Abstrak
Ilmu Jiwa Agama berbeda dengan cabang-cabang Ilmu Jiwa lainnya, karena dikaitkan
dengan dua bidang pengetahuan yang berlainan sama sekali, sebagian harus tunduk kepada
agama dan sebagian lainnya tunduk kepada Ilmu Jiwa. Dengan kata lain Psikologi Agama
atau Ilmu Jiwa Agama, meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah orang atau
mekanisma yang bekerja dalam diri seseorang karena cara seseorang berfikir, bersikap,
bereaksi dan bertingkah laku, tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena
keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.
Sehubungan dengan kebutuhan manusia dari periode perkembangan tersebut, maka
dalam kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan akan dilihat bagaimana pengaruh
timbal balik antara keduanya. Dengan demikian, perkembangan jiwa keagamaan akan
dilihat dari tingkat usia.
Di dalam Islam perlakuan terhadap manusia usia lanjut dianjurkan seteliti dan
seteladan mungkin. Perlakuan terhadap orang tua yang berusia lanjut, dibebankan pada
keluarga mereka, bukan kepada badan atau panti asuhan, termasuk panti jompo. Sehingga
merawat orang tua dalam usia lanjut merupakan kewajiban bagi anak-anak maupun
sanak keluarganya, yakni dengan cara-
Rasul.
Keyword: psikologi agama, usia lanjut, gerontology, jiwa, psiko-somatik
PENDAHULUAN
Psokologi Agama atau Ilmu Jiwa Agama adalah salah satu cabang ilmu
yang sampai sekarang masih belum mendapat tempat yang wajar. Masih banyak
ahli-ahli jiwa yang tidak mengakui adanya satu cabang Ilmu Jiwa, yang berdiri
sendiri, yang khusus meneliti masalah agama. Namun demikian, cabang ilmu ini
tetap hidup dan berkembang untuk meneliti dan menjawab berbagai macam
persoalan yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Sebagai contoh, dalam
kehidupan sehari-hari, ada orang yang kelihatan tenang, bahagia, suka menolong
walaupun hidupnya sederhana. Sebaliknya ada orang yang kelihatan serba cukup,
harta banyak, pangkat tinggi, namun dalam hatinya penuh kegoncangan dan
ketidak puasan. Banyak orang yang berubah jalan hidup dan keyakinannya dalam
waktu yang sangat pendek
PEMBAHASAN
A.Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi
sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perubahan ini bersifat
kualitatif mengenai suatu proses integrase dari banyak struktur dan fungsi yang
kompleks. J.P Chaplin mengumpulkan empat arti perkambangan; (1) perubahan
yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, mulai lahir sampai mati,
(2) pertumbuhan, (3) perubahan dalam bentuk dan dalam integrase dari bagian-
bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional, dan (4) kedewasaan atau
kemunculan pola-pola dari tingkah laku yang tidak dipelajari. Perubahan dalam
diri manusia terdiri atas perubahan kualitatif akibat dari perubahan psikis, dan
perubahan kuantitatif akibat dari perubahan fisik. 62Perubahan kualitatif sering
perubahan tinggi dan berat badan. Persoalan yang menjadi topik bahasan
psikologi adalah perubahan kualitatif atau perkembangan, sebab hal itu terkait
dengan fungsi struktur kejiwaan yang kompleks beserta dinamika prosesnya,
- -
tahun). Dari kesehatan mereka dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
-
yang menderita penyakit dan memerlukan pertolongan medis dan psikiatris).
2. Faktor luar
Yang dimaksud dengan faktor luar, yaitu beberapa kondisi dan situasi
lingkungan yang tidak banyak memberikan kesempatan untuk berkembang,
malah justru menganggap tidak perlu adanya perkembangan dari apa yang telah
ada. Faktor-faktor tersebut antara lain tradisi agama atau pendidikan yang
diterima. Kultur masyarakat yang dikuasai tradisi tertentu dan berjalan secara
turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, kadang-kadang terasa
oleh sebagian orang sebagai suatu belenggu yang tidak pernah selesai. Seringkali
tradisi tersebut tidak diketahui dari mana asal-usul dan sebab musababnya, mulai
kapan ada dan bagaimana ceritanya.
