“Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga di Desa Lengora Kabupaten Bombana”
NUR INSAN Stb. G2U122052
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2022 BAB 1 PENDAHULUAN
I.1. Konsep Perilaku Hidup Bersih Sehat
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan- kegiatan kesehatan di masyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga. PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Mencegah lebih baik daripada mengobati, prinsip kesehatan inilah yang menjadi dasar pelaksanaan Program PHBS. PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat (Depkes RI, 2007). PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga, artinya harus ada komunikasi antara kader dengan keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2007). 1.2. Tujuan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) 1. Tujuan umum dari PHBS adalah meningkatnya rumah tangga sehat di desa, kabupaten/kota diseluruh Indonesia, dan tujuan khususnya untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan anggota rumah tangga untuk melakukan PHBS serta berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat (Depkes RI, 2007) 2. Manfaat Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi rumah tangga adalah setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas, produktivitas kerja anggota keluarga meningkat, dan dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga. Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi masyarakat antara lain masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat, masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan, masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (Tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa dan lain-lain 1.3. Sasaran PHBS Sasaran PHBS rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan dan terbagi dalam : 1. Sasaran Primer Sasaran primer adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam keluarga yang bermasalah) 2. Sasaran sekunder Sasaran sekunder adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orangtua, tokoh keluarga, kader tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor. 3. Sasaran tersier Sasaran tersier adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, guru, dan tokoh masyarakat. BAB 2 PEMBAHASAN
Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan
Rumah Tangga adalah suatu alat ukur untuk menilai permasalahan kesehatan di rumah tangga. Hasil observasi penulis tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat rumah tangga di Desa Lengora Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana sebagai berikut:
1. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya). Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya. Adapun gambaran perilaku masyrakat Desa Lengora terkait indikator pertolongan persalinan dengan menggunakan tenaga kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Rumah Tangga dengan Indikator Pertolongan
Persalinan dengan Tenaga Kesehatan di Desa Lengora, Kabupaten Bombana Pertolongan Responden/Rumah Tangga Persalinan Quantity Persentasi (%) Menggunakan 7 70,0 Tenaga Kesehatan Menggunakan 3 30,0 Dukun/Tradisional Total 10 100 Sumber: Data Primer
Berdarkan tabel 1 di atas terlihat bahwa dari 10 responden
rumah tangga yang melakukan persalinan selama 6 bulan terakhir, terdapat 7 responden yang menggunakan tenaga kesehatan dalam proses persalinan dan 3 responden yang menggunakan jasa dukun dan metode tradisional. Hasil wawancara penulis dengan responden rumah tangga yang melakukan persalinan selama 6 bulan terakhir di Desa Lengora Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana menunjukan bahwa masyarakat atau rumah tangga di Desa Lengora mulai memiliki kesadaran tentang pentingnya menggunakan jasa tenaga kesehatan dalam proses persalinan.
2. Pemberian ASI Eksklusif
Menurut PP Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Dalam Bab I pasal 1 ayat 2 PP tersebut, pengertian ASI Eksklusif yakni ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Pemberian ASI secara mutlak, penting dilakukan, mengingat manfaat yang akan diperoleh si bayi. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) hal ini untuk menghindari alergi dan menjamin kesehatan bayi secara optimal. Karena di usia ini, bayi belum memiliki enzim pencernaan sempurna untuk mencerna makanan atau minuman lain. Selain itu, ASI jauh lebih sempurna dibandingkan susu formula mana pun. Gambaran perilaku masyarakat Desa Lengora terkait indikator pemberian ASI Eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Rumah Tangga dengan Indikator Pemberian ASI
Eksklusif di Desa Lengora, Kabupaten Bombana Pemberian ASI Responden/Rumah Tangga Eksklusif Quantity Persentasi (%) ASI Eksklusif 8 80,0 (0-6 bulan) Susu Formula 2 20,0 (0-6 bulan) Total 10 100 Sumber: Data Primer
Berdarkan tabel 2 di atas terlihat bahwa dari 10 responden
rumah tangga yang memiliki balita, terdapat 8 responden yang memberikan ASI Eksklusif dari usia 0-6 bulan dan 2 responden yang mengganti pemberian ASI dengan menggunakan susu formula. Hasil wawancara penulis dengan responden rumah tangga yang memili balita di Desa Lengora Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana menunjukan bahwa masyarakat di Desa Lengora khususnya para ibu yang memiliki balita mulai memiliki kesadaran tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada balita di usia pertumbuhan 0-6 bulan.
