Anda di halaman 1dari 23

KOMUNIKASI INTERPERSONAL/KONSELING

I. KOMUNIKASI

A. Pengertian

Komunikasi adalah proses dimana seseorang mengirim pesan kepada


orang lain. Pengiriman pesan biasanya dilakukan dengan menggunakan
‘kata’ atau ‘bahasa’. Agar suatu proses komunikasi dapat berlangsung,
diperlukan adanya beberapa unsur komunikasi. Unsur tersebut adalah
komunikator, pesan, penerima, dan umpan balik.

Ada 3 faktor yang dapat menghambat efektifitas Komunikasi:


1. Faktor penerima pesan, termasuk disini :perasaan, pikiran,
kecurigaan; tidak berkonsentrasi pada pemberian pesan; bukan
pendengar yang baik; kondisi diri yang buruk (termasuk disni
kurangnya daya tangkap, daya panca indera (mendengar,melihat,
dsb)
2. Faktor yang ada pada pesan itu sendiri, misalnya: kurang jelas;
memiliki arti ganda; kurang sistematis; bahasa tidak lazim, suasana
bising.
3. Faktor dari komunikator, seperti: cara berbicara tidak jelas,gagap,
dsb; tidak bisa menyampaikan secara baik; ada ‘masalah’ dengan
penerima pesan

B. Jenis – Jenis Komunikasi

Ada beberapa jenis komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi massa
2. Komunikasi Intrapersonal (dalam diri seseorang)
3. Komunikasi Interpersonal (KIP), termasuk didalamnya komunikasi:
a. Antara dua orang
b. Antar tiga orang atau lebih (Komunikasi kelompok/group kecil)

- Komunikasi massa
Komunikasi massa adalah penyampaian pesan kepada sejumlah
besar orang, biasanya ditujukan kepada sebagian besar masyarakat.
Misalnya : pidato bapak Bupati

1
- Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi di dalam diri
seseorang. Komunikasi ini menyangkut pula pertimbangan-
pertimbangan atas tindakan-tindakan yang bersangkutan

- Komunikasi Interpersonal (KIP)


KIP adalah komunikasi atau orang-ke-orang lainnya, dua arah,
interaksi verbal dan nonverbal yang menyangkut saling berbagi
informasi, dan perasaan antara individu demngan individu atau antar
individu di dalam kelompok.
Misalnya : antara bidan dan klien ibu hamil

- Komunikasi Kelompok (bagian dari KIP)


Komunikasi kelompok adalah salah satu bentuk komunikasi
interpersonal. Menyangkut komunikasi seseorang dengan beberapa
orang lainnya. Yang disebut kelompok kecil adalah kelompok yang
terdiri dari tiga sampai lima belas orang. Anggota kelompok masing-
masing menyadari anggota lainnya, mereka memiliki minat yang
sama, dan atau bekerja bersama untuk suatu tujuan.
Misalnya : antara kader dengan kelompok ibu-ibu balita diposyandu

II. Komunikasi Interpersonal

A. Pengertian

Proses komunikasi interpersonal adalah suatu proses dua arah,


lingkaran interaktif dimana pihak-pihak yang berkomunikasi saling
bertukar pesan. Dalam proses ini si penerima menafsirkan pesan
pengirim sebelumnya dan memberi tanggapan dengan pesan yang baru,
dengan kata lain, komunikasi interpersonal adalah proses tatap muka
penyampaian informasi dan saling pengertian antara dua atau lebih
orang. Pesan-pesan disampaikan secara verbal (kata-kata yang
diucapkan) maupun nonverbal (ekspresi muka, sikap tubuh, dsb)

Komunikasi interpersonal bersifat meresap. Terjadi dimana-mana dan


mempengaruhi setiap aspek kehidupan kita. Didalam bidang kesehatan,
terdapat hubungan antara KIP yang efektif dengan peningkataan
kesehatan. Bagaimana cara provider melakukan komunikasi
berpengaruh pada hasil seperti kepuasan atau kedatangan kembali
klien, klien akan mematuhi aturan pemakaian pelayanan kesehatan dan
hal ini akan meningkat kesehatannya. Sejumlah penelitian di beberapa
negara menunjukkan bahwa kualitas interaksi antara klien – provider
mempengaruhi keputusan klien untuk menggunakan pelayanan

2
kesehatan, juga efektivitas program, dan kelangsungan dan ketepatan
mereka dalam menggunakan pengobatan, serta kembali atau tidaknya
mereka ke klinik pelayanan.

Model komunikasi interpersonal memfokuskan kepada diri individu


masing-masing, pesan-pesan yang saling dipertukarkan. Tidak ada
satupun dari unsur yang ada berdiri sendiri. Arti dari kata-kata yang
diucapkan bisa luas intrepretasinya atau artinya. Perubahan
interpretasi terjadi karena pengaruh karakteristik dan tujuan dari
masing-masing individu, konteks budaya, penempatan pernyataan
dalam pertukaran tingkah laku verbal dan nonverbal dan sejarah
hubungan antar individu yang terlibat.

Faktor lain adalah kompetensi: kesenangan/perasaan ringan yang


membuat orang dapat bertukar informasi dan mencapai tujuan masing-
masing melalui interaksi yang lancar dan efektif.

Aspek verbal dan nonverbal dari KIP menyangkut pula bagaimana


keduanya berinteraksi bersama. Ini berarti penempatan pernyataan
didalam pertukaran tingkah laku nonverbal mempunyai arti tertentu.
Tingkah laku nonverbal sama pentingnya dengan komukasi verbal baik
pada provider maupun pada klien.

