Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA


“PENGUKURAN RANAH KOGNITIF”

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Mustika Wati, M.Sc

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

Deftri Sekar Ningrum (1910121320003)


Eva Amilia (1910121220023)
Lisa Dwi Yanti (1910121120001)
Norsyifa Azizah (1910121120003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan taufiq serta hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika
yang berjudul "Pengukuran Ranah Kognitif" sesuai dengan yang diharapkan.
Tak lupa rasa terima kasih kami sampaikan kepada Dosen pengampu mata
kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika yaitu Ibu Mustika Wati, M.Sc yang telah
membimbing kami dalam mengerjakan tugas makalah ini dan semua anggota
kelompok 3 serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan
makalah ini.
Makalah yang kami buat memang jauh dari sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam pembuatan tugas selanjutnya
agar lebih baik lagi. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih yang sedalam-
dalamnya atas segala saran maupun kritikan yang diberikan mengenai makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk proses pembelajaran.

Banjarmasin, 15 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................iii
PENDAHULUAN.........................................................................................................iii
A. Latar Belakang...........................................................................................iii

B. Rumusan Masalah.....................................................................................iv

C. Tujuan.........................................................................................................iv

BAB II..............................................................................................................................1
PEMBAHASAN.............................................................................................................1
A. Konsep Dasar Pengukuran Ranah Kognitif.............................................1

B. Merancang Alat ukur kognitif untuk Fisika............................................3

a) Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif........................................................5

b) Jenis Penilaian.........................................................................................6

C. Membuat alat ukur kognitif untuk fisika.................................................9

a) Kisi-Kisi Thb..........................................................................................10

D. Menganalisis Butir Tes dan Hasil Tes Kognitif untuk Fisika...............12

E. Menginterpretasi Hasil Tes Kognitif untuk Fisika................................15

BAB III..........................................................................................................................18
PENUTUP.....................................................................................................................18
A. Kesimpulan................................................................................................18

B. Saran..........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada Saat ini para pendidik harus bisa merancang pembelajaran dengan
baik agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Proses
pendidikan dan pembelajaran merupakan bentuk kegiatan yang berkontribusi
dengan fungsi komponen-komponen pendukung sistem pendidikan dengan
maksimal. Adapun dalam proses pendidikan, kompetensi peserta didik
dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator ketercapaian kompetensi yang
diperoleh melalui pengalaman belajar, serta dirumuskan sebagai tujuan
pembelajaran yang dinilai dan dapat diukur ketercapaiannya melalui proses
evaluasi hasil belajar. Evaluasi Pendidikan merupakan suatu kegiatan menilai
yang terjadi dalam kegiatan Pendidikan, tujuan dari evaluasi dalam proses
belajar mengajar yaitu untuk mendapatkan informasi akurat mengenai tingkat
pencapaian tujuan instruksional oleh peserta didik sehingga dapat diupayakan
tindaklanjutnya.
Penilaian merupakan upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan tersebut dapat tercapai atau tidak. Penilaian
berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar
peserta didik. Dengan penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa
besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi yang
telah diajarkan oleh pendidik. Melalui penilaian juga dapat dijadikan acuan
untuk melihat tingkat keberhasilan atau efektivitas pendidik dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar harus dilakukan dengan
baik mulai dari penentuan instrumen, penyusunan instrumen, telaah instrumen,
pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaian dan program tindak lanjut
penilaian. Dengan penilaian hasil belajar yang baik akan memberikan
informasi yang bermanfaat dalam perbaikan kualitas proses pembelajaran.
Sebaliknya jika terdapat kesalahan dalam penilaian hasil belajar, maka akan
terjadi salah informasi tentang kualitas proses pembelajaran dan pada akhirnya
tujuan pembelajaran yang sesungguhnya tidak akan tercapai sesuai keinginan.
Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian
harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan
ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).

iii
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi
dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip
evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk
mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi
pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan
(aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan
pengamalannya (aspek psikomotor). Pada umumnya, penilaian yang biasa
dilakukan oleh pendidik yaitu penilaian yang lebih menekankan pada ranah
kognitif, yang mana ranah kognitif merupakan kemampuan berfikir yang
meliputi kemampuan menghapal, memahami, menerapkan, menganalisis,
mensistensis dan mengevaluasi. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan
membahas sedikit mengenai konsep dasar pengukuran ranah kognitif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep dasar pengukuran ranah kognitif?


