peningkatan Pelayanan
penyebab yang dapat ditangani (manageable) yang Rawat Jalan dengan Pengujian FGD dan ISO 9126

Identifikasi Penyebab.... 38 Kurniawati; Rachmayanti


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

pada Klinik Eka Anugerah. IJSE – Indonesian Workers Towards National Health Insurance
Journal on Software Engineering, [online] 1(1), Program in Province of Yogyakarta. [e-journal]
pp.1–10. Available at: <Lppm3.bsi.ac.id/jurna>. 4, pp.118–125 Available through: Jurnal
Puspitasari, E. 2006. Pengendalian Kualitas Produk Kebijakan Kesehatan Indonesia website <https://
dengan Metode Control Chart [e-journal]. 6(1), www.researchgate.net/profile/Budi_Siswoyo/
pp.49–54. Available through : Jurnal Keilmuan dan publication/287911888_Awareness_of_The_
Aplikasi Teknik website < http://ppjp.unlam.ac.id/ Informal_Sector_Workers_Towards_National_
journal/index.php/infoteknik/article/view/199> Health_Insurance_Program_in_Province_of_
[Accessed 20 June 2017]. Yogyakarta/links/567a644908aeaa48fa4c387e/
Putrawan, A., Junaid and Suriani, C. 2016. Studi Awareness-of-The-Informal-Sector-Workers-
Kualitatif Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Towards-National-Health-Insurance-Program-in-
Nasional oleh BPJS Kesehatan di Kecamatan Province-of-Yogyakarta.pdf.> [Accessed 4 July
Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan, [e-journal] 2017].
13, pp.1–9. Available through Jurnal Ilmiah Susilo, Y.P. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, website < dengan Kepesertaan BPJS Kesehatan Mandiri di
ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/article/ Kelurahan Air Manis. [pdf]. Available at: < http://
view/1244> [Accessed 3 July 2017]. scholar.unand.ac.id/6567/> [Accessed 22 June
Ramadhana, F.H. and Amir, H. 2015. Persepsi 2017>.
Pengusaha dan Pekerja UMKM terhadap Program Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-
Jaminan Sosial Nasional. [e-journal] pp.1–25. Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
Available through : Kementerian keuangan website 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
< https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/ [pdf] Available at: <https://bpjs-kesehatan.go.id/
Persepsi%20Pengusaha%20Dan%20Pekerja%20 bpjs/.../d1abb667f20cc917257d6dbabf8030be.
UMKM.pdf.> [Accessed 20 June 2017]. pdf>. [Accessed at 20 June 2017].
Rusady, M.A. 2016. Kebijakan Pelayanan dan Werdani, K.E., Purwaningsih, S.B. and Purwanti. 2013.
Pembayaran dalam Program JKN. [pdf] Available Keikutsertaan Kepala Keluarga Desa Tegalsari
at: <http://www.depkes.go.id/resources/download/ Ponorogo dalam Jaminan Kesehatan Nasional.
info- terkini/rakerkesnas_gel2_2016/Kepala%20 [e-journal] pp.85–91. Available through Jurnal
BPJS.pdf> [Accessed 3 July 2017]. Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia
Siswoyo, B.E., Prabandari, Y.S. and Hendrartini, website <jmiki.aptirmik.or.id/index.php/jmiki/article/
Y. 2015. Awareness of the Informal Sector viewFile/156/115> [Accessed 5 July 2017].

Identifikasi Penyebab.... 39 Kurniawati; Rachmayanti


Alternatif Kebijakan Operasional Audit Maternal Perinatal (AMP)
Di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan

Alternative of Operational Policy Maternal Perinatal Audit (MPA) In Barito Kuala District
South Kalimantan

Mardiah1*, Hedy Hardiana2


1
Akademi Kebidanan Abdi Persada, Jln. Soetoyo S, No.365 Banjarmasin, Kalimantan
Selatan
2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta
*korespondensi: mardiah.mahlan@gmail.com

Abstract
Maternal Mortality Rate (MMR) is a benchmark for assessing the good health of mother and
child. Given the high rate of MMR and Infant Mortality Rate (IMR) in Barito Kuala District, a
Maternal Perinatal Audit (MPA) program was established at the district level with the
issuance of the Bupati Decree Number 188.45/142/KUM/2015 on the establishment of the
PMA Team at Barito Kuala District. The implementation of the problem was found: the
legality of the clear PMA health program, the lack of human resources, the lack of facilities
for health infrastructure, unequal access to health services for land and air transportation
areas, limited health sector budget funds and the absence of health education institutions.
Based on this, the AMP program in Barito Kuala District requires monitoring and evaluation
in the effort to reduce MMR and IMR. The purpose of this study is for activities. To handle the
maternal audit activities and the number of perinatal deaths in Barito Kuala District Health
Office. This research use qualitative research method with case study interview with 10
informant with instrument. From the available Errors available for alternative programs
required by SOPs that adapt to the natural conditions of Barito Kuala, create a Sistercity
concept, a floating PONED-based puskesmas community health program for difficult terrain
access areas.

Keywords : Alternative of Operational Policy, Maternal Perinatal Audit (MPA)

Pendahuluan Angka ini masih cukup tinggi jika


Tolak ukur yang dipakai untuk menilai dibandingkan dengan negara-negara
baik buruknya keadaan pelayanan tetangga di kawasan ASEAN (3).
kesehatan dalam suatu negara ialah dari Berdasarkan laporan rutin PWS tahun
Angka Kematian Ibu (AKI) (1). Menurut 2007, penyebab langsung kematian ibu
Organisasi Kesehatan Dunia atau World adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%),
Health Organzation (WHO), kematian ibu infeksi (7%) dan lain-lain (33%). Komplikasi
adalah kematian seorang wanita sewaktu obstetri adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu
hamil atau dalam 42 hari sesudah bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam
berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun kandungan baik langsung maupun tidak
terlepas oleh tuanya kehamilan dan tindakan langsung, termasuk penyakit menular dan
yang diperbolehkan mengakhiri kehamilan. tidak menular yang dapat mengancam
Angka kematian maternal didasarkan dari nyawa ibu dan janin yang disebabkan oleh
jumlah kematian maternal diperhitungkan trauma/ kecelakaan (4).
terhadap 1000/10.000 kelahiran hidup, Upaya kesehatan telah dilakukan
kecuali di beberapa Negara bahkan 100.000 untuk mendekatkan akses masyarakat
kelahiran hidup (1). Saat ini AKI masih kepada pelayanan kegawatdaruratan
menjadi masalah di Indonesia, dan masih obstetri dan neonatal dasar. Akses
cukup tinggi dibandingkan dengan Negara masyarakat yang semakin mudah terhadap
ASEAN lainya (2). dan pelayanan kegawatdaruratan
Data Survey Demografi Kesehatan diharapkan dapat berkontribusi kepada
Indonesia 2012 menyebutkan bahwa AKI di penurunan AKI dan AKB (5).
Indonesia mengalami peningkatakan jumlah Tingginya AKI dan AKB di Indonesia
yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. dengan berbagai upaya yang sudah

69
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

dilakukan menempatkan upaya pemerintah (penghargaaan dan sanksi bagi pelaku), 4).
lebih serius dalam merumuskan kebijakan Perencanaan program KIA dibuat dengan
dan strategi teknis terkait upaya penurunan memanfaatkan hasil temuan dari kegiatan
AKI dan AKB yang berlandaskan Undang- audit, sehingga diharapkan berorientasi
Undang tahun 2009 Nomor 36 tentang kepada pemecahan masalah setempat, 5).
Kesehatan dengan melaksanakan tugasnya Pembinaan dilakukan oleh dinas kesehatan
berkewajiban untuk mematuhi standar Kabupaten/Kota, bersama-sama RS
profesi dan menghormati hak pasien. dilaksanakan langsung pada saat audit atau
Berdasarkan hal tersebut dalam kebijakan secara rutin, dalam bentuk yang disepakati
Indonesia Sehat 2010 dan Program Making oleh tim AMP. Diharapkan program ini dapat
Pragnancy Safer (MPS) yang bertujuan dimanfaatkan untuk menggali permasalahan
meningkatkan mutu pelayanan KIA yang yang berperan atas kejadian morbiditas
dilakukan secara terus menerus melalui maupun mortalitas yang berakar pada
program jaga mutu dipuskesmas, disamping pasien atau keluarga, petugas kesehatan
upaya perluasan jangkauan pelayanan. manajemen pelayanan, serta kebijakan
Upaya peningkatan dan pengendalian mutu pelayanan. Melalui kegiatan AMP ini
antara lain dilakukan melalui kegiatan AMP diharapkan para pengelola program KIA di
dan peningkatan kemampuan Kabupaten/Kota dan para petugas
Kabupaten/Kota dalam perencanaan pelayanan baik ditingkat pelayanan dasar
program KIA dengan memanfaatkan hasil (puskesmas dan jajarannya) serta ditingkat
kegiatan AMP agar mampu mengatasi pelayanan rujukan (RS Kabupaten/Kota)
masalah setempat. dapat menetapkan prioritas untuk mengatasi
Program AMP merupakan salah satu temuan-temuan permasalahan yang
bentuk implementasi dari program audit dihadapi (7).
klinis oleh Departemen Kementrian Dari kegiatan AMP di tingkat
Kesehatan Republik Indonesia yang Kabupaten/Kota diharapakan akan dapat
didefinisikan sebagai suatu proses digunakan untuk proses audit ditingkat
penelaahan bersama kasus kematian dan Provinsi agar dapat menghasilkan kebijakan
kesakitan maternal dan perinatal serta tingkat tinggi melalui mekanisme
pelaksanaannya dengan tujuan menetapkan Confidential Enquiries Into Maternal &
penyebab dan faktor yang terkait dengan Neonatal Death (CEMD). Pada tingkat ini
kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dapat dilibatkan pakar dari berbagai macam
yang ada hubungnnya dengan 3 terlambat bidang terkait transportasi dan lain-lain agar
dan 4 terlalu (6). menghasilkan intervensi yang berbasis bukti
Langkah strategis AMP ini perlu dan diharapkan dapat memperbaiki kualitas
dilakukan untuk mengoptimalkan upaya pelayanan maternal dan perinatal/neonatal.
percepatan penurunan AKI dan AKB dengan Dalam kaitannya dengan kegiatan CEMD
gambaran kegiatan 1). Semua ditingkat Provinsi maka Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebagai unit efektif dalam Provinsi berkepentingan untuk
peningkatan pelayanan program KIA secara mengumpulkan data AMP dari seluruh
bertahap menerapkan kendali mutu, yang Kabupaten/Kota di seluruh daerah di
antara lain dilakukan melalui AMP di Indonesia. Selain itu Dinas Kesehatan
wilayahnya ataupun diikut sertakan Provinsi diharapkan dapat memfasilitasi
Kabupaten/Kota lain, 2). Dinas kesehatan kegiatan AMP di Kabupaten/Kota dalam hal
kabupaten atau kota berfungsi sebagai bila terjadi kematian lintas batas dan mampu
koordinator fasilitator yang bekerja sama menyediakan pengkaji eksternal bagi
dengan rumah sakit Kabupaten/Kota dan Kabupaten/Kota yang memerlukannya.
melibatkan puskesmas dan unit pelayanan Berdasarkan hasil wawancara studi
KIA swasta lainnya dalam upaya kendali pendahuluan yang dilakukan dikalangan
mutu diwilayah Kabupaten/Kota, 3). Ditingkat bidan dan tim pengkaji AMP di Kabupaten
Kabupaten/Kota perlu dibentuk tim AMP Barito Kuala dalam pelayanan KIA meskipun
yang selalu mengadakan pertemuan rutin telah mengenal dan melaksanakan program
untuk menyeleksi kasus, membahas dan AMP akan tetapi hasil rekomendasi dan
membuat rekomendasi tindak lanjut tindak lanjut dari hasil AMP belum
berdasarkan temuan dari kegiatan audit memperlihatkan daya ungkit yang berarti

