Anda di halaman 1dari 14

PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL BAGI LANSIA

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia adalah mahluk bertuhan karena setiap orang pasti percaya pada kekuatan diluar
kemampuan manusia. Dalam agama disebut dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena itu
manusia disebut sebagai mahluk spiritual, yaitu percaya pada kekuatan gaib (supranatural).
Manusia bisa mempercayai itu sesuai dengan kemampuan akal dan kata hati nuraninya.
Itulah perbedaan utama antara manusia dengan hewan. Manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu
fisik jasmani dan mental rohani. Fisik jasmani dapat dibadi atas 3 bagian, yaitu kepala,
badan dan tangan serta kaki. Sedang unsur rohani terbagi atas 3 bagian pula yaitu akal
(rasio), hati nurani (heart) dan jiwa/roh (soul). Jiwa/roh adalah sumber energi bagi
kehidupan manusia. Orang yang sudah terpisah antara jasad dan rohnya disebut dengan
mati. Manusia yang berkualitas bila tercipta kondisi yang keseimbangan antara kecerdasan
intelektual (Intelectual Quotion), kedewasaan emosional (Emotional Quotion) dan
kemantapan spiritual (Spiritual Quotion).
Proses pembentukan dan pembinaan kecerdasan intelektual, kedewasaan emosional dan
kemantapan spiritual dimulai sejak kecil, bahkan para ahli fisiologi mengatakan sejak janin
dalam kandungan, berlanjut di usia anak dan remaja, akhirnya dimantapkan ketika
memasuki usia dewasa. Ketika memasuki lansia ketiga potensi itu harus sudah berkembang
dengan mantap sehingga tidak mudah pikun (lupa), emosio selalu terkendali dan
kemantapan rohani semakin mamapu bersikap bijaksana dalam melihat perubahan. Apabila
ketiga hal itu dapat dibina maka itulah lansia yang berguna dan bermanfaat di usia lanjut.
Orang yang bisa terus memberikan manfaat kepada keluarga dan masyarakat akan selalu
dihormati dan dikenang orang meskipun sudah meninggal dunia. Peribahasa mengatakan
“harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati
meninggalkan nama”. Jasa, sikap dan perilaku yang selalu menyenangkan dan memberi
manfaat bagi banyak orang. Karena itu, kehidupan spiritual menjadi sangat penting bagi
pembinaan lansia yang berguna dan bermanfaat.

A. LATAR BELAKANG
Ada beberapa argumentasi yang dipergunakan para ahli tentang pentingnya pembinaan
hidup mentap spiritual, terutama bagi lansia antara lain sebagai berikut.
1. Kemampuan akal manusia memiliki keterbatasan. Karena itu tidak semua persoalan
dapat dijawab oleh akal manusia terkasuk ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diciptakannya. Sering terjadi hal-hal diluar kemampuan akal manusia termasuk
perubahan gejala alam. Kekuataan itulah yang disebut dengan kekuasaan Tuhan
(Allah).

1
2. Tuhan memberikan petunjuk, pedoman dan aturan yang tercantum dalam kitab-
kitab suci yang diturunkan dan disampaikan melalui Nabi dan Rasul-Nya seperti
Nabi Nuh untuk Kitab Taurat, Nabi Isa untuk Kitab Injil dan Nabi Muhammad untuk
Kitab Al-Qur’an.
3. Dalam kehidupan beragama setiap orang diajarkan tentang hubungan dirinya
dengan Tuhan, hubungan dirinya dengan manusia dan hubungan dirinya dengan
mahluk alam lainnya baik hewan, tumbuh-tumbuhan maupun sumber alam lain.
Hubungan manusia dan Tuhan bersifat vertikal, hubungan manusia dengan
manusia bersifat horizontal dan hubungan manusia dengan lingkungan alam
bersifat keseimbangan dan berdayaguna.
4. Pembinanan hidup beragama memerlukan proses yang dilakukan secara sistematik,
bertahap dan berlanjut sejak dari muda, dewasa sampai di usia lanjut (lansia).
Kemantapan mental spiritual merupakan proses yang dibina dalam kurun waktu
lama, tetapi ada yang mampu membina dalam waktu singkat karena berbagai
keadaan/peristiwa yang terjadi.
5. Kehidupan manusia di dunia selalu ada batasnya sehingga tidak semua orang dapat
mencapai usia lanjut. Orang yang memasuki usia lanjut (di atas 60 tahun) adalah
merupakan keberuntungan sehingga dapat memberikan yang berguna/bermanfaat
bagi hidup dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. Namun tidak jarang
terjadi, di usia lanjut justru menjadi beban bagi anggota keluarga dan masyarakat.
Karena itu persiapkan hari tua sejak memasuki usia dewasa.