2. Bagaimanakah merancang alat ukur kognitif untuk fisika?
3. Bagaimanakah membuat alat ukur kognitif untuk fisika?
4. Bagaimanakah menganalisis butir tes dan hasil tes kognitif untuk fisika?
5. Bagaimanakah menginterpretasi hasil tes kognitif untuk fisika?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar pengukuran ranah kognitif.


2. Mahasiswa mampu merancang alat ukur kognitif untuk fisika.
3. Mahasiswa mampu membuat alat ukur kognitif untuk fisika.
4. Mahasiswa mampu menganalisis butir tes dan hasil tes kognitif untuk fisika.
5. Mahasiswa mampu menginterpretasi hasil tes kognitif untuk fisika.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pengukuran Ranah Kognitif


Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek
yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor, dan secara eksplisit
ketiga aspek ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apapun jenis mata
ajarnya selalu menggunakan tiga aspek tersebut namun memiliki penekanan
yang berbeda. Untuk aspek kognitif lebih menekankan pada teori, ranah
kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) seperti
kemampuan berpikir, memahami, menghapal, mengaplikasi, menganalisa,
mensintesa, dan kemampuan mengevaluasi. Menurut taksonomi Bloom, segala
upaya yang mengukur aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.
Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang
terendah sampai jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang tersebut yaitu:
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian
(evaluation).
(Nurbudiyani, 2013)
Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses
berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: 
1. Pengetahuan/Knowledge (C1) adalah aspek yang mengukur kemampuan
siswa untuk mengenali atau mengingat kembali suatu konsep, fakta atau
istilah, rumus, dan definisi. Misalnya menghafal suatu rumus maka akan
dapat memahami penggunaan rumus tersebut. Dalam aspek pengetahuan
terdapat tiga kemampuan dasar, yaitu: pengetahuan tentang fakta yang
spesifik, pengetahuan tentang terminologi, kemampuan untuk
mengerjakan masalah rutin.
2. Pemahaman/Comprehension (C2) merupakan jenjang kemampuan berpikir
yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Kemampuan ini tidak

1
hanya menuntut hafal secara verbalitis tapi juga mampu memahami
konsep yang diketengahkan. Siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia
memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.
Dalam aspek pemahaman meliputi enam kemampuan dasar, yaitu:
pemahaman konsep, pemahaman prinsip,, aturan, dan generalisasi,
pemahaman terhadap struktur matematika, kemampuan untuk membuat
transformasi, kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan
masalah sosial atau data matematika.
3. Penerapan/Application (C3) merupakan aspek yang menutut seorang siswa
untuk menyeleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum,
dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu
situasi baru dan menerapkannya secara benar. Dalam aspek aplikasi terdiri
atas empat kemampuan dasar, yaitu: kemampuan menyelesaikan masalah
rutin, kemampuan menganalisis data, kemampuan mengenal pola,
isomorfisme, dan simetri.
4. Analisis/Analysis (C4) merupakan aspek kompleks yang memanfaatkan
kemampuan-kemampuan dari tiga aspek sebelumnya. Dalam aspek
analisis meliputi tiga kemampuan dasar yaitu: analisi terhadap elemen,
analisis hubungan, analisis terhadap aturan.
5. Sintesis/Synthesis (C5) menutut kemampuan untuk menyusun kembali
elemen-elemen masalah dan menemukan suatu hubungan dalam
penyelesaiannya dengan menyusun pengetahuan-pengetahuan yang telah
dimiliki. Dalam aspek sintesis terdiri atas dua kemampuan utama, yaitu:
kemampuan menemukan hubungan, kemampuan menyusun pembuktian.
6. Penilaian/Evaluation (C6) merupakan kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide.
Mengevaluasi dalam aspek kognitif ini menyangkut masalah “benar/salah”
yang didasarkan atas dalil, prinsip, pengetahuan. Dalam aspek evaluasi
meliputi dua kemampuan utama, yaitu: kemampuan mengkritik
pembuktian, kemampuan merumuskan dan memvalidasi.
(Amelia, Susanto, & Fatahillah, 2015)