70
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

dalam mempercepat penurunan AKI dan teknik purposive sampling, yaitu


AKB. Disamping itu, masih banyak kematian pengambilan informan secara tidak acak,
yang tidak dilaporkan di Dinas Kesehatan tetapi dengan pertimbangan unsur
Barito Kuala dan berbagai faktor kesengajaan atau dengan kriteria tertentu
permasalahan yang dihadapi oleh untuk memilih informan kunci dan
Kabupaten Barito Kuala. Untuk itu penelitian pendukung.
ini perlu dilakukan guna kegiatan evaluasi Instrumen penelitian merupakan suatu
dengan tujuan penelitian membuat alternatif alat yang digunakan untuk mengukur
kebijakan AMP di Kabupaten Barito Kuala. fenomena alam maupun sosial yang diamati,
pada penelitian kualitatif, intrumen utama
Metode Penelitian adalah peneliti itu sendiri dengan
Penelitian ini menggunakan metode menggunakan alat bantu, yaitu berupa
penelitian kualitatif dengan studi kasus dan pedoman observasi, pedoman wawancara
wawancara mendalam untuk mengamati mendalam (In-Depth Interview) serta alat
kegiatan AMP di Kabupaten Barito Kuala pencatat dan alat perekam (tape recorder).
kemudian dilakukan analisis dengan Teknik keabsahan data yang
pendekatan James Anderson F dan konsep digunakan adalah triangulasi sumber yaitu
evaluasi Center for Disease Control and Cross-chek dengan sumber informan yang
Prevention (CDC) (8). berbeda, yaitu jawaban informan
Informan dalam penelitian ini adalah dibandingkan dengan jawaban informan
orang yang diharapkan dapat memberikan kunci dan triangulasi data. Analisis data
informasi tentang situasi dan kondisi penelitian ini dilakukan oleh lebih dari satu
mengenai fokus penelitian yaitu sebanyak 10 orang. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
orang dengan rincian: 3 orang sebagai interpretasi apakah sama atau tidak. Analisis
informan pendukung yaitu pemangku dibantu Referensi-rerefensi teori tentang
kebijakan kepala Dinas Kesehatan AMP. Selain itu juga dilakukan dengan
Kabupaten Barito Kuala (I01) dan2 orang analisis dokumen dengan membandingkan
Kepala Puskesmas wilayah kerja dinas data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Barito
kesehatan Kabupaten Barito Kuala; Kepala Kuala.
Puskesmas Rantau Bedauh (I02), Kepala Proses pengolahan analisis data
Puskesmas Semangat Dalam (I03) Informan dilakukan beberapa tahap yaitu: 1.Penyajian
kunci yang digunakan adalah tenaga Verbal untuk menejelaskan maksud apa
kesehatan yang mendapatkan SK untuk adanya, 2. Penyajian Matriks, 3. Penyajian
menjadi Penanggungjawab AMP (I04) tim Visual yaitu menyajikan hasil penelitian
pengkaji AMP (I05 dan I06), bidan dengan menggunakan gambar-gambar agar
koordinator Puskesmas Rantau Bedauh mudah dipahami. Data atau laporan yang
(I08) dan bidan desa Puskesmas Rantau dikumpulkan berkaitan dengan AMP
Bedauh (I07), bidan koordinator Puskesmas dilakukan evaluasi berdasarkan alur CDC
Semangat Dalam (I09) dan bidan desa dan pendekatan Teori James Stoner mulai
Puskesmas Rantau Bedauh (I10) yang dari input yang terdiri dari aspek jumlah
berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan kematian ibu, jumlah kematian bayi, aspek
Kabupaten Barito Kuala. legalitas, aspek teknis pelayanan, aspek
Penelitian ini dilakukan di 2 sdm, aspek anggaran, konsistensi
Puskesmas sebagai studi kasus dan Dinas pelaksanaan sop, fasilitas kesehatanan,
Kesehatan Kabuaten Barito Kualayang akses pelayanan kesehatan, sosial budaya,
dilaksanakan dari bulan September tahun letak geografis kemudian proses dan output
2016 sampai Februari Tahun 2017. dari kegiatan AMP kemudian dilakukan
Teknik pengumpulan data dalam Analisis menggunakan analisis USG dan
penelitian ini dilakukan dengan cara SWOT.
mengumpulkan data atau laporan yang
berkaitan dengan masalah kesehatan Ibu Hasil Penelitian
dan Anak (KIA) serta kegiatan AMP di Input:
Kabupaten Barito Kuala. Upaya agar Jumlah Kematian Ibu
informan bervariasi dan menghindari bias Pada penelitian ini peneliti melakukan
dilakukan teknik informan peneliti dengan penelusuran terkait jumlah Angka Kematian

71
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

Ibu yang dapat tergambarkan sebagai Di Kabupaten Barito Kuala pada tahun
berikut: 2015 terjadi 84 kasus kematian bayi
“Kalo dijumlahkan seluruh wilayah penyebabnya adalah berat bayi lahir rendah
Puskesmas memang jumlahnya ada (BBLR) sebanyak 27 kasus, dan asfiksia
kematian karena Sebatolaan, tapi untuk sebanyak 24 kasus, sisanya penyebab lain,
beberapa tahun terakhir tidak ada kematian pneumonia, diare dan lain-lain dan ini masih
lagi di Puskesmas Rantau Bedauh” (108) tidak sesuai dengan rencana strategis dari
Dinas Kesehatan Barito Kuala untuk tahun
“Ada data kematian Ibu memang disini, tapi 2015 yakni target Angka Kematian Bayi
itu kejadiannya di rumah sakit sudah (AKB) hanya 80 kasus kematian..
dilakukan rujukan biasanya, mungkin karena
terlambat mengambil keputusan, dan itu Aspek Legalitas
rancak dari keluarga, budayanya, padahal Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal
sudah ada risti” (104) (AMP) telah dilaksanakan di Kabupaten
Barito Kuala dan untuk penelusuran legalitas
“Untuk AKI dari tahun sebelum-sebelumnya kegiatan program tersebut tergambarkan
ia cukup tinggi, tapi kesini-kesinya kan ada dari hail wawancara berikut ini:
perbaikan, sudah turun lahh, kita sudah “Kita punya SK Bupati, yang disampaikan
konsentrasi untuk penanganannya” (101) oleh orang dinas, ad penunjukannya untuk
siapa yang terpilih jadi Tim pengkaji dan
Jumlah AKI di Kabupaten Barito kuala yang lainnya” (105).
yang cukup tinggi, tahun 2015 angka
kematian ibu berjumlah 12 orang terdiri atas “SK tentang AMP ada bu, mulai dari 2013
kematian ibu hamil sebanyak 2 orang, sudah ada nah tahun 2015 ini tadi ada
kematian saat bersalin 2 orang dan ibu nifas revisian sedikit, tapi orang-orang yang
sebanyak 8 orang dengan jumlah kasus ditujuk masih orang yang sama beberapa aja
tertinggi kematian ibu pada usia 20-34 yang beganti” (101).
tahun, nilai ini melebihi nilai yang ingin
dicapai pada rencana strategis pada tahun Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal
2015 yaitu 10 kasus kematian. Hal ini (AMP) telah dilaksanakan di Kabupaten
dipengaruhi oleh keadaan sosial, ekonomi, Barito Kuala dan untuk penelusuran legalitas
gizi, sanitasi dan pelayanan kesehatan di kegiatan progrrgaam berupa SK penetapan
Kabupaten Barito Kuala (9). organisasi kegiatan AMP. Legalitas kegiatan
program AMP di Barito Kuala berupa Surat
Jumlah Kematian Bayi Keputusan Bupati Barito Kuala Nomor
Untuk kompenen AKB yang 188.45/142/KUM/2015 Tentang
didapatkan dari hasil wawaancara adalah Pembentukan Tim Audit Maternal Perinatal
sebagai berikut: Tingkat Kabupaten Barito Kuala Tahun 2015
“Kematian Bayi memang lebih sering terjadi, (12).
kebanyakan karena BBLR kemudian
asfiksia, karna kada mau dirujuk dari Aspek Teknis
keluarganya, dan pakai surat pernyataan Berikut adalah informasi terkait aspek
kada mau dirujuk” (104). teknis menurut informan:
“Biasanya pelaksaan AMP tergantung dari
“Untuk jumlah kematian bayi lumayan data temuan adanya kematian di bidan desa
banyak jua ih bu,, apa lagi jika dirunut dari dan bidan puskesmas lalu dilakukan
tahun sebelumnya,,”penyebabnya sudah pembukuan selanjutnya dibikikan
uyuh duluan ibunya waktu datang ke klinik” pembuatan laporan kemudian diserahkan ke
(105). Dinas Kesehatan untuk ditindaklanjuti,
terkadang cepat setalah ada laporan
“Jumlah kematian bayi benar angkanya kematian, tetapi terkadang hanya berupa
lumayan, tapi sudah turun untuk 2016 ini pembinaan dari puskesmas masing-masing
sejauh ini beturun, tapi belum diakumulasi saja, mungkn bikor atau kepala puskesmas
masih berjalan kalo, 2017 nanti dataya yang menghadiri acaranya” (110).
dibukukan” (101).

72
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

“Alhamdulillah kada pernah menangani bagi waktu untuk tiap kegiatan disesuaikan
persalinan kematian Ibu, kalo bayi pernah lah” (I05).
sekali karena BBLR, keluarga kada mau
dirujuk, tapi kada diaudit, ditanyakan- “Berbicara kemampuan SDM yang melayani
tanyakan masalahnya sama bikor dan masyarakat dipelayanan pertama
kepala puskesmas saja nah makanya kada kompetensinya kan beda-beda karena dari
paham jua kaya apa proses audit yang lulusan macam-macam institusi, ada yang
sebujurnya” (107). siap pakai ada yang dilajari lagi, nah kalo
terkait jumlah kurang memang, yang
“Yang di Audit biasanya pada kasus berperan dalam program AMP jujur saja,,
kematian ibu saja, kalo untuk kematian Bayi masih kurang jua, terutama dokter spesialis
dipilih kasus mana yang menarik untuk kandungan dan anak, karena pasien utama
dibahas, ini ditentukan dari buhan Tim, kalau kan Ibu dan Anak” (I04).
untuk kegiatan pertemuannya kadang
digabung atau bersamaan dengan kegiatan Di Kabupaten Barito Kuala Tenaga
lain karena pertemuanya dengan orang yang Kesehatan berupa dokter Anak tidak ada
sama jua dari TIM AMP bu,, jadi menghemat dan dokter Obgyn masih kurang, persebaran
anggaran, meskipun ada anggaran tenaga keehatan khususnya bidan belum
tersendiri, yang susah itu karena Dokternya merata ditiap desa dan masih banyak beban
yang pas dijadwalkan kada kawa datang kerja atu topuksi ganda yang dterima oleh
SDM kurang bu ae,kada terjadwal,kadada tenaga kesehatan untuk penetapan topoksi
Dokter spesialis anak, jadi pas ada kadang kegiatan AMP.
di undang lewat telepon ulun,, dari buhannya
di Dinas supaya cepat mungkin” (105). Aspek Anggaran
Hasil peneltian tentang anggaran
“Teknis kegiatannya itu yang paham tergambar dari hasil wanwancara brikut ini:
Penanggung Jawab AMP dan orang Kasi “Sumbernya dari APBN dan APBD, setiap
KIA mereka mengkoordinasikan ke bawah- kegatan kita dapat ko dari dinas kesehatan
bawahnya sampai tingkat desa,laporan dari berupa uang transportasi, mungkin bisa juga
desa sesuai laporan di puskesmas, baru dana dari subsidi silang kegiatan lain atau
dikembalikan ke desa lagi Nanti silakan anggaran lain kadang sih agak lama turun
tanya saja.....”(I01). anggarannya, tapi ada sihh” (I05).

Kegiatan pertemuan AMP di “Kalo ke bidannya dalam bentuk pergantian


Kabupaten Barito Kuala belum dilaksanakan uang transportasi rujukan, klaim BPJS,
secara terjadwal sesuai buku pedoman AMP tunjangan sesuai katagori desa, untuk yang
yang ada, yang seharusnya dilakukan klaim-klaim dana tu memang tekenanya
sekurang-kurangnya 3 bulan sekali. lawas dan uangnya kada seberapa,tapi
Kegiatan AMP hanya mengacu pada buku karena lawas tekumpulai duitnya, ya
yang diterbitkan oleh kementerian kesehatan tergntung hasil laporan kita,kalo yang gasan
berupa buku Pedoman AMP. Program AMP tu yang terlibat aja yang dapat
pastinya” (109).
Aspek SDM
Hasil Informasi terkait SDM tergambar “Untuk program AMP anggaran yang
dari wawancara berikut ini: digunakan berasal dari APBD Kabupaten
“SDM dilibatkan dalam kegiatan AMP ini. dan APBD Provinsi, dari sektor kesehatan
Semua Nakes dari baik dinas kesehatan terbatas tidak sesuai renstra” (I01).
kabupaten sampe desa, kemudian IBI, Kasi
Gizi, Orang IDI juga terlibat, mungkin juga Pada tahun 2015 nilai Anggaran untuk
pihak kampus terkait lulusan mana bidan sektor kesehatan di Kabupaten Barito Kuala
tersebut lulus, harus lintas sektor, AKI AKB hanya 5,85% dari total Anggaran APBD.
ini kan bukan tanggung jawab bidan saja. Terdapat adanya kesulitan birokrasi masalah
Memang untuk jumlah, ada yang pencairan dana dilingkungan Depertemen
meraangkap-rangkap gawian karena masih Kesehatan sampai dengan unit kesehatan
kurang SDMnya, tapi berusaha membagi- dibawahnya.

