Nim : P07524419061
Kelas : 1B
Prodi : D-IV
Kelompok : Kelompok 2
memahami konsep dan bentuk-bentuk dasar komunikasi. Secara khusus, para medis
diharapkan mampu:
JENIS KOMUNIKASI
Ada dua jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
Komunikasi verbal menggunakan kata-kata yang disebut juga sebagai komunikasi bahasa lisan.
Kata-kata yang digunakan dipengaruhi oleh latar belakang sosial, budaya, ekonomi, umur, dan
pendidikan. Dalam menggunakan suara, ada 7 pokok yang berkaitan dengan suara yang perlu
diperhatikan yaitu: gema, irama, kecepatan, ketinggian, besar/volume, naik turunnya, dan
kejelasan suara. Suara dapat menggambarkan semangat, antusias, kesedihan, kejengkelan, atau
kegirangan. Sedangkan komunikasi nonverbal mencakup gerak gerik, sikap, ekspresi wajah, dan
penampilan. Komunikasi nonverbal tidak menggunakan kata-kata dan disebut juga bahasa tubuh
(body language).
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung
dengan baik terdiri dari komunikator, pesan, saluran, komunikan, umpan balik Faktor-faktor
yang mempengaruhi komunikasi menurut Potte dan Perry (1993) adalah perkembangan,
persepsi, nilai, latar belakang sosial budaya, emosi, jenis kelamin, pengetahuan, peran dan
hubungan, lingkungan dan jarak.
Keberhasilan komunikasi interpersonal dalam konseling seorang bidan akan diuji bila
menghadapi klien sesungguhnya. Kualitas komunikasi interpersonal dan konseling oleh
mahasiswa kebidanan belum pernah dievaluasi, oleh karena itu, mahasiswa pada
saatmelakukan praktik kebidanan dilakukan penilaian keterampilan komunikasi interpersonal
dan konseling oleh pembimbing klinik. Keterampilan komunikasi interpersonal dan
konseling merupakan aspek penting dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, karena
konseling membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya dalam memilih dan
memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhannya, sehingga klien
merasa puas atas pilihan dan pelayanan yang diterimanya. Penelitian observasional potong
lintang dilaksanakan di empat lokasi Bidan Praktik Mandiri Kabupaten Ciamis pada bulan
Agustus 2015. Subjek penelitian adalah mahasiswa kebidanan tingkat III semester VI yang
sudah lulus mata kuliah pelayanan Keluarga Berencana sebanyak 46 orang dengan teknik
pengambilan sampel secara random sampling.
Calon akseptor KB yang datang ke Bidan Praktik Mandiri dinilai apakah memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi, selanjutnya calon akseptor KB dipilih secara konsekutif sampai tercapai 46
orang. Data diperoleh menggunakan daftar tilik dan kuesioner, dianalisis dengan uji korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara teknik konseling, perilaku
empati dalam konseling yang ditampilkan mahasiswa, perilaku yang mencerminkan etika
dalam konseling dengan kepuasan klien dengan nilai p>0,05. Tidak terdapatnya hubungan
diduga karena pada saat penilaian hanya dinilai dari kepatuhan melakukan langkah klinik,
namun tidak menilai isi atau materi konseling. Menilai empati tidak dinilai oleh klien, butir
penilaian empati tidak dibuat secara khusus. Masih terdapatnya bias dalam proses penilaian
dan mungkin juga dalam proses seleksi. Simpulan hasil penelitian, tidak terdapat hubungan
antara teknik konseling, perilaku empati dalam konseling dan perilaku etika dalam konseling
dengan kepuasan klien.
1. Sikap Empati
Referensi:
MNH-DEPKES. KomunikasiEfektif ibu selamat, bayi sehat, keluarga bahagia. Modul Pelatihan
Keterampilan Komunikasi interpersonal/konseling (KIP/K). Jakarta : 2002.
IBI, 9 Modul Kebidanan (Modul Pelatihan Konseling Bagi Bidan Pada Klinik IBI).Jakarta :
2003.
A. Makna Penting
1. Empati primer : oleh Rogers. Membentuk fondasi dan atmosfer inti helping relationship. yakni
mendengarkan semua pesan dan meresponnya. Kemampuan paraphrasing dan merefleksikan
perasaan konselor dengan baik akan memulai dasar empati untuk memahami klien.
Contoh perkataan : “ Sekarang saya bisa merasakan betapa sedih Anda pada waktu itu”.