2
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam
kawasan kognisi, hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal
melainkan kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam domain
kognitif yang meliputi beberapa jenjang atau tingkat (Purwanto, 2010). Tujuan
pengukuran ranah kognitif adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat
mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa pada ranah
kognitif khususnya pada tingkat hapalan pemahaman, penerapan, analisis,
sintesa dan evaluasi. Manfaat pengukuran ranah kognitif adalah untuk
memperbaiki mutu atau meningkatkan prestasi siswa pada ranah kognitif
khususnya pada tingkat hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesa dan
evaluasi.
Ranah kognitif dapat diukur melalui dua cara yaitu dengan tes subjektif
dan objektif. Tes subjektif biasanya berbentuk esay (uraian), namun dalam
pelaksanaannya tes ini tidak dapat mencakup seluruh materi yang akan
diujikan. Oleh karena itu instrument dalam penelitian ini tidak akan
menggunakan tes subjektif, melainkan menggunakan tes objektif. Hal ini
memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk
esay (Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik ; Edisi Revisi,
2006). Karena dalam penggunaan tes objektif jumlah soal yang diajukan jauh
lebih banyak dari pada tes esay. Menurut Suharsimi Arikunto ada beberapa
macam tes objektif diantaranya yaitu: tes benar salah, pilihan ganda,
menjodohkan, dan tes isian. Diantara macam-macam tes objektif tersebut
peneliti akan menggunakan tes pilihan ganda (multiple choice test). Tes pilihan
ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu
dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Adapun
kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci
jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).
(Nurbudiyani, 2013)

3
B. Merancang Alat ukur kognitif untuk Fisika
Secara umum alat ukur kognitif untuk fisika bisa berupa tes, yang mana
tes berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk mengukur pengetahuan atau
penguasaan suatu obyek ukur terhadap seperangkat konten atau materi tertentu.
Tes adalah suatu teknik yang dapat digunakan dalam rangka melaksanakan
kegiatan pengukuran, yang mana didalamnya terdapat berbagai pertanyaan,
pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh
peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Tes hasil belajar
dilakukan untuk dapat mengukur hasil belajar, agar dapat mengetahui sejauh
mana perubahan perilaku yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran yang
telah dicapai oleh para peserta didik. Dalam mengukur hasil belajar, peserta
didik juga didorong untuk menunjukkan kemampuan maksimalnya. Dari
kemampuan maksimal tersebut yang ditunjukkan dalam sebuah tes hasil
belajar, maka dapat diketahui penguasaan peserta didik terhadap materi yang
diajarkan dan dipelajari.
Adapun menurut para ahli seperti (Sanjaya, 2008) berpendapat bahwa
tes merupakan alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur keberhasilan
peserta didik dalam mencapai kompetensi. Untuk tes yang digunakan dalam
evaluasi pembelajaran terdiri dari 2, yaitu tes objektif dan tes essay. Adapun
Menurut (Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik ; Edisi
Revisi, 2006). tes objektif merupakan salah satu jenis tes hasil belajar yang
terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh teste dengan jalan
memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban yang
telah dipasangkan pada masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan
(mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada
tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang
bersangkutan. Sedangkan menurut Sutomo (dalam Asrul dkk (2014) tes bentuk
essay adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian, baik
uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas.

Bentuk-Bentuk Tes Hasil Belajar Dalam proses evaluasi pengajaran


terdiri dari dua kelompok yaitu tes dan non-tes. Tes pada umumnya digunakan

4
untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil belajar
kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pengajaran. Dengan demikian, dalam batas tertentu tes dapat
pula digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar afektif dan
psikomotoris. Contohnya seperti Pembelajaran fisika yang dapat menuntut para
peserta didik untuk menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah
dipelajari, yang mana berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi
memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi,
penentuan dan penalaran atau yang menurut Bloom merupakan segala
aktivitas yang menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan, mulai dari
tingkatan yang rendah sampai tingkatan yang tinggi.

a) Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif


Aspek kognitif yaitu berhubungan dengan kemampuan berfikir,
seperti kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis,
mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom
(Sax 1980), kemampuan kognitif merupakan kemampuan berfikir secara
hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik dapat
menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman
peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata-katanya
sendiri, seperti memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat
aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep
dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk
menguraikan atau menjelaskan tentang informasi ke dalam beberapa
bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta
menemukan hubungan sebab—akibatnya. Pada tingkat sintesis, peserta
didik dituntut untuk dapat menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis
atau teorinya murni dari dirinya sendiri dan mensintesiskan
pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik dapat mengevaluasi
informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di
dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.

