Anda di halaman 1dari 8

Focus:

Jurnal Pekerjaan Sosial e ISSN: 2620-3367 Vol. 4 No. 1 Hal : 79-86 Juli 2021

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN SPIRITUALITAS


LANSIA DALAM KESIAPAN MENGHADAPI KEMATIAN

Fitria1, Nandang Mulyana2


1
Program Studi Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Padjadjaran
2
Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Padjadjaran
fitria.priyatno11@gmail.com1, nandang.mulyana@unpad.ac.id2

ABSTRAK
Spritualitas adalah keadaan dimana adanya hubungan yang harmonis antara manusia,
lingkungan, dan tuhannya. Spiritualitas mempunyai dimensi yang menyediakan kekuatan ketika
seseorang berada pada tekanan emosi, penyakit fisik dan kematian dalam setiap tahap
perkembangnnya termasuk pada lansia. Salah satu masalah yang sering dialami lansia adalah
kesiapan mereka dalam menghadapi kematian yang didasari oleh perilaku kerohaniannya. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritual
lansia dalam kesiapan menghadapi kematian. Penelitian ini menggunakan metode studi
kepustakaan dengan menggunakan literature yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kesehatan spiritual lansia terhadap kesiapan menghadapi
kematian dipengaruhi oleh makna hidup, konsep agama dan ketuhanan, interaksi sosial, konsep
sakit sehat, kesejahteraan dan spiritualitas, serta kematian itu sendiri. Selain itu, adanya kesiapan
dan ketidaksiapan lansia dalam menghadapi kematian dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa
kematian tidak dapat ditolak, perbuatan masa lalu yang dilakukan, dan keinginan untuk terus
bersama keluarga yang dicintai.

Kata Kunci : Kematian, Lansia, Kesiapan, dan Kesehatan Spiritual

PENDAHULUAN dengan 90 tahun), berdasarkan


Berdasarkan siklus perkembangan keterangan diatas dapat dikatakan lanjut
dan kehidupan manusia, masa lansia usia adalah seseorang yang memiliki usia
atau lanjut usia adalah tahapan yang diatas 60 tahun.
berada di tahap paling akhir. Menurut Menurut Wong (2008) seiring
WHO (2009) masa lanjut usia terbagi bertambahnya usia, lansia cenderung
menjadi empat golongan diantaranya mengetahui adanya kemunduran atas
middle age (pertengahan usia 45-59 kemampuan yang pernah mereka miliki
tahun), elderly (masa lanjut usia 60-74 dan adanya perubahan fisik seperti
tahun), old (masa lanjut usia tua 75-90 rambut yang memutih, timbulnya
tahun) dan very old (usia lebih dari sama kerutan diwajah, berkurangnya

