Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA

Psikologi Manula, Sikap Keberagaman Pada Manula, Perlakuan


Terhadap Manula Menurut Islam.

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Dima Akhaliya (2110202009)


Nandita Zahrani (2110202007)
Rahma Tri Utami (2110202032)

Dosen Pembimbing :

Romli, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Psikologi Agama
meneliti dan menalaah kehidupan beragama pada seseorang dan
mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan
tingkah laku, serta keadaan hidup pada umumnya.
Dalam suatu periode hidup manusia, terdapat fase-fase tertentu yang
harus dilewati salah satu fase yang paling sering dibicarakan dan menarik
perhatian para psikolog adalah fase lanjut usia (manula). Hal ini
dikarenakan timbulnya karakter dan kebiasaan unik yang dimilki oleh
seseorang ketika memasuki usia lanjut yaitu berkisar antara umur 65-100
tahun atau sampai meninggal. Perkembangan agama pada manula &
perlakuan terhadapnya menurut islam.
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang.
Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan
sosialnya adalah sebagai berikut; perubahan yang menyangkut kenumpuan
motorik, perubahan kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis,
perubahan dalam sistem syaraf, perubahan penampilan.
Tingkah laku keagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang
luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu tinghkah laku itu
umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan keluasan
pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya.
Pada masa ini merupakan dilema bagi manusia, yaitu dia merasa
pengalamannya lebih banyak dari pada kaum muda, namun ia sudah tidak
mampu lagi menyalurkannya, oleh karena itu bagi mereka yang bersikap
positif atas hal ini maka mereka akan menyalurkannya dengan membantu
kegiatan sosisal kemasyarakatan.

1
Pada masa ini adalah puncak dari jiwa keaagamaan yang semakin
matang dan penerimaan seutuhnya, pada masa ini juga seharusnya kita
harus lebih banyak meningkatkan nilai ibadah daripada mengurus duniawi
yang bersifat sementara ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Manula?
2. Bagaimana keberagaman sikap pada manula?
3. Bagaimana perkembangan agama pada manula?
4. Bagaimana perlakuan terhadap manula menurut islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Manula
2. Untuk mengetahui bagaimana keberagaman sikap pada manula?
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan agama pada manula
4. Untuk mengetahui perlakuan terhadap manula menurut islam?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manula
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia lansia / jompo berarti “tua
sekali atau sudah lemah fisiknya, tua renta, atau uzur”. 1 Lansia dalam
penilaian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi,
kondisi fisik rata-rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi yang sudah
uzur ini berbagai penyakit siap untuk menggerogoti mereka. Kondisi di
usia tua menyebabkan manusia usia lanjut senantiasa dibayang-bayangi
oleh perasaan tak berdaya dalam menghadapi kematian. Dan rasa takut
akan kematian ini semakin meningkat pada usia tua.2
Eric Ericson menyatakan bahwa manusia lanjut usia (manula) berada
pada tahapan terakhir dari tahapan siklus. Menurut Ericson lanjut usia
digambarkan sebagai konflik antara integritas (yaitu rasa puas) yang
tercermin selama hidup yang tidak berarti.
Lanjut usia sebenarnya merupakan masa dimana seseorang
merasakan kepuasan dari hasil yang diperolehnya, dan menikmati hidup
bersama anak dan cucu, merasa bahagia karena telah memberi sesuatu bagi
generasi berikutnya. Bagi para lanjut usia hendaknya mampu mengatasi
cidera “narcissism” (kecintaan pada diri sendiri), terlebih-lebih manakala
mereka kehilangan dukungan atau perhatian dari orang-orang disekitarnya.
Apabila pada manula tidak mampu memelihara dan mempertahankan
harga dirinya maka akan timbul rasa tegang, cemas, takut, kecewa, sedih,
marah, putus asa dan sebagainya.
Terjadi konflik pada manula yaitu dengan pelepasan kedudukan dan
otoritasnya, serta penilaian terhadap kemampuan, keberhasilan, kepuasan
yang diperoleh sebelumnya. Hal ini berlaku bagi laki-laki dan perempuan.