3. Rutin Menimbangan Berat Badan Balita
Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau
pertumbuhan balita setiap bulan dan mengetahui apakah balita berada pada kondisi gizi kurang atau gizi buruk. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita, perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi, sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi. Gambaran perilaku masyarakat Desa Lengora terkait indikator rutin melakukan penimbangan berat badan pada balita dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Rumah Tangga dengan Indikator Rutin Menimbang
Berat-Badan Balita di Desa Lengora, Kabupaten Bombana Penimbangan Berat Responden/Rumah Tangga Badan Balita Quantity Persentasi (%) Rutin (Setiap Bulan) 8 80,0 Jarang/Kadang-kadang 2 20,0 Total 10 100 Sumber: Data Primer
Berdarkan tabel 3 di atas terlihat bahwa dari 10 responden
rumah tangga yang memiliki balita, terdapat 8 responden yang rutin melakukan penimbangan berat badan setiap bulannya dan 2 responden yang jarang dan kadang-kadang melakukan penimbangan berat badan balita. Hasil wawancara penulis dengan responden rumah tangga yang memiliki balita di Desa Lengora Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana menunjukan bahwa masyarakat di Desa Lengora khususnya para ibu yang memiliki balita mulai memiliki kesadaran tentang pentingnya melakukan penimbangan berat badan balita setiap bulannya agar dapat melihat perkembangan dan pertumbuhan balitanya.
4. Menggunakan Air Bersih
Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari–hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Permenkes RI,1990). Air yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alatalat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya haruslah bersih, agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari penyakit. Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air, untuk anak–anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam–macam cucian). Air yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, membersihkan bahan makanan haruslah bersih agar tidak terkena penyakit atau terhindar dari penyakit. Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium dan diraba). Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. Kuman penyakit dalam air mati pada suhu 100 derajat Celsius. Adapun gambaran perilaku masyarakat Desa Lengora terkait indikator sumber air bersih dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Rumah Tangga dengan Indikator Sumber Air Bersih di
Desa Lengora, Kabupaten Bombana Responden/Rumah Tangga Sumber Air Bersih Quantity Persentasi (%) Air Keran/Sumur 10 100,0 Air Sungai 0 0,0 Total 10 100 Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4 di atas terlihat bahwa keselurahan
responden memiliki sumber air bersih yang sama yakni melalui air keran dan sumur. Hal ini sangat berkaitan erat dengan kondisi lingkungan dan alam disekitar desa Lengora yang masih terjaga dan memiliki sumber mata air yang cukup untuk mensuplai kebutuhan air bersih ke seluruh masyarkat di Desa Lengora. Hasil wawancara penulis dengan responden rumah tangga di Desa Lengora Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana menunjukan bahwa sumber air bersih masyarakat di Desa Lengora cukup baik untuk dikonsumsi dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
5. Menggunakan Jamban Sehat
Setiap rumah tangga harus memiliki dan menggunakan jamban