73
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

Konsistensi Pelaksnaan SOP AMP sanksi-sanksi jua bila tidak profesional


Hasil penelitian terkait Konsistensi melayani” (I01).
pelaksanaan SOP AMP tergambar dalam
kutipan wawancara berikut ini: Kurangnya sarana dan prasarana
“Kalo SOP memang kada teperhatikan lagi, serta akses jalan yang belum merata dengan
lebih situasional atau sesuai kondisi, kondisi Kabupaten Barito Kuala yang
mengumpulakan orangnya ini yang terpisahkan oleh sungai-sungai sehingga
susah,untuk kegiatan audit itu, masing- tidak bisa untuk menjangkau daerah
masing kan ada kegiatan dan tanggung terpencil dan mempengaruhi baiknya
jawab lain jua, karena merangkap-rangkap kualitas pelayanan kesehatan.
tapi kasus kematian kalo memang terjadi
ada aja masuk laporannya ke dinas” (105). Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Di
“SOP biasanya ada, coba tanyakan ke Kabupaten Barito Kuala tergambar sebagai
penanggung jawab AMP bu, untuk berikut:
dilaksanakan atau kada itu mereka yang “Selama ini sarana prasarana yang
dilapangan yang paham, harusnya sesuai digunakan menggunakan punya puskesmas,
SOP...” (l01). itupun kadang masih pinjam ke bidan yang
lain…” (I09).
Standar Operasional Prosedur (SOP)
AMP di Kabupaten Barito Kuala belum “Sarana prasarana yang digunakan untuk
tergambarkan dengan baik dan belum bisa program AMP selama ini menggunakan
dibuktikan konsistensi pelaksanaanya. sarana dan prasarana yang ada di
Keberadaan SOP menjadi standar yang puskesmas, meskipun ngga semuanya ada
harus dilalui dalam pelaksanaan AMP. juga di puskesmas tapi bides selalu
difaslitasi…” (I02).
Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan kesehatan di “Memadai untuk tingkat kabupaten semua
Kabupaten Barito Kuala tergambar sebagai sesuai kebutuhan, kalo kec atau desa
berikut: sepertinya tergantung kec atau desa di
“Untuk kualitas pelayanan kesehatan sudah Puskesmas masing-masing untuk
mulai bagus, tapi belum memenuhi pengadaan sarana khusus untuk kegiatan
kebutuhan masyarakat terutama di daerah amp sih tidak ada tapi mungkinsubsidi dari
yang susah dijangkau dengan sarana darat pengadaan barang yang ada bisa dari
kan banyak tuh daerah yang harus pake anggaran dana desa, misal kaya ambulan
klotok, bila ada jalan sepertinya masih belum desa” (I01).
beaspal” (I03).
Secara umum fasilitas dan sarana
“Perlu adanya pelayanan kesehatan secara prasarana kesehatan di Kabupaten Barito
menyeluruh dan terjadwal rutin terutama di Kuala masih terbilang kurang. Tidak semua
daerah terpencil, yang hanya bisa diakses puskesmas mempunyai mobil puskesmas
dengan sarana transportasi air, penigkatkan keliling untuk fasilitas rujukan, meski di
kemptensi bidan pun harus dilakukan, wilayah puskesmas tersebut terdapat
dengan adanya pertemuan-pertemuan ambulan, ada beberapa daerah juga yang
supaya mutunya terjaga” (I05). terkendala kegiatan pelayanannya dengan
kondisi wilayah sungai, yang belum memiliki
“Kondisi geografis mempengaruhi pada akses jalan darat, selama ini terjadi kendala
kualitas pelayanan jua, sudah disebar bidan- dalam kegiatan penanganan
bidan kedesa-desa terpencil, tapi kadang kegawatdaruratan karena fasilitas di
ada ja masih kabar bahwa ada bidan yang polindes belum memadai dan melakukan
meninggalkan desa, mungkin ada keperluan rujukan menggunkan kapal kecil milik warga
ke kota,, tapi karena akses jalannya jauh- setempat juga kondisi bangunan polindes
jauh khawatirya jadi tidak terlayani dengan yang terbilang sangat memprihatinkan.
baik, tapi pasti kami tegur, bila keitu dan ada

74
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

Akses pelayanan Kesehatan “Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai


“Perlu adanya mobil puskesmas keliling pentingnya kesehatan ibu dan anak masih
yang beroperasi di daerah-daerah terpencil kurang, sehingga mereka lebih menyakini
yang jauh dari pelayanan kesehatan” (I06). kebiasaan adat turun temurun dengan
“Selama ini akses kesehatan yang susah menggunakan obat tradisional atau lewat
untuk dijangkau terutama daerah yang tidak dukun beranak di desa” (I07).
bisa diakses melalui jalan darat untungnya
daerah sini masih bisa didatang, dan yang “Kalo di Batola ini sukunya ada Banjar,
jauh-jauh ada bidan desa sudah yang jaga” dayak Bakumpai dan wilayah trans jawa dan
(I02). Bali. Budaya ya tidak sekental dulu lah
sudah ada pergeseran nilai-nilai, tergantung
“Sekali lagi kalo berbicara tentang Barito individunya tidak bisa dikatakan secara
Kuala ini tidak jauh-jauh dengan kondisi keseluruhan, tapi lebih kepada tingkat
geografis dan alam disini harus ekstra kerja pengetahuan dan pendidikan, kalo mereka
keras kami, memang infrastruktur tahu dan terdidik, mereka pasti akan dengan
masalahnya belum merata, kami akui, ada sendirinya paham dan datang ke Nakes”
yang masih pake klotok menuju faskesnya (I01).
dan merujuknya pun juga ada yang pakai
klotok, tapi selalu diupayakan supaya akses Kabupaten Barito Kuala memiliki
dapat dijangkau masarakat, tapi bukan jd beragam suku diantaranya: Banjar, dayak
tanggung kami saja, dinas pemda, Bakumpai dan wilayah trans jawa dan Bali.
perhubungan, sosial masuk barataan, ya Suku yang mendominasi adalah dayak
kalau kesehatnnya ya tergantung bakumpai, umumnya masayarakat masih
masyrakatnya ae lagi mau atau tidaknya menganut kebudayaan sesuai dengan apa
untuk peduli terhadap kesehatan” (I01). yang dipercayai suku masing-masing.

Sesuai dengan data geografis dari Letak Geografis


Kabupaten Barito Kuala akses pelayanan Hasil Penelitian tentang aspek Letak
kesehatan untuk wilayah sebagian besar di Geografis di Kabupaten Barito Kuala adalah
Kabupaten Barito Kuala memang susah sebagai berikut:
untuk dijangkau. Kondisi jalan yang belum “Susahnya menjangkau wilayah yang tidak
beraspal menjadikan salah satu kendala bisa diakses melalui jalan darat karena
utama dalam melakukan pelayanan wilayah tersebut terpisah karena adanya
kesehatan terutama saat hujan dimana sungai” (I04).
kondisi jalan tidak bisa dilalui karena licin
dan berlumpur dan belum ada akses jalan “Kondisi jalan yang licin dan berlumpur
darat yang bisa dilalui dengan mobil, Barito sering di dapati terutama untuk daerah-
Kuala banyak terdapat daerah yang hanya daerah terpencil dan jauh dari puskesmas
bisa dijangkau dengan transportasi air. setempat” (I07).

Sosial Budaya “Letak geografisnya perairan, dipisahkan


Hasil Penelitian tentang aspek sosial oleh sungai Barito, dan sungai- kecil, banyak
budaya di Kabupaten Barito Kuala menurut desa yang belum ada akses jalan, rawa dan
informan: jalan setapak persawahan”.
“Bagi masyarakat yang jauh dengan fasilitas
kesehatan, mereka menggunakan Letak geografis wilayah Kabupaten
pengobatan tradisional atau lewat dukun Barito Kuala diapit dua buah sungai besar
beranak di desa bila kada lawan dukun yaitu Sungai Barito dan Sungai Kapuas
beranak lahir, tapi pada saat proses sehingga mempengaruhi tata air yang ada di
persalinan ada hambatan atau gawat wilayah kabupaten ini. Pada saat musim
mereka masih minta banyu ke orang pintar, hujan atau pada waktu pasang air Sungai
dan susah atau lambat meambil keputusan, Barito dapat membanjiri sebagian besar
iktiar baca-baca doa” (I03). wilayah Kabupaten Barito Kuala sehingga
menyebabkan tergenangnya permukaan
tanah secara terus menerus. Banyak

75
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

memiliki daerah yang dipisahkan oleh pada tahun 2013 sebanyak 106, pada tahun
sungai-sungai. 2014 sebanyak 83 dan pada tahun 2015
sebanyak 84 degan target renstra
Proses penurunan AKB sebanyak 80 kasus
Pada penelitian yang diteliti ini berupa kematian.
konten proses yang dimaksud adalah
bagaimana gambaran pelaksanaan AMP Pembahasan
yang sudah dijalankan di Kabupaten Barito Input:
Kuala dengan gambaran hasil penelitian Jumlah Kematian Ibu
sebagai berikut: Jumlah AKI di Kabupaten Barito kuala
“Dari laporan bidan di desa, jika terjadi yang cukup tinggi, Tahun 2015 Angka
kematian bidannya akan tahu dan akan Kematian Ibu berjumlah 12 orang terdiri atas
diselesaikan dulu dipuskesmas dan dicari kematian ibu hamil sebanyak 2 orang,
penyebabnya kemudia dilaporkan ke kematian saat bersalin 2 orang dan ibu nifas
Kabupaten, nah diKabuapten nanti diproses sebanyak 8 orang dengan jumlah kasus
kembali” (I09). tertinggi kematian ibu pada usia 20-34
tahun, nilai ini melebihi nilai yang ingin
“Teknis pelaksanaan AMP di Puskesmas jika dicapai pada rencana strategis pada tahun
terjadi kasus kematian akan sesegera 2015 yaitu 10 kasus kematian. Hal ini
mungkin untuk dilaporkan sekaligus dipengaruhi oleh keadaan sosial, ekonomi,
penyebabnya” (I04). gizi, sanitasi dan pelayanan kesehatan di
Kabupaten Barito Kuala (9).
“Pelaksanaan teknis AMP di puskesmas AKI adalah banyaknya perempuan
saya rasa sudah dilaksanakan sesuai yang meninggal dari suatu penyebab
dengan arahan dan prosedur yang beraku, kematian terkait dengan gangguan
tinggal bagaimana masyarakat dan bidan kehamilan atau penanganannya (tidak
saling besinergi” (I01). termasuk kecelakaan atau kasus insidentil)
selama kehamilan, melahirkan dan dalam
Pengelolaan data kegiatan AMP di masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
Kabupaten Barito Kuala dilakukan tanpa memperhitungkan lama kehamilan per
berdasarkan data pelaporan kematian yang 100.000 kelahiran hidup (10).
masuk di dinas kesehatan dari bidan di desa AKI digunakan sebagai tolak ukur
kemudian tingkat puskesmas dan dilaporkan untuk menilai baik buruknya keadaan
ke kabupaten. Semua kematian dilaporkan pelayanan kesehatan dalamsuatu daerah
dengan cara mengisi form yang telah dan cerminan adanya ancaman resiko
disediakan, dan diberikan scoring atau kematian pada ibu-ibu selama kehamilan
klasifikasi dari penyebab kematian. dan juga merupakan salah satu kompenen
pentingprogram AMP, sehingga nilai AKI
Output akan sangat mempengaruhi keberhasilan
Dalam penelitian ini output AMP yang pelaksanaan AMP.
ingin dievaluasi yaitu terkait pelaporan hasil Maka hasil penelitin yang dapat
kegiatan AMP berupa jumlah AKI dan AKB disimpulkan penulis bahwa kegiatan AMP
dan dari penelitian didapatkan nilai indeks belum mampu meningkatkan mutu
AKI dan AKB di Kabupaten Barito Kuala pelayanan KIA yang dilakukan secara terus
pada tahun 2015 masih dibawah standar menerus melalui program jaga mutu
renstra, jika diruntut dari tahun 2010 sampai dipuskesmas, upaya perluasan jangkauan
dengan 2015 sebagai berikut; AKI pada pelayanan, Upaya peningkatan dan
tahun 2010 sebanyak 10 orang, 2011 pengendalian mutu dan peningkatan
sebanyak 10 orang, 2012 sebanyak 7 orang, kemampuan Kabupaten/Kota dalam
2013 sebanyak 9 orang, 2014 sebanyak 10 perencanaan program KIA. Penulis
orang dan 2015 sebanyak 12 orang dan berpendapat hasil dari kegiatan AMP belum
target rencana strategis Kabuapten Barito bisa dimanfaatkan untuk bisa mengatasi
Kuala sebanyak 8 orang. AKB pada tahun masalah KIA di Kabupaten Barito Kuala.
2010 sebanyak 39, pada tahun 2011
sebanyak 60, pada tahun 2012 sebanyak 74 Jumlah Kematian Bayi