5
Tujuan dari aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir
yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut
peserta didik untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide,
gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Dengan demikian, aspek kognitif merupakan sub-
taksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental berawal dari
tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang
berbeda-beda.
b) Jenis Penilaian
Jenis penilaian yang dapat digunakan yaitu berbentuk tes merupakan
semua jenis penilaian yang hasilnya dapat dikategorikan menjadi benar
dan salah, misalnya jenis penilaian untuk mengungkap aspek kognitif dan
psikomotorik. Jenis penilaian berbentuk non tes hasilnya tidak dapat
dikategorikan menjadi benar dan salah, dan umumnya dipakai untuk
mengungkap aspek afektif.

1. Tes Tertulis

Tes tertulis dilakukan untuk mengungkap penguasaan siswa


dalam aspek/ranah kognitif mulai dari jenjang pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tes tertulis
terdiri dari 2 macam, yaitu tes subjektif dan tes objektif:

a. Tes Subjektif

Tes subjektif pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes


bentuk esai merupakan tes kemajuan belajar yang memerlukan
jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri
pertanyaannya yaitu didahului dengan kata-kata seperti: uraikan,
jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan
sebagainya. Tes esai merupakan tes tertulis yang meminta peserta

6
didik untuk memberikan jawaban berupa uraian yang jelas. Bentuk
uraian dapat digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar
yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian,
karena bersifat menuntut peserta didik untuk menguraikan,
mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya
sendiri dalam bentuk teknik, dan gaya yang berbeda-beda tiap satu
orang. Bentuk uraian sering juga disebut subjektif karena dalam
pelaksanaanya sering dipengaruhi oleh subjektivitas guru. Dilihat
dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk
uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas
(restricted respon items) dan uraian bebas (extended respon items).

1) Uraian terbatas (restricted respon items)

Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta


didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-
batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka
ragam, tetapi harus ada pokok-pokok penting yang terdapat
dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas batas yang
telah ditentukan dalam soalnya.

2) Uraian bebas (extended respon items)

Dalam menjawab soal bentuk uraian bebas ini, peserta


didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika
sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai
dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik
bebas mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda.
Namun pendidik tetap harus mempunyai acuan atau patokan
dalam mengoreksi jawaban peserta didik.

b. Tes Objektif

Tes objektif merupakan tes tertulis yang menuntut peserta


didik untuk memilih jawaban yang telah disediakan atau

7
memberikan jawaban singkat terbatas. Tes objektif merupakan tes
yang dalam pemeriksaanya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini
dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes
bentuk esai. Bentuk-bentuknya terdiri dari:

1) Tes benar- salah (True-False)


Soal-soalnya berupa pertanyaan-pertanyaan (statement).
Pertanyaan tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang
yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pertanyaan
itu dengan melingkari huruf B jika pertanyaan itu betul menurut
pendapatnya dan melingkari huruf S jika pertanyaan salah menurut
pendapatnya.
2) Tes pilihan ganda (Multiple Choice Test)
Multiple Choice Test terdiri atas suatu keterangan atau
pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap dan
untuk melengkapinya harus memilih salah satu dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Kemungkinan
jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban
dan jawaban lainnya sebagai pengecoh.
3) Tes berupa Saling Menjodohkan (Matching Test)
Matching Test bisa disebut dengan istilah mempertandingkan,
mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching Test
ini terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-
masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri
jawaban yang telah disediakan.
4) Tes isian (Completion Test)
Completion Test bisa disebut dengan istilah tes isian, tes
menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion Test terdiri
atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan.
Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh peserta didik ini
merupakan pengertian yang pendidik minta dari peserta didik.
2. Tes Lisan

8
Tes lisan merupakan tes yang menuntut jawaban dari peserta
didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban
dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah
yang diberikan . Tes lisan merupakan tes yang dilakukan secara lisan.
Hal ini berguna untuk :
a. Menilai kemampuan dalam memecahkan masalah.
b. Menilai proses berpikir, terutama kemampuan melihat hubungan
sebab-akibat.
c. Menilai kemampuan menggunakan bahasa lisan
d. Menilai kemampuan mempertanggungjawabkan suatu pendapat
atau konsep yang dikemukakan.

