Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

“Komunikasi Interprofesional dalam Pelayanan Kesehatan”


DOSEN MK : Dr.N.B.Marasabessy,S.ST.,M.Kes

Sumita Rumbia
P07120317028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PRODI KEPERAWATAN MASOHI
2020
KOMUNIKASI INTERPROFESIONAL DALAM PELAYANAN KESEHATAN

A. Definisi Komunikasi Interprofesional


Komunikasi interprofesional dapat diartikan sebagai proses perencanaan,
pelaksanaan, dan mengevaluasi program komunikasi yang ditujukan untuk penyedia
layanan kesehatan. Adapun pengertian lain mengenai komunikasi interprofesional,
komunikasi interprofesional adalah komunikasi yang sering terjadi antar multifisiplin
ilmu mengenai praktik keprofesian yang berkolaborasi guna meningkatkan
kerjasama dan pelayanan kesehatan (Barr : 2002). Komunikasi interprofesioanl
adalah bentuk interaksi untuk bertukar pikiran, opini dan informasi yang melibatkan
dua profesi atau lebih dalam upaya untuk menjalin kolaborasi interprofesi

B. Tujuan Komunikasi Interprofesional


Komunikasi interprofesional pada pelayanan kesehatan dilakukan oleh tenaga-
tenaga medis seperti : dokter, perawat, ahli gizi, apoteker,dokter spesialis, dll.
Adanya komunikasi interprofesional ialah bertujuan untuk mewujudkan
kesehatan pasien yang lebih baik, bertukar informasi dan alat medis agar lebih
efektif untuk memajukan praktek medis, serta mengadvokasi untuk penerapan
standar baru pelayanan perawatan kesehatan. Dengan adanya tujuan tersebut
diharapkan semua tenaga medis dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan
sebaik-baiknya tanpa adanya kesalahan komunikasi antar tenaga medis.

C. Jenis dan Bentuk Komunikasi Interprofesional


Komunikasi interprofesional dapat terjadi dalam berbagai jenis komunikasi dalam
suatu organisasi pelayanan kesehatan. Jenis komunikasi tersebut dapat berupa :
komunikasi antar manajer fasilitas kesehatan dengan petugas kesehatan,
komunikasi antara dokter dan dengan perawat atau bidan, komunikasi antara dokter
dengan dokter, misalnya komunikasi antara dokter spesialis dengan dokter ruangan
atau dokter spesialis yang merawat pasien
Selain jenis komunikasi diatas, komunikasi interprofesional memiliki bentuk
komunikasi yang terjadi ketika komunikasi berlangsung. Bentuk komunikasi
interprofesional dapat berupa rekam medik pasien, resep untuk pasien dan lain-lain.
Rekam medik pasien akan menjadi sumber informasi untuk tenaga medis yang akan
menjadi petugas pelayanan kesehatan di kemudian hari.

D. Prinsip-prinsip Komunikasi Interprofesional


Komunikasi perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang dapat mendukung
komunikasi dalam tim. Menurut kumala (1995) prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Setiap individu dalam tim memiliki hak untuk mengemukakan dan menjelaskan
pendapatnya atau pandangan mereka untuk melakukan suatu tindakan.
2. Pesan yang diberikan, dalam bentuk lisan maupun tulisan, harus dinyatakan
dengan menggunakan bahasa serta ungkapan yang jelas dan mudah dimengerti
oleh semua individu dalam tim tersebut
3. Setiap individu dalam tim menghindari perselisihan dan pertentangan sesama
individu dalam tim agar komunikasi atau hubungan terjalin lebih baik.

E. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Interprofesional


Komunikasi yang efektif perlu di dukung oleh faktor-faktor yang dapat
meningkatkan keefektifan dalam berkomunikasi. Menurut potter & perry (2005)
keefektifan komunikasi dapat di dukung dengan faktor-faktor berikut :
1. Persepsi, dalam berkomunikasiantar profesi perlu berusaha menyetarakan
persepsi agar tidak menimbulkan masalah dalam berkomunikasi
2. Lingkungan yang nyaman untuk berkomunikasi, hindari lingkungan yang
dapat mengganggu proses komunikasi yang menjadi terhambat
3. Pengetahuan, tingkatan pengetahuan yang berbeda. Hal ini dapat
menimbulkan penyampaian pesan yang tidak jelas serta dapat menimbulkan
negative feedback.

Selain adanya faktor pendukung, adapun faktor penghambat dalam


komunikasi interprofesional. Hambatan tersebut berupa kepemimpinan yang kurang
efektif, kurangnya kejelasan, atau kesepakatan mengenai tujuan dan prioritas,
konflik interprofesional, persaingan prioritas, perbedaan konseptual, dan enggan
untuk menerima anggota lain. Hambatan tersebut dapat memicu sebuah masalah
dalam komunikasi inteprofesional.
F. Penyebab Masalah
Penyebab masalah yang sering terjadi dalam komunikasi interprofesional adalah
dapat berupa : role stress, lack of interprofesional understanding, dan autonomy
struggles.
1. Role stress terbagi menjadi 2 yaitu role conflict dan role overload. Role
confilict ialah perbedaan antara peran yang diharapkan dengan yang
diperoleh, hal ini dapat membuat kinerja seseorang akan menurun
sedangkan, role overload terjadi karena jumlah pasien yang terlalu banyak
sehingga menyebabkan kemampuan petugas kesehatan menjadi menurun
(lelah) sehingga pelayanan yang diberikan menjadi tidak baik.
2. lack of interprofesional understanding,terjadi karena petugas kesehatan yang
belum paham tentang peran mereka dalam lingkungan kerja sehingga dapat
menyebabkan masalah dalam hubungan kerja antar petugas kesehatan
3. autonomy struggles menurut conway adalah kapasitas otonomi menjadi
penting agar tenaga kesehatan dapat memenuhi perannya. Namun,
terkadang perbedaan tingkat otonomi pada prtugas kesehatan, maka petugas
kesehatan perlu menyesuaikan otonomi sesuai dengan tugas dan
kewajibannya.

G. Cara Penyelesaian Masalah


Masalah tersebut dapat diselesaikan dengan pengaturan komunikais yang
sebaik-baik antar tenaga kesehatan. Maka dalam organisasi kesehatan agar
komunikasi berjalan dengan baik, dan tanpa ada masalah perlu memperhatikan hal-
hal berikut :
1. memperjelas uraian hak, tugas dan koordinasi, masing-masing petugas
dalam suatu fasilitas kesehatan. Peran, hak dan tugas petugas lain juga
harus diketahui oleh masing-masing petugas.
2. Memberikan otonomi pada petugas untuk mengambil keputusan sesuai
dengan kewajiban dan kemampuannya.
3. Mereposisi kembali hubungan antar petugas kesehatan sebagai hubungan
yang saling melengkapi.

Anda mungkin juga menyukai