1
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),
cet: 7, Hlm: 476
2
Prof. Dr. H. Jalaluddin,  Psikologi Agama, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2012), hlm. 115

3
B. Sikap Keberagaman Pada Manula.
1. Pengertian Sikap Keberagamaan
Sikap keberagamaan pada manula merupakan kata dasar dari
agama. Menurut bahasa (etimologi), sikap adalah “perbuatan dan
sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, pendapat atau
keyakinan”.3 Sedangkan dalam bahasa inggris disebut attitude menurut
Ngalim Purwanto adalah “perbuatan atau tingkah laku sebagai respon
atau reaksi terhadap suatu rangsangan atau stimulus”.4
Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu
perangsang. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu
masing-masing seperti adanya perbedaan, dan juga situasi lingkungan.
Sikap merupakan penentu yang penting berhubungan 2 alternatif, yaitu
senang (like) atau tidak senang (dislike), melaksanakannya,
menjauhi/menghindari sesuatu . Sikap ini senantiasa diarahkan kepada
sesuatu yang artinya tidak ada sikap tanpa objek. Maka dari itu menurut
yang dikemukakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono bahwa sikap adalah
kesiapan seseorang pada untuk bertindak secara hal-hal tertentu .5
Dari uraian diatas jelaslah bahwa sikap merupakan kesediaan
bertindak atau bertingkah laku seseorang individu yang berdasarkan
pendirian dan pendapat terhadap suatu hal atau objek tertentu.
Yang dimaksud dengan keberagaman yaitu suatu kondisi yang
terdapat bermacam-macam perbedaan yang dimiliki oleh setiap
individu khususnya pada manula (manusia lanjut usia). Karena periode
selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara
perlahan-lahan dan bertahap dikenal sebagai “senescence” yaitu masa
proses menjadi tua. Keberagaman pada manula ini merupakan rentang
hidup yang dimana seorang telah beranjak jauh dari pada periode
terdahulu.Masa ini dimulai dari umur 60 sampai mati, yang ditandai
3
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus…..,h. 499)
4
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: Remaja Rosda Karya,
1995), Cet. Ke-103, h. 141.
5
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, ( Jakarta: Bulan
Bintang, 19820, Cet. II, h.103.

4
dengan adanya perubahan pada keberagaman manula yang bersifat fisik
dan psikologis menurun.6
2. Ciri-ciri sikap keberagaman pada manula
Dalam buku psikologi agama, Jalaluddin (2007) menuliskan
beberapa ciri-ciri sikap keberagaman manusia pada usia lanjut secara
garis berasnya adalah7 :
1. Kehidupan keberagaman pada usia lanjut sudah mencapai tingkat
kemantapan.
2. Meningkatkan mulai munculnya pengakuan terhadap realitas tentang
kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh.
3. Sikap keberagaman cenderung mengarah kepada kebutuhan saling
cinta antar sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.
3. Sikap keberagaman cenderung mengarah kepada kebutuhan saling
cintah antar sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.
4. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang sejalan dengan pertambahan
usia lanjut.
6. Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan
pembentukan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan abadi
(akhirat).
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat
dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan
hidup, harga diri dan optimisme. Sebab agama dapat memenuhi
beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam hal
menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan
berharga dan pentingnya dalam kehidupan, dan menerima kekurangan
dimasa tua.8 Menurut pendapat ahli William James, usia keagamaan
yang luar biasa tampaknya justru terdapat pada usia lanjut, ketika

6
Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perekembangan, ( Jakarta: Erlangga, 1980 )
7
Jalauddin, (2007)., Psikologi keagamaan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
8
Abdul Aziz Ahyadi.(2005). Psikologi Agama. Bandung: Sinar Baru
Algensindo,