B. SASARAN
1. Sasaran bahan ajar berikut adalah untuk para pelatih dan fasilitator yang akan
mengajarkannya kepada para kader BKL dalam rangka pembinaan lansia dalam
rangka ketahanan keluarga sejahtera.
2. Dalam rangka pembinaan kegiatan BKL bersama masyarakat, materi ini juga dapat
dipergunakan oleh kader BKL dalam rangka pembinaan mental spiritual lansia
bekerjasama dengan pemuka agama yang ada dalam masyarakat.

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk memberikan pengetahuan tentang pentingnya peran pembinaan mental
spiritual dalam membina kehidupan manusia terutama di usia lanjut (lansia) agar
tetap bisa memberikan manfaat dan berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa
dan umat manusia.

2
2. Tujuan khusus.
a. Peserta dapat memahami pentingnya peran mental spiritual bagi kehidupan
manusia terutama bagi lansia yang ingin tetap berguna dan bermanfaat di sisa
usianya.
b. Peserta dapat menjelaskan pentingnya pembinaan mental spiritual bagi lansia
dalam menjalan sisa kehidupan agar bisa berguna dan bermanfaat bagi diri,
keluarga, masyarakat, negara dan agama.
c. Peserta dapat mengajak lansia untuk sadar bahwa pembinaan mental spiritual
sangat penting bagi dirinya dalam rangka menghadapi gejolak kehidupan di hari
tuanya.
Peserta dapat menggugak kesadaran dan perhatian keluarga lansia dalam rangka
pembinaan mental spiritual bagi lansia dan anggota keluarga lain sebelum
memasuki usia tua.

D. BATASAN PENGERTIAN
1. AGAMA
Suatu keyakinan yang berasal dari ajaran nabi, rasul, dewa, roh kudus dan
sebagainya yang disampaikan kepada umatnya sebagai bekal hidup di dunia dan di
akherat.
2. MENTAL
Sikap kejiwaan seseorang yang menjadi pengatur aktivitas fisik (raga) dalam
menjalani kehidupan bersama orang lain.
3. SPIRITUAL
Suatu keyakinan yang percaya kepada kekuatan yang maha kuasa (Tuhan) di atas
segala kemampuan manusia.
4. SUPRANATURAL
Kekuatan yang berada di atas segala kekuatan manusia dan alam.
5. Lansia (Lanjut Usia)
Setiap orang yang sudah memasuki usia 60 tahun ke atas baik masih aktif berkarya
atau tidak sampai akhir khayatnya.

3
6. KELUARGA LANSIA
Keluarga yang dipimpin oleh lansia atau keluarga yang memiliki usia lansia.

7. KITAB SUCI
Himpunan ajaran suatu agama yang menjadi pedoman bagi umatnya seperti Islam
dengan Al-Qur’an, Kristen dengan Injil, Hindu dengan Weda dan lain sebagainya.