1. Empati lanjutan (advanced accurate emphaty) yakni memberi respon dan pemahaman
terhadap hal yang tidak langsung dikatakan klien. Dimana konselor memberikan lebih
dari dirinya dan seringkali membutuhkan upaya langsung untuk mempengaruhi klien.
Karena informasi itu selalu subjektif bagi interprestasi individu, konselor harus
menyusun kembali situasi,kepercayaan, atau pengalaman untuk membantu klien
melihatnya dari perspektif dan berbeda dan mengecek apakah interprestasi itu sudah
benar.
Sikap empati sangat penting bagi konselor, karena dengan sikap ini seorang konselor akan
mampu menciptakan hubungan baik dengan klien, selain itu mampu merasakan permasalahan
yang dialami klien. Sehingga konselor dapat memberikan alternative-alternative pemecahan
masalah untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Menciptakan / membina hubungan baik dengan klien
Keterampilan membina hubungan baik merupakan dasar dari proses komunikasi interpersonal
dan dasar dari proses pemberian bantuan. Hubungan yang baik akan memudahkan klien
memahami saran bidan sehingga mau mengikutinya. Klien merasa lebih puas dan akan kembali
lagi untuk memeriksaan diri ke bidan.
Sikap dan prilaku dasar yang dibutuhkan oleh bidan agar tercipta hubungan baik :
O : Open and non-judgemental facial expression (ekspresi muka menunjukkan sikap terbuka
dan tidak ternilai).
E : Eye contact ina cultural-acceptable manner (kontak mata/tatap mata sesuai cara yang
diterima budaya setempat).
Intonasi dan volume suara dapat mencerminkan sikap hangat/tidaknya seseorang. Suara yang
keras, mengebu-gebu, kurang menunjukkan kehangatan dibandingkan dengan volume dan
intonasi suara yang lembut, tidak terlalu keras.
Tiga hal penting lain yang perlu diperhatikan pada waktu konseling agar hubungan baik lebih
mantap yaitu :
Tanda perhatian verbal yang dimaksud adalah kata-kata pendek atau ungkapan kata yang singkat
seperti : hemm…, ya, lalu, oh ya, terus, begitu, ya.
Dalam konseling, bidan yang baik adalah bidan yang mementingkan hubungan baik dengan
klien. Hal ini akan terwujud bila selama proses konseling bidan selalu berusaha bekerja sama
dengan klien.
Contoh prilaku atau respon positif bidan yang mendukung terciptanya hubungan baik,
menimbulkan perasaan nyaman pada klien misalnya :
2. Mempersilakan duduk
3. Bersabar
Dalam konseling, bidan yang baik adalah bidan yang mementingkan hubungan baik dengan
klien. Hal ini akan terwujud bila selama proses konseling bidan selalu berusaha bekerjasama
dengan klien. Pembinaan hubungan baik dimulai sejak awal pertemuan dengan klien dan perlu
dijaga seterusnya.
1. Kejujuran
3. Bersikap positif
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien atau diri konselor sendiri.
Komunikasi memiliki beberapa pengertian, antara lain merupakan sebuah proses interaksi sosial
antara dua atau lebih individu yang mencoba saling mempengaruhi dalam hal ide, sikap,
pengetahuan, dan tingkah laku. Selain itu komunikasi juga di definisikan sebagai proses
memberitahukan dan menyebarkan pikiran-pikiran, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah
partisipasi, agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama. Seperti yang telah kita
ketahui, Komunikasi terdiri dari dua jenis yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal.
Bentuk komunikasi non verbal adalah :
4. Objek ; objek tidak menggantikan kata-kata tetapi juga mengandung makna. Misal:
pakaian mencerminkan gaya hidup seseorang.
5. Warna; menunjukkan warna emosional, cita rasa, keyakinan agama, politik, dan lain-lain.
Misal: warna merah muda adalah warna feminim.
Fungsi komunikasi non verbal:
1. Melengkapi komunikasi verbal.
2. Menekankan komunikasi verbal.
3. Membesar-besarkan komunikasi non verbal.
4. Melawan komunikasi verbal.
5. Meniadakan komunikasi non verbal.
6. KomunikasiVerbal
B. Keterampilan Observasi
Bidan perlu mengamati tingkah laku pasien secara verbal dan non-verbal untuk
mengidentifikasi pesan-pesan yang tidak sejalan (sinkron) dan campur aduk. Bidan perlu
menggabungkan informasi kedalam tiga kategori.
Cara menatap mata, bahasa tubuh, kualitas suara, merupakan indicator penting yang
mengungkapkan apa yang sedang terjadi pada diri klien.