79
Focus:
Jurnal Pekerjaan Sosial e ISSN: 2620-3367 Vol. 4 No. 1 Hal : 79-86 Juli 2021

kemampuan dalam melihat dan masalah berpengaruh terhadap kesiapannya


masalah fisik lainnya. Selain itu lansia dalam menghadapi kematian, sementara
juga mengalami masalah masalah sosial menurut Slameto (2010) kesiapan adalah
yang ditimbulkan dari menurunnya sebuah kondisi dimana seseorang siap
fungsi fisik yang dialami seperti untuk memberi respon terhadap suatu
hilangnya pendengaran atau cara situasi. Namun, setiap lansia memiliki
berbicara yang sudah tidak lagi dapat berbagai persepsi yang berbeda ketika
dimengerti, sehingga menimbulkan dihadapkan oleh kematian (Harapan,
masalah bahwa lansia mengalami et.al, 2014). Kesiapan yang dirasakan
keterasingan dari masyarakat, berbagai lansia menjelang kematian dipengaruhi
masalah yang dialami lansia merupakan oleh beberapa aspek, diantaranya aspek
hal yang tidak diinginkan bagi setiap psikologis, aspek sosial, aspek fisik, dan
manusia, termasuk masalah psikologi aspek spiritual (Meiner, 2006).
yang membuat lansia merasakan rasa Aspek spiritual adalah aspek yang
kecemasan dalam menghadapi kematian didalamnya mencakup aspek aspek lain
(Azizah,2011). yakni, fisik, psikologi dan juga sosial
Menurut Stanley & Brave (2007) (Ananda R N, et.al , 2017). Menurut
Terjadinya kematian merupakan menurut Taylor dalam Hamid (2002)
fenomena berhentinya kehidupan secara spiritualitas adalah segala sesuatu yang
permanen bagi semua fungsi tubuh yang berkaitan dengan hubungan seseorang
vital. Adanya kesadaran terhadap dalam kehidupan non material atau
kematian biasanya dialami oleh orang kekuatan yang lebih tinggi. Sedangkan,
dewasa usia menengah hingga beranjak menurut Hamid (2009) spiritualitas
tua, yang memunculkan pemikiran lebih adalah hubungan yang memiliki
jauh mengenai seberapa banyak waktu keterkaitan dengan dimensi lain yaitu
yang tersisa atas hidup mereka antara dirinya, orang lain dengan
(Irfani,2008). lingkungannya serta dengan tuhannya,
Perasaan cemas yang muncul menurutnya spiritualitas juga merupakan
terhadap kematian memiliki berbagai hubungan yang memiliki dimensi guna
penyebab termasuk dari kematian itu menjaga keharmoniasan dan
sendiri, selain itu adanya perasaan keselarasan dengan lingkungan luar,
cemas mengenai apa yang akan terjadi dalam menghadapi tekanan emosional
sesudah kematian, bagaimana dengan seperti stress, penyakit fisik dan
keluarga dan saudara yang ditinggalkan, kematian.
serta cemas akibat dari merasa tempat Istilah lain yang berhubungan erat
yang didatangi setelah kematian akan dengan fenomena diatas adalah kondisi
sangat buruk (Hidayat, 2006). sehat. Sehat merupakan kondisi dimana
Kecemasan yang dirasakan oleh lansia adanya keseimbangan antara kondisi

80
Focus:
Jurnal Pekerjaan Sosial e ISSN: 2620-3367 Vol. 4 No. 1 Hal : 79-86 Juli 2021

fisik, mental, psikis, spiritual, sosial dan Putih Salatiga Oleh Ananda Ruth Naftali,
ekonomi (Menteri Kesehatan Republik Yulius Yusak Ranimpi, dan M. Aziz Anwar
Indonesia, 2016). Secara khusus di Dusun Dukuh, Getasan, Kabupaten
kesehatan spiritual merupakan Semarang para lansia di panti tersebut
kemampuan seseorang dalam upaya memiliki jadwal untuk melakukan
menjaga keharmonisan hubungannya kegiatan kerohanian sebanyak 4 kali
dengan diri sendiri, orang lain dan dalam satu minggu. Meskipun kegiatan
tuhannya. Kesehatan spiritual yang baik kerohanian seperti beribadah dilakukan,
dapat membantu lansia dalam tetapi menurut petugas panti masih
menghadapi kenyataan, berpartisipasi, banyak lansia yang merasa takut dalam
meningkatkan self esteem dan dapat menghadapi kematian, dengan
menerima kematian sebagai sesuatu menunjukan sikap tidak mau
yang tidak dapat di hindari (Potter & berkumpulnya dengan para lansia yang
Perry, 2009). lain. Penelitian yang dilakukan oleh
Ananda Dkk juga dilakukan kepada para
METODE PENELITIAN lansia yang berada di Dusun Dukuh,
Penelitian ini menggunakan metode Getasan, Kabupaten Semarang (lansia
studi kepustakaan dengan menjadikan diluar panti) yang menunjukan hasil
buku buku, literatur literatur, artikel dan bahwa terdapat lansia yang belum siap
jurnal yang sudah ada berdasarkan pada jika dihadapi dengan kematian, karena
penelitian sebelumnya sebagai sumber perasaan takut jika meninggalkan
bahan penelitian (Nazir, 1988:111). keluarganya dan mengingat pengalaman
sebelumnya mengenai kesalahan yang
TUJUAN PENELITIAN takut belum diampuni oleh tuhannya.
Tujuan umum dari penelitian ini Sedangkan sebagian lansia yang berada
adalah untuk mendeskripsikan faktor di dalam atau di luar panti dalam
yang mempengaruhi kesehatan spiritual menghadapi kematian di pengaruhi oleh
lansia dalam kesiapan menghadapi pengertiannya mengenai kematian,
kematian. pengalaman kehilangan, tempat yang
diinginkan saat mengalami kematian,
MANFAAT PENELITIAN dan sebagainya.
Untuk memberikan referensi,
pengetahuan dan informasi kepada para PEMBAHASAN
pembaca. Dalam kesiapannya menghadapi
kematian, terdapat enam faktor yang
HASIL mempengaruhi kesehatan spiritualitas
Berdasarkan penelitian sebelumnya pada lansia, diantaranya; makna hidup,
yang dilaksanakan di Panti Werdha Salib konsep agama dan ketuhanan, interaksi