4
BAB II
PERAN AGAMA DAN SPIRITUAL
BAGI KEHIDUPAN LANSIA

A. KECEMASAN HIDUP DIHADAPI LANSIA


Setiap orang yang memasuki usia lanjut dan pensiun dari jabatan/pekerjaan banyak
yang mengalami gangguan mental psikologis dan spiritual dalam hidupnya. Hal itu wajar
terjadi terutama bagi orang yang kurang siap mengahdapi perubahan hidup dan
kehidupan. Tanda-tanda itu muncul antara lain sebagai berikut.
1. Kecemasan dan ketakutan.
Perasaan ketidakpastian dalam menghadapi masa depan yang berubah jauh dari pola
hidup biasanya, banyak dialami oleh lansia. Hal itu muncul karena berbagai hal
seperti daya tahan tubuh dan fungsi organ tubuh yang menurun, kesibukan kerja dan
posisi jabatan yang hilang, kehidupan rumah tangga yang kurang harmonis dan
sebagainya ikut mempengaruhi kepribadian seseorang yang memasuki usia lansia.
Kekhawatiran sosial takut merasa tersingkir dari lingkungan apalagi ketika aktif suka
dihormati dan ditakuti orang (bawahan) karena sikapnya yang arogan, sombong dan
kurang komunikatif dengan orang lain. Rasa takut dan cemas ketika memasuki lansia
akan menambah potensi terserang penyakit fisik dan psikologis, kecuali orang yang
mampu menghadapi perubahan keadaan dengan pegangan sipiritual yang kuat dan
mantap. Setiap yang muda akan tua dan setiap yang hidup akan mati. Karena itu
persiapkan hidup di hari dan persiapkan diri menghadapi kematian dengan
mendekatkan diri kepada Yang Maha Pencipta (Tuhan).

2. Mudah tersinggung dan cenderung emosional.


Pertambahan umur dan perubahan fisik jasmani, langsung atau tidak langsung akan
mempengaruhi kemantapan emosional dan ketabahan spiritual seseorang. Orang
yang memasuki lansia umumnya memiliki kepribadian yang labil, mudah tersinggung,
takut kesepian, turun percaya diri, nostalgia dengan masa jaya (lampau) dan merasa
pernah berjasa tetapi tidak dihargai orang. Sikap dan emosi tersebut hanya bisa
diatasi dengan melakukan introspeksi diri dan mawas diri sekaligus mendekatkan diri
kepada Tuhan. Dunia ini adalah tempat hidup dan mengabdikan diri sebagai bekal
hidup yang lebih abadi di akherat. Karena itu kendalikan emosi dan berusaha
melakukan pendekatan diri kepada Tuhan, semoga segala amal perbuatan yang baik
diterima dan yang tidak baik diampuni-Nya sebelum kita menemui ajal.

5
3. Banyak bercerita, berkata dan kurang mau mendengar.
Salah satu sikap dan perilaku lansia umumnya suka bercerita panjang dan berulang
tentang kondisi masa lalu yang sukses (nostalgia). Padahal indra utama yang
berfungsi ketika lahir adalah pendengaran. Karena itu, lansia perlu melatih diri
menjadi p endengar yang baik terhadap cerita dan pengalaman yang lebih muda,
sehingga dapat memberikan pandangan dan nasehat kepada yang lebih muda.
Banyak berbicara dan berkata-kata kemungkinan besar akan banyak melakukan
kesalahan termasuk cerita yang ditambah sehingga dapat menjadi fitnah (dosa).

