Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERKEMBANGAN MORAL REMAJA SERTA IMPLIKASINYA


DALAM PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Rayyan Dina Amaliya (900.22.135)

Seno Lugito (900.22.145)

Sri Devi (900.22.156)

Widya Ramadhani (900.22.169)

Yulia Rama Salsabilla (900.22.175)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI SYEKH H.ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH
BINJAI
T.A 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Remaja merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. “Masa
remaja adalah usia yang paling rawan dalam kehidupan anak-anak. Salah mendidik, anak
akan menjadi sosok yang angkuh, egois dan pemberontak” (menurut Dr. Farah Agustin,
Psikolog anak). Di usia ini anak-anak mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan
yang terjadi itu, meliputi: jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial. Dalam pembagian
tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap progresif.
Masa remaja adalah puncak perkembangan seluruh aspek-aspek kepribadian anak.
Sebab setelah melewati masa remaja ini anak tersebut akan menjadi seorang yang dewasa
yang boleh dikatakan telah terbentuk suatu pribadi yang relatif tetap.
Perkembangan moral, nilai dan sikap (tingkah laku) ini berkembang sangat pesat pada
masa remaja. Dapat dikatakan bahwa pada masa remaja menjadi penentu perkembangan hal-
hal tersebut.
Penanaman nilai-nilai keagamaan menyangkut konsep tentang ketuhanan, semenjak
usia dini mampu membentuk religiositas anak mengakar secara kuat pada masa remaja dan
mempunyai pengaruh sepanjang hidup. Pada teori Harms, dinyatakan bahwa pemahaman
anak tentang tuhan melalui tiga fase, dan masa remaja adalah masa yang mengalami
fase individualistic stage. Dua situasi yang mendukung perkembangan rasa agama pada usia
remaja adalah kemampuannya untuk berfikir abstrak dan kesensitifan emosinya.

B.     Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan perkembangan moralitas pada remaja?
2. Bagaimana pengimplikasian perkembangan moralitas dalam pemdidikan?
3. Bagaimana implikasinya dalam pendidikan?
4. Bagaimakah karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta
implikasinya dalam pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagagai satu proses perubahan dalam diri individu
atau organisme, baik fisik maupun psikis menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.
Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bresifat saling ketergantungan
atau memengaruhi antara bagian-bagian organisme (fisik dan psikis) dan merupakan satu
kesatuan yang harmonis. Progresif berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat,
mendalam atau meluas, baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif
(psikis). Berkesinambungan berarti perubahan pada bagian fungsi organisme  berlangsung
secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat-loncat.
Perkembangan mempunyai ciri-ciri yaitu : terjadinya perubahan ukuran, terjadinya
perubahan proporsi, lenyapnya tanda-tanda lama dan munculnya tanda-tanda baru.
Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti, baik fisik maupun psikis
berlangsung secara terus-menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai masa kematangan
atau masa tua. Semua aspek perkembangan saling memengaruhi, yaitu setiap aspek
perkembangan individu, baik fisik, intelektual, emosi, sosial, spiritual maupun moral, satu
sama lainya saling memengaruhi dan terdapat hubungan korelasi yang positif antara aspek-
aspek tersebut. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu yaitu setiap tahap
perkembangan merupakan hasil perkembangan tahap sebelumnya dan merupakan prasyarat
bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan yaitu
perkembangan fisik dan psikis mencapai kematanganya terjadi pada waktu dan tempo yang
berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat).
Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas misalnya (a) sampai usia 2 tahun
anak memusatkan perhatianya untuk menguasi gerak-gerik fisik dan belajar berbicara. Dan
(b) usia 3-6 tahun, perkembangan di pusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul
dengan orang lain. Setiap individu yang normal akan mengalami
tahapan fase perkembangan, bahwa dalam menjalani kehidupanya yang normal dan berusia
panjang, individu akan mengalami masa atau fase perkembangan yaitu masa konsepsi bayi,
kanak-kanak, anak, remaja dan dewasa.

B.     Hakikat Remaja
Istilah remaja berasal dari bahasa Latin “adolescence” yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence juga mempunyai arti yang lebih luas, mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan
oleh Piaget (Hurlock, 1980: 206)
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang
lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah
hak, intelegensi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih
berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang
mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang
kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Sedangkan menurut Hurlock (1980: 206), remaja adalah mereka berada pada usia
berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun,
dan akhir masa remaja bermula dari usia tujuh belas atau tujuh belas tahun sampai delapan
belas tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja
merupakan periode yang sangat singkat.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Pernyataan ini sudah
dikemukakan jauh pada masa lalu, yaitu di awal abad kedua puluh oleh Bapak Psikologi
Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall (dalam Santrock, 2003: 193) pada saat itu
yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan yang sampai sekarang banyak
dikutip orang.

C.    Hakikat Perkembangan Moralitas


Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan
dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain (Santrock, 1995).
Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral, tetapi dalam dirinya terdapat
potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Karena itu melalui pengalamanya berinteraksi
dengan orang lain, anak belajar memahami tentang prilaku mana yang baik, yang boleh
dikerjakan dan tinglah laku mana yang buruk yang tidak boleh dikerjakan.
Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban
(purwadarminto, 1957:957). Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu
dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan
dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan salah dengan
demikian moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.

D.    Hakikat Perkembangan Keagamaan Remaja


Latar belakang kehidupan keagamaan remaja dan ajaran agamanya berkenaan dengan
hakekat dan nasib manusia, memainkan peranan penting dalam menentukan konsepsinya
tentang apa dan siapa dia, dan akan menjadi apa dia. Agama, seperti yang kita temukan
dalam kehidupan sehari-hari, terdiri atas suatu sistem tentang keyakinan-keyakinan, sikap-
sikap dan praktek-praktek yang kita anut, pada umumnya berpusat sekitar pemujaan.
Dari sudut pandangan individu yang beragama, agama adalah sesuatu yang menjadi
urusan terakhir baginya. Artinya bagi kebanyakan orang, agama merupakan jawaban
terhadap kehausannya akan kepastian, jaminan, dan keyakinan tempat mereka melekatkan
dirinya dan untuk menopang harapan-harapannya. Dari sudut pandangan sosial, seseorang
berusaha melalui agamanya untuk memasuki hubungan-hubungan bermakna dengan orang
lain, mencapai komitmen yang ia pegang bersama dengan orang lain dalam ketaatan yang
umum terhadapnya. Bagi kebanyakan orang, agama merupakan dasar terhadap falsafah
hidupnya.
Penemuan lain menunjukkan, bahwa sekalipun pada masa remaja banyak
mempertanyakan kepercayaan-kepercayaan keagamaan mereka, namun pada akhirnya
kembali lagi kepada kepercayaan tersebut. Banyak orang yang pada usia dua puluhan dan
awal tiga puluhan, tatkala mereka sudah menjadi orang tua, kembali melakukan praktek-
praktek yang sebelumnya mereka abaikan (Bossard dan Boll, 1943). Bagi remaja, agama
memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral.
Bahkan, sebagaiman dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama memberikan
sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah
lakunya.
Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa
dan untuk apa seseorang berada di dunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman,
terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya. Dibandingkan dengan masa
awal anak-anak misalnya, keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan yang
cukup berarti. Kalau pada masa awal anak-anak ketika mereka baru memiliki kemampuan
berpikir simbolik. Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada diawan, maka pada masa
remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang
Tuhan dan eksistensi.
Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi
oleh perkembangan kognitifnya. Oleh karena itu meskipun pada masa awal anak-anak ia
telah diajarkan agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka
mengalami kemajuann dalam perkembangan kognitif, mereka mungkin mempertanyakan
tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri. Sehubungan dengan pengaruh
perekembangan kognitif terhadap perkembangan agama selama masa remaja ini.

E. Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Moral dapat juga diartikan
sebagai ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan
sebagainya. Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik, perlu dilakukan,dan
suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari.
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan
konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain (Santrock, 1995). Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral
(immoral).  Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan.
Karena itu, dalam pengalamannya  berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua,
saudara, teman sebaya, atau guru), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang
baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku yang buruk, yang tidak boleh
dikerjakan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan
peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
a.      Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan,
memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
b.     Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.
Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang
benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam  bertingkah laku.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan
nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas penting yang harus
dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat dan kemudian
mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing,
diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.

F.      Karakteristik Perkembangan Moral


Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa
sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir
operasional formal, yakni:
a.       Mulai mampu berfikir abstrak;
b.      Mulai mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis, maka pemikiran
remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan
situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka;
c.       Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan
kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai
suatu yang bernilai walau belum mampu mempertanggungjawabkannya secara pribadi;
d.      Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah;
e.       Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan;
f.       Penilaian moral menjadi kurang egosentris;
g.      Penilaian secara psikologis menjadi lebih mahal.

G.    Faktor Faktor yang Menghambat Perkembangan Moralitas Remaja


Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral:
a.       Hubungan harmonis dalam keluarga, yang merupakan tempat penerapan  pertama
sebagai individu. Begitupula dengan pendidikan agama yang diajarkan di lingkungan
keluarga sangat berperan dalam perkembangan moral remaja.
b.      Masyarakat, tingkah laku manusia bisa terkendali oleh kontrol dari yang   mempunyai
sanksi-sanksi buat pelanggarnya.
c.       Lingkungan sosial, lingkungan sosial terutama lingkungan sosial terdekat yang bisa
sebagai pendidik dan pembina untuk memberi pengaruh dan membentuk tingkah laku yang
sesuai.
d.      Perkembangan nalar, makin tinggi penalaran seseorang, maka makin tinggi pula moral
seseorang.
e.       Peranan media massa dan perkembangan teknologi modern.  Hal ini berpengaruh pada
moral remaja. Karena seorang remaja sangat cepat untuk terpengaruh terhadap hal-hal yang
baru yang belum diketahuinya.

H.       Implementasi Perkembangan Moralitas Dalam Pendidikan


Adapun implementasi dari perkembangan moral pada remaja adalah:
a.       Dalam bergaul, remaja sudah mulai selektif dalam memilih teman;
b.      Remaja sudah peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya dan sudah mulai
mencari solusi terhadap permasalahan tersebut;
c.       Sudah mulai mencoba untuk membahagiakan orang lain;
d.      Timbul rasa kepedulian jika melihat hal-hal yang menyentuh hati;
e.       Remaja sudah mulai membentuk kepribadiannya yang sesuai dengan nilai-nilai yang
diyakininya.

I.      Upaya Upaya Sekolah Dalam Rangka Mengembangkannya


Ketika anak berada dalam masa perkembangan, pembentukan moralnya
dipengaruhi oleh lingkungannya. Dimulai dari lingkungan keluarga, dimana orang tua
mengenalkan nilai-nilai sederhana seperti kesopanan terhadap ayah dan ibu. Saat pergaulan
anak tersebut makin luas pada usia remaja, dia akan mengenal lebih banyak nilai-nilai
kehidupan melalui kejadian-kejadian di sekitarnya. Remaja terdorong untuk
mengidentifikasi peristiwa yang dialaminya sehingga dapat membedakan sikap mana yang
baik dan mana yang tidak baik untuk dilakukan.
Upaya membantu remaja menemukan identitas diri:
a. Berilah informasi tentang pilihan-pilihan karier dan peran-peran orang dewasa
b.   Membantu siswa menemukan sumber-sumber untuk memecahkan masalah pribadinya
(melalui guru konseling)
c.   Bersikap toleran terhadap tingkah laku remaja yang dipandang aneh. Caranya:
mendiskusikan tentang tatakrama dalam berpakaian
d. Memberi umpan balik yang realistis tentang dirinya.
Caranya: berdiskusi dengan siswa, member contoh orang lain yang sukses dalam hidup.

Menurut Kohlberg ;
a.       Anak menganggap baik dan buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya berupa
kepatuhan dan hukuman atas kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Misalnya, jika
anak tidak mau belajar maka dia tidak akan diijinkan untuk bermain dengan temannya.
b.      Anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada di luar dirinya atau
ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian dapat dipandang dari
berbagai sisi yaitu sisi manfaat dan kerugiannya.
c.       Anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi
perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain.
d.      Anak merasakan bahwa perbuatan baik yang diperlihatkan bukan hanya agar dapat
diterima lingkungan, tetapi juga bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan atau
norma sosial, contohnya seorang remaja yang mulai belajar menghormati orang yang lebih
tua dengan bersikap ramah dan santun.
e.       Remaja menyadari adanya hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan
sosial melalui kata hati yang dirasakannya. Maksudnya, jika dia menjalankan kewajibannya
sebagai anggota masyarakat maka lingkungan aka memberikan perlindungan dan rasa
nyaman padanya.
f.       (Prinsip Universal), remaja mengadakan penginternalisasian moral yaitu remaja
melakukan tingkah laku moral yang dikemudikan oleh tanggung jawab batin sendiri,
menjadikan penilaian moral sebagai nilai-nilai pribadi yang tercermin pada tingkah
lakunya.

Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock


(1986: 322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan factor penentu bagi perkembangan
kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berprilaku.
Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga dan guru substitusi orangtua. Ada beberapa
alassan, mengapa sekolah memainkan peranan penting yang berarti bagi perkembangan
kepribadian anak, yaitu ;
a.       Siswa harus hadir disekolah;
b.      Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan    masa
perkembangan ‘konsep dirinya”;
c.       Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar
rumah;
d.      Sekolah member kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses;
e.       Sekolah member kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan
kemampuannya secara realistis.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai
dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas
penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok
daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial
tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu
anak-anak.
Masa remaja mencakup masa juvenitilas (adolescantium), pubertas, dan  nubilitas.
Masa remaja adalah masa pemberontakan. Pada masa itulah hati nurani mulai mengambil
peran dalam menentukan perilaku remaja, dan rasa tanggung jawab atas segala akibat dari 
perilakunya.
Dalam keseluruhan perkembangan agama, perkembangan pada usia anak-anak
mempunyai peran yang sangat penting karena dalam perkembangan tersebut keseluruhan
dasar-dasar religiositas mulai terbentuk. Akan tetapi perhatian dan kesangguan pihak orang
dewasa dalam memahami dan memecahkan permasalahan yang timbul berkaitan dengan
perkembangan agama usia anak dirasa kurang dibandingkan dengan perhatian dan
kesanggupannya terhadap perkembangan agama usia remaja dan dewasa.

B.     Saran
      Sebagai akhir makalah ini, penulis akan menyampaikan saran yang mungkin dapat
berguna bagi para pembaca. Sebagai generasi muda, sudah selayaknya kita bersikap
bijaksana dalam melakukan segala hal, pertimbangkan resiko baik dan buruknya, bukan
hanya untuk diri kita sendiri melainkan untuk orang-orang disekeliling kita;

Anda mungkin juga menyukai