Kapan klien beralih topik apa saja kata-kata kunci, penjelasan-penjelasan yang disampaikan dan
pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan.
Seorang bidan yang tajam pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa
ketidaksesuaian antara tingkah laku verbal dan non-verbal antara dua buah pertanyaan, antara
apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan.
Meski tingkah laku verbal dan non-verbal bisa berdiri sendiri tapi pada kenyataannya verbal dan
non-vebal tidak terpisahkan, saling menguatkan arti yang sebenarnya dari suatu tingkah laku.
Dalam mengobservasi sesuatu ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan :
Pengamatan obyektif adalah berbagai tingkah laku yang kita “lihat” dan “dengar”.
Misalkan : jalan mondar-mandir tangan dikepal, dsb.
Interprestasi/penafsiran adalah kesan yang kita berikan terhadap apa yang kita lihat
(amati) dan kita dengar. Misalkan : kesal karena terlalu lama menunggu.
Kita dapat belajar lebih peka terhadap tingkah laku non-verbal dan arti dari suatu tingkah laku
verbal yang ditampilkan seorang klien. Misalkan klien berkata bahwa hubungannya dengan
suami baik-baik (dengan raut kesedihan diwajahnya). Harus ditelaah lebih lanjut arti dari
ketidaksesuaian antara yang disampaikan (verbal) dengan ekspresi muka (non-verbal).
Ada 4 bentuk mendengarkan yang bisa digunakan sesuai dengan situasi yang dihadapi yaitu:
Dilakukan antara lain bila klien sedang menceritakan masalahnya, berbicara tanpa henti,
menggebu-gebu dengan ekspresi perasaan kesal atau sedih. Selain itu bila klien berhenti
berbicara sejenak, konselor dapat mendengar pasif untuk memberi kesempatan menenangkan
diri.
Seperti : yaa, lalu, oh begitu, terus…, dilakukan antara lain sewaktu klien berbicara panjang
tentang peristiwa yang terjadi pada dirinya.
Dilakukan bila konselor ingin mendalami apa yang diucapkan/diceritakan klien. Misal :
Bagaimana hubungan ibu dengan saudara-saudara suami? Apakah maksud ibu dengan perbuatan
yang tidak layak itu?
4. Mendengar aktif
Refleksi isi atau paraphrasing adalah menyatakan kembali atau pesan klien dengan menggunakan
kata-kata lain, memberi masukan pada klien tentang inti ucapan yang baru dikatakan klien
dengan cara meringkas dan memperjelas ucapan klien.
Refleksi perasaan, adalah mengungkapkan perasaan klien yang teramati olek konselor dari
intonasi suara, raut wajah dan bahasa tubuh klien maupun dari hal-hal yang tersirat dari kata-kata
verbal klien.
Mendengarkan informasi yang disampaikan klien sangat penting. Sering kali kita mendengar tapi
tidak benar-benar mendengarkan.
Mendengarkan adalah suatu proses aktif yang membutuhkan partisipasi aktif dari yang
mendengarkan (LISTENING).
Mendengar merupakan proses mendengar suara melalui alat pendengaran (telinga) tanpa ada
proses si pendengar dalam menyerap apa-apa yang didengar (HEAR-masuk kuping kiri keluar
kuping kanan)
Penelitian tentang interaksi klien – bidan menunjukkan bahwa hanya satu per tiga dari yang
diucapkan bidan bersifat mendorong klien untuk berbicara. Sebagian besar bersifat netral
(ucapan yang membantu arus informasi klien dengan bidan, tetapi tidak mendorong partisipasi
aktif klien), dan sering kali bidan memotong pembicaraan klien, memutuskan informasi yang
penting yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan. Ucapan-ucapan yang demikian
tidaklah menunjukkan rasa hormat kepada klien, bahkan klien merasa tidak nyaman.
Keterampilan mendengarkan membutuhkan latihan secara terus menerus. Meringkas pokok-
pokok utama dari hal-hal yang diucapkan orang lain adalah latihan yang baik untuk keterampilan
mendengarkan.
1. Terima klien apa adanya. Hargai klien sebagai individu yang berbeda dari individu
lainnya
2. Dengarkan apa yang dikatakan oleh klien dan juga bagaimana ia mengatakan hal itu.
Perhatikan intonasi suara, pemilihan, ekspresi wajah dan gerakan-gerakan tubuh.