Memang untuk tradisi-tradisi tertentu mungkin perlu dikembangkan dan
dilestarikan. Namun pada bagian lain, terdapat tradisi-tradisi tertentu yang
perlu penjelasan, sehingga tidak menimbulkan anggapan kontradiktif pada
sementara orang, antara ajaran agama di satu pihak dengan kenyataan yang
berlainan di pihak lain. Seseorang yang semenjak kecil telah dicekam oleh tradisi
yang kurang dimengerti oleh orang itu sendiri, maka hal itu akan mempengaruhi
terhadap perkembangan rasa keagamaannya pada masa yang akan datang. Oleh
sebab itu, pendidikan yang diterima seseorang dari keluarga yang menghasilkan
kebiasaan-kebiasaan tertentu dalam kehidupan beragama seseorang, biasanya
akan sulit sekali untuk diadakan perubahan ke arah yang lebih sempurna.
Namun, jika pendidikan yang diterima seseorang dari jenjang lembaga
berikutnya tidak terlalu banyak mengarahkan kearah yang lebih baik dan
sempurna, hal itu akan menjadi hambatan pada masa berikutnya.
b. Kejahatan
Orang yang hidup dalam kejahatan pada umumnya mengalami
guncangan batin dan rasa berdosa.Perasaan tersebut mereka tutupi dengan
perbuatan kompensif, seperti meluapakan dengan berfoya-foya dan
sebagainya.Dapat pula orang tersebut melampiaskannya dengan tindakan
brutal.pemarah dan sebagainya. Sering pula perasaan yang fitri menghantui
(QS. 17:24).
3. Selain itu, kita juga dapat melihat bagaimana seharusnya perilaku anak kepada
orang tua, dalam pernyataan Aisyah r.a. yakni dalam dialog rasulullah Saw.
Kepada seorang laki- Siapakah yang bersamamu? Orang itu
menjawab: jangan berjalan di depannya dan jangan
duduk sebelum dia, jangan memanggilnya dengan namanya dan jangan berbuat sesuatu
(Thoha Abdullah Al-Afifi: 1987:51)
4. Perlakuan kepada kedua orang tua dengan baik dikaitkan sebagai kewajiban
agama. Menurut Ibnu Abbas, Rasulullah pernah mengatakan:
Barang siapa membuat ridha kedua orang tuanya di waktu pagi dan sore, maka ia pun
mendapat dua pintu syurga yang terbuka, dan jika membuat ridha salah-satu
diantaranya maka akan terbuka satu pintu syurga. Barangsiapa di waktu sore dan pagi
membuat marah kedua orang tuanya, maka ia mendapat dua pintu neraka yang terbuka.
Jika membuat marah salah-satu diantaranya, maka terbuka untuknya satu pintu
. (Thoha Abdullah Al-Afifi, 1987:53).68
Bahkan ketika mendengar seorang tua mengadukan kekikiran
anaknya hingga sampai hati mengadukan bahwa ayahnya mengambil harta
engkau dan hartamu adalah milik
(Thoha Abdullah Al-Afifi, 1987, 54-55).
Dari penjelasan di atas tergambar bagaimana perlakuan terhadap
manusia usia lanjut menurut Islam. Manusia usia lanjut dipandang tak ubahnya
seorang bayi yang memerlukan pemeliharaan dan perawatan serta perhatian
khusus dengan penuh kasih sayang. Perlakuan yang demikian itu tidak dapat
diwakilkan kepada siapa pun, melainkan menjadi tanggung jawab anak-anak
mereka. Perlakuan yang baik dan penuh kesabaran serta kasih sayang dinilai
sebagai kebaktian. Sebaliknya, perlakuan yang tercela dinilai sebagai
kedurhakaan.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa perlakuan terhadap manusia usia
lanjut menurut islam merupakan kewajiban agama, maka perbuatan
menempatkan orang tua dipanti jompo merupakan tindakan tercela yang
dilakukan oleh seorang anak.
Usia lanjut dimana seseorang meningkatkan kesadaran akan peran social
dengan niatan amal shalih, meningkatkan ketakwaan dan kedekatan kepada
Allah SWT, melalui perluasan diri dengan mengamalkan ibadah-ibadah sunnah,
seperti shalat malam, puasa sunnah,, berdzikir atau wirid. Seseorang akan
menyesali diri, jika dalam hidupnya, terutama di usia senja, tidak melakukan
suatu aktivitas yang bermanfaat bagi orang lain atau bagi Tuhan-nya, sebab jika
batas kematian telah tiba maka tidak akan dapat ditunda barang sedetikpun.