leher angsa dan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai penampung akhir. Kotoran manusia (feces) adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks yakni melalui berbagai macam jalan atau cara. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain: tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya. Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat (Notoatmodjo, 2003). Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum. 2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamah oleh serangga maupun tikus. 3) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah sekitar. 4) Mudah di bersihkan dan aman penggunannya. 5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna. 6) Cukup penerang 7) Lantai kedap air, 8) Ventilasi cukup baik 9) Tersedia air dan alat pembersih. Adapun kondisi masyarakat Desa Lengora terkait indikator kepemilikan jamban sehat sesuai dengan syarat-syarat jamban sehat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Rumah Tangga dengan Indikator Kepemilikan Jamban
Sehat Sesuai dengan Syarat-Syarat Jamban Sehat di Desa Lengora, Kabupaten Bombana Kepemilikan Responden/Rumah Tangga Jamban Sehat Quantity Persentasi (%) Sesuai Syarat 6 60,0 Tidak Sesuai 4 40,0 Total 10 100 Sumber: Data Primer
Berdarkan tabel 5 di atas terlihat bahwa 4 dari 10 responden
belum memiliki jamban sehat yang layak dan sesuai dengan syarat, yakni masih terdapat rumah tangga yang memiliki jamban yang cukup dekat dengan sumber air bersih dan air minum, sumber penerangan belum memadai, serta ventilasi sebagai media pertukaran udara belum cukup baik. Hasil wawancara dan obeservasi langsung penulis dengan rumah tangga di Desa Lengora Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana menunjukan bahwa masyarakat atau rumah tangga di Desa Lengora dari indikator kepemilikan jamban sehat belum maksimal. 6. Memberantas Jentik Nyamuk
Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah adalah
kegiatan mamberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes Aegypti) di tempat–tempat perkembangbiakannya (Depkes RI, 2005). Pemberantasan jentik nyamuk dilakukan dengan cara “3M plus‟ , yaitu : 1) Menguras dan menyikat tempat–tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum, dll seminggu sekali. 2) Menutup rapat–rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dll. 3) Mengubur dan menyingkirkan barang–barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3). Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti: 1) Mengganti air vas bunga, tempat minim burung atau tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali. 2) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak. 3) Menutup lubang–lubang pada potongan bambu /pohon, dll. 4) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat–tempat yang sulit di kuras atau di daerah yang sulit air. 5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak–bak penampung air. 6) Memasang kawat kasa. 7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar. 8) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai. 9) Menggunakan kelambu. 10) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk. Adapun gambaran perilaku masyarakat Desa Lengora terkait indikator memberantas Jentik Nyamuk dengan melakukan kegiatan “3M Plus” dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Rumah Tangga dengan Indikator Memberantas Jentik
Nyamuk dengan Kegiatan “3M Plus” di Desa Lengora, Kabupaten Bombana Pelaksanaan Responden/Rumah Tangga Kegiatan “3M Plus” Quantity Persentasi (%) Rutin/Sesuai 5 50,0 Jarang/Tidak Sesuai 5 50,0 Total 10 100 Sumber: Data Primer Berdarkan tabel 6 di atas terlihat bahwa dari 10 responden rumah tangga, terdapat 5 responden rumah tangga yang rutin melaksanakan kegiatan “3M Plus” sesau dengan anjuran untuk memberantas jentik nyamuk penyebab malaria dan demam berdarah, 5 responden lainnya belum terlihat maksimal dalam melakukan kegiatan “3M Plus” guna memberantas jentik nyamuk dilingkungan rumah. Hasil wawancara dan observasi penulis dengan responden rumah tangga di Desa Lengora Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana menunjukan bahwa masyarakat atau rumah tangga di Desa Lengora belum memiliki kesadaran tentang pentingnya melaksanakan kegiatan dalam memberantas jentik nyamuk di lingkungan sekitar.
7. Makan dengan Menu Gizi Seimbang
Menurut Depkes RI, 2006 menu seimbang adalah makanan
yang beraneka ragam yang memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Almatsier, 2005). Membiasakan anggota keluarga mengkonsumsi minimal 2 porsi sayur dan 3 porsi buah atau sebaliknya setiap hari, tidak harus mahal, yang penting memiliki kecukupan gizi. Semua jenis sayuran bagus untuk dimakan, terutama sayuran yang berwarna (hijau tua, kuning, orange) seperti bayam, kangkung, daun katuk, kacang panjang, selada hijau atau daun singkong. Begitu pula dengan buah, semua bagus untuk dimakan, terutama yang berwarna (merah, kuning) seperti mangga, papaya, jeruk, jambu biji atau apel lebih banyak mengandung vitamin dan mineral serta seratnya. Adapun gambaran perilaku masyarakat Desa Lengora terkait indikator menu makanan gizi seimbang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Rumah Tangga dengan Indikator Menu Makanan Gizi Seimbang di Desa Lengora, Kabupaten Bombana Menu Makanan Responden/Rumah Tangga Gizi Seimbang Quantity Persentasi (%) Rutin/Sesuai 6 60,0 Jarang/Tidak Sesuai 4 40,0 Total 10 100 Sumber: Data Primer
Berdarkan tabel 7 di atas terlihat bahwa dari 10 responden
rumah tangga, terdapat 6 responden yang rutin memiliki menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi seimbang yakni mengkonsumsi minimal 2 porsi sayur dan 3 porsi buah atau sebaliknya rutin setiap hari, 4 responden lainnya belum memaksimalkan kebutuhan gizi seimbang dalam porsi menu makanan sehari-hari. Hasil wawancara penulis dengan responden rumah tangga Desa Lengora Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana menunjukan bahwa masyarakat atau rumah tangga di Desa Lengora mulai memiliki kesadaran tentang pentingnya menu makanan dengan memperhatikan kebutuhan gizi seimbang pada setiap anggota rumah tangga.
8. Olah Raga atau Melakukan Aktifitas Fisik Secara Teratur
Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana, terstruktur,
berulang dan bertujuan memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani (Adiwinanto, 2008). Dengan demikian akan menentukan status kesehatan seseorang khususnya anakanak pada masa pertumbuhan. Dorongan olahraga secara teratur dapat memelihara jantung, peredaran darah dan frekuensi nadi. Macam-macam olah raga dapat kita lakukan antara lain bersepeda, lari, berenang dan senam (Irianto, 2007). Anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari misalnya jalan, lari, senam dan sebagainya. Aktifitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari , sehingga dapat menyehatkan jantung, paru-paru alat tubuh lainnya. Lakukan aktifitas fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Adapun gambaran perilaku masyarakat Desa Lengora terkait indikator olahraga dan aktivitas fisik teratur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Rumah Tangga dengan Indikator Olahraga dan
Aktivitas Fisik Teratur di Desa Lengora, Kabupaten Bombana Olahraga dan Aktivitas Responden/Rumah Tangga Fisik Teratur Quantity Persentasi (%) Rutin/Teratur 7 70,0 Jarang/Tidak Teratur 3 30,0 Total 10 100 Sumber: Data Primer
Berdarkan tabel 8 di atas terlihat terdapat 7 responden yang
rutin dan teratur melaksanakan olahraga dan aktivitas fisik setiap harinya dan 3 responden yang belum memaksimalkan waktu untuk melakukan olahraga dan aktivitas fisik guna menjaga kebugaran tubuh. Hasil wawancara dengan rumah tangga di Desa Lengora Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana menunjukan bahwa masyarakat atau rumah tangga di Desa Lengora mulai memiliki kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan tubuh dengan cara rutin melakukan olahraga dan aktivitas fisik yang teratur.
9. Tidak Merokok Di Dalam Rumah
Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok
yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, di antaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon Monoksida (CO). 1) Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah. 2) Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker 3) CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati. Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok. Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok. Rumah adalah tempat berlindung, termasuk dari asap rokok. Perokok pasif harus berani menyuarakan haknya untuk tidak menghirup asap rokok. Adapun gambaran perilaku masyrakat Desa Lengora terkait indikator tidak merokok di dalam rumah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Rumah Tangga dengan Tidak Merokok di Dalam
Rumah di Desa Lengora, Kabupaten Bombana Merokok di Dalam Responden/Rumah Tangga Rumah Quantity Persentasi (%) Tidak 6 60,0 Ya 4 40,0 Total 10 100 Sumber: Data Primer
Berdarkan tabel 9 di atas terlihat bahwa masih terdapat 4
responden yang merokok di dalam rumah dan 6 responden yang menggunakan jika merokok lebih memilih berada di luar rumah. Pengetahuan dan kesadaharan responden tentang bahaya zat yang terkandung di dalam asap rokok jika terpapar pada anggota rumah tangga lainnya sangat menentukan sikap dan perilaku responden. Beberapa responden bahkan tidak tahu dan tidak sadar bahwa perilaku merokok di dalam rumah itu sangat membahayakan anggota keluarga yang lain.