Berdasarkan uraian diatas tentang beberapa pendapat mengenai


bentuk-bentuk tes hasil belajar didapat kesimpulan bahwa bentuk-
bentuk tes hasil belajar terdiri dari tes tertulis dan tes lisan. Tes tertulis
merupakan tes yang dilakukan untuk mengungkap penguasaan siswa
dalam aspek/ranah kognitif mulai dari jenjang pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tes tertulis
juga terbagi menjadi 2 yaitu tes subjektif dan objektif. Tes subjektif
terdiri dari dua yaitu uraian terbatas dan uraian bebas, sedangkan tes
objektif terdiri dari, tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes
menjodohkan, tes isian. Tes lisan merupakan tes yang menuntut
jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan
mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan
pertanyaan atau perintah yang diberikan.
C. Membuat alat ukur kognitif untuk fisika
Alat Ukur Kognitif bias dimaknai dengan sebuah tes ataupun
pemberian soal mengenai pengetahuan biasa disingkat C1-C6, dimana arti dari
C adalah Kognitif yang mengacu pada tingkatan Taksonomi Bloom dan pada
Mata Pelajaran Fisika SMA pembuatan Alat Ukur Kognitif disesuaikan dengan
Kompetensi dasar dan Indikator Pembelajaran.
Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif. Apabila melihat
kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada
umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti
pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan, Sedangkan tingkat analisis,
sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif
diterapkan secara merata dan terus-menerus, maka hasil pendidikan akan lebih

9
baik. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2)
pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas,
(5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8)
performans. (Zainal, Kamal, & Muhammad, 2014)

Berikut adalah contoh pembuatan Alat Ukur Kognitif beruba Tes Subjektif
Untuk Fisika :
a) Kisi-Kisi Thb
Indikator
Pencapaia
Pedoman
No n Soal C Kunci jawaban
penilaian
Kompeten
si
 Mobil A bergerak
dengan kelajuan 20 Diketahui : V= 340
m/s dan mobil B m/s
 Tingkatan bergerak dengan V p= 25 m/s
pemahama kelajuan 25 m/s V s = 20 m/s
n karena saling mendekat f s= 1.080
peserta satu sama lain dari
Hz
didik arah yang
Ditanya : frekuensi
dituntut berlawanan. Mobil
pendengar (
memahami B membunyikan
f s)?
1 informasi sirine dan didengar C2 20
V −V p
pada soal orang yang berada Jawab : f s =
kemudian di dalam mobil A V +V s
diselesaika dengan frekuensi 340−25
=
n dengan 1.080 Hz. Jika 340+20
formula cepat rambat bunyi 1.080
fisika yang di udara 340 m/s, 315
= 1.080
sesuai. maka frekuensi 360
yang didengar = 945 Hz
adalah………….
Hz
2  Tingkatan Sebilah papan C4 Diketahui : m A = 50 20
analisis homogeny kg
karena diletakkan di atas mB = 35 kg
peserta penopang tepat d A = 1,5 m
didik dibawah pusat titik g = 10
dituntut berat papan. Dua m/s
2

menganalis anak masing A dan

10
is soal
yang
berupa
seperti
kehidupan
B massanya 50 kg
sehari hari, Ditanya : d B……?
dan 35 kg, duduk
kemudian Jawab : Ʈ A = Ʈ B
diatas papan saling
di F∙ d A = F ∙ d B
berseberangan
lanjutkan mA ∙ g ∙ d A =
dengan penopang.
dengan
Jika anak A duduk m B ∙g ∙ d B
menganalis
pada jarak 1,5 m 50 ∙ 10 ∙ 1,5 =
is dalam
dari penopang, 35 ∙ 10 ∙ d B
bentuk
maka jarak B dari 750 = 350 ∙ d B
gambar
penopang agar 750
yang akan dB = =
papan seimbang 350
diselesaika
adalah ……. (g = 2,14 m
n
10 m/s 2)
mengguna
kan rumus
fisika pada
kasus
tersebut.
T R = 4/5 ∙ 25
° °

= 20° R
 Mnegkonv Suatu suhu ruang T℉ = 9/5 ∙ 25 + 32
ersikan adalah 25 = 45 + 32
3 C3 20
beberapa Fahrenheit dan = 77℉
suhu Kelvin  T ℃ = (T + 273)
= 25 + 273
= 298° K
 Bunyi hukum Ohm
adalah “Kuat arus
 Siswa dalam suatu rangkaian
mampu berbanding lurus
menjelaska  Tuliskan bunyi dengan tegangan pada
4 C1 20
n bunyi Hukum Ohm ujungujung rangkaian
Hukum dan berbanding
Ohm terbalik dengan
hambatan rangkaian”
I = V/R
5  Diberikan Jarak fokus lensa C3 Diketahui : Fob = 0,5 20
informasi obyektif dan lensa cm
siswa okuler sebuah Fok = 5 cm