76
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

Di Kabupaten Barito Kuala pada tahun Tentang Pembentukan Tim Audit Maternal
2015 terjadi 84 kasus kematian bayi Perinatal Tingkat Kabupaten Barito Kuala
penyebabnya adalah berat bayi lahir rendah Tahun 2015 (12). Legalitas Penting untuk
(BBLR) sebanyak 27 kasus, dan asfiksia diperhatikan secara serius masih sah atau
sebanyak 24 kasus, sisanya penyebab lain, berlakunya nilai hukum suatu kegiatan yang
pneumonia, diare dan lain-lain dan ini masih dijalankan agar dapat terbentuk sesuai
tidak sesuai dengan rencana strategis dari dengan kebutuhan program, dapat dilakukan
Dinas Kesehatan Barito Kuala untuk tahun evaluasi dan mampu mengangkat hasil dari
2015 yakni target Angka Kematian Bayi kegiatan tersebut menjadi sebuah kebijakan
(AKB) hanya 80 kasus kematian. AKB secara proaktif untuk dapat menghadapi
menjadi salah satu fokus pembangungan permasalahan kesehatan dimasyarakat. Nilai
SDGs berdasarkan data hasil wawancara mutu suatu pelayanan kebidanan
dan dan pegecekan triangulasi data di berorientasi juga pada nilai kode etik dan
Kabupaten Barito Kuala Target AKB sebesar standar pelayanan kebidanan, serta
23 per 1000 kelahiran hidup baru dapat kepuasan pelayanan yang mengacu pada
dicapai setelah tahun 2027. Kondisi ini penerapan semua persyaratan pelayanan
sangat meresahkan semua pihak mengingat dan terpenting memiliki payung hukum yang
AKB merupakan salah satu indikator yang jelas sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
sangat penting untuk mengukur keberhasilan membantu memenuhi kebutuhan
program berbagai penyebab kematian seseorang/pasien atau kelompok
maupun program kesehatan ibu dan anak masyarakat oleh tenaga kesehatan dalam
sebab AKB ini berkaitan erat dengan tingkat upaya peningkatan, pencegahan,
kesehatan Ibu dan Anak juga merupakan pengobatan dan pemulihan kesehatan (12).
salah satu kompenen yang sangat penting Dalam hal ini penulis berasumsi agar
untuk mempengaruhi keberhasilan payung hukum yang dimiliki Dinas
pelaksanaan AMP. AKB dipengaruhi oleh Kesehatan Kabupaten Barito Kuala terkait
beberapa hal diantaranya peningkatan AMP tidak terbatas pada bentuk fisik dari
cakupan pelayanan Bumil K1 dan k4 dan surat keputusan pembentukan Tim AMP
pertolongan persalinan oleh tenaga saja, tetapi lebih kepada asas menghayati
kesehatan bagaimana topuksi yang sudah dikerjakan,
Berdasarkan hasil penelitian penulis kompetensi sebagai tenaga kesehatan yang
menyimpulkan sulitnya menurunkan AKB dimiliki, regestrasi atau kewenangan yang
antara lain karena belum meratanya jelas dalam setiap tindakan dan lisensi untuk
persebaran tenaga kesehatan, belum pengaturan penyelenggaraan suatu program
memadainya fasilitas kesehatan dan tidak tersebut dapat dijalankan dengan baik
adanya akses yang cukup baik bagi sehingga AMP tidak menjadi suatu kegiatan
warganya untuk mendapatkan pelayanan formalitas yang hanya dilakukan untuk
kesehatan sehingga kunjungan K1 dan K4 kegiatan rutinitas tanpa meberikan dampak
serta persalinan yang ditolong oleh tenaga outcome untuk proses pembelajaran dalam
kesehatan yang tepat belum terlaksana peningkatan pelayanan KIA pada masa
dengan baik (11). mendatang (13).
Berdasarkan hal tersebut perlu
pelaksanaan AMP yang serius dan lebih Aspek Teknis
terarah untuk penelusuran penyebab Kegiatan pertemuan AMP di
Kematian AKB sehingga dapat dilaporkan Kabupaten Barito Kuala belum dilaksanakan
tidak hanya sampai ditingkat Kabupaten secara terjadwal sesuai buku pedoman AMP
tetapi juga Provinsi dan pusat dan hasil yang ada, yang seharusnya dilakukan
evaluasi dapat dibuat rekomendasi agar sekurang-kurangnya 3 bulan sekali.
dapat dimanfaatkan untuk bisa mengatasi Bagaimana teknis pelaksanaan AMP belum
masalah KIA di Kabupaten Barito Kuala. tergambarkan secara jelas karena tidak
adanya Buku petunjuk teknis pelaksanaan
Aspek Legalitas AMP di Kabupaten Barito Kuala, laporan
Legalitas kegiatan program AMP di kegiatan AMP tidak bisa dibuktikan
Barito Kuala berupa Surat Keputusan Bupati keberadaanya adapun referensi
Barito Kuala Nomor 188.45/142/KUM/2015 pelaksanaanya hanya bersumber pada Buku

77
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

Pedoman AMP yang diterbitkan oleh dalam pengusaan kompetensi di bidangnya,


Kementerian Kesehatan pada tahun 2010. tidak memahami apa yang harus dilakukan,
AMP harus dilakukan secara teratur apa yang tidak boleh dilakukan dan tidak
dan terintegrasi dengan baik untuk proses mempunyai kewenangan yang sesuai
penelaahan bersama kasus kesakitan dan dengan topuksi tugasnya dan tanpa adanya
kematian ibu dan perinatal serta dukungan dari semua aspek lintas sektoral
pelaksanaannya, dengan menggunakan maka besar kemungkinan implementasi
informasi dan pengalaman dari suatu Program AMP yang direncanakan tidak akan
kelompok terkait, untuk mendapatkan berhasil.
masukan mengenai intervensi yang paling
tepat dilakukan dalam upaya peningkatan Aspek Anggaran
kualitas pelayanan KIA disuatu Pada tahun 2015 nilai Anggaran untuk
tempat.Keterbatasan referensi AMP harus sektor kesehatan di Kabupaten Barito Kuala
disiasati dengan adanya kemandirian dan hanya 5,85% dari total Anggaran APBD. Hal
inovasi ditingkat Kabupaten/kota. ini masih sangat kurang dimana berdasarkan
Penulis bersumsi guna mengatasi hal ketentuan undang-undang Kesehatan No 36
keterbatasan referensi AMP harus disiasati Tahun 2009 pasal 171 untuk sektor
dengan adanya kemandirian dan inovasi kesehatan minimal 15% dari APBD untuk
ditingkat Kabupaten/kota untuk menyusun kegiatan belanja langsung maupun tidak
ulang juknis agar AMP bisa terlaksana langsung atau minimal 10% bila hanya untuk
dengan baik. belanja langsung. Anggaran merupakan
suatu rencana yang disusun secara
Aspek SDM sitematis dalam bentuk angka dan
SDM merupakan hal yang sangat dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi
mempengaruhi efektifitas pelaksanaan seluruh kegiatan, sehingga dapat mengukur
kebijakan Program AMP, karena selaku pencapaian efesiensi dan efektifitas dari
aparatur yang bertanggung jawab kegiatan yang dilakukan
melaksanakan kebijakan. namun terkait Asumsi penulis terkait anggaran atau
jumlah SDM tenaga kesehatan dengan bisa disebut pembiayaan kesehatan
jumlah yang kurang ataupun SDM yang merupakan masalah yang dialami banyak
banyak tidak secara otomatis mendorong pihak sehingga berdampak pada sekala
implementasi program berhasil. prioritas pembangunan sektor kesehatan
Pada penilitian ini penulis berasumsi yang seolah tidak menjadi sekala prioritas
bahwa masalah keterbatasan SDM ini juga pembangunan. Kondisi tersebut
telah tercatat di Kementrian kesehatan mengakibatkan penyelenggaran program-
Republik Indonesia terkait masalah kuantitas program kesehatan hanya dilakukan sebagai
dan kualiatas SDM kesehatan karena data rutinitas saja dan tidak tepat fungsi (13).
statistik menunjukan adanya ketimpangan Kesulitan birokrasi di Lingkungan
dalam penyebaran atau distribusi tenaga Departemen Kesehatan sampai dengan unit
terampil kesehatan sesuai dengan jenis dan dibawahnya menjadi alasan transparansi
sifat pekerjaannya. Menilai kecukupan dan akuntabilitas anggaran atau pembiayaan
tenaga kesehatan bukan sesuatu yang kesehatan. Padahal untuk mencapai
mudah, adanya perbedaan daerah desa kota penyelenggraan pelayanan kesehatan agar
dari segi sosiologis, geografis, dapat mencapai berbagai tujuan harus kuat
kependudukan, sarana dan prasarana untuk dan stabil yaitu untuk pemerataan pelayanan
menetukan berapa jumlah yang tepat dari kesehatan dan akses (equitable acces to
kebutuhan suatu sistem pelayanan health care) dan pelayaan yang berkualitas
kesehatan. terkait jumlah SDM tenaga (assured qulity) agar program AMP yang
kesehatan dengan jumlah yang kurang menyangkut juga menganai kegiatan
ataupun SDM yang banyak tidak secara peningkatan KIA dapat terselenggara
otomatis mendorong implementasi program dengan baik. Dalam hal ini perlu adanya
berhasil sebagai contoh sebuah institusi reformasi kebijakan anggaran kesehatan
mungkin mempunyai staf SDM yang utuk menjamin terselenggaranya kecukupan
memadai tetapi kompetensi yang dimiliki (adequity), pemerataan (equity), efesien
kesehatan beragam atau tidak terstandar (efesiency) dan efektifitas dari pembiyaan

78
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

atau anggaran itu sendiri. Pecahan masalah ketinggalan jaman, tidak pernah update
tersbut harus dilakukan fokus strategi secara menyeluruh, sehingga antara
pembiayaan seperti yang disampaikan oleh pekerjaan dilapangan dan SOP tidak
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berkesinambungan, SOP dimiliki tapi tidak
memuat isu-isu pokok tantangan, tujuan terlaksana karena pemikiran yang berbeda
utama kebijakan dan program aksi dalam dari sektor masing-masing unit bagian yang
konteks area; meningkatkan investasi dan mebuat proses program tidak berjalan
pembelanjaan publik dalam bidang dengan baik.
kesehatan, mengupayakan pencapaian
kepesertaan semesta dan pemeliharaan Kualitas Pelayanan
kesehatan miskin, pengembangan skema Kualitas pelayanan kesehatan
pembiayaan peran upaya termasuk berhubungan dengan proses jaga mutu
didalamnya asuransi kesehatan naional dan asuhan kesehatan suatu organisasi
internasional, penggalian dukungan nasional kesehatan yang dapat diukur dengan
dan internasional, penguatan kerangka memperhatikan atau memantau dan menilai
regualasi dan intevensi fungsional, indikator, kriteria, dan standar yang
pengembangan kebijakan pembiayaan diasumsikan relevan dan berlaku sesuai
kesehatan yang didasarkan pada data dan dengan aspek-aspek struktur, proses, dan
fakta ilmiah, pemantauan dan evaluasi. outcome dari dari organisasi pelayanan
kesehatan tersbut. kriteria dan stanndar bagi
Konsistensi Pelaksnaan SOP AMP organisasi pelayanan kesehatan ditetapkan
Standar Operasional Prosedur (SOP) oleh institusi yang berwenang ataupun
AMP di Kabupaten Barito Kuala belum disusun sendiri dan disepakati bersama
tergambarkan dengan baik dan belum bisa dengan staf medik pemberi jasa pelayanan
dibuktikan konsistensi pelaksanaanya. lainnya. Namun pada kenyataannya
Keberadaan SOP menjadi standar yang rendahnya mutu pelayanan dapat
harus dilalui dalam pelaksanaan AMP. SOP disebabkan oleh faktor input (kurangnya
merupakan hal yang sangat penting dalam fasilitas, peralatan, tenaga dokter, kuantitas
kegiatan program dalam rangka memberikan dan kualitas bidan, anggaran dan
suatu pelayanan kesehatan yang baik sebagainya) (15).
sehingga setiap tindakan yang dilakukan Kurangnya sarana dan prasarana
secara serius dapat dilakukan dan terukur serta akses jalan yang belum merata dengan
agar program dapat terbentuk sesuai kondisi Kabupaten Barito Kuala yang
dengan kebutuhan kemudian dapat terpisahkan oleh sungai-sungai yang
dilakukan evaluasi dan mampu mengangkat sehingga tidak bisa untuk menjangkau
hasilnya menjadi sebuah kebijakan secara daerah terpencil ditengarai mempengaruhi
proaktif untuk dapat menghadapi kualitas pelayanan kesehatan. Namun
permasalahan dimasyarakat (14). menurut Undang-Undang no 23 Tahun 2004
Pada Penelitian ini penulis berasumsi Pemerintah telah memberikaan
setiap institusi punya sumber masalah yang kewenangan, keleluasaan pemerintah
berbeda dalam setiap pelaksanaan suatu daerah untuk dapat menyelenggarakan
kegiatan program termasuk di Kabupaten pelayanan publik yang berkualitas. Sehingga
Barito Kuala, terkendala kurangnya SDM, diharapkan setiap daerah berani mengambil
sehingga tidak ada pemikiran untuk inisiatif, mampu membuat terobosan baru
melakukan inovasi dalam pembuatan SOP, atau melakukan inovasi untuk memajukan
keterbatasan waktu yang dimiliki, kegiatan daerahnya (16).
program AMP berjalan secara intuitif
berdasarkan petunjuk atasan, sedikit sekali Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dokumentasi tertulis, seluruh proses Secara umum fasilitas dan sarana
kegiatan dan knowledge dalam menjalankan prasarana kesehatan di Kabupaten Barito
program ini hanya ada dalam pemikiran Kuala masih terbilang kurang. Tidak semua
beberapa orang saja, yang juga memiliki puskesmas mempunyai mobil puskesmas
kesibukan karena banyaknya peran dan keliling untuk fasilitas rujukan, meski
tanggung jawab yang dimiliki karena kerja diwilayah puskesmas tersebut terdapat
ganda, juga memungkinkan SOP sudah ambulan, ada beberapa daerah juga yang