81
Focus:
Jurnal Pekerjaan Sosial e ISSN: 2620-3367 Vol. 4 No. 1 Hal : 79-86 Juli 2021

sosial, konsep sehat dan sakit, kesehatan Penelitian yang dilakukan oleh
spiritualitas dan kematian. Ananda Dkk, menyatakan bahwa semua
lansia yang berada dirumah maupun di
panti percaya terhadap adanya tuhan
Makna Hidup dan rajin dalam melaksankan ibadah.
Makna hidup adalah sesuatu yang Adanya keyakinan akan keberadaan
dianggap benar, penting, berharga serta tuhan ini membuat lansia selalu hidup
bernilai karena mampu memberikan nilai bersyukur dari apa yang telah diberikan
tersendiri bagi kehidupan seseorang oleh tuhan dalam keadaan apapun,
yang dapat dijadikan tujuan hidup. sehingga syukur yang dipanjatkan oleh
Seseorang yang berhasil mencapai mereka menimbulkan perasaan tenang,
kebermaknaan hidup tidak akan nyaman, dan senang didalam diri
menyesali kehidupannya karena penuh mereka, yang didukung oleh pendapat
makna, berharga dan memiliki tujuan dari Fowler (1981, dalam Kozier, 2004)
yang mulia (Bastaman, 2007). Bastman yaitu, keimanan dapat dimiliki oleh orang
(2007) juga menyatakan bahwa ketika orang yang beragama maupun tidak
seseorang memiliki hidup yang beragama. Seseorang yang jika didalam
bermakna maka akan membuat dirinya hidupnya mengingat tuhan maka
menghayati hidup dengan menunjukan hidupnya akan tentram (Al-Isawi, 2005).
semangat dan gairah hidup, serta
menjauhkan diri dari perasaan hampa Interaksi Sosial
dan ketidakbergunaan. Apabila tujuan Interaksi sosial yang dilakukan oleh
hidup tercapai maka kehidupan akan lansia meliputi hubungan lansia oleh
terasa berguna dan bermakna yang keluarga, tetangga dan sesama teman.
menimbulkan perasaan bahagia dan Pada penelitian Ananda Dkk (2017)
berharga. Hal ini selaras dengan hasil Semua lansia yang berada dirumah
penelitian Ananda Dkk, bahwa lansia menyatakan bahwa hubungannya
yang tinggal dirumah maupun di panti dengan keluarga, tetangga hingga ke
menyatakan bahwa tujuan hidupnya teman sesamanya memiliki hubungan
adalah untuk keluarga dengan yang baik, sedangkan bagi lansia yang
mendoakan anak serta cucunya. tinggal dipanti memiliki keterbatasan
Disamping itu, sebagian lansia yang lain akan hal itu, sebagian besar lansia yang
memaknai hidup dengan beranggapan berada di panti menyatakan bahwa
bahwa mereka adalah utusan sang hubungan dengan keluarganya memiliki
pencipta. hubungan yang baik tetapi ada juga yang
mengalami permasalahan sehingga
Konsep Agama dan Ketuhanan lansia menjadi terlantar dan di pantikan.
Hubungan dengan tetangga yang ada di