11
mikroskop masing-
Sob = 2cm
masing 2 cm dan 5
Sok = 5cm
cm, digunakan
Ditanya : Mtot =....?
mampu untuk mengamati
2
menentuka benda kecil yang Jawab : Mob =
0,5
n terletak 2,5 cm dari
= 4 kali
perbesaran lensa obyektif. Jika
25
untuk mata pengamat bermata Mok = +1
5
berakomod normal
= 6 kali
asi pada berakomodasi
Mtot = Mob .
lup maksimum, maka
Mok
perbesaran yang
= 4 .6
dihasilkan
= 24 kali
mikroskop adalah?
Total 100

D. Menganalisis Butir Tes dan Hasil Tes Kognitif untuk Fisika


Analisis soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan
tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.
Analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik,
kurang baik, dan soal yang jelek sehingga didapatkan informasi tentang baik
buruk nya sebuah soal dan petunjuk untuk melakukan perbaikan. Menurut
(Arikunto, 2010) Terdapat 3 hal yang berhubungan dengan analisis butir soal,
yaitu :
1. Berdasarkan Taraf Kesukaran

Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama


dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan soal (difficulty
level) adalah proporsi/persentase subjek yang menjawab butir tes tertentu
dengan benar, sedangkan tingkat kesukaran adalah suatu pernyataan yang
menunjukkan seberapa sulit atau seberapa muda sebuah butir soal bagi
peserta tes (testee) yang dinamakan indeks kesukaran dilambangkan dengan
p. Untuk kriteria Indeks Tingkat Kesukaraan soal dapat dilihat pada table
berikut menurut (Sukiman, 2012) :
Tabel 1. Kriteria Indeks Tingkat Kesukaraan Soal ( p)
Indeks Tingkat Kesukaran (ITK) Kategori
0,00 – 0,30 Soal sukar
0,31 – 0,70 Soal sedang
0,71 – 1,00 Soal mudah

12
 Untuk menghitung kesukaran tiap butir soal
B
Rumus   p=
N

Keterangan :
p = Tingkat kesukaran soal
B   = Jumlah peserta yang menjawab dengan benar
N    = Jumlah seluruh peserta yang mengikuti tes

 Untuk menghitung naskah soal/tes

pn=
∑ pn
N
Keterangan :
pn = Tingkat kesukaran naskah soal

∑ pn   = Jumlah tingkat kesukaran semua soal dalam naskah soal


N    = Jumlah butir soal dalam naskah soal

Langkah-langkah Analisis :
1. Menjumlahkan skor masing-masing butir soal yang dicapai oleh semua
peserta.
2. Menghitung p dengan rumus lalu memasukkan semua hasilnya ke
dalam rumus pn.
3. Memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan. Caranya adalah
dengan mengkonsultasikan hasil perhitungan p tersebut dengan suatu
patokan/kriteria seperti memberikan batas skor maksimal.

Tindak lanjut hasil analisis kesukaran :


1. Item soal yang termasuk kategori baik akan dimasukkan ke dalam bank
soal, suatu saat akan dikeluarkan dan digunakan lagi.
2. Item soal kategori terlalu sukar atau terlalu mudah mendapatkan 3
alternatif :
a. Dibuang atau didrop.
b.  Dipakai lagi setelah diperbaiki kelemahan-kelemahannya.
c. Didokumentasikan di bank soal dan digunakan untuk tes seleksi
Contoh :

13
Jumlah peserta tes ada 50 orang dan yang mengerjakan dengan benar butir soal
nomor 1 ada 30 orang. Berapakah nilai p nya ?

B
p=
N

30
p= =0,6
50

2. Berdasarkan Daya Pembeda Item


Daya pembeda soal (discrimination) adalah kemampuan suatu soal
atau besar daya sebuah butir soal untuk membedakan kemampuan antara
peserta kelompok tinggi dan kelompok rendah. Indeks Daya Beda (D) soal
berkisar : -1,00 s.d 1,00. Semakin tinggi Indeks Daya Beda (D) semakin
tinggi daya beda soal dan semakin baik soal tersebut. Menurut (Sukiman,
2012) kriteria Indeks Daya Beda (D) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Kriteria Indeks Daya Beda (D)

Indeks Daya Beda (D) Kategori


Tanda negative Tidak ada daya beda
<0,20 Daya beda lemah
0,20 – 0,39 Daya beda cukup (sedang)
0,40 – 0,69 Daya beda baik
0,70 – 1,00 Daya beda baik sekali

Rumus : 
Ba−Bb
D=
1
N
2

Keterangan :
D = Indeks Daya Beda 

Ba = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas

Bb = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah

14
N    = Jumlah seluruh peserta tes

Langkah-langkah analisis daya beda


a) Susunlah urutan peserta berdasarkan skor yang diperolehnya, mulai skor
tertinggi sampai skor terendah
b) Bagilah peserta tes tersebut menjadi 2 (dua) kelompok :
 Kelompok A: 27% kelompok atas (skor tinggi mulai yang paling atas)
 Kelompok B: 27% kelompok bawah (skor rendah mulai paling rendah)
c) Hitung jumlah kelompok atas yang menjawab benar terhadap butir soal
yang yang akan dihitung daya bedanya (Ba)
d) Hitung jumlah kelompok bawah yang menjawab benar terhadap butir soal
yang yang akan dihitung daya bedanya (Bb)
e) Hitung proporsi peserta yang menjawab benar terhadap butir soal tersebut
untuk masing-masing kelompok
Contoh :
Jumlah peserta tes kelompok atas yang benar 20, jumlah peserta tes kelompok
bawah yang benar 8, jumlah keseluruhan peserta 40 orang. Maka berapakah
D soalnya ?
Ba−Bb
D=
1
N
2

30−6 24
D= = =0,48
1 50
50
2
3. Berdasarkan Distractor (Pengecoh)
Distractor (pengecoh) adalah jawaban salah pada tes pilihan ganda
yang berfungsi sebagai pengecoh/pengacau. Berfungsi tidaknya sebuah
distractor dapat dilihat dengan dipilih atau tidaknya distactor tersebut : 1).
Pengecoh berfungsi jelek apabila pengecoh tidak dipilih sama sekali oleh
peserta tes 2). Pengecoh berfungsi baik apabila pengecoh paling tidak ada
peserta tes yang memilih pengecoh tersebut minimal 5% dari peserta tes
untuk butir soal dengan 4 pilihan dan minimum 3% untuk dari peserta tes
untuk butir soal dengan 5 pilihan. Analisis fungsi distraktor dimaksudkan
untuk melihat seberapa efektif suatu distraktor dapat berfungsi.

15
E. Menginterpretasi Hasil Tes Kognitif untuk Fisika
Interpretasi (penafsiran) merupakan suatu analisis seseorang terhadap
suatu kejadian atau peristiwa tentang obyektif atau subyektif. Leon H. Levy
dalam bukunya yang berjudul “Psychological Interpretation” (1963)
menyatakan bahwa interpretasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan apabila
ada suatu keadaan yang sulit dipahami secara biasa atau secara langsung. Pada
dasarnya interpretasi terdiri dari kegiatan memberikan suatu kerangka referensi
yang lain atau mengemukakan suatu bahasa lain bagi sejumlah observasi atau
tingkah laku, dengan tujuan agar hal ini dapat dipergunakan.
1. Tujuan Interpretasi
a. Tujuan umum :
 Mencapai pencapaian kompetensi peserta didik.
 Memperbaiki proses pembelajaran.
 Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.
b. Tujuan khusus :
 Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa.
 Mendiagnosis kesulitan belajar.
 Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar.
 Penantian kenaikan kelas.
 Memotivasi belajar siswa
2. Jenis Interpretasi Tes
Ada dua jenis interpretasi tes yaitu :
a. Interpretasi kelompok
Interpretasi kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk
mengetahui karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi,
antara lain prestasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok
terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikan, dan distribusi nilai
kelompok. Tujuannya adalah sebagai berikut :
 Sebagai persiapan untuk melakukan penafsiran kelompok.
 Untuk mengetahui sifat-sifat tertentu pada suatu kelompok.