79
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

terkendala kegiatan pelayanannya dengan daerah yang hanya bisa dijangkau dengan
kondisi wilayah sungai, yang belum memiliki transportasi air.
akses jalan darat, selama ini terjadi kendala Beberapa kendala yang dihadapi
dalam kegiatan penanganan dalam pemberian pelayanan kesehatan
kegawatdaruratan karena fasilitas di antara lain masyarakat yang tidak mampu
polindes belum memadai dan melakukan mengakses pelayanan kesehatan yang
rujukan menggunakan kapal kecil milik tersedia karena keterbatasan sarana dan
warga setempat juga kondisi bangunan prasarana, nilai sosial dan budaya
polindes yang terbilang sangat masyarakat, pelayanan kesehatan yang
memprihatinkan. tidak sesuai dengan kebutuhan/ harapan,
Mutu pelayanan kesehatan suatu kualitas penyelenggaraan pelayanan
organisai pelayanan kesehatan dapat dinilai kesehatan yang rendah, serta alokasi dan
dari ketersediaan fasilitas pelayanan penggunaan sumber daya untuk
kesehatan, peralatan, dana dan SDM. Faktor penyampaian pelayanan yang tidak
yang sangat mempengaruhi mutu adalah memadai dan kemampuan seseorang atau
fasilitas berupa bentuk fisik dari tempat dan keluarga dalam mengakses/mencapai
ketersediaan peralatan pelayanan pelayanan kesehatan adalah berbeda-beda.
kesehatan. Untuk dapat meningkatan mutu Bagi orang kaya hal ini bukan merupakan
pelayanan kesehatan penulis berasumsi masalah, mereka bisa memilih pelayanan
bahwa perlu adanya perhatian khusus untuk kesehatan sesuai keinginan. Sedangkan
proses pengadaan dan perbaikan sarana bagi keluarga miskin akan menjadi masalah
dan prasarana penunjang kesehatan baik itu tersendiri manakala ketersediaan fasilitas
peralatan kesehatan berupa obat-obatan kesehatan jauh dari jangkauan.
dan yang terpenting untuk menjangkau
dimensi akses pelayanan kesehatan perlu Sosial Budaya
disediakan kapal/speed boat yang Pengaruh sosial budaya dalam
merupakan kepemilikan desa yang dikelola masyarakat memberikan peranan penting
untuk pelayanan kesehatan jika dalam mencapai derajat kesehatan yang
memungkinkan satu desa satu kapal/speed setinggi-tingginya. Perkembangan sosial
Boat dan dalam menyelenggarakan budaya dalam masyarakat merupakan suatu
pelayanan kesehatan khususnya tanda bahwa masyarakat dalam suatu
pelaksanaan AMP, diperlukan fasilitas daerah tersebut telah mengalami suatu
kesehatan, yaitu alat dan tempat yang perubahan dalam proses berfikir. Perubahan
digunakan untuk menyelenggarakan sosial dan budaya bisa memberikan dampak
pelayanan kesehatan. Pada profil kesehatan positif maupun negatif terhadap suatu
Indonesia disebutkan bahwa tempat-tempat kebijakan program kesehatan.
penyelenggaraan pelayanan kesehatan Seiring dengan perkembangan ilmu
antara lain rumah sakit, puskesmas, balai pengetahuan dan tekhnologi yang banyak
pengobatan/klinik, praktek dokter, praktek membawa perubahan terhadap kehidupan
pengobatan tradisional, praktek tenaga manusia baik dalam hal perubahan pola
kesehatan, polindes, poskesdes, posyandu, hidup maupun tatanan sosial termasuk
apotek, toko obat dan pos UKK. dalam bidang kesehatan yang sering
dihadapkan dalam suatu hal yang
Akses Pelayanan Kesehatan berhubungan langsung dengan norma dan
Sesuai dengan data geografis dari budaya yang dianut oleh masyarakat
Kabupaten Barito Kuala Akes pelayanan tertentu.
kesehatan untuk wilayah sebagian besar di Hubungan antara budaya dan
Kabupaten Barito Kuala memang susah kesehatan sangatlah erat hubungannya,
untuk dijangkau. Kondisi jalan yang belum sebagai salah satu contoh suatu masyarakat
beraspal menjadikan salah satu kendala desa yang sederhana dapat bertahan
utama dalam melakukan pelayanan dengan cara pengobatan tertentu sesuai
kesehatan terutama saat hujan dimana dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau
kondisi jalan tidak bisa dilalui karena licin kultur dapat membentuk kebiasaan dan
dan berlumpur dan belum ada akses jalan respons terhadap kesehatan dan penyakit
darat yang bisa dilalui dengan mobil,terdapat dalam segala masyarakat tanpa

80
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

memandang tingkatannya. Karena itulah tinggi daripada pelayanan kuratif,


penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak sebagaimana halnya dengan pemanfaatan
hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga pelayanan umum bila dibandingkan dengan
membuat mereka mengerti tentang proses pelayanan spesialis. Semakin berat suatu
terjadinya suatu penyakit dan bagaimana penyakit atau keluhan dan semakin canggih
meluruskan keyakinan atau budaya yang atau semakin khusus sumber daya
dianut hubungannya dengan kesehatan. pelayanan, semakin kuat hubungan antara
Meskipun budaya bisa mempengaruhi akses geografis dan volume pemanfaatan.
kegiatan pelayanaan kesehatan tapi perlu Dikarenakan letak geografis adalah
digaris bawahi bahwa kebudayaan itu tidak letak suatu tempat yang didasarkan pada
statis. Dalam hal peningkatan kesehatan letak keadaan alam di sekitarnya dan
penting untuk difikirkan bagaimana merupakan kondisi geografis tidak bisa
mengubah kebudayaan yang negatif menjadi dirubah. Meski demikian letak geografis
sesuatu yang positif dengan mempelajari sangat menentukan terhadap pelayanan
nilai-nilai budaya yang ada kemudian kesehatan dalam memanfaatkan pelayanan
memasukan pendidikan modern secara kesehatan, pasien yang tinggal di tempat
perlahan-lahan untuk menjembatani jarak yang terpencil umumnya desa-desa yang
perbedaan modernitas dan adat atau budaya masih terisolisir dan transportasi yang sulit
yang dimiliki juga dengan perkenalan terjangkau, sehingga untuk menempuh
program KIA, menghubungi tokoh-tokoh perjalanan ke tempat pelayanan kesehatan
masyarakat muapun melakukan pendekatan akan memerlukan waktu yang lama,
secara personal untuk proses pendekatan sementara pasien harus memeriksakan
agar seiring berjalannya waktu masyarakat kesehatannya
akan berfikir dan menerima kebermanfaatan Kondisi geografis ini tidak bisa dirubah
pelayanan kesehatan untuk diri mereka untuk suatu tujuan memudahkan pelayanan
bahkan keluarga. kesehatan akan tetapi kegiatan pelayanan
dan akses pelayanan kesehatanlah yang
Letak Geografis dapat ditingkatkan dengan perbaikan
Letak geografis wilayah Kabupaten infrastuktur baik jalan maupun jembatan dan
Barito Kuala diapit dua buah sungai besar penyediaan fasiltas dan sarana prasarana
yaitu Sungai Barito dan Sungai Kapuas pendukung lain yang dapat membantu
sehingga mempengaruhi tata air yang ada di ketercapaian peningkatan kualitas
wilayah kabupaten ini. Pada saat musim pelayanan KIA.
hujan atau pada waktu pasang air Sungai
Barito dapat membanjiri sebagian besar Proses
wilayah Kabupaten Barito Kuala sehingga Pengelolaan data kegiatan AMP di
menyebabkan tergenangnya permukaan Kabupaten Barito Kuala dilakukan
tanah secara terus menerus. Ini akan sangat berdasarkan data pelaporan kematian yang
menghambat proses peningkatan pelayanan masuk di dinas kesehatan dari bidan di desa
kesehatan Ibu dan anak ditingkat desa. kemudian tingkat puskesmas dan dilaporkan
Akses geografi adalah faktor-faktor ke kabupaten. Semua kematian dilaporkan
geografi yang memudahkan atau dengan cara mengisi form yang telah
menghambat pemanfaatan pelayanan disediakan, dan diberikan scoring atau
kesehatan khususnya dalam pelaksanaan klasifikasi dari penyebab kematian tersebut.
AMP, berkaitan dengan jarak tempuh, waktu Kematian ibu sendiri diklasifikasikan menjadi
tempuh dan biaya tempuh. Hubungan antara tiga, yaitu kematian ibu langsung, kematian
akses geografi dengan volume penggunaan ibu tidak langsung, dan kematian non
pelayanan tergantung dari jenis pelayanan maternal. Kematian ibu langsung mencakup
dan jenis sumber daya yang kematian ibu akibat penyulit obstetri pada
ada.Peningkatan akses yang disebabkan kehamilan, persalinan atau masa nifas dan
oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh akibat dari intervensi, kelalaian dan
ataupun biaya tempuh mengakibatkan kesalahan terapi, atau rangkaian kejadian
peningkatan pelayanan yang berhubungan yang disebabkan oleh faktor-faktor.
dengan keluhan-keluhan ringan, atau Menurut penulis berdasarkan hasil
pemakaian pelayanan preventif akan lebih temuan di atas dari proses kegiatan AMP ini

81
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

masih memiliki banyak kendala dan 2010 sebanyak 39, pada tahun 2011
permasalahan yang dipengaruhi oleh aspek sebanyak 60, pada tahun 2012 sebanyak 74
input yaitu; masalah yang berhubungan pada tahun 2013 sebanyak 106, pada tahun
dengan pasien yakni perempuan dan 2014 sebanyak 83 dan pada tahun 2015
lingkungannya, berupa pengetahuan sebanyak 84 degan target renstra
perilaku dan pengaruh lingkungan berupa penurunan AKB sebanyak 80 kasus
adat dan kebudayaan, masalah administratif; kematian.
transportasi, anggaran, kendala untuk Data yang diajukan atau dilaporkan
mencapai pusat pelayanan kesehatan, tidak oleh tim pelaksana AMP belum bisa
adanya fasilitas, kurangnya tenaga dipastikan kualitas datanya, karena
kesehatan yang terlatih, komunikasi dengan memungkinkan ada data yang dilaporkan
tenaga kesehatan, legalitas berupa standar berdasarkan fakta kasus yang ada tetapi
kesehatan mulai dari pelayanan antenatal, rekam medik tidak ada. Namun begitu
pelayanan antepartum, pelayanan pelaksanaan program AMP di Kabupaten
postpartum, kegawatdaruratan, resusitasi, Barito Kuala secara umum sudah mulai
anastesi, masalah informasi yang hilang membaik, dengan melihat tingkat partisipasi
atau data kematian yang tidak dilaporkan pasien terutama ibu hamil dan bayi dalam
(tidak ada catatan medik), masalah pelayanan KIA di puskesmas mulai
fenomena umum yang terjadi tentang meningkat, bidan mulai mengelompokan
bagaimana ; masalah pemilihan kasus yang pasien yang terindikasi beresiko tinggi
belum diberi batasan yang jelas, standar terhadap kasus kematian dan memberi
SOP yang belum tegas, penetapan informasi keyakinan sekaligus rujukan kepada pasien
yang dapat diambil dari audit, perbandingan untuk bayi BBLR ke rumah sakit. Sebagai
standar yang disepakati dengan informasi, bukti dalam evaluasi kegiatan program AMP
hasil informasi audit harus disampaikan yang mengindikasi indeks AKI dan AKB
kembali, pembuatan rekomendasi yang jelas dibawah Renstra dari Dinas Kesehatan
sesuai dengan informasi dan dapat Kabupaten berdasarkan laporan rekam
dilakukan implementasi, kemudian kegiatan medik tim pelaksana program AMP bahwa
tersebut dapat dilakukan secara berulang setiap terjadi kasus kematian ibu maupun
dan berkala yang jelas. Hal ini perlu bayi akan segera dibuatkan laporan berikut
diperhatikan kembali sebagai monitoring dan penyebab terjadinya kematian tersebut. Hal
evaluasi kegiatan program agar dari hasil ini penting dilakukan tujuan pelaksanaan
audit tersebut diperoleh indikasi dimana AMP untuk menjaga dan meningkatkan mutu
letak kesalahan/kelemahan dalam pelayanan KIA melalui upaya penerapan tata
penanganan kasus. Hal ini untuk memberi kelola klinik yang baik (clinical governance)
gambaran kepada pengelola program KIA dapat terlaksana. Kegiatan ini juga
dalam menentukan apa yang perlu dilakukan diharapkan dapat menggali permasalahan
untuk mencegah kesakitan/kematian guna menghindari kejadian kesakitan
ibu/perinatal yang tidak perlu terjadi. (morbiditas) maupun kematian (mortalitas),
peningkatan AKI dan AKB yang disebabkan
Output masalah pasien/keluarga, petugas
Dalam penelitian ini output AMP yang kesehatan, manajemen pelayanan, maupun
ingin dievaluasi yaitu terkait pelaporan hasil kebijakan pelayanan.
kegiatan AMP berupa jumlah AKI dan AKB Disamping itu output dilakukannya
dan dari penelitian didapatkan nilai indeks AMP akan membuahkan hasil yang baik
AKI dan AKB di Kabupaten Barito Kuala mana kala AMP dilakukan dengan benar
pada tahun 2015 masih dibawah standar sehingga hasil akhirnya akan diperoleh
renstra, jika diruntut dari tahun 2010 sampai pencapaian-pencapaian sebagai berikut:
dengan 2015 sebagai berikut; AKI pada a). Menentukan sebab dan faktor
tahun 2010 sebanyak 10 orang, 2011 terkait dlm kesakitan dan kematian ibu dan
sebanyak 10 orang, 2012 sebanyak 7 orang, perinatal (3 terlambat & 4 terlalu). b).
2013 sebanyak 9 orang, 2014 sebanyak 10 Memastikan dimana dan mengapa berbagai
orang dan 2015 sebanyak 12 orang dan sistem & program gagal dalam mencegah
target rencana strategis Kabuapten Barito kematian. c). Menerapkan pembahasan
Kuala sebanyak 8 orang. AKB pada tahun analitik mengenai kasus kebidanan dan

