I. KOMUNIKASI
A. Pengertian
1. Komunikasi massa
2. Komunikasi Intrapersonal (dalam diri seseorang)
3. Komunikasi Interpersonal (KIP), termasuk didalamnya komunikasi:
a. Antara dua orang
b. Antar tiga orang atau lebih (Komunikasi kelompok/group kecil)
- Komunikasi massa
Komunikasi massa adalah penyampaian pesan kepada sejumlah
besar orang, biasanya ditujukan kepada sebagian besar masyarakat.
Misalnya : pidato bapak Bupati
1
- Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi di dalam diri
seseorang. Komunikasi ini menyangkut pula pertimbangan-
pertimbangan atas tindakan-tindakan yang bersangkutan
A. Pengertian
2
kesehatan, juga efektivitas program, dan kelangsungan dan ketepatan
mereka dalam menggunakan pengobatan, serta kembali atau tidaknya
mereka ke klinik pelayanan.
B. Hambatan KIP
3
3. Faktor situasional
Gaya interviu dan naskah percakapan. Naskah suatu percakapan
kesehatan tradisional dikendalikan secara ketat oleh provider dengan
menggunakan pertanyaan tertutup, sedangkan naskah konsultasi
modern menunjukkan kontrol pertukaran percakapan yang lebih
seimbang.
4. Kompetensi percakapan
Agar efektif, suatui interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten
dari kedua belah pihak, Kegagalan dalam menyampaikan informasi
penting, perpindahan bicara yang tidak lancar, salah pengertian, dan
gagal meyakinkan, dapat menyebabkan terputusnya komunikasi.
Kegagalan komunikasi ini biasanya dapat terjadi karena harapan-
harapan yang bertolak belakang atau perbedaan aturan-aturan sosial
yang diyakini.
Adalah sangat sulit untuk mengatasi prasangka pribadi dan nilai. Oleh
karena itu seharusnya mencoba mengabaikan perasaan kita sendiri dan
mengkonsentrasikan pada apa yang dibutuhkan oleh orang lain. Kita
sebaiknya mencoba melihat keadaan dari pandangan mereka.
II. KONSELING
A. Pengertian
4
1. Peranan suatu pihak (konselor) adalah membantu pihak lain (klien)
melakukan suatu tindakan. Pengambilan keputusan bukan tugas
konselor
2. Fakta-fakta meliputi keterangan yang disampaikan klien seperti
catatan kesehatan, latar belakang keluarga, harapan-harapan dan
rencana masa depan klien, harapan dan rencana masa depan. Fakta
– fakta juga meliputi keterangan yang diberikan konselor., seperti
informasi tentang peranan dan fungsi posyandu
3. Perasaan-perasaan klien seperti masalah yang sedang mereka alami,
ketakutan-ketakutan, sikap dan nilai, khususnya mengenai
keberadaan sistem pelayanan kesehatan
C. Langkah-Langkah Konseling
5
SA = Beri Salam kepada klien, ciptakan hubungan baik (menciptakan
saling percaya dan terbuka). Sambut kedatangannya dan berikan
perhatian
Catat komentar-komentar yang muncul tentang bersikap hormat
dan ramah.
1. Efektivitas
2. Efek samping dan tanda-tanda bahaya
3. Kelebihan dan kekurangan
4. Bagaimana cara menggunakan
5. Kapan digunakan
6. Upaya Pencegahan yang perlu dilakukan
6
Minta klien untuk mengutarakan kembali hal-hal yang telah
dipahaminya dari penjelasan konselor, agar yakin bahwa klien
benar-benar mengerti akan informasi yang telah diperolehnya.
KONFRONTASI :
Membedakan, mengetahui
ketidaksesuaian (ini jarang
digunakan pada konseling )
KETERAMPILAN MEMPENGARUHI : W
Menunjukkan, menafsirkan,
A
mengungkapkan diri, memberi
nasehat/menginformasikan/menjelas
W
kan, memberi instruksi, umpan balik A
KETERAMPILAN MENDENGARKAN DAN
BERTANYA : N
Menggunakan pertanyaan terbuka dan C
tertutup, pertanyaan mendalam, memberi
dorongan, refleksi isi (paraphrasing), refleksi A
perasaan.
7
KETERAMPILAN OBSERVASI DAN MEMANTAPKAN
HUBUNGAN YANG BAIK : R
Memberi perhatian, menggunakan tatapan mata yang
A
sesuai dengan budaya, mengikuti ucapan verbal,
kualitas suara dan bahasa tubuh
E. Keterampilan Observasi
3. Kesenjangan
Seorang pewawancara yang jeli dalam pengamatannya akan
mengenali jika terjadi ketidaksesuaian antara tingkah laku verbal
dan nonverbal klien, antara dua pernyataan, antara apa yang
dikatakan dan apa yang dilakukan. Hal ini tidak saja penting untuk
mengamati orang lain, tetapi juga dalam mengamati/menilai diri kita
sendiri.