5
gejolak kehidupan seksual sudah berakhir. Pendapat tersebut diatas
sejalan dengan realitas yang ada dalam kehidupan manusia usia lanjut
yang semakin tekun beribadah. Mereka sudah mulai mempersiapkan
diri untuk bekal hidup diakhirat kelak.
Ada beberapa pandangan yang menyatakan hal-hal yang
menentukan sikap keagamaan pada manusia di usia lanjut, diantaranya
sebagai berikut;
a. Seringkali kecenderungan meningkatnya kegairah dalam bidang
keagamaan ini dihubungkan dengan penurunan kegairah seksual.
Menurut pendapat ini manusia usia lanjut mengalami frustasi dalam
bidang seksual sejalan dengan penurunan kemampuan fisik. Frustasi
semacam ini dinilai sebagai satu-satunya factor yang membentuk sikap
keagamaan. Pendapat ini disanggah oleh Thouless, yang beranggapan
bahwa terlalu berlebih-lebihan.
b. Dalam penelitian lain menyatakan bahwa yang menentukan sikap
keagamaan diusia lanjut diantaranya adalah depersonalisasi. Penelitian
ini diantaranya dilakukan oleh M.Argyle dan Elle A. Cohen.9
3. Perubahan Yang Terjadi Pada Manula
Perubahan yang terjadi pada lanjut usia (Padila, 2013), diantaranya
yaitu:
1. Perubahan Fisik
Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi
tubuh pun makin menurun. Tak heran bila pada usia lanjut, semakin
banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tidak lagi mau
bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu. Menjadi tua
membawa pengaruh serta perubahan menyeluruh baik fisik, sosial,
mental, dan moral spiritual, yang keseluruhannya saling kait mengait
antara satu bagian dengan bagian lainnya. Secara umum, menjadi tua
ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala

9
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta PT Raja Grafindo Persabda, 2004) hlm.89-
90

6
kemunduran fisik, antara lain: kulit mulai mengendur dan wajah
mulai keriput serta garis-garis yang menetap rambut kepala mulai
memutih atau beruban, gigi mulai lepas. penglihatan berkurang,
mudah lelah dan mudah jatuh, mudah terserang penyakit, nafsu
makan menurun, penciuman mulai berkurang, gerakan lambat,
kurang lincah, dan pola tidur berubah (Wahjudi, 2008 dalam padila,
2013).
a. Perubahan fisiologis usila pada sel
Sel mengalami perubahan diantaranya jumlah sel
menurun/lebih sedikit, ukuran sel lebih besar, jumlah cairan tubuh
dan cairan intraselular berkurang, proporsi protein di otot otak
ginjal darah dan hati menurun, mekanisme perbaikan sel
terganggu, otak menjadi atropi beratnya berkurang 5-10% dan
jumlah sel otak menurun lekukan otak akan menjadi lebih
dangkal dan melebar (Wahjudi, 2008 dalam padila, 2013).

b. Perubahan fisiologis usila pada sistem pernapasan.


Perubahan seperti hilangnya silia dan menurunnya refleks,
batuk dan muntah mengubah keterbatasan fisiologis dan
kemampuan perlindungan pada sistem pulmonal, atropi otot-otot
pernapasan dan penurunan kekuatan otot dapat meningkatkan
resiko keletihan otot pernapasan pada lansia, alveoli menjadi
kurang elastis dan lebih berserabut serta berisi kapiler-kapiler
yang kurang berfungsi sehingga oksigen tidak dapat memenuhi
permintaan tubuh (Wahjudi, 2008 dalam padila, 2013).
c. Perubahan fisiologis usila pada sistem pendengaran
Gangguan pendengaran, hilangnya daya pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit megerti kata-kata, 50% terjadi
pada usia diatas umur 65 tahun. Membran timfani menjadi
otoskloresis, terjadi pengumpulan serumen dan mengeras karena

7
peningkatan keratin, tinnitus dan vertigo (Wahjudi, 2008 dalam
padila, 2013).
d. Perubahan fisiologis usila pada sistem penglihatan
Sfingter pupil sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa menjadi suram,
menjadi katarak, meningkatnya ambang pengamatan, daya
akomodasi menurun, lapang pandangan menurun serta sensitifnya
terhadap warna (Wahjudi, 2008 dalam Padila, 2013).
e. Perubahan fisiologis usila pada sistem kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, elastisitas dinding
aorta menurun, kemampuan jantung memompa darah menurun,
curah jantung menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan, tekanan darah meningkat akibat resistensi pembuluh
darah perifer meningkat (Wahjudi, 2008 dalam padila, 2013).
f. Perubahan fisiologis usila pada sistem pengaturan suhu tubuh
Pada pengaturan suhu tubuh, hipotalamus dianggap bekerja
sebagai suatu termostap, yaitu menetapnya suatu suhu tertentu,
temperature tubuh menurun (hipotermia) (Wahjudi, 2008 dalam
padila, 2013). Suhu tubuh ini merupakan keadaan seimbang
antara produksi panas tubuh dan kehilangan panas dari
tubuh,diukur dengan derajat.
g. Perubahan fisiologis usila pada sistem persyarafan.
Menurunnya hubungan persyarafan, berat otak menurun 10-
20 %, saraf panca indera mengecil, kurang sensitiv terhadap
sentuhan, respon dan waktu untuk bereaksi lambat terhadap
stress, defisit memori. Berat otak 350 gram pada saat kelahiran,
kemudian meningkatkan menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun,
berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini
kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak
berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun.

8
Otak mengandung 100 juta sel termasuk diantaranya sel
neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan
saraf pusat. Pada penuaan, otak kehilangan 100.000 neuron/tahun.
Neuron dapat mengirimkan signal kepada sel lain dengan
kecepatan 200 mil/jam. Terjadi atrofi cerebal (berat otak menurun
10%) antar usia 30-70 tahun. Secara berangsur-angsur tonjolan
dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit
dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian
sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and
tear) yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dan
lisosom atau mitokondria (Wahjudi, 2008 dalam padila, 2013).
h. Perubahan fisiologis usila pada sistem pencernaan.
Kehilangan gigi penyebab utama, indra pengecap menurun,
rasa lapar menurun, asam lambung dan waktu pengosongan
lambung menurun, peristaltik melemah sehingga bisa
menyebabkan konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati semakin
mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang (Wahjudi, 2008 dalam padila, 2013).
i. Perubahan fisiologis usila pada sistem reproduksi
Pada wanita selaput lendir pada vagina menurun atau kering,
menciutnya ovarium dan uterus, atrofi payudara, pengehentian
reproduksi ovum pada saat menopause. Pada laki-laki testis masih
dapat memproduksi sperma, penurunan sperma berangsur- angsur
dan dorongan seks menetap sampai usia diatas 70 tahun asalkan
kondisi kesehatan baik, hubungan seks teratur membantu
mempertahankan kemampuan seks (Wahjudi, 2008 dalam padila,
2013).
j. Perubahan fisiologis usila pada sistem perkemihan
(Genitourinaria)

9
Ginjal mengecil, aliran darah keginjal menurun, dan fungsi
tubulus menurun sehingga kemampuan mengkonsentrasi urin juga
ikut menurun (Wahjudi, 2008 dalam padila, 2013).
k. Perubahan fisiologis usila pada sistem endokrin
Hampir semua produksi hormone mengalami penurunan,
berkurangnya ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunnya produksi
aldosterone, menurunnya sekresi hormon gonad seperti
progesteron, esterogen, dan aldosterone (Wahjudi, 2008 dalam
padila, 2013).

l. Perubahan fisiologis usila pada sistem integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan


lemak, kulit kusam, respon trauma menurun, kulit kepala dan
rambut menipis, pertumbuhan kuku lambat, timbul bercak
pigmentasi pada permukaan kulit tampak bintik coklat, jumlah dan
fungsi kelenjar keringat berkurang (Wahjudi, 2008 dalam Padila,
2013).

m. Perubahan fisiologis usila pada sistem muskuloskeletal.

Tulang kehilangan cairan dan semakin rapuh, kekuatan dan


stabilitas tulang menurun, kartilago penyangga saat menopause.
Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi sperma, penurunan
sperma berangsur- angsur dan dorongan seks menetap sampai
usia diatas 70 tahun asalkan kondisi kesehatan baik, hubungan
seks teratur membantu mempertahankan kemampuan seks
(Wahjudi, 2008 dalam padila, 2013).

2. Perubahan Mental
Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat
berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah
pelit atau tamak bila memiliki sesuatu, yang perlu di mengerti adalah
sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yakni

10
keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin dihemat,
mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat, ingin tetap
mempertahankan hak dan hartanya dan ingin tetap berwibawa, dan
meninggal secara terhormat dan masuk surga (Wahjudi, 2008 dalam
Padila, 2013).
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu perubahan
fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
keturunan (hereditas), dan lingkungan. Perubahan kepribadian yang
drastis, keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang
tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena faktor lain,
misalnya penyakit (Wahjudi, 2008 dalam Padila, 2013).
a. Kenangan (memori).
Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa
hari yang lalu dan mencakup beberapa perubahan, kenangan
jangka pendek atau skala (0- 10 menit), kenangan buruk bisa
kearah demensia (Wahjudi, 2008 dalam Padila, 2013).
b. Intelegentia Quotion (IQ)
IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal. Penampilan, persepsi, dan keterampilan psikomotor
berkurang. Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena
tekanan faktor waktu (Wahjudi, 2008 dalam Padila, 2013).
3. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial pada lansia sering diukur dengan nilai
melalui produktivitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan.
Bila mengalami pensiun (purna tugas), seseorang akan mengalami
kehilangan, antar lain: kehilangan finansial (pendapatan berkurang),
kehilangan status, kehilangan teman, kehilangan pekerjaan dan
kegiatan sehingga merasa sadar akan kematian, kekurangan
ekonomi, adanya penyakit, timbul kesepian, adanya gangguan saraf
dan panca indera, gangguan gizi, rangkaian kehilangan kekuatan dan
ketegapan fisik (Wahjudi, 2008 dalam Padila, 2013).

11
4. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan,
lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya hal ini
terlihat dalam berpikir sehari-hari dan pada usia 70 tahun
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan
bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan keadilan
(Wahjudi, 2008 dalam padila, 2013).
5. Dampak Kemunduran
Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran misalnya
kemunduran fisik yang ditandai kulit menjadi keriput karena
berkurangnya bantalan lemak, rambut memutih, pendengaran
berkurang, penglihatan memburuk, gigi mulai ompong, aktivitas
menjadi lambat, nafsu makan berkurang yang menyebabkan
kekurangan gizi pada lansia dan kondisi tubuh yang lainnya juga
mengalami kemunduran, perubahan kondisi hidup dapat berdampak
buruk pada lansia.
Koping terhadap kehilangan pasangan, perpindahan tempat
tinggal, isolasi sosial, dan kehilangan kendali dapat terjadi kesulitan
lansia untuk merawat diri sendiri.

C. Perkembangan Agama Pada Manula


Garizatu At-Tadayyun (insting beragama) atau Garizatu At-Taqdis
( insting pensakralan ) merupakan insting bawaan sebagai karakter inheren
penciptaan yang permanen. Insting ini ditandai ada perasaan lemah pada
dirinya. Perasaan lemah ini meskipun ditutup-tutupi dengan berbagai
potensi lainnya seperti potensi mempertahankan diri, tetapi tetap muncul,
sebab kelemahan manusia merupakan fitrah pula, sebagaimana firmannya:

Artinya: Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena


manusia diciptakan (bersifat) lemah.

12
Memang terkadang muncul perasaan kuat, tetapi sifatnya sementara,
manusia diliputi keadaan lemah baik perubahan fisik, dan psikis
ketidakberdayaannya mempertahankan umurnya sendiri dan perubahan
sel-sel yang menua. Indikasi ini dapat dilihat pada ayat berikut:

Artinya: Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian


Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha
kuasa.
Dari perasaan lemah yang permanen itu muncul keinginan manusia
untuk tergantung pada sesuatu dan ketergantungan itu dapat berwujud
pada perilaku membutuhkan sesuatu pada dirinya yang kuat, semacam “
hero ”, ingin mengagungkan sesuatu, mengabdikan pada diri kepada yang
dianggap memiliki kekuatan, atau mensakralkan sesuatu.10
Pada usia lanjut, yaitu setelah usia diatas 65 tahun manusia akan
menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah
penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktivitas
menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan
mereka kehilangan semangat. Pengaruh dari kondisi penurunan
kemampuan fisik ini menyebabkan mereka yang berada pada usia lanjut
merasa dirinya sudah tidak berharga atau kurang dihargai. Hasil penelitian
Neugartten (1971) masalah utama yang dihadapi manusia usia lanjut
antara 70-79 tahun menunjukkan 75 persen dari mereka yang dijadikan

10
Drs. Yadi Purwanto, MM.Psi., Psikologi kepribadian: Integrasi Nafsiyah dan
‘Aqliyah Perspektif Psikologi Islam, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), hlm: 114-115

13
responden menyatakan puas dengan status mereka sesudah menginjak
masa beban tugas.
Sebagian besar mereka menunjukkan aktivitas positif dan tidak
merasa dalam keterasingan dan hanya sedikit yang sudah berada dalam
kondisi uzur serta mengalami gangguan kesehatan mental. Namun,
umumnya mereka dihadapkan pada konflik batin antar keutuhan dan
keputusan. Karena itu mereka cenderung mengingat sukses masa lalu,
sehingga umumnya mereka yang berada pada tingkat usia lanjut ini senang
membantu para remaja yang aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial,
termasuk sosial keagamaan.
Proses perkembangan manusia setelah dilahirkan secara fisiologis
semakin lama menjadi lebih tua. Dengan bertambahnya usia, maka
jaringan-jaringan dan sel-sel menjadi tua, sebagian regenerasi dan
sebagian yang lain akan mati. Usia lanjut ini biasanya dimulai pada usia 65
tahun. Pada usia lanjut ini biasanya akan menghadapi berbagai persoalan.
Persoalan awal dapat digambarkan sebagai berikut :
Pada usia lanjut terjadi penurunan kemampuan fisik - aktivitas
menurun - sering mengalami gangguan kesehatan - mereka cenderung
kehilangan semangat.11
Dalam banyak hal, tak jarang para ahli psikologi menghubungkan
kecenderungan peningkatan kehidupan keagamaan dengan penurunan
kegairahan seksual. Menurut pendukung pendapat ini manusia usia lanjut
mengalami frustasi dibidang seksual, sejalan dengan penurunan
kemampuan fisik dan frustasi semacam itu dinilai sebagai satu-satunya
faktor yang membentuk sikap keagamaan. Tetapi menurut Robert H.
Thoules, pendapat tersebut berlebih-lebihan. Sebab katanya, hasil
penelitian menunjukkan bahwa meskipun kegiatan seksual secara biologis
boleh jadi sudah tidak ada lagi pada usia lanjut, namun kebutuhan untuk
mencintai dan mencintai tetap ada pada usia tua itu.12

11
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2004 ), hal. 88
12
Prof. Dr. H. Jalaluddin, Op. Cit, hal. 110-111

14
Ada beberapa pandangan yang menyatakan hal-hal yang menentukan
sikap keagamaan pada manusia di usia lanjut, diantaranya sebagai berikut :
1. Seringkali kecenderungan meningkatnya kegairahan dalam bidang
keagamaan ini dihubungkan dengan penurunan kegairahan seksual.
Menurut pendapat ini manusia usia lanjut mengalami frustasi dalam
bidang seksual sejalan dengan penurunan kemampuan fisik. Frustasi
semacam ini dinilai sebagai satunya-satunya faktor yang membentuk
sikap keagamaan. Pendapat ini disanggah oleh Thouless, yang
beranggapan bahwa pendapat tersebut dilebih-lebihkan.
2. Menurut William James, usia keagamaan yang luar biasa tampaknya
justru terdapat pada usia lanjut, ketika gejolak kehidupan seksual sudah
berakhir. Pendapat tersebut diatas sejalan dengan realitas yang ada
dalam kehidupan manusia lanjut yang semakin tekun beribadah.
Mereka sudah mulai mempersiapkan diri untuk bekal hidup di akhirat
kelak.
3. Dalam penelitian lain menyatakan bahwa yang menentukan sikap
keagamaan di usia lanjut diantaranya adalah depersonalisasi. Penelitian
ini diantaranya dilakukan oleh M. Argyle dan Elle A. Cohen.