82
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

perinatal secara teratur dan dalam pembahasan kasus. e).


berkesinambungan, yang dilakukan oleh Mengembangkan mekanisme koordinasi
dinas kesehatan kabupaten/kota, antara dinas kesehatan kabupaten/kota,
puskesmas, rumah sakit pemerintah/swasta, rumah sakit pemerintah/swasta, rumah
rumah bersalin dan bidan praktek. d). bersalin, dan bidan praktek dalam
Menentukan intervensi dan pembinaan untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
masing-masing pihak yang diperlukan dalam dan evaluasi terhadap intervensi yang
hal mengatasi masalah yang ditemukan disepakati.

Tabel 1. Penerapan Kriteria Alternatif Kebijakan Tabel 2. Analisis SWOT


Operasional STYRATEGI SO STRATEGI WO
Priori- 1. Membuat kebijakan 1. Membuat SOP
No Isu Umum U S G Total
tas untuk penambahan kegiatan AMP dengan
1 Membuat SOP SDM tenaga menyesuaikan SOP
kegiatan AMP dengan kesehatan di dinas Pusatdan melakukan
menyesuaikan SOP 5 5 5 15 I kesehatan sosialisasi
Pusat dan melakukan 2. Melibatkan peran 2. Menjaring tenaga
sosialisasi serta masyarakat kerja kesehatan
2 Penyusunan kebijakan terhadap kegiatan 3. Meningkatkan
program pelayanan KIA dan penyediaan fasilitas
pengembangan daerah monitoring sarana dan prasarana
4 5 5 14 II
berkembang membina kesehatan
daerah yang belum Pemberdayaan calon
bekembang sister city tenaga kesehatan
3 Merekomendasikan dengan melakukan kerja
Program Puskesmas sama bimbingan atau
keliling PONED praktik lapangan pada
terapung berupa 4 4 5 13 III daerah yang memiliki
kapal/speed boat untuk institusi pendidikan
wilayah sulit jangkauan STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)
akses darat 1. Memperbaiki 1. Penyusunan
4 Pemberdayaan calon infrastruktur jalan dan kebijakan program
tenaga kesehatan jembatan rusak pengembangan daerah
dengan melakukan 2. Memberikan berkembang membina
kerja sama bimbingan perhatian khusus bagi daerah yang belum
4 4 4 12 IV daerah terpencil dan bekembang sister city
atau praktik lapangan
pada daerah yang miskin terutama 2. Membuat Program
memiliki institusi asupan gizi untuk ibu Puskesmas keliling
pendidikan dan anak PONED terapung untuk
Menjadwalkan secara wilayah sulit jangkauan
5 Merekomendasikan rutin kunjungan dan akses darat
pada pemerintah pelayanan kesehatan 4. Merekomendasikan
untuk pembangunan ke pemerintah untuk
infrastruktur yang pembangunan
3 4 4 11 V
rusak dan infrastruktur bagi daerah
pembangunan infras terpencil
struktur bagidaerah 3. Mengadakan
terpencil bimbingan teknis untuk
6 Mengadakan peningkatan Kompetensi
bimbingan teknis untuk 4. Memberikan
5 3 2 10 VI
peningkatan penyuluhan hidup sehat
Kompetensi dan penanaman apotik
7 Meningkatkan hidup
penyediaan fasilitas 5. Peningkatan
3 3 3 9 VII
sarana dan prasarana pendidikan kesehatan
kesehatan bagi masyarakat
8 Melibatkan swadaya 6. Merekomendasikan
masyarakat dalam kepada pemerintah
pengadaan fasilitas 3 3 2 7 VIII untuk
atau sarana dan perbaikaninfrastruktur
prasarana kesehatan yang rusak
9 Mengadakan 2 2 3 8 IX 7. Mengadakan
kunjungan puskesmas kunjungan puskesmas
keliling baik darat keliling baik darat
maupun air maupun air

83
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

8. Melibatkan swadaya merumuskan pelayanan kesehatan Ibu dan


masyarakat dalam Anak yang baik ke depannya sehingga
pengadaan fasilitas atau
sarana dan prasarana mampu menurunkan nilai AKI dan AKB.
kesehatan
Daftar Pustaka
Alternatif Kebijakan Operasional 1. World Health Organization (WHO),
Rekomendasi alternatif kebijakan Maternal Mortality in 2005. Departemen
operasional program AMP Di Kabupaten of refroductive Health adn Reaseach.
Barito Kuala yang dibuat berdasarkan 2007.
analisis SWOT diperoleh hasil bahwa yang 2. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset
menjadi rekomendasi alternatif dengan Kesehatan Dasar (Riskesdes). Jakarta :
prioritas utama harus dilaksanakan dengan Kemenkes RI.
segera adalah menyusun SOP AMP dengan 3. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil
mengacu pada SOP pusat. Adapun SOP Kesehatan Indonesia. Pusat data
harus memuat konten pengertian, tujuan, Kesehatan Jakarta : Kemenkes RI.
Kebijakan yang disesuaikan dengan 4. Prawihardjo. 2011. Ilmu Kebidanan.
daerah,refereni dasar pembetukan SOP, Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
prosedur AMP, Unit terkait kegiatan AMP 5. Manuaba, dkk. 2007. Buku Ajar Patalogi
dan dokumen terkait AMP. Hal ini Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
disesuaikan degan tujuan SOP : 1). Untuk Cetakan I. Jakarta : Buku Kedokteran
menjaga konsitensi tingkat penampilan EGC.
kinerja atau kondisi tertentu. 2). Sebagai 6. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Buku
acuan dalam kegiatan AMP. 3). Untuk Pedoman AMP. Jakarta : Kemenkes RI.
menghindari kegagalanatau kesalahan 7. Anderson, James F. 1997. Public Policy
dalam kegiatan Audit. 4). Menjadi parameter making. 2nd ed. New York : Holt,
untuk menilai mutu pelayanan kesehatan,5). Rincehart and Winston.
Alur tugas, wewenang dan tanggung jawab 8. Pamungkas, P R. 2015. Hubungan
dari petugas terkait dapat terlihat jelas 6) Antara AMP Tahun 2013 dengan
Untuk menjamin penggunaan tenaga Penurunan AKI Pada Tahun 2014.
sumber daya secara efesien. 7) Sebagai Skripsi. Surabaya : Universitas
dokumen yang akan menjelaskan dan Airlangga.
menilai proses kegiatan jika terdapat 9. Dinas Kesehatan Kabupaten Barito
kesalahan atau dugaan kesalahaan Kuala. 2014. Profil 2014. Kabupaten
admistrasi lainnya. 8) Sebagai dokumen Barito Kuala.
yang digunakan untuk rekomendasi umpan 10. Dinas Kesehatan Kabupaten Barito
balik kegiatan. 9) Sebagai dokumen sejarah Kuala. 2015. Bina Kesga. Kabupaten
jika diperlukan pembaharuan SOP. Barito Kuala.
11. Dinas Kesehatan Kabupaten Barito
Kesimpulan Kuala. 2015. Profil Kesehatan.
Berdasarkan hasil dan pembahasan Kabupaten Barito Kuala.
dalam penelitian yang diperoleh dalam 12. Wulandari, H I. 2006. Aspek Hukum
penelitian ini maka dapat disimpulkan, Penyelenggaraan Prakti Kedokteran:
terdapat masalah yang menjadi penyebab Suatu Tinjauan Berdaarkan Undang-
masih tingginya AKI dan AKB yaitu masih Undang NO.9/2004 Tentang Paktik
kurangnya SDM, akses jalan yang belum Kedokteran. Jurnal Manajemen
merata disetiap daerah atau desa, masih Pelayanan Kesehatan, 09 (02) : 52-57.
ada jalan yang tidak bisa diaksees melalui 13. Zakaria. 2005. Pengembangan Sistem
darat, kurangnya bimbingan teknis bagi Informasi Audit Maternal Dan Perinatal
tenaga kesehatan, sarana dan prasarana Berbasis Jaringan Untuk Mendukung
yang belum memadai, anggaran kegiatan Pemantauan Kematian Ibu dan Bayi di
AMP terbatas. Adapun hasil rekomendasi Dinas Kesehatan Kabupaten Buto.
berupa alternatif kebijakan berdasarkan Tesis. Semarang : Universitas
evaluasi kegiatan AMP berikut segala Diponegoro.
kendalanya, akan menjadi wacana Dinas
Kesehatan Kabupaten Barito Kuala dalam

84
Jurkessia, Vol. VIII, No. 2, Maret 2018 Mardiah, dkk.

14. Hansen, Don R. dan Maryanne Mowen. 27. Center for Disease Control and
2006. Management Accounting. Buku 1. Prevention (CDC). 2016. DeKalb
Jakarta : Salemba Empat. Country. Georgia. Available from:
15. Arifin, Alwi, dkk. 2014. Analisis Mutu https://www.cdc.gov/.
Pelayanan Kesehatan Ditinjau Dari
Aspek Input Rumah Sakit Di Instalasi
Rawat Inap RSU. Haji Makassar. Jurnal
MKMI, 7 (1) : 141-149.
16. Abidin, S.Z. 2004. Kebijakan Publik.
Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.
Available from :
hhttp:/www.Scribd.com/doc/39638830/E
valuasi-Kebijakan-Publik Minggu ke-7.
17. Suzana, A. 2016. Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan
Tindakan Audit Maternal-Perinatal
dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan
KIA di RSU Muhammadiyah Sumatera
Utara Tahun 2013. Skripsi. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
18. Anderson, James F. 1997. Public Policy
Making. 2nd ed. New York : Holt,
Rincehart and Winston.
19. Badan Pusat Statistik. 2007. Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia
2007. Kerjasama BKKBN, Depkes RI,
ORC Marco USA. Jakarta.
20. Dinas kesehatan Kabupaten Barito
Kuala. 2015. Bina Kesga. Kabupaten
Barito Kuala.
21. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2012. Survey Demografi
Kesehatan Indonesia. Jakarta :
Kemenkes RI.
22. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. Survey Demografi
Kesehatan Indonesia. Jakarta :
Kemenkes RI.
23. Kementerian Kesehatan RI. 2012.
Pedoman Perencanaan Program AMP
di Kabupaten Kota. Jakarta : Kemenkes
RI.
24. Direktorat Bina Kesehatan Ibu. 2015.
Direktorat Bina Kesehatan Ibu Akan
Lakukan Assessment Kualitas
Pelayanan Kesehatan Ibu di 20
Kabupaten/Kota. Jakarta : Kemenkes
RI.
25. Reinke, A.W. 1994. Perencanaan
Kesehatan Untuk Meningkatkan
Efektifitas Managemen. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
26. Center for Disease Control and
Prevention (CDC). 2016. Atlanta.
Available from: https://www.cdc.gov/.