10. Membuang Sampah Pada Tempatnya
Sampah merupakan barang sudah tidak terpakai yang sering
kita hasilkan setiap hari. Mulai dari sampah plastik, organik, logam dan sebagainya. Jika sampah dibuang secara sembarangan seperti di sungai, jalanan, pekarangan rumah, di dalam rumah dan sebagainya akan berdampak buruk bagi kesehatan. Manfaat membuang sampah pada tempatnya: 1) Untuk menjaga kebersihan lingkungan hidup 2) Untuk menjaga bau tidak sedap dan banjir 3) Untuk menjadi kebiasaan baik dan teladan bagi orang lain. Jenis-jenis sampah rumah tangga diantaranya: a. Sampah basah Sampah jenis ini dapat diurai (degradable) atau biasa dikatakan membusuk. Contohnya ialah sisa makanan, sayuran, potongan hewan, daun kering dan semua materi yang berasal dari makhluk hidup. b. Sampah kering Sampah yang terdiri dari logam seperti besi tua, kaleng bekas dan sampah nonlogam seperti kayu, kertas, kaca, keramik, batu-batuan dan sisa kain. c. Sampah lembut Contoh sampah ini adalah debu dari penyapuan lantai rumah, gedung, penggergajian kayu dan abu dari rokok atau pembakaran kayu. d. Sampah besar Sampah yang terdiri dari buangan rumah tangga yang besar-besar seperti meja, kursi, kulkas, televisi, radio dan peralatan dapur dan lainnya. Adapun gambaran perilaku masyrakat Desa Lengora terkait indikator membuang sampah pada tempatnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Rumah Tangga dengan Indikator Membuang
Sampah pada Tempatnya di Desa Lengora, Kabupaten Bombana Membuang Sampah Responden/Rumah Tangga pada Tempatya Quantity Persentasi (%) Rutin/Sesuai 7 70,0 Jarang/Tidak Sesuai 3 30,0 Total 10 100 Sumber: Data Primer
Berdarkan tabel 10 di atas terlihat bahwa dari 10 responden
rumah tangga yang memiliki tempat sampah di areal rumah, terdapat 7 responden yang rutin membuang sampah pada tempatnya dan 3 responden lainnya masih belum menyadari fungsi dan manfaat keberadaan tempat sampah yang tersedia di sekitar rumah. Hasil wawancara dan observasi penulis dengan responden rumah tangga di Desa Lengora Kecamatan Kabaena Tengah Kabupaten Bombana menunjukan bahwa masyarakat atau rumah tangga di Desa Lengora mulai memiliki kesadaran tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya.
Analisis Masalah
a. Pengetahuan
Keseluruhan reponden memiliki pengetahuan yang baik seputar
menggunakan jasa tenaga kesehatan dalam proses persalinan, pentingnya ASI Eksklusif di usia pertumbuhan balita, rutin menimbang berat badan balita, membuang sampah pada tempatnya, dan terpenuhinya gizi seimbang. Sedangkan untuk jamban sehat, tidak merokok di dalam rumah, dan melakukan kegiatan 3M Plus guna memberantas jentik nyamuk, pengetahuan responden masih sangat rendah. Selain itu kurangnya pengetahuan tentang pentingnya manfaat olahraga/aktifitas fisik bagi kebugaran tubuh. Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas, dan pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Dengan adanya pengetahuan yang lebih banyak diharapkan dapat diaplikasikan dalam bentuk sikap dan tindakan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga yang lebih baik.