B. Hambatan KIP

Ada 4 faktor yang dapat menghambat efektifitas KIP:

1. Faktor Individual. Orientasi kultural (keterikatan budaya)


merupakan faktor individual yang dibawa seseorang dalam
melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari :
a. Faktor fisik, kepekaan panca indera (kemampuan untuk
melihat, mendengar), usia, jender (jenis kelamin).
b. Sudut pandang, pendidikan, nilai-nilai.
c. Faktor sosial, sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial,
peran dalam masyarakat, kelas, status sosial, peran sosial.
d. Bahasa

2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi


a. Tujuan dan harapan terhadap komunikasi
b. Sikap terhadap interaksi
c. Pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti ke-
hangatan, perhatian, dukungan)
d. Sejarah hubungan

3
3. Faktor situasional
Gaya interviu dan naskah percakapan. Naskah suatu percakapan
kesehatan tradisional dikendalikan secara ketat oleh provider dengan
menggunakan pertanyaan tertutup, sedangkan naskah konsultasi
modern menunjukkan kontrol pertukaran percakapan yang lebih
seimbang.

4. Kompetensi percakapan
Agar efektif, suatui interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten
dari kedua belah pihak, Kegagalan dalam menyampaikan informasi
penting, perpindahan bicara yang tidak lancar, salah pengertian, dan
gagal meyakinkan, dapat menyebabkan terputusnya komunikasi.
Kegagalan komunikasi ini biasanya dapat terjadi karena harapan-
harapan yang bertolak belakang atau perbedaan aturan-aturan sosial
yang diyakini.

Adalah sangat sulit untuk mengatasi prasangka pribadi dan nilai. Oleh
karena itu seharusnya mencoba mengabaikan perasaan kita sendiri dan
mengkonsentrasikan pada apa yang dibutuhkan oleh orang lain. Kita
sebaiknya mencoba melihat keadaan dari pandangan mereka.

KIP dibutuhkan, antara lain:


1. Agar dapat memberikan informasi secara efektif kepada klien.
2. Agar dapat lebih memahami perasaan dan pikiran klien.
3. Agar lebih siap dan percaya diri dalam menghadapi klien yang sulit.
4. Agar membantu kelancaran pekerjaan.
5. Agar dapat meningkatkan mutu pelayanan.
6. Untuk kepentingan pribadi :
a. Agar dapat berkomunikasi lebih baik/efektif dengan keluarga
(suami, istri, dan anak-anak)
b. Agar dapat lebih luwes dalam pergaulan

II. KONSELING

A. Pengertian

Konseling adalah proses KIP di mana seseorang membantu seorang lain


dalam membuat keputusan atau mencari jalan untuk mengatasi
masalah, melalui pemahaman tentang fakta-fakta dan perasaan-
perasaan yang terlibat didalamnya.

Di dalam definisi ini tercakup hal-hal berikut ini :

4
1. Peranan suatu pihak (konselor) adalah membantu pihak lain (klien)
melakukan suatu tindakan. Pengambilan keputusan bukan tugas
konselor
2. Fakta-fakta meliputi keterangan yang disampaikan klien seperti
catatan kesehatan, latar belakang keluarga, harapan-harapan dan
rencana masa depan klien, harapan dan rencana masa depan. Fakta
– fakta juga meliputi keterangan yang diberikan konselor., seperti
informasi tentang peranan dan fungsi posyandu
3. Perasaan-perasaan klien seperti masalah yang sedang mereka alami,
ketakutan-ketakutan, sikap dan nilai, khususnya mengenai
keberadaan sistem pelayanan kesehatan

B. Konseling atau Nasehat

Suatu hubungan konseling berpedoman pada pandangan bahwa


pengambilan keputusan adalah tanggungjawab klien. Dalam pemberian
nasehat berperan seakan ia seorang “ahli” dan memikul tanggung jawab
lebih besar terhadap tingkah laku/tindakan klien. Persamaannya adalah
baik konseling maupun pemberian nasehat mengandung unsur
pemberian informasi-informasi yang tepat.

Pada waktu konselor membantu klien, terjadi langkah-langkah


komunikasi secara timbal balik yang saling berkaitan untuk membantu
klien membuat keputusan. Tugas pertama konselor adalah menciptakan
hubungan dengan klien. Menunjukkan perhatian dan penerimaan
melalui tingkah laku verbal dan nonverbal akan mempengaruhi
keberhasilan pertemuan. Dengan semua klien, konselor merupakan
teman-ahli yang membantu, bukan seseorang yang mengatur,
mengkritik atau membuatkan keputusan, yang kemungkinan tidak
diterapkan oleh klien setelah pertemuan konseling. Konselor dan klien
adalah mitra/rekan tetapi klienlah yang paling tahu dunianya, sehingga
dialah pembuat keputusan.

Konselor dan klien saling bertukar informasi dan mendiskusikan


perasaan-perasaan klien dan sikap terhadap situasi dirinya. Selama
proses ini konselor menyesuaikan jalannya konseling dengan kebutuhan
klien. Melalui interaksi ini, klien membuat keputusan, bertindak
berdasarkan keputusan itu, dan mengevaluasi tindakannya.

C. Langkah-Langkah Konseling

Konseling dapat terdiri dari enam langkah utama, dijelaskan dengan


kata atau akronim, SATU TUJU, yaitu:

5
SA = Beri Salam kepada klien, ciptakan hubungan baik (menciptakan
saling percaya dan terbuka). Sambut kedatangannya dan berikan
perhatian
Catat komentar-komentar yang muncul tentang bersikap hormat
dan ramah.