85
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

SURVEI KELUARGA SEHAT DI DESA PENEGAH


KECAMATAN PELAWAN

Tina Yuli Fatmawati


Prodi DIII Keperawatan STIKes Baiturrahim Jambi
Email:tinayulifatmawati@yahoo.com

ABSTRACT
The movement of healthy living people is a choice in realizing a better degree of public
health. The aim is to increase awareness in the community in preventing disease. Health
problems that aries are the result of unhealthy living behaviors and poor environmental
sanitation. This research is a descriptive research that is a study directed to describe or
describe a situation within a community or society. The sample in this study were 277
Famillies in Penegah village with total sampling technique. The results is majority of
mothers using family planning, mothers giving birth in health care facilities, babies
receiving 100% complete immunization, the majority of mothers giving exclusive
breastfeeding, The people not found pulmonary tuberculosis, 100% of hypertensive
patients checking periodically, no one suffering from mental disorders, the majority of
families there are those who smoke, the majority of families use health insurance / BPJS,
the coverage of monitoring for toddlers' growth is 100%, the use of clean water sources
and 100% healthy latrines. It is expected that the Puskesmas will further encourage the
independence of healthy life for individuals, families, groups and communities through
community empowerment so that it becomes a healthy community.

Keywords : Healty life, Family


ABSTRAK
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) menjadi sebuah pilihan dalam
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Tujuannya
memunculkan kesadaran pada masyarakat dalam mencegah penyakit.
Permasalahan kesehatan yang timbul merupakan akibat perilaku hidup yang tidak
sehat dan sanitasi lingkungan yang buruk yang sebenarnya dapat dicegah bila
fokus pelayanan kesehatan diutamakan pada pelayanan kesehatan preventif dan
promotif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian
yang diarahkan untuk mediskripsikan atau menguraikan suatu keadaan didalam
suatu komunitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Keluarga
sehat di desa Penegah Kec.Pelawan. Sampel dalam penelitian ini adalah Kepala
Keluarga di desa Penegah sebanyak 277 responden dengan teknik pengambilan
sampel Total Sampling. Hasil penelitian diketahui Berdasarkan hasil dari 12
indikator keluarga sehat, diperoleh mayoritas ibu menggunakan KB, ibu
melakukan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, bayi mendapat imunisasi
lengkap 100%, Mayoritas ibu memberikan ASI ekslusif, masyarakat tidak
ditemukan TB paru, 100% penderita Hipertensi melakukan pengecekan berkala,
tidak ada yang menderita gangguan jiwa, mayoritas keluarga ada yang merokok,
mayoritas keluarga menggunakan jaminan kesehatan/BPJS, cakupan pemantauan
tumbuh kembang balita 100%, penggunaaan sumber air bersih dan jamban sehat
100%. Diharapkan bagi Puskesmas agar lebih mendorong kemandirian hidup

32
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

sehat bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui pemberdayaan


masyarakat, sehingga tercipta masyarakat sehat dan produktif.

Kata Kunci : Hidup sehat, Keluarga


PENDAHULUAN memiliki kemampuan untuk
Pembangunan kesehatan pada menjangkau pelayanan kesehatan
hakekatnya adalah upaya yang yang bermutu secara adil dan merata,
dilaksanakan oleh semua komponen serta memiliki derajat kesehatan
bangsa Indonesia yang bertujuan yang setinggi-tingginya.
untuk meningkatkan kesadaran, masyarakat erat kaitannya
kemauan, dan kemampuan hidup dengan perilaku dan lingkungan.
sehat bagi setiap orang agar terwujud Perbaikan lingkungan dan perubahan
derajat kesehatan masyarakat yang perilaku ke arah yang lebih sehat
setinggi-tingginya. Keberhasilan perlu dilakukan secara sistematis dan
pembangunan kesehatan sangat terencana oleh semua komponen
ditentukan oleh kesinambungan bangsa. Gerakan Masyarakat Hidup
antarupaya program dan sektor, serta Sehat (Germas) menjadi sebuah
esinambungan dengan upaya-upaya pilihan dalam mewujudkan derajat
yang telah dilaksanakan dalam kesehatan masyarakat yang lebih
periode sebelumnya. Untuk baik. Tujuannya memunculkan
mengatasi permasalahan kesehatan kesadaran pada masyarakat dalam
tersebut telah dilakukan berbagai mencegah penyakit. Hasil penelitian
upaya pendekatan program, misalkan menunjukkan ada hubungan antara
dengan program peningkatan akses kualitas sumber air minum (p =
dan kualitas pelayanan kesehatan, 0,008) dan pemanfaatan jamban
program pemberdayaan masyarakat keluarga (p = 0,005) dengan kejadian
bidang kesehatan, program diare. (Pamusthi Wandansari &
aksesibilitas serta mutu sediaan Mitra Keluarga Semarang, 2013)
farmasi dan alat kesehatan, program Penggunaan Air Bersih dengan baik
penelitian dan pengembangan, yaitu 47 orang (83.9%), berdasarkan
program manajemen, regulasi dan mencuci tangan dengan baik yaitu 32
sistem informasi kesehatan dan orang (57.1%), berdasarkan
program kesehatan lainnya.( Membuang tinja dengan baik yaitu
Indonesia, 2017) 17 orang (30.4%). Tidak ada
Pembangunan kesehatan adalah hubungan antara penggunaan air
meningkatnya kesadaran, kemauan, bersih dengan kejadian diare dengan
dan kemampuan hidup sehat bagi nilai p-value = 0,907, ada hubungan
setiap orang agar peningkatan derajat mencuci tangan dengan kejadian
kesehatan masyarakat yang setinggi- diare pada balita dengan nilai p-value
tingginya dapat terwujud. Hal itu = 0,006.(Tina Yuli Fatmawati, Iin
berarti terciptanya masyarakat, Indrawati, 2017)
bangsa, dan negara Indonesia yang Permasalahan kesehatan yang
penduduknya, di seluruh wilayah timbul merupakan akibat perilaku
Republik lndonesia, hidup dengan hidup yang tidak sehat dan sanitasi
perilaku dan dalam lingkungan sehat, lingkungan yang buruk yang
sebenarnya dapat dicegah bila fokus

33
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

pelayanan kesehatan diutamakan Berdasarkan hasil penelitian


pada pelayanan kesehatan preventif diketahui hasil distribusi frekuensi
dan promotif. Kegiatan tersebut usia balita yang lebih jelasnya dapat
dapat dilakukan melalui upaya dilihat pada tabel sebagai berikut :
promosi kesehatan. Upaya promotif Tabel 1 Distribusi Frekuensi
dan preventif dalam menumbuhkan Keluarga yang mengikuti program
dan mengembangkan kemandirian KB di Desa Penegah .
keluarga dan masyarakat untuk N Penggunaan alat
Frek %
berperilaku hidup bersih dan sehat. o kontrasepsi
Berdasarkan fenomena dan
data tersebut peneliti tertarik untuk 1 Ya 175 63.3
melakukan penelitian yang berjudul
2 36 12.9
“Gambaran Keluarga Sehat di Desa Tidak
Penegah Kecamatan Pelawan, 3 Menopause/ 66 23.8
Kabupaten Sarolangun Jambi. single Parent
Jumlah 277 100
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Berdasarkan data diatas dapat


penelitian deskriptif yaitu suatu disimpulkan bahwa dari 277 kk, ibu
penelitian yang bertujuan untuk yang menggunakan alat kontrasepsi
mediskripsikan atau menguraikan 175 orang (63.3%) dan yang tidak
suatu keadaan didalam suatu sebanyak 36 orang (12.9 %).
komunitas atau masyarakat. Sedangakan 66 responden (23.8%)
Penelitian ini bertujuan untuk karena menopause/single parent.
mengetahui gambaran Keluarga Dari 36 ibu, alasan terbanyak
sehat di Kecamatan Pelawan tidak menggunakan KB adalah ingin
.Adapun lokasi dalam penelitian ini memiliki keturunan sebanyak 31
bertempat di Desa Penegah. Sampel orang (86,1%) dan alasan tidak
dalam penelitian ini adalah Kepala nyaman sebanyak 5 orang (13,8 %).
Keluarga di desa Penegah sebanyak KB adalah untuk membentuk
277 responden dengan teknik keluarga kecil sesuai dengan
pengambilan sampel Total Sampling. kekuatan sosial – ekonomi suatu
Tehnik pengumpulan data diperoleh keluarga dengan cara mengatur
dari responden dengan wawancara kelahiran anak, agar diperoleh suatu
menggunakan kuesioner. analisa data keluarga bahagia dan sejahtera yang
yang dilakukan adalah analisis dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
univariat dimana analisis ini untuk (Mochtar, 2002) Dalam Supariasi,
menggambarkan distribusi dari 2014. Untuk mewujudkan gerakan
variabel-variabel yang diteliti itu maka disarankan kepada pihak
Puskesmas melakukan sosialisasi KB
HASIL DAN PEMBAHASAN khususnya kepada responden yang
belum mengikuti program
KB,sehingga program tersebut dapat
AnalisaUnivariat
tercapai.
Gambaran Keluarga yang
mengikuti program KB

34
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

Gambaran Ibu yang melakukan Berdasarkan hasil penelitian


persalinan di fasilitas kesehatan. diketahui bahwa ibu yang sedang
Berdasarkan hasil penelitian memberikan ASI saat ini berjumlah
diketahui seluruh ibu menggunakan 16 orang dan yang memberikan ASI
fasilitas persalinan di fasilitas ekslusif sebanyak 12 orang (75 %)
pelayanan kesehatan seperti Bidan, dan yang tidak memberikan ASI
Puskesmas dan RS. ekslusif sebanyak 4 orang (25 %).
Dapat disimpulkan bahwa Meksipun mayoritas ibu sudah
masyarakat di desa Penegah sudah memberikan ASI ekslusif, namun
memahami pentingnya meningkatkan ada beberapa ibu yang masih belum
kesehatan terutama pada ibu dan bayi memberikan ASI ekslusif. Hal ini
. Sebagaimana sasaran dari harus mendapat perhatian khususnya
pembangunan kesehatan pada tahun pihak Puskesmas. Karena salah satu
2025 adalah meningkatnya derajat upaya dalam menurunkan AKB
kesehatan masyarakat, dengan adalah dengan memberikan Air Susu
indikator meningkatnya Umur Ibu (ASI) eksklusif. ASI adalah
Harapan Hidup, menurunnya Angka makanan alami pertama untuk bayi
Kematian Bayi, menurunnya Angka yang memberikan semua vitamin,
Kematian Ibu, dan menurunnya mineral dan nutrisi yang diperlukan
prevalensi gizi kurang pada balita oleh bayi untuk pertumbuhan dalam
ndonesia. (Kementerian Kesehatan enam bulan pertama dan tidak ada
RI, 2016). makanan atau cairan lain yang
Gambaran Bayi yang mendapat diperlukan. ASI memenuhi setengah
imunisasi dasar lengkap. atau lebih kebutuhan gizi anak pada
Berdasarkan hasil penelitian tahun pertama hingga tahun kedua
diketahui dari 72 balita, seluruhnya kehidupan (WHO, 2002 dalam
mendapatkan imunisasi lengkap. Septiani, 2017).
Data diatas sudah sesuai dengan Pada penelitian Septiani, 2017,
target yaitu 100% balita mendapat tentang Faktor-Faktor yang
imunisasi dasar lengkap. Berhubungan dengan Pemberian ASI
Orangtua merupakan kunci utama Eksklusif Oleh Ibu Menyusui , hasil
dalam pertumbuhan dan yang diperoleh menyatakan bahwa
perkembangan balita. Untuk Pemberian ASI eksklusif lebih
mewujudkannya orang tua harus banyak pada kelompok ibu dengan
selalu mengawasi, menjaga, pengetahuan baik (72, 8%)
memperhatikan khususnya pada dibandingkan ibu dengan
peningkatan kesehatan. Salah pengetahuan kurang. Untuk itu
satunya dengan pemahaman orangtua pentingnya edukasi pada ibu baik
terhadap pentingnya imunisasi dasar secara langsung maupun melalui
pada balita. Kurangnya sosialisasi media seperti poster, leaflet dan lain-
dari petugas kesehatan dapat lain, sehingga pemahaman ibu
menyebabkan masalah rendahnya tentang penting ASI dapat
pemahaman dan kepatuhan ibu meningkat.
dalam program imunisasi. Gambaran Balita yang
Gambaran Bayi yang mendapat mrndapatkan pemantauan
ASI Ekslusif. Pertumbuhan.

35
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

Jumlah balita di Desa Penegah 2013 adalah 25,8% atau sama dengan
adalah Sebanyak 72 orang balita. 42,1 juta jiwa. Dari sejumlah itu baru
Dan semuanya mendapatkan 36,8% yang telah kontak dengan
Pemantauan pertumbuhan di petugas kesehatan, sementara sisanya
Posyandu terdekat. sekitar 2/3 tidak tahu kalau dirinya
Target pada 2025 pemerintah menderita hipertensi. Hal ini
antara lain menargetkan menurunkan menunjukkan bahwa bila tidak
balita Stunting sebesar 40%, menggunakan pendekatan keluarga,
menurunkan balita kurus (wasting) 2/3 bagian atau sekitar 28 juta
sekitar 5%, menurunkan bayi dengan penderita hipertensi tidak akan
berat badan lahir rendah (BBLR) tertangani (Kemenkes RI, 2016).
30%, tidak ada kenaikan persentase Sejalan dengan penelitian Avicena
anak gizi lebih, menurunkan wanita tentang Analisis capaian indikator
usia subur (WUS) anemia 50%, dan keluarga sehata dengan
meningkatkan ASI eksklusif paling menggunakan metode community
kurang 50%.(Jurnal Keluarga, 2018). diagnosis, bahwa cakupan
Dengan Upaya Pemantauan Tumbuh pengobatan penderita hipertensi
Kembang balita setiap bulan hingga berjumlah 100% ( 6 penderita)
usia Lima Tahun diharapkan target
tersebut dapat segera tercapai. Gambaran penderita gangguan
Gambaran penderita Tuberkulosis jiwa sehat di desa Penegah.
di desa Penegah. Berdasarkan hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada Keluarga
diketahui Peneliti tidak menemukan yang memiliki anggota keluarga
penderita dengan TB Paru. Hal ini mengalami gangguan jiwa.
cukup baik namun demikian Gambaran Perokok dalam
Masyarakat perlu diberikan edukasi keluarga di desa Penegah
tentang bahaya TBC . Berdasarkan hasil penelitian
Gambaran penderita Hipertensi di diketahui distribusi frekuensi adanya
desa Penegah perokok dapat dilihat pada tabel
Berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut :
disimpulkan bahwa riwayat penyakit Tabel 2 Distribusi Frekuensi
lansia yang paling banyak adalah Perokok dalam keluarga di Kel.
rematik sebanyak 62 orang (81,5 %) Kenali Asam Bawah
dan paling sedikit adalah tb paru N Adanya Frekuens
sebayak 2 orang (2,6 %). Sedangkan o Perokok i %
penderita hipertensi hanya 5 orang. Ada
Semuanya selalu melakukan 1 Perokok 207 74.7
pengecekkan tekanan darah ke Tidak Ada
Puskesmas terdekat. 2 Perokok 70 25.3
Salah satu penyakit tidak menular Jumlah 277 100
yang cukup penting dalam
Pendekatan Keluarga adalah Berdasarkan data diatas dapat
hipertensi (tekanan darah tinggi). disimpulkan bahwa anggota keluarga
Prevalensi hipertensi pada orang yang merokok sebanyak 207
dewasa menurut Riskesdas tahun rumah(74.7 %) dan yang tidak

36
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

merokok sebanyak 70 rumah (25.3 Gambaran keluarga yang memiliki


%). JKN desa Penegah.
Rokok merupakan benda beracun Berdasarkan hasil penelitian
yang memberi efek yang sangat diketahui hasil distribusi frekuensi
membahayakan pada perokok keluarga yang memiliki JKN yang
ataupun perokok pasif, terutama pada lebih jelasnya dapat dilihat pada
balita yang tidak sengaja terkontak tabel sebagai berikut :
asap rokok. Nikotin dengan ribuan Tabel 3 Distribusi Frekuensi
bahaya beracun asap rokok lainnya keluarga yang memiliki JKN
masuk ke saluran pernapasan anak Kepemilikan
Frekuensi %
yang dapat menyebabkan Infeksi No /BPJS
pada saluran pernapasan (Hidayat, 1 ya 265 95.6
2005 dalam Trisnawati 2012). 2 tidak 12 4.3
Rokok juga menyumbang Jumlah 277 100
terjadinya ISPA khusunya pada
Balita. Penelitian penulis sebelumnya
Berdasarkan data diatas dapat
tentang Analisis Karakteristik Ibu,
disimpulkan bahwa yang memiliki
Pengetahuan dan Kebiasaan
JKN sebanyak 265 rumah (95,6%) da
Merokok dengan Kejadian ISPA
yang tidak memiliki JKN sebanyak
pada Balita di Kelurahan Kenali
12 rumah (4.3%).
Asam Bawah, hasil yang diperoleh
Masyarakat yang tidak
Dari uji statistik didapat p-value 0,000
memiliki JKN/BPJS setelah
(p-value< 0,05) yang berarti dapat
ditanyakan dikarenakan belum
disimpulkan terdapat hubungan antara
adanya perokok dengan kejadian ISPA
mengurus karena repot. BPJS
pada balita di Kel. Kenali Asam Bawah kesehatan merupakan Badan Usaha
dengan nilai OR 19.067 (6.170-58.919), Milik Negara yang berubah menjadi
artinya yang perokok mempunyai Badan Hukum Publik yang
peluang 19.06 kali untuk mengalami ditugaskan khusus oleh pemerintah
kejadian ISPA pada balita. (Fatmawati, untuk menyelenggarakan jaminan
2018) kesehatan bagi seluruh rakyat
Asap rokok dapat mengganggu Indonesia. Program ini melayani
saluran pernafasan bahkan berbagai lapisan dari kalangan
meningkatkan penyakit infeksi masyarakat. BPJS Kesehatan
pernafasan termasuk ISPA, terutama ditujukan untuk memberikan proteksi
pada kelompok umur balita yang agar seluruh lapisan masyarakat
memiliki daya tahan tubuh masih mendapatkan akses kesehatan secara
lemah, sehingga bila ada paparan asap, merata. Tujuan program BPJS
maka balita lebih cepat terganggu Kesehatan adalah mewujudkan
sistem pernafasannya seperti ISPA. Oleh terselenggaranya pemberian jaminan
karena itu Pentingnya pendidikan kesehatan yang layak bagi setiap
kesehatan tentang bahaya rokok baik peserta sebagai pemenuhan
pada remaja pria dan orangtua (ayah) kebutuhan dasar hidup penduduk
terus selalu ditingkatkan agar tercipta Indonesia.
derajat kesehatan yang optimal pada Sosialisasi merupakan langkah
keluarga. awal yang menentukan keberhasilan
program dalam mencapai tujuan,

37
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

oleh karena itu sosialisasi program satunya adalah Escerichia coli yang
harus dilakukan agar semua merupakan bakteri penyebab diare.
informasi tersampaikan dan dapat Sumber air bersih merupakan salah
dipahami oleh seluruh masyarakat satu sarana sanitasi yang
agar tujuan yang direncanakan bisa berhubungan erat dengan penyakit
tercapai dengan baik. diare.
Gambaran penggunaan sarana air Gambaran penggunaan jamban
bersih di desa Penegah. sehat di desa Penegah.
Berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian
diketahui hasil distribusi frekuensi diketahui hasil distribusi frekuensi
penggunaan air bersih dapat dilihat penggunaan jamban sehat hasil yang
pada tabel sebagai berikut : diperoleh bahwa semua rumah
Tabel 4 Distribusi Frekuensi memiliki jamban/ WC dengan jenis
penggunaan sarana air bersih leher angsa. Artinya semua KK
menggunakan jamban sehat.
Penggunaaan Upaya yang dilakukan
Frekuensi %
No air bersih Masyarakat desa Penegah telah
1 Sumur 175 63.1 menyumbang tercapainya Program
2 PAM/PDAM 102 36.8 1000 Hari Pertama Kehidupan
meliputi intervensi sensitif berupa
3 Sungai 0 0
penyediaan akses dan ketersediaan
Jumlah 277 100
air bersih serta sarana sanitasi
Berdasarkan data dapat (jamban sehat) di keluarga.(
disimpulkan bahwa dari 277 Direktorat Advokasi dan KIE, 2018).
responden yang memiliki sarana air Kepemilikan dan penggunaan
bersih yaitu sumur sebanyak 175 jamban sehat merupakan salah satu
(63,1 % ) dan yang menggunakan indikator program Perilaku Hidup
PAM 102 ( 36,8%) . Bersih dan Sehat (PHBS) ditatanan
Hasil penelitian ini rumah tangga. Salah satu kegiatan
memperlihatkan bahwa mayoritas pokok puskesmas adalah kesehatan
Kepala keluarga menggunakan lingkungan dan penyuluhan
sarana air bersih, namun demikian, kesehatan masyarakat, dimana
KK yang sumurnya berwarna pelaksanaan kegiatan pokok tersebut
sebanyak 15 (5,4 % ) dan jarak diarahkan kepada khsusunya
sumur dengan septiktank < 10 m keluarga agar tercipta perilaku hidup
sebanyak 82 (29,6 % ) dan terdapat bersih dan sehat..
sumber pencemaran lingkungan
sebanyak 56,3%. Hal ini dapat SIMPULAN
menyumbang terjadinya pencemaran
air yang berdampak buruk terhadap Berdasarkan hasil dari 12
kesehatan seperti tingginya angka indikator keluarga sehat, diperoleh
kejadian diare. Kita ketahui salah mayoritas ibu menggunakan KB, ibu
satu faktor lingkungan yang dapat melakukan persalinan di fasilitas
mempengaruhi kejadian diare pada pelayanan kesehatan, bayi mendapat
balita adalah penggunaan air bersih imunisasi lengkap 100%, Mayoritas
dan jamban sehat. Air yang tercemar ibu memberikan ASI ekslusif,
mengandung banyak bakteri, salah

38
Jurnal Akademika Baiturrahim e ISSN 2654-2552
Vol.8. No 1, Maret 2019

masyarakat tidak ditemukan TB metode community diagnosis,


paru, penderita Hipertensi melakukan http://jurnal.bhmm.ac.id/index.p
pengecekan berkala, Masyarakat hp/jurkes/article/download/17/20
desa Penegah tidak ada yang http://jurnal.bhmm.ac.id/index.p
menderita gangguan jiwa, mayoritas hp/jurkes/article/download/17/20
keluarga ada yang merokok, 5. Direktorat Advokasi dan KIE,
mayoritas keluarga menggunakan 2018, Jurnal Keluarga, Jakarta.
jaminan kesehatan/BPJS, cakupan 6. Hidayat, A.A. 2007. Riset
pemantauan tumbuh kembang balita Keperawatan dan Tehnik
100%, penggunaaan sumber air Penulisan Ilmiah. Salemba
bersih dan jamban sehat 100%. Medika. Jakarta
7. Indonesia,2016. Pedoman
SARAN Umum Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan
Meskipun penelitian ini Keluarga.Jakarta: Kementerian
menggambarkan hasil yang cukup Kesehatan RI
baik, namun demikian kepada pihak 8. Kemenkes RI, 2017, Gerakan
Puskesmas setempat agar tetap selalu Masyarakat Hidup Sehat
mendorong kemandirian hidup sehat GERMAS, Jakarta
bagi individu, keluarga, kelompok, https://www.researchgate.net/pu
dan masyarakat melalui blication/307445716_Kemandiri
pemberdayaan masyarakat dan upaya an_Keluarga_Berencana_KB_p
promosi kesehatan, bersama ada_Pasangan_Usia_Subur_di_
masyarakat dalam merencanakan dan Kota_Yogyakarta [accessed Juli
melakukan pemecahan masalah 2018]
dengan memanfaatkan potensi yang 9. Fatmawati, T. Y. (2017).
ada di masyarakat dengan demikian Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku
akan tercipta masyarakat yang sehat. Siswa-Siswi Tentang Personal
Hygiene Di Sd Negeri Kota Jambi
DAFTAR PUSTAKA Knowledge, Attitude And Behavior
Students About Hygiene Personal
1. Amrin,Madolan In Sdn Kota Jambi. Scientia
https://www.mitrakesmas.com/2 Journal, 6(1). Retrieved from
017/05/12-indikator-keluarga- http://ejournal.unaja.ac.id/index.ph
sehat-serta.html, diakses p?journal=SCJ&page=article&op=
Desember 2017 view&path%5B%5D=52&path%5
B%5D=43
2. Andarmoyo, Sulistyo, 2012.
10.Fatmawati, T. Y. (2017). Analisis
Keperawatan Keluarga, Konsep
Karakteristik Ibu, Pengetahuan
teori, proses dan praktik dan Kebiasaan Merokok dengan
keperawatan, Graha Kejadian ISPA pada Balita di
Ilmu,Yogyakarta Kelurahan Kenali Asam Bawah,
3. Arikunto, S.2010.Prosedur Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Penelitian Suatu Pendekatan Jambi Vol.18 No.3 Tahun 2018 ,
Praktik.Rineka Cipta.Jakarta. http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/a
4. Avicena SM, 2017.Analisis rticle/view/516/459
capaian indikator keluarga
sehat dengan menggunakan

39

Anda mungkin juga menyukai