82
Focus:
Jurnal Pekerjaan Sosial e ISSN: 2620-3367 Vol. 4 No. 1 Hal : 79-86 Juli 2021

panti lain pun tidak begitu diketahui tidak bisa tidur, tidak nafsu makan dan
karena lansia memiliki keterbatasan oleh tidak dapat melakukan aktivitas seperti
kondisi fisiknya atau tidak tahunya jalan biasanya. Hal ini sejalan dengan apa
didaerah panti berada, dan hubungan yang dikemukakan oleh Solita (2007)
lansia dengan teman sesamanya dipanti yaitu sakit adalah konsep psikologis yang
juga memiliki hubungan baik hanya saja berkaitan dengan perasaan, persepsi
terkadang mengalami sedikit cekcok atau pengalaman subjektif seseorang
dengan teman yang lain mengenai mengenai gangguan yang dialami oleh
permasalahan kecil. Dari penelitian tubuh. Konsep sehat dan sakit ini
tersebut dapat dilihat bahwa adanya mempengaruhi kesehatan spiritualitas
interaksi sosial bagi lansia membuat pada lansia dikarenakan ketika lansia
kebutuhan bersosialisasi lansia terjaga, dalam keadaan sehat lanisa dapat
yang didukung oleh pernyataan yang melakukan aktivitas yang mereka
dikemukakan oleh Setiti (2007) bahwa inginkan terkait dengan spiritualitasnya
kebutuhan sosial merupakan kebutuhan tetapi lain hal jika lansia mengalami sakit
lansia yang dapat mempengaruhi maka semua kegiatan akan terbatas
emosional lansia sehingga hal ini sangat termasuk beribadah dan bersosialisasi,
mempengaruhi kesehatan spiritualitas atau melakukan aktivitas bermanfaat
pada lansia yang manfaatnya lansia lainnya sehingga hal ini yang
mendapatkan kepuasan bersosialisasi mempengaruhi kesehatan spiritualitas
dimasa akhir hidupnya dan berpengaruh lansia dalam menghadapi kematian.
dalam kesiapannya dalam menghadapi
kematian. Penurunan Fungsi Fisik
Penelitian yang dilakukan Ananda
Konsep Sehat dan Sakit Dkk menyatakan bahwa lansia yang
Pengertian Sehat Dan Sakit berada dirumah ataupun dipanti
Berdasarkan penelitian yang dilakukan memberikan respon bahwa mereka
Ananda Dkk, menyatakan bahwa semua menerima adanya penurunan fungsi fisik,
lansia yang berada di rumah maupun di namun sebagian lainnya tidak menerima
panti mengartikan pengertian dari sehat kenyataan tersebut. Adanya penurunan
adalah tidak merasakan sakit atau tidak fungsi fisik yang dialami oleh para lansia
merasanya adanya gangguan. sehingga didukung oleh pernyataan yang
sehat didefinisikan sebagai keadaan dikemukakan oleh Nugroho (2008)
tubuh yang kuat dan tidak lemah. bahwa seseorang yang mengalami masa
Sedangkan, menurut lansia yang berada penuaan akan mengalami penurunan
dirumah ataupun di panti mengartikan dan kemunduran fungsi fisik, misalnya
sakit sebagai suatu kondisi bagi tubuh dengan terganggunya pendengaran
mereka yang mengalami perubahan , serta penglihatan , atau gerakan yang

83
Focus:
Jurnal Pekerjaan Sosial e ISSN: 2620-3367 Vol. 4 No. 1 Hal : 79-86 Juli 2021

lambat dan juga postur tubuh yang tidak dan raga, selain itu ada juga yang
lagi proporsional. menyatakan bahwa kematian adalah
jalan menuju surga, pernyataan yang
Kesejahteraan dan Spiritualitas diutarakan oleh lansia sejalan dengan
Pada penelitian Ananda Dkk, semua pernyataan yang dikemukakan oleh
lansia yang memberikan respon mengerti Chusairi (Dalam Wijaya dan Safitri,2015)
arti kata dari mengasihi. Mereka yaitu kematian dipandang sebagai
memahami kasih adalah tindakan yang sesuatu yang tak terelakan dan bisa
dilakukan walaupun orang lain tidak terjadi kapapun, dimanapun yang
melakukan tindakan yang serupa. Hal ini menimbulkan munculnya rasa cemas
menunjukan bahwa perilaku tersebut pada seseorang.
menggambarkan adanya spiritualitas Lansia dalam konsep kematian yang
yang baik pada lansia yang tentunya merasa cemas dilatarbelakangi dengan
sejalan dengan pernyataan yang mereka yang memiliki pengalaman
dikemukakan oleh Tischler (2002) yaitu kehilangan semasa hidupnya , sehingga
spiritualitas adalah suatu hal yang timbulnya rasa siap tidak siap nya dalam
berhubungan dengan perilaku individu menghadapi kematian menjadi hal yang
dengan adanya sikap terbuka, memberi sering dialami baik oleh lansia maupun
dan penuh kasih. Selain itu, seperti yang pada usia dewasa awal. Kesiapan lansia
dikemukakan oleh Notoadmodjo (2003) dalam menghadapi kematian
bahwa Spiritualitas yang sehat tercermin dipengaruhi oleh usia dan faktor faktor
dari cara seseorang mengekspresikan lainnya, yang didukung oleh pernyataan
rasa syukur, pujian atau penyembahan Nelson dan Nelson (dalam Lahey, 2003)
kepada Tuhan, serta perbuatan baik bahwa variable usia sangat
kepada sesama yang sesuai dengan mempengaruhi kesiapan diri seseorang
norma yang ada di masyarakat. dalam menghadapi situasi tertentu, pada
lansia ketakutan pada kematian memiliki
Kematian sedikit rasa takut dibandingkan dengan
Menurut Ross dan Polio dalam Belsky usia dewasa awal, selain itu adanya
(1997) kematian adalah cara agar kematian memberikan pemikiran bagi
manusia bisa dekat dan bertemu dengan lansia untuk siap bahwa kematian tidak
Tuhannya serta orang orang yang dapat ditolak.
dikasihi yang telah meninggal dahulu. Terkait dengan ketidaksiapan lansia
Berdasarkan penelitian Ananda Dkk, dalam menghadapi kematian
seluruh partisipan lansia yang dilatarbelakangi oleh perbuatan mereka
memberikan respon mengenai di masa lalu maupun keinginan mereka
pemahaman akan kematian memahami yang ingin terus bersama dengan
bahwa kematian adalah terpisahnya jiwa keluarganya yang sejalan dengan

