Anda di halaman 1dari 23

Konsep Promosi

Pendahuluan

 Promosi Kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya pemberdayaan


masyarakat untuk tahu, mau dan mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.
 Banyak permasalahan kesehatan di Indonesia dapat dicegah melalui kegiatan
promosi kesehatan. Namun, proses perubahan perilaku di masyarakat tidaklah
mudah, maka perlu dikembangkan strategi serta langkah-langkah yang dapat
mendukung upaya pemberdayaan masyarakat agar mampu berperilaku hidup
bersih dan sehat.
 Secara makro paradigma  sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi
positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro
berarti pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan
preventif melalui pemberdayaan masyarakat.
 Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga,
karena rumah tangga yang sehat merupakan aset atau modal pembangunan di
masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya.
 Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit
menular dan penyakit tidak menular, oleh karena itu untuk mencegah
penyakit tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk
melaksanakan PHBS  (Depkes, 2009)
Pengertian Promosi Kesehatan

 Promosi kesehatan sebagai bagian atau cabang dari ilmu kesehatan, juga
mempunyai dua  sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni praktisi
atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program
kesehatan lain.
 Artinya setiap program kesehatan, misalnya pemberantasan penyakit,
perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak,
program pelayanan kesehatan, dan sebagainya, perlu ditunjang atau dibantu
oleh promosi kesehatan
 Promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan. Promosi
kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga
disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. Hal ini berarti bahwa
promosi kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk
perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam
organisasi dalam lingkungannya (lingkungan fisik, social budaya, politik, dan
sebagainya)
Sasaran

sasaran dibagi dalam 3 kelompok sasaran, antara lain:


    Sasaran Primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi
kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan
menjadi: kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah
KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya
promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat.
     Sasaran Sekunder (Secondary Target)
Yang termasuk sasaran sekunder antara lain para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan
sebagainya.
   Sasaran Tersier (Tertiary Target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah adalah
sasaran tersier promosi kesehata
Pengertian Keluarga ( Rumah Tangga)

 Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu
untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing
keluarga. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama dalam promosi
kesehatan pada tatanan ini. Karena orang tua, terutama ibu, merupakan peletak
dasar perilaku dan terutama perilaku kesehatan bagi anak-anak
mereka. Keluarga merupakan tempat dasar berkembangnya perilaku manusia.
 Beberapa ahli menjelaskan, bahwa kata tangga dalam rumahtangga berarti
susunan atau tingkat, mungkin semacam hirarki, baik hirarki tanggungjawab,
hirarki wewenang, hirarki kepatuhan, dan sebagainya. Jadi, dengan menganggap
bahwa tangga adalah susunan, maka para pemikir menjelaskan bahwa dalam
rumahtangga harus ada susunan dan tingkatan wewenang dan tanggungjawab
yang diatur dan dikelola dengan baik sehingga tercipta harmoni yang apik
Fungsi Keluarga dalam Keperawatan
Kesehatan
Fungsi keluarga yang penting dalam kesehatan adalah fungsi perawatan
kesehatan.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap
anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas
kesehatan keluarga tersebut adalah (Frieman, 1998):
 Mengenal masalah kesehatan
 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
 Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
 Mempertahankan suasana rumah yang sehat
 Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Penerapan Promosi Kesehatan di Rumah
Tangga
 Dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat telah ditetapkan pembangunan nasional berwawasan
kesehatan. Untuk melaksanakan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan pendekatan
Promosi Kesehatan. Untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat ditetapkan visi Nasional
Promosi Kesehatan yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”. Dalam implementasinya Promosi
Kesehatan didukung oleh tiga strategi yaitu pemberdayaan masyarakat, bina suasana dan
advokasi.
 Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kualitas sumber daya
manusia, oleh karena itu perlu dipelihara dan ditingkatkan. Status kesehatan masyarakat antara
lain ditentukan oleh Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Umur Harapan
Hidup (UHH).
 Angka kematian ibu yang tinggi sangat erat kaitannya dengan ditolong tidaknya persalinan
oleh tenaga kesehatan. Sedangkan penyebab langsung kematian bayi terbanyak disebabkan
karena pertumbuhan janin yang sangat lambat, kekurangan janin pada bayi, kelahiran
premature dan berat bayi rendah.
Sedangkan untuk penyebab tidak langsung adalah kurangnya ibu yang memberikan ASI secara
eksklusif, sehingga banyak bayi yang mudah terkena penyakit infeksi seperti diare dan ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
 Perubahan tingkat kesehatan juga memicu transisi epidemiologi penyakit, yakni
bertambahnya penyakit degenerasi atau dikenal dengan penyakit tidak menular (PTM). Saat
ini PTM seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi, diabetes mellitus merupakan penyebab
utama kematian dan ketidakmampuan fisik yang diderita oleh masyarakat Indonesia bahkan
dunia. Terjadinya PTM ternyata telah mempunyai prakondisi sejak dalam kandungan dan
masa pertumbuhan seperti berat bayi  lahir rendah, kurang gizi dan terjadinya infeksi
berulang, juga diperberat oleh perilaku tidak sehat. Perilaku tidak sehat yang saat ini
menjadi tren gaya hidup masyarakat antara lain merokok, kurang aktivitas fisik dan kurang
mengkonsumsi buah dan sayur.
 Permasalahan di atas dapat di cegah dengan melaksanakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat khususnya di rumah tangga. Ini karena anggota rumah tangga
merupakan asset yang sangat potensial untuk diberdayakan dalam menjaga
memelihara kesehatan.
 Pengertian PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga,
atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan.
 Jumlah PHBS yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pun sangat
banyak, bahkan bisa mencapai ratusan. Misalnya tentang mengkonsumsi multi
vitamin, istirahat yang cukup, membuang sampah pada tempatnya, hingga
mampu mengendalikan emosi diri. Sedangkan yang akan dibahas disini adalah
PHBS dalam lingkungan rumah tangga.
 Keluarga yang merupakan satuan terkecil dari besarnya komunitas masyarakat
dapat dikategorikan sebagai sumber belajar pada pendidikan anak usia dini
dan termasuk sebagai sumber belajar by utilization. Mengapa?
 Karena keluarga berada dalam satu lingkungan yang dinamakan rumah dan
sudah ada sejak anak dilahirkan. Di dalam rumah, anak dapat belajar
kapanpun, dimanapun, dengan apapun, dan dari siapapun. Pada anak usia dini
porsi waktu anak di rumah lebih banyak jika dibandingkan dengan di sekolah,
sehingga sangat disayangkan jika waktu yang banyak dilewatkan anak di
rumah tidak digunakan untuk menstimulasi anak
 Tidak bisa dipungkiri bahwa anak juga memiliki kedekatan emosional dengan
keluarga yang tinggal bersamanya, terutama orang tua. Dalam hal ini,
keluarga menjadi model yang ideal untuk memberikan contoh perilaku dan
penanaman nilai-nilai bagi anak. Seperti dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara
dalam Sukiman (2005), keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama
dan utama bagi anak. Maka tidak salah bila dalam Sosiologi dikatakan bahwa
“family is the fundamental unit of society”.
 Keluarga (orang tua) membutuhkan skill dan atau wacana agar dapat
memanfaatkan waktunya secara optimal bagi anak karena pendidikan dalam
keluarga akan berlangsung terus menerus/berkesinambungan, berbeda
dengan pendidikan di sekolah yang terputus saat anak lulus. Namun, sebagian
besar orang tua tidak menyadari hal ini.
 Para orang tua terkadang terlalu disibukkan dengan urusan pekerjaan,
mencari nafkah, mengembangkan karier, dan urusan lainnya sehingga mereka
tidak mempunyai waktu untuk mendidik dan mengasuh anak-anaknya; yang
lebih ironis, mereka lupa bahwa seharusnya waktu mereka seharusnya lebih
banyak bersama anak-anaknya. Bila kenyataan ini terus berlanjut, maka
keluarga tidak dapat menjadi sumber belajar dan model yang ideal bagi anak.
SOCIAL KOGNITIF THEORY—Albert
Bandura
 Bandura lebih menekankan bahwa perilaku manusia dapat dilakukan melalui
proses observational learning yaitu dengan mengamati tingkah laku orang lain
dan individu belajar mengimitasi atau meniru tingkah laku orang lain yang
menjadi model bagi dirinya
Bandura dalam Hall, dkk (2002) ada empat komponen dalam proses observational learning,
yaitu :
1. Attention process; sebelum melakukan peniruan atau modeling, individu menaruh perhatian
terhadap model yang akan ditiru.
2. Retention process; setelah memperhatikan, mengamati model tersebut kemudian disimpan
dalam bentuk simbol-simbol (tidak hanya diperoleh melalui pengamatan visual, melainkan
juga melalui verbalisasi) yang suatu saat digunakan dalam bentuk peniruan tingkah laku.
3. Motor Reproduction Process; supaya bisa mereproduksi tingkah laku secara tepat,
seseorang harus sudah bisa memperlihatkan kemampuan-kemampuan motorik. Kemampuan
motorik meliputi kekuatan fisik.
4. Ulangan-Penguatan dan Motivasi (motivational processes); untuk memperlihatkan tingkah
laku dalam kehidupan nyata tergantung pada kemauan dan motivasi. Selain itu perlu
pengulangan perbuatan agar memperkuat ingatannya dan bisa memperlihatkan tingkah laku
hasil meniru model
Social learning theory memberikan peranan kuat terhadap pengaruh
reinforcement secara luas. Reinforcement dibagi menjadi dua yaitu :
1. Vicarious reinforcement yakni konsekuensi yang tumbuh dari tindakan orang
lain (reward, punishment). Tindakan atau aksi dari model tersebut selalu
berpengaruh pada bagaimana individu mengatur perilakunya sendiri.
2. Self-reinforcement merupakan suatu kinerja di mana seorang individu
menetapkan suatu standar untuk mengevaluasi perilakunya sendiri.
 Perubahan yang dihasilkan melalui teknik terapeutik adalah hasil
berkembangnya rasa kemampuan diri (self-efficacy), yaitu bahwa harapan
seseorang atas kemampuannya sendiri mampu menghadapi situasi dan
menciptakan hasil yang diinginkan. Kecemasan dan bentuk lain gejolak emosi
berfungsi sebagai isyarat adanya ancaman yang mungkin individu tidak
mampu mengulanginya. Pengalaman melalui orang lain dapat memberikan
sesuatu yang bermanfaat dengan memberikan individu memperoleh harapan
yang realistis dan membuatnya yakin bahwa bila berusaha maka akan mampu
mengembangkan tingkah laku untuk menanggulangi segala situasi yang ada.
Namun reduksi ketakutan melalui pengalaman orang lain tidak cukup
menghasilkan rasa penguasaan pribadi (personal mastery) yang memadai.
Metode yang efektif adalah menimbulkan prestasi yang berhasil dalam situasi
nyata, bukan dalam penggambaran simbolik tentang situasi tersebut
 Dewasa ini sering kita dengar dari berbagai media mengenai banyaknya kasus
perlakuan orang tua/keluarga yang salah terhadap anak-anaknya, terutama
ketika anak-anak tersebut masih berusia dini. Tidak sedikit orang tua yang
bermaksud mendorong percepatan tumbuh kembang anak-anaknya, tetapi yang
terjadi justru sebaliknya. Budaya instant (mau serba cepat dan tanpa usaha)
dan suasana kompetisi (persaingan), sudah sangat mempengaruhi cara pikir dan
perlakuan orang dewasa terhadap anak-anak kecil. Orang tua menginginkan
agar anak-anaknya cepat menguasai sesuatu, dalam jumlah yang banyak dan
lebih hebat daripada anak-anak lainnya. Seolah-olah semakin cepat menguasai
sesuatu, semakin banyak dan “hebat”, semakin sehat dan baik perkembangan
kejiwaan anak. Padahal secara alamiah, kebutuhan, minat, dan kepekaan
mereka untuk mempelajari atau menguasai sesuatu membutuhkan proses,
waktu dan pelatihan yang sesuai dengan usianya, baik usia mental, fisik maupun
usia kronologis
 Tugas bagi orang tua dan keluarga adalah memperlakukan anak sesuai dengan
tingkat usia (mental, fisik dan kronologis) dan membantu melejitkan potensi
kecerdasan anak. Maka orang tua/keluarga bertugas memfasilitasi dan
memberikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi kelancaran proses
tumbuh kembang anak, tanpa mengintervensi dengan paksaan yang dapat
menghambat kreativitas dan perkembangan anak
 Memberikan contoh perilaku yang baik, tidak hanya berupa perilaku yang
sopan, jujur, atau perilaku baik “real” lainnya, melainkan perilaku baik yang
diungkapkan secara implicit. Orang tua dapat menjadi fasilitator dengan cara
berusaha mengerti anak-anak (mendengarkan apa yang mereka katakan),
menjawab pertanyaan dengan bijaksana, tidak membandingkan hasil karya
mereka (menghargai karya anak berarti menghargai diri mereka), dan tidak
memarahi anak ketika membuat kesalahan
 Keluarga dapat menciptakan suasana rumah seperti surga bagi anak,
menjadikan lingkungan dalam rumah (termasuk keluarga itu sendiri) sebagai
sumber belajar yang efektif dan membuat anak betah berada di rumah.
Keluarga harus mampu memanfaatkan area-area yang ada untuk stimulasi
anak sesuai dengan perkembangannya dan menciptakan komunikasi yang
efektif. Di lingkungan ini anak akan belajar tentang kehidupan.
 Agar menjadi sumber belajar yang efektif, keluarga tentu lah harus memiliki
wawasan yang luas tentang pendidikan anak usia dini, memahami anak, dan
stimulasi yang diberikan pada anak harus selaras dengan yang diberikan oleh
sekolah (jangan sampai ada kontradiktif antara pelajaran dan pengalaman yang
diterima di sekolah dengan di rumah). Dengan demikian, yang mempunyai tugas
paling berat dalam mendidik dan mengasuh anak adalah keluarga, terutama
orang tua. Seperti yang dikemukakan oleh Montessori dalam Andriana (2005),
lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar pada perkembangan dan
pembelajaran anak. Lingkungan, dalam konteks kali ini adalah rumah di mana
salah satu komponennya adalah keluarga. Keluarga diharapkan dapat
menciptakan setting rumah yang kondusif untuk proses belajar anak. Keluarga
yang diharapkan adalah keluarga yang harmonis. Keluarga yang perhatian pada
anak akan menghasilkan anak yang perhatian pada lingkungan di sekitarnya; dan
masih banyak pelajaran lain yang dapat diterima anak dalam lingkungan keluarg

Anda mungkin juga menyukai