T = Tanyakan kepada klien untuk menjajagi pengetahuan, perasaan


dan kebutuhan klien tentang masalah kesehatan

U = Uraikan (menyediakan informasi) tentang masalah kesehatan yang


ingin diketahui klien.
Hindari pemberian informasi yang telalu banyak seperti
menjelaskan secara rinci setiap masalah kesehatan karena tidak
mengetahui dengan pasti berapa banyak informasi yang dapat
diterima, atau dibutuhkan. Daripada memberikan banyak
informasi, lebih baik mengecek apa yang dipahami. Informasi
yang spesifik, dikelompokkan secara logis biasanya lebih diingat
lebih lama, terutama kalau klien di dorong untuk bertanya.

TU = Ban TU klien mencocokan upaya pelayanan kesehatan dengan


keadaan dan kebutuhannnya
Pada saat inilah klien membuat keputusan. Berdasarkan
informasi medis, gaya hidup, dan tahap kehidupan klien,
konselor membantu klien menetukan pilihan dari beberapa
alternatif upaya pelayanan kesehatan yang memungkinkan,
membantu klien mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan
masing-masing alternatif.

J = Jelaskan lebih rinci upaya pelayanan kesehatan yang dipilih/akan


digunakan oleh klien.
Apabila klien sudah menentukan suatu pilihan, provider
menggunakan materi untuk menjelaskan informasi-informasi
utama yang harus diingat oleh klien. Provider juga menggunakan
materi Komunikasi interpersonal untuk mengingatkan klien pada
hal-hal penting. Informasi kunci termasuk :

1. Efektivitas
2. Efek samping dan tanda-tanda bahaya
3. Kelebihan dan kekurangan
4. Bagaimana cara menggunakan
5. Kapan digunakan
6. Upaya Pencegahan yang perlu dilakukan

6
Minta klien untuk mengutarakan kembali hal-hal yang telah
dipahaminya dari penjelasan konselor, agar yakin bahwa klien
benar-benar mengerti akan informasi yang telah diperolehnya.

U = Kunjungan Ulang klien atau Rujuk ketempat pelayanan lain bila


diperlukan.
Kedatangan ulang/kembali dan rujukan harus direncanakan.
Klien memerlukan pengarahan tentang kapan ia harus kembali
untuk kontrol atau pemantauan dan evaluasi hasil pelayanan
kesehatan yang digunakannya.

Tidak semua pertemuan konseling melakukan keenam tahap secara


berturutan. Beberapa konseling hanya mengulangi beberapa elemen
saja. Setiap situasi konseling harus disesuaikan dengan kebutuhan
klien. Khususnya klien tetap, terutama, memiliki kebutuhan-kebutuhan
khusus yang mengharapkan tanggapan khusus. Biasanya setelah
beberapa kali pertemuan dengan konselor, klien baru mengambil
keputusan/bertindak. Seorang konselor harus siap menerima klien
sebanyak yang dibutuhkan.

D. Tingkat Keterampilan Konseling

KONFRONTASI :

Membedakan, mengetahui
ketidaksesuaian (ini jarang
digunakan pada konseling )
KETERAMPILAN MEMPENGARUHI : W
Menunjukkan, menafsirkan,
A
mengungkapkan diri, memberi
nasehat/menginformasikan/menjelas
W
kan, memberi instruksi, umpan balik A
KETERAMPILAN MENDENGARKAN DAN
BERTANYA : N
Menggunakan pertanyaan terbuka dan C
tertutup, pertanyaan mendalam, memberi
dorongan, refleksi isi (paraphrasing), refleksi A
perasaan.

7
KETERAMPILAN OBSERVASI DAN MEMANTAPKAN
HUBUNGAN YANG BAIK : R
Memberi perhatian, menggunakan tatapan mata yang
A
sesuai dengan budaya, mengikuti ucapan verbal,
kualitas suara dan bahasa tubuh

E. Keterampilan Observasi

Untuk mengorganisasi informasi perlu memperhatikan hal-hal berikut :

1. Tingkah laku Non-verbal


Bahasa tubuh, tatapan mata, mau pun nada/kualitas suara,
semuanya merupakan indikator penting untuk mengetahui apa yang
telah terjadi pada diri seseorang. Yang termasuk tingkah laku
nonverbal disini adalah jangka waktu (tempo) bicara, reaksi yang
terselubung, masa diam saat pembicaraan maupun elemen-elemen
(gerakan-gerakan) fisik seperti sentuhan, posisi tubuh, kontak mata,
ekspresi wajah (raut muka). Posis tubuh layak mendapat perhatian
khusus, seperti misalnya postur kepala dan tubuh, cara dan tempat
seseorang duduk atau berdiri, cara menggerakkan anggota badan.

2. Tingkah laku verbal


Yang termasuk dalam tingkah laku verbal adalah semua suara-suara
bermakna yang kita buat. Termasuk juga ungkapan-ungkapan
seperti penjelasan secara rinci, bentuk/susunan pertanyaan
langsung, pertanyaan-pertanyaan seperti saling memberi atau saling
memuji.

3. Kesenjangan
Seorang pewawancara yang jeli dalam pengamatannya akan
mengenali jika terjadi ketidaksesuaian antara tingkah laku verbal
dan nonverbal klien, antara dua pernyataan, antara apa yang
dikatakan dan apa yang dilakukan. Hal ini tidak saja penting untuk
mengamati orang lain, tetapi juga dalam mengamati/menilai diri kita
sendiri.

Konselor perlu mengamati tingkah laku klien secara verbal dan


nonverbal untuk mengidentifikasi pesan-pesan yang tidak sejalan
(sinkron) dan campur aduk. Hal-hal apa saja yang telah dilihat, didengar
dan dirasakan dari sisi klien?

Konselor menggabungkan informasi kedalam tiga kategori :

8
1. Tingkah Laku Non-verbal Klien
Cara menatap mata, bahasa tubuh, kualitas suara semuanya
merupakan indikator penting yang mengungkapkan apa yang sedang
terjadi pada diri klien

2. Tingkah Laku Verbal Klien


Kapan klien beralih topik? Apa saja kata-kata kunci, penjelasan-
penjelasan yang disampaikannya dan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan?

3. Kesenjangan pada diri Klien


Seorang konselor yang tajam pengamatannya akan memperhatikan
bahwaa ada beberapa konflik/ketidaksesuaian antaara tingkah laku
verbal dan nonverbal, antara dua buah pernyataan, antara apa yaang
diucapkan dan apa yang dikerjakan.

F. Memantapkan Hubungan Baik dengan Klien

Mengacu pada komentar-komentar dari peserta sebelumnya, fokuskan


perhatian peserta pada tiga hal penting yang perlu diperhatikan pada
waktu melakukan konseling , yaitu :

1. Menunjukkan Penerimaan Apa adanya pada Klien


2. Menjalin kerja sama dalam keterbukaan dan saling percaya dengan
klien
3. Memberikan respon yang positif Pujian, Dukungan dan Penen-
teraman Hati

Contoh-contoh respon positif yang mendukung klien adalah :


a. menyalami dengan ramah
b. bersabar
c. jangan menginterupsi, hargai klien sebagai sesama manusia
d. tersenyumlah, gunkan kontak mata
e. jangan membicarakan klie-klien lain
f. hindarilah melakukan penilaian
g. mendengar dengan penuh perhatian
h. menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka
i. melakukan paraphrasingdan rangkuman
j. jagalah kerahasiaan klien
k. menanyakan alasan kedatangan klien
l. menanyakan perasan-perasaan klien.

Contoh lain:
Pujian : “Hari ini anda kelihatan sehat”

9
Dukungan : “Anda melakukan hal yang tepat dengan ……..”
Penentraman Hati : “Banyak orang yang prihatin akan hal tersebut

Perlu diingat bahwa setiap interaksi di dalam pertemuan konseling


adalah perpaduan khusus antara tiga aspek yaitu:
1. Konselor, dengan latar belakang budaya, nilai-nilai dan hal-hal
pribadi yang dirasakan pada saat itu, dan juga sikap, pengetahuan
dan keterampilan konseling yang dimilikinya.
2. Klien, dengan latar belakang budaya, nilai-nilai yang diyakini, dan
masalah-masalah mereka pada saat itu.
3. Interaksi, Perpaduan unik antara konselor dan klien pada saat yang
bersamaan.

G. Keterampilan Mendengar

Mendengarkan adalah keterampilan yang membutuhkan latihan secara


terus-menerus. Merangkum pokok-pokok utama dari hala-hal yang
diucapkan orang lain adalah latihan yang baik untuk keterampilan
mendengarkan. Keterampilan merangkum akan membantu meyakinkan
klien bahwa ia didengarkan dan dimengerti.

Keterampilan mendengarkan yang harus dimiliki seorang petugas


konseling:

1. Perhatian
2. Konsentrasi pada klien
3. Merangkum, merefleksi
4. Jangan memotong
5. Berikan tanggapan non-verbal (contoh : tatapan mata, anggukan,
senyuman, mengatakan “Hmmm,” mencondongkan tubuh ke depan)
6. Mintalah penjelasan

Melakukan refleksi yang tepat dan menghargai perasaan yang dirasakan


klien, merupakan hal yang sangat perlu dan penting di dalam proses
konseling. Sebelum klien dan mau mengatasi situasinya, mendengarkan
pilihan-pilihan dan mengambil keputusan dan tepat yang berdasarkan
informasi, ia harus terlebih dahulu percaya bahwa konselor
mendengarkan dan mengerti akan perasaan, kepentingan individu dan
keprihatinannya.

Refleksi Isi (Paraphrasing):

Merefleksikan percakapan klien adalah mengungkapkan kembali atau


memberi masukan kepada klien tentang inti dari apa saja yang baru

10
dikatakannnya dengan cara memendekkan dan memperjelas pendapat
klien. Merefleksi isi tidak sama dengan membeo karena merefleksi isi
mengunakan sebagian dari kata-kata inti dari klien.

Merefleksi Isi mencakup:


1. Penggunaan cabang kalimat seperti, “Anda mengatakan….”
2. Keterangan kunci dan pokok yang digunakan oleh klien untuk
menjelaskan suatu situasi atau seseorang. Gunakanlah kata-kata
yang digunkan oleh klien mengenai hal terpenting yang ingin
diutarakannya.
3. Inti dari apa yang telah dikatakan oleh klien dalam bentuk yang
singkat
4. Pengecekan secara akurat, “Apakah saya mendengarkan Anda
dengan benar?”

Contoh :
Klien : “Saya tidak tahu apa yang terjadi. Hari ini saya merasa tidak
enak badan.”
Provider : Anda merasa sakit dan bingung karena hal ini?

[Merangkum hampir sama dengan refleksi isi, namun berbeda.


Perbedaannya adalah bahwa merangkum dilakukan setelah beberapa
waktu yang lebih lama dan mencakup beberapa informasi yang
diucapkan klien. Merangkumkan mungkin bisa di gunakan di awal dan
akhir dari percakapan, untuk transisi (peralihan) antar topik, atau
untuk memberikan penjelasan panjang terhadap masalah klien yang
rumit.]

Dengan mengamati dan mendengarkan, provider membayangkan


bagaimana perasaan si klien itu sebenarnya. Lalu, provider mengatakan
kepada klien apa yang mereka pikirkan mengenai perasaan klien
tersebut. Contohnya, Ketika klien kelihatan bingung, provider bisa juga
menunjukkan hal tersebut dengan mengatakan, ”Anda sepertinya
bingung.” Hal ini mencakup tiga tujuan :

1. Dengan melakukan hal itu, klien akan berpikir mengenai perasaan-


nya dan mengapa ada perasaan tersebut;
2. Konselor mengetahui apakah klien itu mengalami kebingungan; dan
3. Jika ada kebingungan, klien dan konselor akan meluruskannya
melalui diskusi.

Refleksi isi (paraphrasing) merupakan refleksi dari inti ucapan yang


baru saja dikatakan klien. Sedangkan refleksi dari perasaan
menyangkut emosi klien dan umpan balik inti perasaan klien yang telah
teramati oleh konselor.

11
Emosi membentuk dasar dari sebagian besar pengalaman hidup.
Mengenai perasaan inti dan membantu klien untuk memperjelas/
menyadarkan perasaan itu bisa menjadi satu hal yang sangat berguna.
Saat Anda merefleksikan perasaan, Anda menambahkan refleksi isi anda
dengan kondisi emosi klien yang anda tangkap baik dari aspek verbal
maupun non verbal yang ditampilkan klien. Hal ini menunjukkan
kesadaran anda tentang keadaan perasaan klien. Klien juga akan
merasa diperhatikan dan benar-benar dibantu.

H. Keterampilan Bertanya

Tujuan bertanya (dan juga mendengarkan) adalah :


1. Mendorong klien untuk berbicara
2. Menunjukkan minat dan perhatian kita terhadap klien
3. Meningkatkan kesadaran kita terhadap perasaan klien
4. Untuk memperoleh informasi
5. Memberi suatu arahan percakapan terhadap klien

Apa yang bisa kita pelajari dari pertaanyaan-pertanyaan :


* Kondisi umum : “Apakah yang saudara bicarakan?”
* Fakta-fakta : “Apa yang terjadi?”
* Perasaan-perasaan : “Bagaimana perasaan saudara tentang hal itu?”
* Alasan-alasan : “Mengapa saudara melakukan itu?”
* Spesifik : “Apakah saudara bisa memberikan contoh
kepada saya?”

Pertanyaan tertutup menghasilkan jawaban “ya” atau “tidak.”


Pertanyaan jenis ini berguna untuk mengumpulkan informasi yang
faktual (biasanya dilakukan pada awal-awal percakapaan) namun tidak
menciptakan suasana yang nyaman di mana komunikasi dan proses
pengambilan keputusan yang baik dapat terjadi. Dengan menggunakan
sejumlah pertanyaan tertutup, konselor MENGONTROL jalannya
percakapan. Sang klien hanya akan memberikan informasi yang
bersangkut-paut dengan pertanyaan yang ditanyakan.
Sedangkan pertanyaan terbuka akan memberi kebebasan atau
kesempatan kepada dalam menjawab, memungkinkan atau partisipasi
aktif klien dalam percakapan.

Kemungkinan Penggunaan Berbagai Jenis Pertanyaan:

JENIS KEGUNAAN CONTOH


Pertanyaan-tertutup Untuk menanyakan “Berapakah jumlah
Riwayat Kesehatan anak ibu?”

12
Pertanyaan-terbuka Untuk mempelajari “Apakah yang saudara
perasaan, kepercayaan dengar mengenai ?”
dan pengetahuan klien
Pertanyaan mendalam Untuk menanggapi “Apakah saudara bisa
pertanyaan klien menjelaskan lebih
lanjut kepada saya
mengapa …………?”
Pertanyaan yang TIDAK TEPAT “Tidakkah ibu merasa
mengarahkan (bersifat DIGUNAKAN bahwa IUD itu tepat
sugestif) bagi ibu?”

Bertanya dengan efektif kepada klien penting, karena :


1. dapat menilai kebutuhan klien
2. dapat menilai pemahaman dan pengalaman klien dengan metode
3. dapat menghemat waktu konselor dan klien dengan tidak mengulang
informasi yang sudah diketahui klien.

Pertanyaan-pertanyaan untuk menilai kebutuhan klien, antara lain :


1. Apakah ibu masih menginginkan anak lagi pada suatu saat nanti?
2. Berapa lama ibu berpikir untuk menunda kelahiran anak
berikutnya?

Pertanyaan-pertanyaan untuk menilai pemahaman dan pengalaman


klien tentang alat kontrasepsi, antara lain :
1. Apa yang saudara ketahui tentang ?
2. Bagaimana cara saudara menggunakan posyandu selama ini?
3. Bagaimana perasaan saudara pelayanan kader di posyandu ini?
Suka/tidak suka? Mengapa?

Tekankan bahwa :
Konselor harus menghindari :
1. Bertanya yang mengarahkan klien kepada suatu pilihan menurut
konselor, misalnya : Jangan mengatakan, mengapa ibu tidak ke
posyandu saja?; Lebih baik katakan: Bagaimana pendapat ibu
tentang posyandu?
2. Terlalu banyak bertanya, membuat klien akan merasa seperti
diinterogasi, lebih baik digunakan juga keterampilan refleksi isi dan
perasaan.

I. Membantu Klien Mengambil Keputusan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan :

13
1. Fisik: Didasarkan pada rasa yang dialami tubuh, seperti rasa sakit,
tidak nyaman, atau nikmat. Orang akan menghindari tingkah laku
yang menimbulkan rasa sakit, atau sebaliknya orang akan memilih
tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional: Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang-orang akan
bereaksi pada suatu situasi secara subjektif.
3. Rasional: Didasarkan pada pengetahuan. Orang-orang mendapat
informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal: Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan
melaksanakannya. Seseorang akan menilai potensi diri dan
kepercayaan dirinya melalui kemampuannya dalam bertindak.
5. Interpersonal: Didasarkan pada pengaruh jaringan-jaringan sosial
yang ada. Hubungan antar satu orang ke orang lainnya dapat
mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural: Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.
Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau
mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

Tipe-tipe Pengambilan Keputusan:

1. Pengambilan keputusan karena ketidaksanggupan: Membiarkan


kejadian berlalu, tanpa berbuat apa-apa.
2. Pengambilan keputusan intuitif, bersifat segera: Terasa sebagai tepat
dan langsung diputuskan.
3. Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena sudah krisis: Sesuatu
yang harus segera dilaksanakan.
4. Pengambilan keputusan yang reaktif: “Kamu telah melakukan hal itu
untuk saya, karenanya saya akan melakukan itu untukmu”.
Seringkali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa-gesa.
5. Pengambilan keputusan yang ditangguhkan: Dialihkan pada orang
lain, membiarkan orang lain yang bertanggung jawab.
6. Pengambilan keputusan secara berhati-hati: Dipikirkan baik-baik,
mempertimbangkan berbagai pilihan.

Konselor bertujuan membantu klien dengan berhati-hati, bijaksana dan


mengambil keputusan secara rasional yang didasarkan pada
pengetahuan, kenyataan-kenyataan dan juga mempertimbangkan
semua pilihan.

Empat (4) Strategi Membantu Klien Membuat Keputusan :

1. Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya.


2. Membantu klien dalam mempertimbangkan pilihan spesifiknya
3. Membantu klien mengevaluasi pilihan
4. Membantu klien menyusun rencana kerja

14
3 K (Kondisi, Kehendak, & Konsekuensi) dalam Pembuatan Keputusan
yang baik :

Langkah pertama: Identifikasikan kondisi yang dihadapi


Langkah kedua : Susunlah daftar Kehendak atau pilihan keputusan
Langkah ketiga : Untuk tiap pilihan, buatlah daftar hasil yang positif
dan negatif atau Konsekuensinya.

Hal-hal yang perlu ditekankan:


1. Pengambilan keputusan selayaknya dilakukan dengan hati-hati dan
bijaksana, yang dibuat hanya setelah klien diberi informasi
secukupnya untuk menimbang pilihan sesuai dengan situasinya.
2. Konselor dapat membantu klien dengan memberi saran yang cocok
pada seseorang sesuai dengan riwayat kesehatannya, pilihan pribadi,
dan situasi.
3. Pada akhirnya keputusan merupakan hak klien dan menjadi
tanggung jawabnya.

3 K PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG BAIK

1. KONDISI masalah yang dihadapi

2. Daftar KEHENDAK atau pilihan keputusan :

a.
b.
c.

3. KONSEKUENSINYA untuk tiap pilihan :

Konsekuensi a:

Positif Negatif

__________________ ______________________

__________________ ______________________

__________________ ______________________

Konsekuensi b:

15
Positif Negatif

__________________ ______________________

__________________ ______________________

__________________ ______________________

Konsekuensi c:

Positif Negatif

__________________ ______________________

__________________ ______________________

__________________ ______________________

J. SAAT –SAAT ‘SULIT’ DALAM KONSELING

Berikut ini disajikan beberapa contoh saat-saat sulit dalam konseling:

1. DIAM. Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu. Hal ini
biasanya terjadi paada klien-klien yang merasa cemas atau marah.
Apabila hal ini terjadi pada awal pertemuan, setelah beberapa saat,
sebaiknya konselor memperhatikan hal ini dengan mengatakan
misalnya : “Saya mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan (Refleksi
perasaan). Biasanya pada pertemuan pertama klien-klien saya juga
merasa begitu (validasi). Apakah ibu merasa cemas?”. Atau alternatif
lain apabila klien diam karena marah (misalnya, klien berpaling
muka dari konselor). Sebagai konselor anda dapat berkata:
“Bagaimana perasaan ibu karena berada disini sekarang?”
Pernyataan-pernyataan ini harus diikuti dengan suasana hening
selama beberapa saat, pada saat ini konselor memandang klien dan
memperlihatkan sikap tubuh yang menunjukkan perhatian.

Kadang-kadang klien tidak mau bicara atau diam ini terjadi pada
pertengahan pertemuan. Dalam situasi seperti ini konselor harus
memperhatikan konteks pembicaraan dan menilai mengapa hal ini
terjadi. Mungkin hal tersebut terjadi klien merasa berat menceritakan
hal-hal yang pribadi karena atau suatu rahasia tentang dirinya, atau

16
ia tidak senang dengan sikap konselor. Pada umumnya, lebih baik
menunggu beberapa saat, memberi kesempatan kepada klien untuk
mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun konselor
merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Kadang-kadang
klien diam karena sedang berpikir atau memperhatikan dengan
seksama. Dalam hal ini tidak perlu berusaha memecahkan
kesunyian, juga tidak perlu menunjukkan sikap tidak menerima.

2. Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien.


Kondisi ini biasanya mencemaskan, konselor merasa tidak tahu
harus berbuat apa. Perlu diingat bahwa fokus utama konseling
adalah pada subyek/orangnya, bukan pada masalahnya. Meskipun
bukan masalah yang dihadapi sangat sulit, seperti misalnya seorang
remaja putri ingin melakukan aborsi, sementara konselor tidak
mungkin memenuhi permintaan tersebut; atau misalkan seseorang
diultimatum bahwa usia/masa hidupnya tidak lama lagi karena tidak
mengidap virus HIV. Dalam hal ini tidak berarti konselor tidak dapat
menolong klien. Salah satu langkah yang dapat dilakukan terhadap
klien yang mendesak ingin dibantu konselor dalam memecahkan
masalahnya adalah mengatakan kepada klien bahwa meskipun
konselor tidak dapat mengubah keadaan, tetapi menurut
pengalaman, semakin mengenal klien secara baik akan semakin
membantu, karena pada klien dapat timbul; perubahan pandangan,
perubahan pandangan baru sehinggas klien lebih siap dalam
menghadapi masalahnya. Konselor sebaiknya tidak cepat membuat
asumsi/kesimpulan. Misalnya pada seorang gadis yang
mencemaskan hal-hal yang terjadi pada pacarnya, kemudia konselor
langsung menyimpulkan bahwa si gadis hamil. Semakin lama klien
mengeksplorasi dan megekspresikan dirinya, semakin memungkin
baginya untuk memahami mengapa keadaan itu terjadi pada dirinya
dan semakin menguatkan dirinya dalam menghadapi kesulitan.

3. Konselor melakukan kesalahan. Dalam hal banyak, konselor dapat


melakukan suatu kesalah, konselor mungkin salah mengartikan
maksud kata-kata klien, konselor mungkin tidak berkonsentrasi
sehingga bertanya berkali-kali Kepada klien tentang suatu hal,
konselor mungkin memberikan informasi yang salah. Konselor
merasa malu atau marah karena ucapan klien. hal utama yang
terpenting untuk menciptakan hubungan baik dengan klien adalah
bersifat jujur. Menghargai klien adalah salah satu syarat penting
dalam konseling. Menghargai dan mempercayai klien dapat
ditunjukkan dengan cara mengakui bahwa konselor telah melakukan
kesalahan. Minta maaflah apabila salah/keliru. Misalnya, konselor
dapat mengatakan : “Maaf, saya lupa bahwa tadi ibu sudah
mengatakan kalau ibu memiliki tiga orang anak”. Perlu diketahui

17
bahwa apapun reaksi emosi konselor , akan dirasakan klien.
Semakin terbuka perasaaan kita selama pertemuan dengan klien
(bukan berarti membuka diri tentang hal-hal pribadi tentang di luar
konseling) semakin terbuka pula perasaan klien. Kesalahan konselor
dapat berubah menjadi hal yang baik bagi klien.

4. Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien. Hal ini


merupakan kecemasan yang biasa diutarakan konselor . Seperti
situasi sebelumnya, sudah sepantasnya mengatakan bahwa konselor
tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi akan berusaha
mencari informasi tersebut untuk klien. Konselor dapat pula
menunjukkan sumber lain untuk mendapatkan informasi tersebut.
Mengelak pertanyaan atau menjawab tanpa dasar pengetahuan, akan
lebih berpengaruh negatif terhadap hubungan klien yang sudah
terbina secara baik lebih baik mengakui keterbatasan pengetahuan
konselor .

5. Waktu yang dimiliki konselor terbatas. Sebaiknya sejak awal


pertemuan klien mengetahui berapa lama waktu konselor yang
tersedia untuk dia. Ada saat dimana konselor tidak memiliki waktu
sebanyak biasanya. Karena itu konselor sebaiknya memberikan
informasi tersebut beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf,
menjelaskan sebab keterbatasan waktunya, dan menunjukkan
bahwa konselor mengharapkan bertemu klien pada pertemuan
selanjutnya. Meskipun waktunya sebentar, dapat diperoleh suatu
hasil pembicaraan. Seperti halnya demonstrasi bermain peran
peserta. Lebih baik memanfaatkan sedikit waktu yang ada daripada
meminta klien pergi.

6. Konselor tidak dapat menciptakan ‘rapport’ (hubungan) yang baik.


Kadang-kadang ‘rapport’ yang baik dengan klien sulit terjadi. Hal ini
bukan berarti konseling harus diakhiri atau mengirimkan klien
kepada Konselor lain. Akan lebih baik konselor minta pendapat
kepada teman sesama petugas lain untuk mengamati pertemuan dan
melihat dimana letak kesulitannya, apakah ada sikap klien yang
membuat konselor merasa ditolak klien. Segala kemungkinan perlu
dijajagi. Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan adalah
bahwa konselor belajar mengatasi situasi yang tidak nyaman bagi
dirinya sebelum konseling yang sesungguhnya dilakukan. Mengirim
atau meminta klien pergi tidak akan membantu, tetapi mungkin
berpengaruh buruk pada klien. Lebih baik mencoba melanjutkan
konseling, terutama dengan membuat klien merasa lebih nyaman
tentang dirinya sendiri.

18
7. Klien berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai dengan
materi pembicaraan. Situasi ini kebalikan dari situasi di mana klien
tidak mau berbicara, tetapi sama-sama menimbulkan kecemasan dan
kesulitan bicara bagi konselor. Apabila klien terus menerus
mengulang pembicaraan, setelah beberapa saat perlu dipotong
pembicaraannya dengan mengatakan seperti : “Maafkan saya, bu,
apakah ibu tegang atau cemas tentang sesuatu, saya perhatikan ibu
menyatakan suatu hal yang sama berulang-ulang, apakah ada yang
sulit disampaikan?” . Pertanyaan semacam ini akan membantu klien
menfokuskan kembali percakapan.