Allah SWT menggambarkan penyesalan seseorang yang menyia-nyiakan waktu
sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah, dan aku
termasuk orang yang shalih. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan
-Munafiqun: 10-
11).
Pada masa ini, seseorang terkadang tidak mampu mengaktualisasikan
potensinya, bahkan kesadarannya menurun atau bahkan menghilang. Kondisi ini
disebabkan karena menuanya syaraf-syaraf atau organ-organ tubuh lainnya,
sehingga menjadi kepikunan. Karena demikian kondisi kesadarannya sehingga ia
terbebas dari segala tuntutan hokum agama, seperti shalat, puasa dan ibadah-
ibadah yang lain. Nabi SAW mengajarkan agar agar seseorang tidak hanya
meminta kepada Allah SWT, umur yang panjang, tetapi yang terpenting adalah
bagaimana mempergunakan umur yang diberikan Allah itu dengan sebaik-
baiknya. Sabda Nabi itu dapat dibenarkan, sebab banyak orang yang berumur
panjang tetapi kondisinya pikun, sehingga seringkali membebani orang lain 69
Pada akhir masa usia lanjut, sesorang akan menghadapi masa menjelang
kematian. Tugas-tugas perkembangan pada masa ini adalah memberikan wasiat
kepada keluarganya jika terdapat masalah yang perlu diselesaikan, seperti wasiat
tentang pengembalian hutang, mewakafkan sebagian hartanya untuk keperluan
agama, dan sebagainya, tidak mengingat apapun kecuali berdzikir kepada Allah.
H. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk social, yang selalu membutuhkan bantuan oang
lain dalam memenuhi kebutuhannya. Begitu juga dengan kebutuhan manusia
terhadap agama, terlebih pada mereka yang sudah memasuki masa usia lanjut.
Kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku makhluk Tuhan yang
dibekali dengan berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah satu
fitrah tersebut adalah kecenderungan terhadap agama. Karena adanya fitrah ini,
maka manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama.
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup manusia,secara
umum mengatakan bahwa usia lanjut ini dimulai pada usia 65 tahun. Dalam
perkembangan usia lanjut ini akan terjadi penurunan kemampuan fisik yang
menyebabkan aktivitas menurun. Adapun ciri-ciri keagamaan pada usia lanjut
diantaranya, Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat
kemantapan, Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat
keagamaan, Mulai muncul pengakuan terhadap realistis tentang kehidupan
akhirat secara lebih sungguh-sungguh, Sikap keagamaan cenderung mengarah
kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia, serta sifat-sifat luhur,
Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan
usia lanjutnya, Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan
pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan
abadi (akhirat).
Perkembangan agama pada usia lanjut sudah mencapai kemantapan
beragama, mereka menjalankan penuh kesadaran diri dan bukan sekedar ikut-
ikutan. Kematangan atau kedewasaan seseorang dalam beragama biasanya
ditunjukakan dengan kesadaran dan keyakinan yang teguh karena menganggap
benar akan beragama yang dianutnya dan ia memerlukan agama dalam hidupnya.
Pada dasarnya terdapat dua faktor yang menyebabkan adanya hambatan dalam
menuju rasa keagamaan usia lanjut yakni factor intern (dalam diri), dan ekstern
(dari lingkungan).
Di dalam Islam Perlakuan terhadap manusia usia lanjut
dianjurkan seteliti dan seteladan mungkin. Perlakuan terhadap orang tua yang
berusia lanjut, dibebankan pada keluarga mereka, bukan kepada badan atau panti
asuhan, termasuk panti jompo. Sehingga merawat orang tua dalam usia lanjut
merupakan kewajiban bagi anak-anak maupun sanak keluarganya, yakni dengan
cara- l.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Hafi. 1991. Dasar-dasar Ilmu Jiwa Agama, Usaha Nasional, Surabaya
Heni, Narendrany Hidayati. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: UIN Jakarta Press
Jalaluddin. 2010. Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Pers
Mujib,Abdul.2001. Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta,PT Raja Grafindo
Persada.
Nashori, Fuad. 2008. Psikologi Sosial Islami. Bandung: PT Refika Aditama
Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada