Anda di halaman 1dari 8

PROMOSI KESEHATAN KELUARGA

Fungsi keluarga yang penting dalam kesehatan adalah fungsi perawatan kesehatan.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap anggotanya dapat
dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas kesehatan keluarga tersebut
adalah (Frieman, 1998):
         Mengenal masalah kesehatan
         Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
         Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
         Mempertahankan suasana rumah yang sehat
         Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
e.       Penerapan Promosi Kesehatan di Rumah Tangga
Dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat telah ditetapkan pembangunan nasional
berwawasan kesehatan. Untuk melaksanakan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan
pendekatan Promosi Kesehatan. Untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat ditetapkan
visi Nasional Promosi Kesehatan yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”. Dalam
implementasinya Promosi Kesehatan didukung oleh tiga strategi yaitu pemberdayaan
masyarakat, bina suasana dan advokasi.
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kualitas sumber daya
manusia, oleh karena itu perlu dipelihara dan ditingkatkan. Status kesehatan masyarakat antara
lain ditentukan oleh Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Umur
Harapan Hidup (UHH).
Angka kematian ibu yang tinggi sangat erat kaitannya dengan ditolong tidaknya
persalinan oleh tenaga kesehatan. Sedangkan penyebab langsung kematian bayi terbanyak
disebabkan karena pertumbuhan janin yang sangat lambat, kekurangan janin pada bayi, kelahiran
premature dan berat bayi rendah.
Sedangkan untuk penyebab tidak langsung adalah kurangnya ibu yang memberikan ASI secara
eksklusif, sehingga banyak bayi yang mudah terkena penyakit infeksi seperti diare dan ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Perubahan tingkat kesehatan juga memicu transisi epidemiologi penyakit, yakni
bertambahnya penyakit degenerasi atau dikenal dengan penyakit tidak menular (PTM). Saat ini
PTM seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi, diabetes mellitus merupakan penyebab utama
kematian dan ketidakmampuan fisik yang diderita oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia.
Terjadinya PTM ternyata telah mempunyai prakondisi sejak dalam kandungan dan masa
pertumbuhan seperti berat bayi  lahir rendah, kurang gizi dan terjadinya infeksi berulang, juga
diperberat oleh perilaku tidak sehat. Perilaku tidak sehat yang saat ini menjadi tren gaya hidup
masyarakat antara lain merokok, kurang aktivitas fisik dan kurang mengkonsumsi buah dan
sayur.
Permasalahan di atas dapat di cegah dengan melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat khususnya di rumah tangga. Ini karena anggota rumah tangga merupakan asset yang sangat
potensial untuk diberdayakan dalam menjaga memelihara kesehatan.
Pengertian PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan.
Jumlah PHBS yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pun sangat banyak,
bahkan bisa mencapai ratusan. Misalnya tentang mengkonsumsi multi vitamin, istirahat yang
cukup, membuang sampah pada tempatnya, hingga mampu mengendalikan emosi diri.
Sedangkan yang akan dibahas disini adalah PHBS dalam lingkungan rumah tangga.
1)      Pengertian PHBS di Rumah Tangga 
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya unutk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu,
mau dan mampu mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.
2)      Landasan Hukum Pembinaan PHBS di Rumah Tangga
Pembinaan PHBS di Rumah Tangga telah menjadi bagian dari Kesatuan Gerak PKK-KB-
Kesehatan sejak tahun 2005. Landasan hukum pembinaan PHBS:
         Undang-undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pemberdayaan
Keluarga Sejahtera.
         Undang-undang No. 23 Tahun 199 tentang Kesehatan.
         Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
         Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonom
         Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa
dan Kelurahan.
         Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Kewenangan Wajib Standar Pelayanan
Minimal di Bidang Kesehatan.
         Keputusan Menteri dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. 53 tahun 2000 tentang Gerakan
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga.
         Keputusan menteri Kesehatan RI No. 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan.
         Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Daerah
3)      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PHBS Rumah Tangga adalah
         Predisposing, adalah faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadi perilaku
seseorang, antara lain pengetahuan, sikap keyakinan, kepercayaan nilai-nilai, tradisi, disebut.
         Enabling, adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitas perilaku atau
tindakan yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas
untuk terjadinya perilaku kesehatan.
         Reinforcing, adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku,
meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.
4)      Sasaran PHBS utama di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga:
         Pasangan usia subur
         Ibu hamil dan menyusui
         Anak dan remaja
         Usia lanjut
         Pengasuh anak
5)      Manfaat PHBS di Rumah Tangga:
         Anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
         Anak tumbuh sehat dan cerdas
         Produktivitas anggota keluarga meningkat
         Pengeluaran biaya dapat di alokasikan untuk pemenuhan gizi keluarga, pendidikan & modal
usaha untuk peningkatan pendapatan
         Mampu mengupayakan lingkungan sehat
         Mampu mencegah & menanggulangi masalah kesehatan
         Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
         Mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat seperti Posyandu, JPKM,
tabungan bersalin, arisan jamban, kelompok pemakai air, ambulan desa
6)      Langkah langkah pembinaan PHBS di Rumah Tangga
Di Kabupaten Kota
         Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PHBS di Rumah Tangga melalui Tim Penggerak
PKK di seluruh kecamatan dan desa/kelurahan
         Sosialisasi pembinaan PHBS di Rumah Tangga kepada Tim Penggerak PKK
         Mengadvokasi Bupati /Walikota /DPRD untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana bagi
pembinaan PHBS di Rumah Tangga diseluruh kecamatan dan desa/kelurahan
         Memantau kemajuan pelaksanaan pembinaan PHBS di Rumah Tangga dan pencapaian Rumah
Tangga tingkat kabupaten /kota
         Memberikan penghargaan terhadap Pelaksana Terbaik PHBS di Rumah Tangga tingkat
kabupaten/kota

Di Kecamatan 
         Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PHBS di Rumah Tangga melalui Tim Penggerak
PKK di seluruh desa /kelurahan
         Sosialisasi pembinaan PHBS di Rumah Tangga kepada Tim Penggerak PKK desa /kelurahan
dan organisasi masyarakat lainnya.
         Mengadvokasi Camat dan lintas sektor terkait untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana
bagi pembinaan PHBS di Rumah Tangga di seluruh desa/kelurahan
         Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan pembinaan PHBS di Rumah Tangga berdasarkan
prioritas masalah PHBS tingkat desa/kelurahan
         Melatih TP-PKK desa/kelurahan dalam melaksanakan pembinaan PHBS di Rumah Tangga.
         Memantau kemajuan pelaksanaan pembinaan PHBS di Rumah Tangga dan pencapaian Rumah
Tangga diseluruh desa.
         Mengirimkan hasil pengumpulan data PHBS di seluruh desa/kelurahan ke Dinasa Kesehatan
kabupaten/kota untuk diolah lebih lanjut melalui Sistem Informsi Manajemen PHBS (SIM-
PHBS).
         Melaksanakan penilaian PHBS di Rumah Tangga tingkat desa/kelurahan.
         Memberikan penghargaan terhadap Pelaksana Terbaik PHBS di Rumah Tangga tingkat
desa/kelurahan.
Di Desa/Kelurahan
         Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga
         Pengumpulan data PHBS di Rumah Tangga
         Pengolahan Data dan Pemetaan PHBS
         Perencanaan kegiatan
         Penggerakan dan Pelaksanaan Kegiatan
         Pemantauan dan Penilaian
7)      Terdapat 10 indikator PHBS di dalam rumah tangga, yakni:
a)      Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan : Yang dimaksud tenaga kesehatan disini seperti
dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa masyarakat
yang masih mengandalkan tenaga non medis untuk membantu persalinan, seperti dukun bayi.
Selain tidak aman dan penanganannya pun tidak steril, penanganan oleh dukun bayi inipun
dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.
b)      Memberi bayi ASI Eksklusif : Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI Eksklusif yakni
pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi mulai usia nol hingga
enam bulan.
c)      Menimbang Balita setiap bulan : Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan dimaksudkan untuk
memantau pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan. Penimbangan ini dilaksanakan di Posyandu
(Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1 bulan hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan,
catat hasilnya di buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari sinilah akan diketahui perkembangan
dari Balita tersebut.
d)     Menggunakan Air Bersih : Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak,
mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman
dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.
e)      Mencuci tangan pakai sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat
menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan sehingga tangan
bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan setiap kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang
menggunakan tangan, seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum
memegang makanan maupun sebelum menyusui bayi.
f)       Gunakan Jamban Sehat : Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau
tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya. Ada beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air
minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari tanah
sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung,
penerangan dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat
pembersih.
g)      Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di
lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada
di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti
talang air, dll yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup).
h)      Makan buah dan sayur setiap hari : Konsumsi sayur dan buah sangat dianjurkan karena banyak
mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
i)        Melakukan aktifitas fisik setiap hari : aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun kegiatan lain
yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.Jenis aktifitas fisik
yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci
pakaian, dan lain-lainnya.
j)        Tidak merokok di dalam rumah : Di dalam satu puntung rokok yang diisap, akan dikeluarkan
lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida
(CO). Jika ada anggota keluarga yang merokok (perokok aktif), terlebih di dalam rumah, maka
asap yang dihasilkan dari rokok tersebut tidak hanya berbahaya bagi perokok itu sendiri,
melainkan juga orang-orang disekitarnya (perokok pasif) yang tentu saja berefek buruk bagi
kesehatan. Rumah sebagai tempat berlindung bagi keluarga, termasuk dari asap rokok. Oleh
karena itu, perokok pasif harus berani menyuarakan haknya untuk bebas dari kepulan asap
rokok.
Memang PHBS, khususnya di skala rumah tangga, memang terasa mudah dalam teori,
namun dalam pelaksanaannya memang butuh banyak dukungan, mulai dari diri sendiri, keluarga,
lingkungan sekitar hingga pemerintah.
Banyak tantangan yang dihadapi dalam menerapkan PHBS di lingkungan keluarga.
Masih banyaknya iklan rokok yang ada di media cetak maupun elektronik, makanan dan
minuman cepat saji yang kurang sesuai dengan prinsip gizi seimbang, belum adanya monitoring
evaluasi terpadu tentang kegiatan PHBS ini. Selain itu, kawasan padat penduduk di kota-kota
besar seperti Surabaya dan juga banyaknya penduduk musiman yang menimbulkan
permasalahan pada kehidupan sosial dan ekonomi juga merupakan tantangan tersendiri dalam
penerapan PHBS.
Oleh karena itu, bagaimana upaya penerapan sepuluh PHBS di lingkungan keluarga,
tentu sangat tergantung dari kesadaran dan peran aktif masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya masing-masing. Sebab, upaya mewujudkan lingkungan yang sehat akan mendukung
pola perilaku kehidupan masyarakat yang sehat secara kerkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai