Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 7
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan perkembangan moralitas pada remaja?
2. Bagaimana pengimplikasian perkembangan moralitas dalam pemdidikan?
3. Bagaimana implikasinya dalam pendidikan?
4. Bagaimakah karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta
implikasinya dalam pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagagai satu proses perubahan dalam diri individu
atau organisme, baik fisik maupun psikis menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.
Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bresifat saling ketergantungan
atau memengaruhi antara bagian-bagian organisme (fisik dan psikis) dan merupakan satu
kesatuan yang harmonis. Progresif berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat,
mendalam atau meluas, baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif
(psikis). Berkesinambungan berarti perubahan pada bagian fungsi organisme berlangsung
secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat-loncat.
Perkembangan mempunyai ciri-ciri yaitu : terjadinya perubahan ukuran, terjadinya
perubahan proporsi, lenyapnya tanda-tanda lama dan munculnya tanda-tanda baru.
Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti, baik fisik maupun psikis
berlangsung secara terus-menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai masa kematangan
atau masa tua. Semua aspek perkembangan saling memengaruhi, yaitu setiap aspek
perkembangan individu, baik fisik, intelektual, emosi, sosial, spiritual maupun moral, satu
sama lainya saling memengaruhi dan terdapat hubungan korelasi yang positif antara aspek-
aspek tersebut. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu yaitu setiap tahap
perkembangan merupakan hasil perkembangan tahap sebelumnya dan merupakan prasyarat
bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan yaitu
perkembangan fisik dan psikis mencapai kematanganya terjadi pada waktu dan tempo yang
berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat).
Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas misalnya (a) sampai usia 2 tahun
anak memusatkan perhatianya untuk menguasi gerak-gerik fisik dan belajar berbicara. Dan
(b) usia 3-6 tahun, perkembangan di pusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul
dengan orang lain. Setiap individu yang normal akan mengalami
tahapan fase perkembangan, bahwa dalam menjalani kehidupanya yang normal dan berusia
panjang, individu akan mengalami masa atau fase perkembangan yaitu masa konsepsi bayi,
kanak-kanak, anak, remaja dan dewasa.
B. Hakikat Remaja
Istilah remaja berasal dari bahasa Latin “adolescence” yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence juga mempunyai arti yang lebih luas, mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan
oleh Piaget (Hurlock, 1980: 206)
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang
lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah
hak, intelegensi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih
berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang
mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang
kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Sedangkan menurut Hurlock (1980: 206), remaja adalah mereka berada pada usia
berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun,
dan akhir masa remaja bermula dari usia tujuh belas atau tujuh belas tahun sampai delapan
belas tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja
merupakan periode yang sangat singkat.
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Pernyataan ini sudah
dikemukakan jauh pada masa lalu, yaitu di awal abad kedua puluh oleh Bapak Psikologi
Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall (dalam Santrock, 2003: 193) pada saat itu
yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan yang sampai sekarang banyak
dikutip orang.
E. Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Moral dapat juga diartikan
sebagai ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan
sebagainya. Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik, perlu dilakukan,dan
suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari.
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan
konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain (Santrock, 1995). Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral
(immoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan.
Karena itu, dalam pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua,
saudara, teman sebaya, atau guru), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang
baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku yang buruk, yang tidak boleh
dikerjakan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan
peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
a. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan,
memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
b. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.
Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang
benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan
nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas penting yang harus
dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat dan kemudian
mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing,
diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
Menurut Kohlberg ;
a. Anak menganggap baik dan buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya berupa
kepatuhan dan hukuman atas kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Misalnya, jika
anak tidak mau belajar maka dia tidak akan diijinkan untuk bermain dengan temannya.
b. Anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada di luar dirinya atau
ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian dapat dipandang dari
berbagai sisi yaitu sisi manfaat dan kerugiannya.
c. Anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi
perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain.
d. Anak merasakan bahwa perbuatan baik yang diperlihatkan bukan hanya agar dapat
diterima lingkungan, tetapi juga bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan atau
norma sosial, contohnya seorang remaja yang mulai belajar menghormati orang yang lebih
tua dengan bersikap ramah dan santun.
e. Remaja menyadari adanya hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan
sosial melalui kata hati yang dirasakannya. Maksudnya, jika dia menjalankan kewajibannya
sebagai anggota masyarakat maka lingkungan aka memberikan perlindungan dan rasa
nyaman padanya.
f. (Prinsip Universal), remaja mengadakan penginternalisasian moral yaitu remaja
melakukan tingkah laku moral yang dikemudikan oleh tanggung jawab batin sendiri,
menjadikan penilaian moral sebagai nilai-nilai pribadi yang tercermin pada tingkah
lakunya.
A. Kesimpulan
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai
dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas
penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok
daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial
tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu
anak-anak.
Masa remaja mencakup masa juvenitilas (adolescantium), pubertas, dan nubilitas.
Masa remaja adalah masa pemberontakan. Pada masa itulah hati nurani mulai mengambil
peran dalam menentukan perilaku remaja, dan rasa tanggung jawab atas segala akibat dari
perilakunya.
Dalam keseluruhan perkembangan agama, perkembangan pada usia anak-anak
mempunyai peran yang sangat penting karena dalam perkembangan tersebut keseluruhan
dasar-dasar religiositas mulai terbentuk. Akan tetapi perhatian dan kesangguan pihak orang
dewasa dalam memahami dan memecahkan permasalahan yang timbul berkaitan dengan
perkembangan agama usia anak dirasa kurang dibandingkan dengan perhatian dan
kesanggupannya terhadap perkembangan agama usia remaja dan dewasa.
B. Saran
Sebagai akhir makalah ini, penulis akan menyampaikan saran yang mungkin dapat
berguna bagi para pembaca. Sebagai generasi muda, sudah selayaknya kita bersikap
bijaksana dalam melakukan segala hal, pertimbangkan resiko baik dan buruknya, bukan
hanya untuk diri kita sendiri melainkan untuk orang-orang disekeliling kita;