B. PERAN AGAMA DAN SPIRITUAL


Untuk mengatasi gejolak perubahan tersebut, maka pembinaan mental spiritual bagi
setiap insan terutama lansia berperan sangat penting. Pembinaan mental spiritual yang
bersumber dari ajaran agama yang diyakini kebenarannya oleh pengikut dan
penganutnya tetapi tidak boleh menjelek-jelekkan agama orang lain. Setiap ajaran
agama pasti mengajarkan kebaikan bagi pengikut dan penganutnya bahkan bagi
masyarakat yang ada disekitarnya. Namun demikian, tidak berarti bahwa semua agama
itu sama sebab setiap agama mememiliki perbedaan dalam aqidah, syari’ah ubudiyah
dan amaliyahnya. Umat Islam yakin bahwa agama Islam adalah agama yang paling baik,
lengkah dan rasional. Pandangan itu sama dengan persepsi umat Katolik. Protestan,
Hindu, Budha dan Konghucu terhadap ajaran agamanya masing-masing.
Peran agama lebih banyak mengisi kecerdasan akal (rasio) dan keyakinan hati (heart)
terhadap perbuatan baik dan jahat bagi hidup manusia sekarang atau setelah
meninggal. Tetapi tidak semua ajaran agama dapat dicerna dan dipahami oleh otak
manusia karena tetap ada bagian yang nisbi (gaib) yang tidak mampu ditalar otak
manusia. Karena itu agama memang memerlukan keyakinan dan pemahaman terus-
menerus mana yang dianggap baik dan benar dan mana yang tidak baik/tidak benar.
Ukurannya bisa dari telaah akal atau pemahaman kata hati nurani. Karena itu agama
dan spiritual seperti mata uang, satu sisi mengajarkan kaedah/prinsip kehidupan
beragama yang bersifat abstrak (supranatural) sedang sisi lain mengajarkan bagaimana
hidup sosial bersama manusia lain bahkan dengan mahluk alam yang ada disekitar kita.
Orang yang mampu membuat kedua dimensi hidup supranatural dan dunia realitas
menjadi satu maka itulah cerminan manusia yang memiliki keyakinan agama dan
spiritual yang kuat dalam menghadapi gejolak perubahan diri dan lingkungannya.
Manusia yang tidak mudah menyerah tetapi selalu berusaha untuk mengatasi masalah
sambil pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Begitu pentingnya peran agama
sebagaimana dikatakan oleh filosuf terkenal sebagai berikut, ’Ilmu tanpa agama adalah
buta dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh’.

6
BAB III
BINA MENTAL SPIRITUAL LANSIA

A. PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL BAGI LANSIA OLEH LANSIA ITU SENDIRI.


Seorang ulama dan filosof Timur Tengah, Ali bin Sai’d bin Da’jam menulis tentang buku
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris ‘Mystery of Sixties’ (1999) yang dilandasi
oleh hadist Rasulullah SAW, memberi nasehat kepada lansia untuk terus lakukan
sebelum datang kematian sebagai berikut.
1. Perbuat amal kebaikan yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat sebanyak
mungkin tanpa pernah jenuh dan putus asa walau tidak mendapat penghargaan atau
imbalan dari siapapun.
2. Sering melakukan introspeksi, restrospeksi dan mawas diri lalu insyaf dan sadar bila
ada perbuatan yang salah diwaktu lalu dengan mendekatkan diri pada Tuhan untuk
memohon kemapunan sebelum ajal tiba.
3. Perbanyak membaca dan menulis terutama yang berhubungan dengan agama agar
sisa hidup tetap bermanfaat dan tidak menjadi beban oranglian.
4. Perbanyak dan latih berpikir positif sehingga mampu menjadi manusia yang pemaaf
dan melupakan kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap dirinya.
5. Perbanyak memberikan pandangan dan nasehat sesuai dengan pengetahuan dan
pengalaman hidup yang pernah dijalani, baik untuk ditiru dan buruk untuk
ditinggalkan.
6. Perbanyak melakukan hubungan sosial (silaturahim) dengan sesama teman bahkan
dengan musuh sekalipun.
7. Hidup dengan damai, pemaaf dan tanpa mendendam walau dengan orang yang
pernah mencelakakan atau mendholimi kita sekalipun.
8. Kerjakan pekerjaan untuk mengisi waktu jangan suka melamun, tetapi dengan resiko
terkecil, usaha halal dan berguna bagi diri dan keluarga.
9. Rencanakan hidup yang selaras, serasi dan seimbang lahir batin sesuai dengan
perkembangan usia dan potensi yang dimiliki.