b. Sikap
Keseluruhan responden terkait Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat secara umum cukup baik. Sikap tersebut sangat jelas diturunkan dari tingkat pengetahuan dari keseluruhan responden yang sangat baik. Dengan demikian untuk menentukan sikap harus didasari oleh pengetahuan responden. c. Perilaku Pengertian Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya untuk memberdayakan anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan PHBS serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Kesadaran masyarakat akan kesehatan dan pola hidup bersih sehat, khususnya masyarakat desa masih sangat rendah. Peningkatan pengetahuan dan sikap terkait Perilaku Hidup bersih sehat diharapkan dapat menjadi upaya menyadarkan masyarakat akan pentingnya melakukan upaya perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari sekaligus memberikan gambaran bagaimana cara merealisasikannya sehingga bisa terwujud masyarakat yang peduli terhadap kesehatan.Target yang ingin dicapai adalah terwujudnya peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap PHBS sehingga masyarakat mempunyai kemampuan mempraktekkan pola hidup bersih dan sehat secara mandiri. BAB 3 PENUTUP
PHBS secara umum adalah untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat agar mau dan mampu menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut menjadi penting untuk dilakukan agar masyarakat sadar dan dapat mencegah serta mengantisipasi atau menanggulangi masalah- masalah kesehatan yang mungkin muncul. Selain itu, dengan menerapkan dan mempraktikan PHBS diharapkan masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Dalam tatanan rumah tangga, PHBS dapat menciptakan keluarga yang sehat dan mampu mencegah atau meminimalisir munculnya permasalahan kesehatan. Manfaat menerapkan dan mempraktikan PHBS di rumah tangga termasuk di tempat pengasuhan anak lainnya antara lain, setiap anggota keluarga tidak mudah terkena penyakit, dapat meningkatkan kesejahteraan dikarenakan produktifitas anggota keluarga juga meningkat. Selain itu, dengan menerapkan PHBS secara konsisten akan menciptakan budaya hidup bersih dan sehat dalam keluarga. Selain itu seluruh anggota keluarga dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dan tercukupi asupan gizi. Dalam tatanan masyarakat PHBS merupakan upaya masyarakat untuk menerapkan serta mempraktikkan pola hidup bersih dan sehat dalam rangka menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Penerapan PHBS ini diharapkan dapat mencegah, meminimalisir munculnya serta penyebaran penyakit. Selain itu masyarakat mampu memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan dan mengembangkan kesehatan yang bersumber dari masyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat oleh individu, rumah tangga bahkan masyarakat sangat ditentukan dari faktor pengetahuan, sikap dan membentuk perilaku. Olehnya itu penting untuk terus disosialisasikan tentang perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat agar dapat menambah pengetahuan, merubah sikap dan perilaku masyarakat. PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republic
Indonesia Nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011 Tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Departemen Kesehatan RI. 2015. Rencana strategi kementrian kesehatan
tahun 2015-2019.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Modul Panduan Kader. Depkes.
Jakarta.
Chandra, Fauzan A, Febriza. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Siswa Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Cerbon Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa.http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/JKMK? page=index
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta, Rineka
Cipta. 2007
Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat, Ilmu & Seni. Jakarta, Rineka
Cipta. 2011
Syahputri. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Sanitasi Dasar dan
PHBS di Kelurahan Harjosari. 2011. http:/www/scrib.com
Wijayanti, Rossalina Adi, Novita Nuraini dan Atma Deharja. 2016.
Efektifitas Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Dalam Meningkatkan Pengetahuan Siswa Di SMP Islam Mahfilud Duror Jebluk.Jurnal Ilmiah INOVASI. Vol. 1, No. 3 September pp. 204-208. https://publikasi.polije.ac.id/index.php/jii/article/view/312/297 DOKUMENTASI