16
 Untuk mengadakan perbandingan antarkelompok.
b. Interpretasi individual
Interpretasi individual adalah penafsiran yang hanya tertuju kepada
individu saja. Tujuannya adalah sebagai berikut :
 Untuk melihat tingkat kesiapan siswa (readiness).
 Pertumbuhan dan kemajuan siswa.
 Kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
3. Cara Melakukan Interpretasi Hasil Tes
Untuk melakukan interpretasi hasil tes dapat dilakukan dua cara, yaitu :
a. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui posisi kemampuan  seseorang dibandingkan dengan
temannya dikelas tersebut. PAN ini berasumsi bahwa kemampuan
orang itu berbeda-beda dan dapat digambarkan menurut distribusi
norma. Tujuan penggunaan tes acuan norma :
 Lebih umum dan komprehensif.
 Bersifat relatif artinya tingkat kinerja seorang siswa ditetapkan
berdasarkan pada posisi relatif dalam kelompoknya.
b. Penilaian Acuan Kriteria (PAK)
Penilaian Acuan Kriteria (PAK) adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan siswa dibandingkan dengan kriteria yang
sudah dibuat terlebih dahulu. Didalam penilaian acuan kriteria
berasumsi bahwa hampir semua orang bisa belajar apa saja namun
waktunya berbeda. Konsekuensi acuan ini adalah adanya program
remedi. Tujuan penggunaan acuan kriteria adalah bersifat absolut dan
untuk menyeleksi secara pasti status individual mengenai domain
perilaku yang ditetapkan/dirumuskan dengan baik.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak)
seperti kemampuan berpikir, memahami, menghapal, mengaplikasi,
menganalisa, mensintesa, dan kemampuan mengevaluasi. Menurut taksonomi
Bloom, segala upaya yang mengukur aktifitas otak adalah termasuk dalam
ranah kognitif. Ranah kognitif dapat diukur melalui dua cara yaitu dengan tes
subjektif dan objektif. Tes subjektif ada dua yaitu uraian terbatas dan uraian
bebas, sedangkan tes objektif meliputi, tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes
menjodohkan, tes isian. Alat Ukur Kognitif dimaknai dengan sebuah tes atau
pemberian sebuah soal mengenai pengeteahuan, yang biasa disingkat C1-C6,
dimana Arti dari C adalah Kognitif yang mengacu pada tingkatan Taksonomi
Bloom, dan pada Mata Pelajaran Fisika SMA pembuatan Alat Ukur Kognitif
disesuaikan dengan Kompetensi dasar dan Indikator Pembelajarannya. Analisis
soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar
diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.
Analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik,
kurang baik, dan soal yang jelek. Penganalisisan terhadap item tes hasil belajar
dapat dilakukan: Dari segi derajat kesukaran itemnya, analisis daya pembeda
item, fungsi distraktor. Interpretasi (penafsiran) pada dasarnya terdiri dari
kegiatan memberikan suatu kerangka referensi yang lain atau mengemukakan
suatu bahasa lain bagi sejumlah observasi atau tingkah laku, dengan tujuan
agar hal ini dapat dipergunakan. Ada dua jenis interpretasi tes yaitu :
Interpretasi kelompok dan interpretasi individual. Untuk melakukan
interpretasi hasil tes dapat dilakukan dua cara, yaitu : Penilaian Acuan Norma
(PAN) dan Penilaian Acuan Kriteria (PAK).

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini kami berharap kepada para pembaca agar
dapat memberikan masukan baik berupa kritik atau saran yang bersifat

18
membangun agar pada perbaikan makalah ini, semoga pembaca mendapatkan
manfaat yang lebih daripada sebelumnya. Dan kami berharap kepada
pemerintah sekaligus kepada para pendidik agar dapat memperhatikan terus
menerus dari segi kebutuhan, sarana dan prasarana, dan dari segi pendidiknya,
agar bagi dunia Pendidikan tidak membedakan satu sama lain.

19
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, D., Susanto, & Fatahillah, A. (2015). Analisis Hasil Belajar Matematika
Siswa Pada Pokok Bahasan Himpunan Berdasarkan Ranah Kognitif
Taksonomi Bloom Kelas VII-A di SMPN 14 Jember. Jurnal Edukasi
UNEJ, 2(1), 1-4.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik ; Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nurbudiyani, I. (2013). Pelaksanaan Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan
Psikomotor Pada Mata Pelajaran IPS Kelas III SD Muhammadiyah
Palangkaraya. Pedagogik Jurnal Pendidikan, 8(2), 14-20.
Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Sanjaya, W. (2008). Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajran. Yogyakarta: Pedajogja.
Zainal, V., Kamal, H., & Muhammad, N. (2014). The Economics of Education
Mengelola Pendidikan Secara Profesional untuk Meraih Mutu dengan
Pendekatan Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

20

Anda mungkin juga menyukai