8
1. Tingkah Laku Non-verbal Klien
Cara menatap mata, bahasa tubuh, kualitas suara semuanya
merupakan indikator penting yang mengungkapkan apa yang sedang
terjadi pada diri klien
Contoh lain:
Pujian : “Hari ini anda kelihatan sehat”
9
Dukungan : “Anda melakukan hal yang tepat dengan ……..”
Penentraman Hati : “Banyak orang yang prihatin akan hal tersebut
G. Keterampilan Mendengar
1. Perhatian
2. Konsentrasi pada klien
3. Merangkum, merefleksi
4. Jangan memotong
5. Berikan tanggapan non-verbal (contoh : tatapan mata, anggukan,
senyuman, mengatakan “Hmmm,” mencondongkan tubuh ke depan)
6. Mintalah penjelasan
10
dikatakannnya dengan cara memendekkan dan memperjelas pendapat
klien. Merefleksi isi tidak sama dengan membeo karena merefleksi isi
mengunakan sebagian dari kata-kata inti dari klien.
Contoh :
Klien : “Saya tidak tahu apa yang terjadi. Hari ini saya merasa tidak
enak badan.”
Provider : Anda merasa sakit dan bingung karena hal ini?
11
Emosi membentuk dasar dari sebagian besar pengalaman hidup.
Mengenai perasaan inti dan membantu klien untuk memperjelas/
menyadarkan perasaan itu bisa menjadi satu hal yang sangat berguna.
Saat Anda merefleksikan perasaan, Anda menambahkan refleksi isi anda
dengan kondisi emosi klien yang anda tangkap baik dari aspek verbal
maupun non verbal yang ditampilkan klien. Hal ini menunjukkan
kesadaran anda tentang keadaan perasaan klien. Klien juga akan
merasa diperhatikan dan benar-benar dibantu.
H. Keterampilan Bertanya
12
Pertanyaan-terbuka Untuk mempelajari “Apakah yang saudara
perasaan, kepercayaan dengar mengenai ?”
dan pengetahuan klien
Pertanyaan mendalam Untuk menanggapi “Apakah saudara bisa
pertanyaan klien menjelaskan lebih
lanjut kepada saya
mengapa …………?”
Pertanyaan yang TIDAK TEPAT “Tidakkah ibu merasa
mengarahkan (bersifat DIGUNAKAN bahwa IUD itu tepat
sugestif) bagi ibu?”
Tekankan bahwa :
Konselor harus menghindari :
1. Bertanya yang mengarahkan klien kepada suatu pilihan menurut
konselor, misalnya : Jangan mengatakan, mengapa ibu tidak ke
posyandu saja?; Lebih baik katakan: Bagaimana pendapat ibu
tentang posyandu?
2. Terlalu banyak bertanya, membuat klien akan merasa seperti
diinterogasi, lebih baik digunakan juga keterampilan refleksi isi dan
perasaan.
13
1. Fisik: Didasarkan pada rasa yang dialami tubuh, seperti rasa sakit,
tidak nyaman, atau nikmat. Orang akan menghindari tingkah laku
yang menimbulkan rasa sakit, atau sebaliknya orang akan memilih
tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional: Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang-orang akan
bereaksi pada suatu situasi secara subjektif.
3. Rasional: Didasarkan pada pengetahuan. Orang-orang mendapat
informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal: Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan
melaksanakannya. Seseorang akan menilai potensi diri dan
kepercayaan dirinya melalui kemampuannya dalam bertindak.
5. Interpersonal: Didasarkan pada pengaruh jaringan-jaringan sosial
yang ada. Hubungan antar satu orang ke orang lainnya dapat
mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural: Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.
Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau
mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
14
3 K (Kondisi, Kehendak, & Konsekuensi) dalam Pembuatan Keputusan
yang baik :
a.
b.
c.
Konsekuensi a:
Positif Negatif
__________________ ______________________
__________________ ______________________
__________________ ______________________
Konsekuensi b:
15
Positif Negatif
__________________ ______________________
__________________ ______________________
__________________ ______________________
Konsekuensi c:
Positif Negatif
__________________ ______________________
__________________ ______________________
__________________ ______________________
1. DIAM. Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu. Hal ini
biasanya terjadi paada klien-klien yang merasa cemas atau marah.
Apabila hal ini terjadi pada awal pertemuan, setelah beberapa saat,
sebaiknya konselor memperhatikan hal ini dengan mengatakan
misalnya : “Saya mengerti hal ini sulit untuk dibicarakan (Refleksi
perasaan). Biasanya pada pertemuan pertama klien-klien saya juga
merasa begitu (validasi). Apakah ibu merasa cemas?”. Atau alternatif
lain apabila klien diam karena marah (misalnya, klien berpaling
muka dari konselor). Sebagai konselor anda dapat berkata:
“Bagaimana perasaan ibu karena berada disini sekarang?”
Pernyataan-pernyataan ini harus diikuti dengan suasana hening
selama beberapa saat, pada saat ini konselor memandang klien dan
memperlihatkan sikap tubuh yang menunjukkan perhatian.
Kadang-kadang klien tidak mau bicara atau diam ini terjadi pada
pertengahan pertemuan. Dalam situasi seperti ini konselor harus
memperhatikan konteks pembicaraan dan menilai mengapa hal ini
terjadi. Mungkin hal tersebut terjadi klien merasa berat menceritakan
hal-hal yang pribadi karena atau suatu rahasia tentang dirinya, atau
16
ia tidak senang dengan sikap konselor. Pada umumnya, lebih baik
menunggu beberapa saat, memberi kesempatan kepada klien untuk
mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun konselor
merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Kadang-kadang
klien diam karena sedang berpikir atau memperhatikan dengan
seksama. Dalam hal ini tidak perlu berusaha memecahkan
kesunyian, juga tidak perlu menunjukkan sikap tidak menerima.
17
bahwa apapun reaksi emosi konselor , akan dirasakan klien.
Semakin terbuka perasaaan kita selama pertemuan dengan klien
(bukan berarti membuka diri tentang hal-hal pribadi tentang di luar
konseling) semakin terbuka pula perasaan klien. Kesalahan konselor
dapat berubah menjadi hal yang baik bagi klien.
18
7. Klien berbicara terus dan yang dibicarakan tidak sesuai dengan
materi pembicaraan. Situasi ini kebalikan dari situasi di mana klien
tidak mau berbicara, tetapi sama-sama menimbulkan kecemasan dan
kesulitan bicara bagi konselor. Apabila klien terus menerus
mengulang pembicaraan, setelah beberapa saat perlu dipotong
pembicaraannya dengan mengatakan seperti : “Maafkan saya, bu,
apakah ibu tegang atau cemas tentang sesuatu, saya perhatikan ibu
menyatakan suatu hal yang sama berulang-ulang, apakah ada yang
sulit disampaikan?” . Pertanyaan semacam ini akan membantu klien
menfokuskan kembali percakapan.
19
suara agar dapat
didengar baik oleh
konselor.
2. Saya melakukan 5 (Selalu) = Pada saat 5 (Selalu) = Pada saat
kontak mata secara konseling berlangsung, konseling berlangsung,
wajar konselor menatap dengan klien menatap mata
baik secara wajar kepada konselor dengan baik
klien agar dapat meyakinkan secara wajar agar
klien bahwa konselor dapat dipahami
memerhatikan dengan baik walaupun sesekali
masalah yang diadapi oleh si klien menatap hal lain
klien. di lingkungan sekitar.
3. Ekspresi muka saya 5 (Selalu) = Konselor selalu 5 (Selalu) = Begitupun
menunjukkan tersenym kepada klien, sebaliknya, klien juga
perhatian, minat, sehingga klien terlihat dalam menyampaikan
dan penerimaan merasa nyaman dan masalah keapada
diperhatikan. konselor selalu
tersenym dan
menunjuukkan tanda
nyaman kepada
konselor pada saat
berbicara.
4. Sikap/gerak tubuh
saya menunjukkan
perhatian, minat,
dan penerimaan
5. Saya
memperhatikan
tanda-tanda/aspek-
aspek nonverbal
klien (gerak-gerik,
sikap, reaksi tubuh,
nada dan aspek-
aspek tekanan
suara)
6. Saya
memperhatikan
tanda-tanda verbal
klien (isi kata-kata)
7. Ucapan saya
menunjukkan
perhatian, minat
dan penerimaan
serta keterlibatan
saya pada masalah
20
klien
8. Postur tubuh saya
wajar, santai dan
penuh perhatian
9. Saya dapat
mengatasi
kemacetan
pembicaraan secara
tepat.
10. Saya bertanya
tentang perasaan-
perasaan klien.
11.Saya menjamin
kerahaasiaan klien
II. PENGUMPULAN DAN PEMBERIAN INFORMASI
1. Saya dapat
mengikuti apa apa
yang dikatakan
klien.
2. Saya menggunakan
tanda-tanda non
verbal (misalnya,
anggukan kepala,
ucapan hm, hm)
untuk
meningkatkan
produksi verbal
klien
3. Saya hanya bicara
tentang diri sendiri
jika memang
diminta klien
4. Saya tidak
menginterupsi/mem
otong pembicaraan
klien
5. Saya mengajukan
pertanyaan secara
satu per satu
6. Saya menahan diri
untuk tidak
menggunakan
pertanyaan
mengarahkan
21
7. Saya menanggapi
serius keprihatinan
klien
8. Saya menanyakan
alasan kunjungan
klien
9. Saya menanyakan
tentang resiko
lainnya
III. PERENCANAAN, PENGAMBILAN KEPUTUSAN, PENYELESAIAN
MASALAH
22
IV. LANGKAH SELANJUTNYA
23