84
Focus:
Jurnal Pekerjaan Sosial e ISSN: 2620-3367 Vol. 4 No. 1 Hal : 79-86 Juli 2021

pernyataan yang dikemukakan oleh bermakna. Jakarta: PT. Raja


Hasan (2006) yaitu kekhawatiran Grafindo.
mereka terhadap kematian mereka Hasan, P. (2006). Psikologi
khawatir tidak bisa lagi berkempul perkembangan islami. Jakarta:
dengan keluarga yang mereka cintai saat Rajawali Press.
di dunia. Hamid AYS. Aspek Spiritual dalam
Keperawatan. Jakarta: Widya
PENUTUP Medika; 2000.
Dari hasil penelitian studi Lahey, B. (2003). Psychology an
kepustaakan ini dapat disimpulkan introduction. New York: Hill,
bahwa faktor yang mempengaruhi McGraw.
kesehatan spiritual lansia dalam kesiapan Meiner, S. (2006). Gerontologic nursing
menghadapi kematian dipengaruhi oleh the (3rd ed.). United States of
makna hidup, konsep agama dan America: Mosby Inc.
ketuhanan, interaksi sosial, konsep sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
sehat, kesejahteraan dan spiritualitas, (2016). Peraturan Menteri
serta kematian itu sendiri. Berdasarkan Kesehatan Republik Indonesia
hasil penelitian studi kepustakaan Nomor 25 Tahun 2016 tentang
terdapat perbedaan antara lansia yang rencana aksi nasional kesehatan
berada dirumah dan di panti dalam lanjut usia tahun 2016-2019.
melakukan interaksi sosial. Selain itu Jakarta.
adanya kesiapan dan ketidaksiapan Naftali, A. R., Ranimpi, Y. Y., & Anwar,
lansia dalam menghadapi kematin M. A. (2017). Kesehatan Spiritual
dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa dan Kesiapan Lansia Dalam
kematian tidak dapat ditolak, perbuatan Menghadapi Kematian. Buletin
masa lalu yang dilakukan, dan keinginan Psikologi, 25(2), 124-135.
untuk terus bersama keluarga yang Notoadmodjo S. Pendidikan dan Perilaku
dicintai. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2003.
DAFTAR PUSTAKA Nugroho. (2008). Keperawatan
Al-Isawi. (2005). Islam dan kesehatan Gerontologi (3rd ed.). Jakarta:
jiwa. Jakarta Timur: Pustaka Al- EGC.
Kautsar. Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Buku
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan lanjut ajar fundamental keperawatan
usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. (7th ed.). Jakarta: Salemba
Bastaman, H. (2007). Logoterapi Medika.
:Psikologi untuk menemukan Setiti, S. (2007). Pelayanan lanjut usia
makna hidup dan meraih hidup berbasis kekerabatan (studi kasus

85
Focus:
Jurnal Pekerjaan Sosial e ISSN: 2620-3367 Vol. 4 No. 1 Hal : 79-86 Juli 2021

pada lima wilayah di Indonesia).


Jakarta: Puslitbang Kesejahteraan
Sosial. Retrieved from
http://www.depsos.go.id/unduh/.
pdf
Tischler, L. (2002). The growing interest
in spirituality in business: A long-
term socio-economic explanation.
Journal of Organization Change
Management. 12(4), 273-279
Wijaya. F. S. and Safitri, R. M. (2010).
Persepsi terhadap kematian dan
kecemasan menghadapi kematian
pada lanjut usia. Jurnal Insight.
3(2).

86

Anda mungkin juga menyukai