7
Bila ada 9 butir anjuran untuk lansia, maka ada 9 butir yang patut dihindari lansia
ketika memasuki usia lanjut, sebagai berikut.
1. Kurangi bercanda (bergurau) hal-hal yang tidak berguna apalagi mengarah pada
nafsu syahwat dan dosa.
2. Hindari menjadi saksi palsu, berbohong, memfitnah dan menyebar berita (rumor)
yang tidak benar dan tidak bermanfaat bagi hidup diri dan keluarga.
3. Kurangi berhias, berdandan dan menampilkan diri seperti anak muda meskipun tidak
boleh juga menampakkan diri tidak terurus dan kotor.
4. Hindari hidup yang tidak berguna seperti seks bebas, mengkonsumi alkohol, narkoba
atau obat terlarang lain termasuk hidup berfoya-foya yang tidak berguna.
5. Hindari berteman dengan penipu, penjahat dan pembohong meskipun dia kaya,
terpandang dan pejabat karena akan membawa diri kita menjadi tidak baik.
6. Hindari bepergian ketempat maksiat, judi dan pelacuran. Sebaliknya perbanyak pergi
ketempat beribadah (masjid, gereja, pura dan sebagainya) untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan.
7. Hindari berpikir dan bekerja yang tidak berguna dan bermanfaat meskipun
memberikan keutungan materi yang besar apalagi diperoleh dengan jalan yang
bertentangan dengan hukum dan norma agama yang dianut.
8. Boleh bekerja dan berpikir keras tetapi tidak boleh melupakan ibadah kepada Tuhan
sesuai dengan ajaran agama dan keyakinan yang dimiliki.
9. Jangan suka mengisolasi diri dari pergaulan kecuali ketika melakukan ibadah kepada
Tuhan harus dilakukan dengan khusu’ dan konsentrasi penuh.
Kata kunci yang sangat penting bagi lansia itu sendiri adalah sadar dan waspada
bahwa dirinya sudah masuk usia lanjut dan usahakan untuk terus berkarya dan
berguna bagi diri, keluarga dan masyarakat dengan melakukan dan menghindari hal-
hal yang disebutkan di atas secara tekun.

8
B. PERAN KELUARGA DALAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL LANSIA
Keluarga adalah orang-orang terdekat dalam hidup dan kehidupan dimasa lansia. Karena
itu orang tua yang baik tidak akan mengabaikan perawatan, pengasuhan dan pendidikan
anak-anaknya sejak kecil sampai usia dewasa. Apabila tugas dan tanggung jawab itu
dilaksanakan dengan baik dan ukhlas sesuai dengan norma umum dan agama, maka
balasan perbuatan baik akan diberikan oleh anak dan keluarga terdekat ketika kita masih
hidup di dunia. Untuk itu ada beberapa peran untuk membina mental spiritual lansia
yang harus dilakukan anggota keluarga terdekat, antara lain sebagai berikut.
1. Anak dan keluarga yang baik tidak akan menelantarkan orang tua yang masuk lansia,
apalagi memasukkannya ke Panti Jompo atau tidak peduli dengan perawatan lansia.
Hukum karma (balasan Tuhan) akan ditunjukkan di dunia atau kelak diakherat. Orang
tua yang baik akan mengurus dan mendidik anak-anaknya menjadi orang yang
berguna, sebaliknya anak yang baik akan mengurus orang tua yang memasuki usia
lanjut (lansia) sampai mereka menemui ajalnya.
2. Hubungan emosional antara orang tua dan anak tidak bisa diganti oleh orang lain.
Karena itu secara mental psikologis sering ditunjukkan oleh kecintaan kakek-nenek
kepada cucu lebih besar dibanding kepada anak-anaknya ketika masih kecil. Keluarga
yang baik secara agama adalah keluarga yang mampu berbakti dan mengabdi kepada
orang tua yang sudah mulai memasuki usia lanjut. Hubungan emosional yang baik
dan harmonis akan membawa kesejahteraan lahir batin bagi lansia begitu pula bagi
anak-cucu keturunannya.
3. Mengurus lansia memerlukan ketabahan dan kesabaran anak dan keluarga.
Ketabahan dan kesabaran adalah bentuk sikap dan perilaku dari kekuatan mental
spiritual seseorang. Anak dan keluarga yang baik akan selalu tabah dan sabar dalam
membina hubungan baik dan harmonis dengan orang tua yang sudah memasuki
lansia.
4. Mengurus dan melayani kebutuhan lansia yang tidak mampu berbuat dan bekerja
merupakan ujian berat bagi anak dan anggota keluarga. Setiap ujian ada yang
berhasil lulus dan yang gagal. Anak dan keluarga yang berhasil berbuat kebajikan dan
merawat lansia akan mendapat ganjaran pahala dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

9
C. PERAN LANSIA DALAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL KELUARGA.
Selagi umur masih ada maka tidak ada kata selesai tugas dan tanggung jawab terhadap
keluarga. Ibarat kita menanam tanaman padi hari ini, dalam 2-3 bulan kemudian kita
akan panen hasilnya. Petani tidak pernah berhenti bercocok tanam meskipun musim
berubah-ubah. Begitu pula dengan manusia yang mengerti tugas dan tanggung jawab
kepada anak dan keluarganya. Lansia biasanya menjadi contoh dan teladan bagi
anggota keluarga yang lebih muda. Karena itu, lansia meskipun sudah tua tetap
memberikan pemahaman dan bimbingan bagi anggota keluarga agar mengamalkan
ajaran agama sesuai dengan yang diyakininya.
1. Lansia yang baik akan menjadi contoh dan teladan bagi anggota keluarga dalam
menjalankan syari’at agama baik di rumah maupun di rumah ibadah besama
masyarakat.
2. Lansia bermanfaat akan selalu menjadi rujukan dan tempat bertanya bagi anggota
keluarga yang lebih muda ketika mengalami hambatan dan kesulitan dalam hidup
berkeluarga, bekerja dan bergaul bersama orang lain. Bila kita berbuat baik kepada
orang jangan mengharap balasan baik dari orang tersebut tetapi ganjaran Tuhan
akan diberikan oleh orang lain, di tempat lain atau dalam bentuk yang lain.
3. Lansia yang taat dan bijaksama akan selalu memberikan nasehat kebajikan bagi
anggota keluarganya sesuai pengalaman hidup dan keyakinan agama yang
dianutnya. Pengalaman pahit tidak selalu berarti negatif bila dapat mengambil
hikmah dari sisi positifnya. Agama mengajarkan agar umat manusia selalu berusaha
meninjau dari segigi positif jangan dari sudut negatif atas sesuatu kejadian
(peristiwa). Ajarkan berpikir, bersikap dan berperilaku positit dalam menghadapi
setiap kejadian baik itu menyenangkan apalagi tidak dikehendaki, karena Tuhan
Maha Tahu dan Maha Adil.

D. PERAN PEMUKA AGAMA DALAM PEMBINAAN MENTAL SPIRITUAL LANSIA.


Salah satu sikap dan perilaku lansia adalah membedakan peran dan posisi orang sesuai
dengan pengalaman hidupnya. Lansia sulit dibina mental spiritual oleh anggota keluarga
yang lebih muda. Karena itu peran dan posisi pemuka agama dapat mengambil alih
posisi itu untuk memberikan bimbingan dan tuntunan spiritual kepada lansia. Pemuka
agama yang mampu menggugah kesadaran lansia akan pentingnya pembinaan mental
spiritual dalam menjalani sisa-sisa hidupnya sama pentingnya dengan orang tua
menanamkan mental spiritual kepada anak Balita dan remaja yang sedang tumbuh
kembang. Pembinaan oleh pemuka agama dapat dilakukan melalui:
1. Pemuka agama bertemu dan berkumpul dengan lansia untuk berdiskusi dan
mendengarkan keluhan sekaligus kebutuhan mental spiritual yang perlu dalam
menjalani sisa-sisa hidupnya agar tetap sehat dan berguna.