D. Perlakuan Terhadap Manula Menurut Islam


Manusia usia lanjut dipandang tak ubahnya seorag bayi yang
memerlukan pemeliharaan dan perawatan serta perhatian khusus dengan
penuh kasih sayang. Perlakuan yang demikian itu tidak dapat diwakilkan
kepada siapapun, melainkan menjadi tanggung jawab anak – anak mereka.
Perlakuan yang baik dan penuh kesabaran serta kasih sayang yang dinilai
sebagai kebaktian. Sebaliknya, perlakuan yang tercela dinilai sebagai
kedurhakaan.
Adapun dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits berkenaan dengan
perlakuan kepada orang tua diantaranya sebagai berikut:

15
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya
atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia (23). Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" 
Selain itu, kita juga dapat melihat bagaimana seharusnya perilaku
anak kepada orang tua, dalam pernyataan Aisyah R.A. yakni dalam dialog
Rasulullah SAW. Kepada seorang laki-laki. Rasul bertanya : “ Siapakah
yang bersamamu? Orang itu menjawab :“ Ayahku”. Beliau berkata :“
Jangan berjalan di depannya dan jangan duduk sebelum dia, jangan
memanggilnya dengan namanya dan jangan berbuat sesuatu yang
menyebabkan orang lain memakinya”. (Thoha Abdullah Al-Afifi : 1987 :
51)13
Penjelasan ini menunjukkan bahwa perlakuan terhadap manusia usia
lanjut menurut Islam merupakan kewajiban agama, maka sangat tercela
dan dipandang durhaka bila seorang anak tega menempatkan orangtuanya

13
Ibid, hlm. 118-119

16
di tempat penampungan atau panti jompo. Alasan apapun tak dapat
diterima bagi perlakuan itu.
Menurut Lita L. Atkison, sebagian besar orang-orang yang berusia
lanjut (70-79 tahun) menyatakan tidak merasa dalam keterasingan dan
masih menunjukkan aktivitas yang positif. Tetapi perasaan itu muncul
setelah mereka memperoleh bimbingan semacam terapi psikologi.
Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati
setengah baya, arah perhatian mereka mengalami perubahan yang
mendasar. Bila sebelumnya perhatian diarahkan pada kenikmatan materi
dan duniawi, maka pada peralihan ke usia ini, perhatian mereka tertuju
kepada upaya menemukan ketenangan bathin. Sejalan dengan perubahan
itu maka masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan akhirat mulai
menarik perhatian mereka.
Perubahan orientasi ini diantaranya disebabkan oleh psikologis. Di
satu pihak kemampuan fisik pada usia lanjut sedang mengalami
penurunan. Sebaliknya dipihak lain memiliki khasanah pengalaman yang
kaya. Kejayaan mereka dimasa lalu yang pernah diperoleh sedang tidak
lagi memperoleh perhatian karena secara fisik mereka dinilai sudah lemah.
Kesenjangan ini menimbulkan gejolak dan kegelisahan-kegelisahan batin.
Apabila gejolak-gejolak tidak dapat dibendung lagi maka muncul
gangguan kejiwaan, seperti : stress, putus asa, ataupun pengasingan diri
dari pergaulan sebagai wujud rasa rendah diri. Dalam kasus-kasus seperti
ini umumnya dapat difungsikan dan diperankan sebagai penyelamat.
Sebab melalui ajaran pengalaman agama, manusia usia lanjut merasa
memperoleh tempat bergantung. Fenomena adanya para pejabat pensiunan
seperti ini sudah banyak terlihat diakhir-akhir ini.