4. Kadang-kadang lakukan mendengarkan pasif (diam). Beri waktu pada klien untuk
berfikir, bertanya dan berbicara. Sesuaikan dengan kecepatan klien.
5. Dengarkan klien dengan seksama, jangan berfikir apa yang akan anda lakukan
selanjutnya.
6. Lakukan pengulangan/refleksikan apa yang anda dengar, sehingga bidan klien paham
7. Duduk menghadap klien dengan nyaman, hindari gerakan yang mengganggu, tatap dan
perhatikan klien.
Keterampilan Bertanya
Semua jenis pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan tertutup dan terbuka.
Pertanyaan tertutup menghasilkan jawaban “ya” atau “tidak” yang berguna untuk
mengumpulkan informasi yang faktual (biasanya dilakukan pada awal-awal percakapan).
Pertanyaan tertutup tidak menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan proses
pengambilan keputusan. Dengan menggunakan pertanyaan tertutup, bidan mengontrol jalannya
percakapan. Klien hanya akan memberikan informasi yang bersangkut paut dengan pertanyaan
yang ditanyakan.
3. Ajukan pertanyaan satu persatu. Tunggu jawaban dengan penuh minat, jangan memotong
4. Gunakan kata-kata yang mendorong klien untuk tetap berbicara seperti: dan, lalu,
selanjutnya
5. Hindari penggunaan kata tanya; mengapa, karena kemungkinan klien merasa disalahkan
8. Gunakan pertanyaan yang terbuka, karena lebih efektif daripada pertanyaan tertutup
Kontak mata adalah salah satu penghubung nonverbal yang paling penting yang Anda miliki
untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain yaitu pertemuan mata antara dua orang
yang mengekspresikan komunikasi nonverbal, kontak ini terjadi ketika dua orang melihat satu
sama lain secara langsung atau ketika dua orang melihat mata satu sama lain pada saat yang
sama yang biasanya ditampilkan melalui ekspresi wajah.
Kontak mata adalah bentuk komunikasi non verbal dan diyakini memiliki pengaruh besar pada
perilaku sosial. Frekuensi dan interpretasi dari kontak mata bervariasi antara budaya dan spesies.
Kontak mata dan ekspresi wajah dan sosial yang penting menyediakan informasi emosional.
Kontak mata merupakan aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Kontak mata
menunjukan bahwa seorang konselor menghormati kehadiran kliennya. Mata adalah cermin jiwa,
kekuatan mata mampu mempengaruhi seorang klien agar dapat terbuka tentang permasalahan
yang dihadapinya terhadap konselor. Kontak mata memberikan informasi sosial kepada orang
yang sedang melakukan konseling. Terlalu banyak kontak mata menunjukkan bahwa seorang
tersebut memiliki sifat agresif. Sedangkan jika terlalu kontak mata orang tersebut dianggap tidak
mempunyai minat pada orang yang diajak bicara.
Kontak mata memberikan petunjuk berharga tentang apa yang sedang orang pikirkan.
6. konstuktif atau sedang mengarang jawaban yaitu Orang-orang yang melihat ke atas dan
kanan
3. Mendengarkan seseorang
4. Menarik seseorang
Dalam berbagai kebudayaan pandangan mata kerap kali ditafsirkan sebagai pernyataan tingkat
keseriusan perhatian, mendengarkan , melihat, mengerti, melamun, menerawang, bingung,
marah, menguasai , membiarkan dan masa bodoh yang semuanya harus ditafsirkan dalam
konteks sosial budaya tertentu .
Jadi dapat disimpulkan dalam melakukan komunikasi yang baik sebagai seorang pembicara atau
pendengar kita mengungkapkan sesuatu melalui penglihatan dari awal hingga akhir. Oleh sebab
itu peranan mata sebagai sight yang berkaitan dengan sejauhmana tingkat pemahaman dan
pengetahuan terhadap kosa kata yang kita miliki , memandang gagasan, maupun arah.
2. Menimbulkan kemarahan
Gagal membuat kontak mata pada saat perkenalan membuat orang tidak nyaman. Mengalihkan
mata anda akan meninggalkan kesan apakah orang ini malu, gugup, apakah ia menyembunyikan
sesuatu.
Jadi, kontak mata dapat membawa anda pada suatu hubungan. Penggunaan kontak mata yang
baik akan membuat anda sukses menjaling hubungan misalnya antara bidan dengan klien.
Kontak mata yang cukup dan sering adalah apa yang dibutuhkan dalam mempertahankan
hubungan yang saling memenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Komunikasi-dalam-
Praktik-Kebidanan.pdf