10
2. Pemuka agama dapat memberikan pembinaan mental spiritual keagamaan bagi
lansia agar dapat menjalankan hidup dan kehidupannya dengan baik, sehat dan
berguna bagi keluarga dan masyarakat.
3. Pemuka agama mengumpulkan lansia untuk diajak mempelajari agama dan
mmempraktekkan amaliyah agama bagi diri, keluarga dan masyarakat sebagai bekal
amal untuk hidup yang lebih abadi
4. Pemuka agama mengunjungi kelompok lansia (BKL) untuk didengar dan dihimpun
pendapatnya tentang pembinaan mental spiritual dan sekaligus diberikan bekal
sesuai dengan ajaran agama yang dianut mereka.
5. Pemuka agama mengajak lansia untuk membuka kitab suci sesuai keyakinan masing-
masing dan memilihkan ayat-ayat yang perlu dipahami oleh setiap lansia dalam
menjalani sisa-sisa kehidupan agar tetap baik dan bermanfaat bagi diri, keluarga,
masyarakat dan umat manusia.

11
BAB IV
PENUTUP

Lansia adalah usia yang penuh keprihatinan dan kesulitan bagi orang yang tidak siap
menghadapi keadaan tersebut. Usia lanjut merupakan hasil produk kinerja yang dilakukan
ketika usia muda dan dewasa. Albert Enstein pernah berkata ”try not to become a man
success, but rather try to become a man values”. Secara sederhana dapat disimpulkan
bahwa sukses dalam mengejar prestasi, harta dan jabatan itu penting tetapi jauh lebih
penting hidup yang bermanfaat dan berguna bagi keluarga, masyarakat, negara dan umat
manusia.
Karena itu, usia lanjut adalah priode kehidupan yang tidak semua orang bisa menjalaninya,
sebab ada yang meninggal muda kecuali orang-orang yang beruntung diberi nikmat oleh
Tuhan. Usia lansia bukan musibah apabila kita sadar diberi umur panjang untuk lebih banyak
beramal dan berbuat bagi bagi sesama sambil mengharap ridho Allah SWT.

12
LAMPIRAN

Langkah – langkah Pertemuan Penyuluhan untuk Kader BKL

Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia

A. Pembukaan (Wajib)

1. Pemeriksaan Kesehatan;

2. Senam bersama/Olah raga bersama;

3. Curahan hati (Curhat) membahas tentang masalah lansia yang dihadapi selama ini.

B. Materi Penyuluhan

Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia

C. Waktu Penyuluhan

60 Menit atau sesuai kesepakatan.

GARIS BESAR POKOK PENYULUHAN

NO. MATERI KEGIATAN LANSIA PERAN KELUARGA


PENYULUHAN

1. BAB I Mendengarkan dan memahami Mendiskusikan dengan Lansia


tentang konsep Pembinaan Mental tentang konsep tentang
PENDAHULUAN Spiritual Bagi Lansia konsep Pembinaan Mental
Spiritual Bagi Lansia

2. BAB II Mendengarkan dan memahami Mendiskusikan dengan Lansia


tentang konsep : tentang konsep :
PERAN AGAMA
DAN SPIRITUAL 1. Pembinaan mental spiritual 1. Pembinaan mental
BAGI spiritual bagi lansia oleh
bagi lansia oleh lansia itu
KEHIDUPAN lansia itu sendiri.
LANSIA sendiri.
2. Peran keluarga dalam 2. Peran keluarga dalam
pembinaan mental spiritual pembinaan mental
lansia spiritual lansia
3. Peran lansia dalam pembinaan 3. Peran lansia dalam
mental spiritual keluarga. pembinaan mental
4. Peran pemuka agama dalam spiritual keluarga.
pembinaan mental spiritual 4. Peran pemuka agama
lansia. dalam pembinaan mental
spiritual lansia.

13
3. BAB III Mendengarkan dan memahami Mendiskusikan dengan lansia
tentang kesimpulan Pembinaan tentang kesimpulan
PENUTUP Mental Spiritual Bagi Lansia Pembinaan Mental Spiritual
Bagi Lansia

D. PENUTUP

1. Demikian Bapak-bapak dan ibu-ibu hasil pertemuan kita pada hari ini, jangan lupa
pertemuan berikutnya harus hadir lagi;

2. Jangan lupa materi yang diberikan hari ini, harus dipelajari lagi di rumah dan
diskusikan bersama anggota keluarga;

3. Mari pertemuan kita akhiri dengan berdoa.

14

Anda mungkin juga menyukai