17
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat kami simpulkan bahwa Manula
(lanjut usia) merupakan masa dimana seseorang merasakan kepuasan dari
hasil yang diperolehnya, dan menikmati hidup bersama anak dan cucu,
merasa bahagia karena telah memberi sesuatu bagi generasi berikutnya.
Masa manula itu umur 60 keatas (masa menikmati yang di usahakan masa
muda).
 Perubahan Yang Terjadi Pada Manula, yaitu :
1. Perubahan Fisik
a) Perubahan fisiologis usila pada sel
b) Perubahan fisiologis usila pada sistem pernapasan
c) Perubahan fisiologis usila pada sistem pendengaran
d) Perubahan fisiologis usila pada sistem penglihatan
e) Perubahan fisiologis usila pada sistem kardiovaskuler
f) Perubahan fisiologis usila pada sistem pengaturan suhu tubuh
g) Perubahan fisiologis usila pada sistem persyarafan
h) Perubahan fisiologis usila pada sistem pencernaan
i) Perubahan fisiologis usila pada sistem reproduksi
j) Perubahan fisiologis usila pada sistem perkemihan (Genitourinaria)
k) Perubahan fisiologis usila pada sistem endokrin
l) Perubahan fisiologis usila pada sistem integumen
m)Perubahan fisiologis usila pada sistem muskuloskeletal
2. Perubahan Mental
a) Kenangan (memori)
b) Intelegentia Quotion (IQ)
3. Perubahan Psikososial
4. Perubahan Spiritual
5. Dampak Kemunduran

18
 Perkembangan Agama Pada Manula Ada beberapa pandangan yang
menyatakan hal-hal yang menentukan sikap keagamaan pada manusia
di usia lanjut, diantaranya sebagai berikut :
1. Seringkali kecenderungan meningkatnya kegairahan dalam bidang
keagamaan ini dihubungkan dengan penurunan kegairahan seksual.
Menurut pendapat ini manusia usia lanjut mengalami frustasi dalam
bidang seksual sejalan dengan penurunan kemampuan fisik. Frustasi
semacam ini dinilai sebagai satunya-satunya faktor yang membentuk
sikap keagamaan.
2. Menurut William James, usia keagamaan yang luar biasa tampaknya
justru terdapat pada usia lanjut, ketika gejolak kehidupan seksual sudah
berakhir. Karena kehidupan manusia lanjut yang semakin tekun
beribadah. Mereka sudah mulai mempersiapkan diri untuk bekal hidup
di akhirat kelak.

b. Saran
Setelah mempelajari materi ini besar harapan supaya kita bersama-
sama mengoptimalkan masa remaja dan dewasa kita, karena masa manula
adalah masa menuai dari hasil remaja dan dewasa. Contohnya apabila
seseorang mengoptimalkan keimanannya pada masa remaja - dewasa,
maka di waktu manula ia sudah terbiasa dengan itu semua (ala bisa karna
biasa). Dan kami memohon kritik dan saran dari makalah yang kami buat,
supaya bisa kami perbaiki dan menjadi pembelajaran bagi kita semua.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Ahyadi.(2005). Psikologi Agama. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

DEPDIKNAS. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet: 7. Jakarta: Balai


Pustaka.

Elizabeth B. Hurlock. (1980). Psikologi Perekembangan, ( Jakarta: Erlangga )

Heni Narendrany Hidayati, (2007). Psikologi Agama. Jakarta : UIN Jakarta Press.

Jalauddin.( 2012). Psikologi Agama. Jakarta :PT Raja Grafindo Persabda.

Ngalim Purwanto. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sarlito Wirawan Sarwono. 1982. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan


Bintang.

Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Yadi Purwanto. 2007. Psikologi kepribadian: Integrasi Nafsiyah dan ‘Aqliyah


Perspektif Psikologi Islam. Bandung: PT. Refika Aditama.

20

Anda mungkin juga menyukai