K. Lembar Penilaian Diri Konselor

PENILAIAN DIRI DALAM KONSELING


Lembar penilaian diri ini akan membantu Anda dalam menilai pengetahuan,
sikap, dan perilaku yang anda miliki dalam empat area Kompetensi Konseling.
Untuk mengevaluasi diri sendiri, pilih dan tulis nomor yang sesuai dengan
taraf kompetensi anda pada kolom yang tersedia di sebelah kanan daftar
masing-masing area kompetensi.
SKALA :
NAMA : Ulfa Kurniati (Konselor) : K211 13 304 Selalu = 5
Luthfiatul Fadhilah (Klien) : K211 13 003 Sering = 4
Rezky nur halindah (Pengamat) : K211 13 014 Kadang-kadang = 3
Jarang = 2
TANGGAL : 21 September 2016 Tidak pernah 1
AREA KOMPETENSI KONSELOR KLIEN
I. PEMANTAPAN HUBUNGAN BAIK

1. Saya yakin bahwa 3 (kadang) = konseling 3 (kadang) = konseling


lingkungan diadakan di tempat yang diadakan di tempat
konseling terasa terbuka, selain menciptakan yang terbuka, selain
nyaman dan pribadi agar suasana terasa lebih menciptakan agar
santai, konseling juga suasana terasa lebih
menciptkan udara yang santai, konseling juga
sejuk dan dingin dari pohon menciptkan udara
sekitar, tetapi yang sejuk dan dingin
kekurangannya adalah dari pohon sekitar,
adanya gangguan suara- tetapi kekurangannya
suara sehingga konselor adalah adanya
harus benar-benar gangguan suara-suara
mendengarkan dengan baik sehingga klien harus
apa yang diucapkan klien. menambah volume

19
suara agar dapat
didengar baik oleh
konselor.
2. Saya melakukan 5 (Selalu) = Pada saat 5 (Selalu) = Pada saat
kontak mata secara konseling berlangsung, konseling berlangsung,
wajar konselor menatap dengan klien menatap mata
baik secara wajar kepada konselor dengan baik
klien agar dapat meyakinkan secara wajar agar
klien bahwa konselor dapat dipahami
memerhatikan dengan baik walaupun sesekali
masalah yang diadapi oleh si klien menatap hal lain
klien. di lingkungan sekitar.
3. Ekspresi muka saya 5 (Selalu) = Konselor selalu 5 (Selalu) = Begitupun
menunjukkan tersenym kepada klien, sebaliknya, klien juga
perhatian, minat, sehingga klien terlihat dalam menyampaikan
dan penerimaan merasa nyaman dan masalah keapada
diperhatikan. konselor selalu
tersenym dan
menunjuukkan tanda
nyaman kepada
konselor pada saat
berbicara.
4. Sikap/gerak tubuh
saya menunjukkan
perhatian, minat,
dan penerimaan
5. Saya
memperhatikan
tanda-tanda/aspek-
aspek nonverbal
klien (gerak-gerik,
sikap, reaksi tubuh,
nada dan aspek-
aspek tekanan
suara)
6. Saya
memperhatikan
tanda-tanda verbal
klien (isi kata-kata)
7. Ucapan saya
menunjukkan
perhatian, minat
dan penerimaan
serta keterlibatan
saya pada masalah

20
klien
8. Postur tubuh saya
wajar, santai dan
penuh perhatian
9. Saya dapat
mengatasi
kemacetan
pembicaraan secara
tepat.
10. Saya bertanya
tentang perasaan-
perasaan klien.
11.Saya menjamin
kerahaasiaan klien
II. PENGUMPULAN DAN PEMBERIAN INFORMASI

1. Saya dapat
mengikuti apa apa
yang dikatakan
klien.
2. Saya menggunakan
tanda-tanda non
verbal (misalnya,
anggukan kepala,
ucapan hm, hm)
untuk
meningkatkan
produksi verbal
klien
3. Saya hanya bicara
tentang diri sendiri
jika memang
diminta klien
4. Saya tidak
menginterupsi/mem
otong pembicaraan
klien
5. Saya mengajukan
pertanyaan secara
satu per satu
6. Saya menahan diri
untuk tidak
menggunakan
pertanyaan
mengarahkan

21
7. Saya menanggapi
serius keprihatinan
klien
8. Saya menanyakan
alasan kunjungan
klien
9. Saya menanyakan
tentang resiko
lainnya
III. PERENCANAAN, PENGAMBILAN KEPUTUSAN, PENYELESAIAN
MASALAH

1. Saya bertahan agar


tidak terlalu cepat
memberikan simpati
atau pemecahan
masalah
2. Saya memberikan
kesempatan klien
untuk banyak
bicara
3. Saya dapat
membicarakan hal-
hal yang berkaitan
dengan seks tanpa
canggung
4. Saya membantu
klien
mengidentifikasi
masalah dan cara-
cara
penyelesaiannya
5. Saya membantu
klien
mengembangkan
berbagai alternatif
pilihan
6. Saya membantu
klien melihat
konsekuensi/akibat
dari berbagai
alternatif pilihan
7. Saya memberikan
kesempatan kepada
klien untuk memilih

22
IV. LANGKAH SELANJUTNYA

1. Saya bisa secara


ringkas, akurat dan
cepat
mengemukakan
tema-tema yang
dibicarakan oleh
klien
2. Saya
mengkonfirmasikan
tiap keputusan atau
pilihan klien;
memeriksa kembali
kesepakatannya
3. Saya menunjukkan
pengetahuan saya
mengenai sumber-
sumber dukungan
dan rujukan lain
4. Saya mengajak
klien agar
membawa/mengirim
kan temannya
kepada saya
5. Saya berterima-
kasih kepada klien
atas kedatangannya.
CATATAN :

23

Anda mungkin juga menyukai