PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekanisme pendekatan pelaksanaan pelayanan medis di setiap daerah dalam
wilayah Republik Indonesia berbeda-beda. Berbagai sistem pelayanan kesehatan
disesuaikan dengan kondisi di daerah yang bersangkutan sebagai upaya yang harus
dilakukan sehingga pemerataan kesehatan tetap dapat dicapai
Mengingat karakteristik wilayah Indonesia yang begitu bervariasi antara laut dan
pulau, upaya pemerataan pelayanan kesehatan di Indonesia belum dapat dilaksanakan
secara optimal, terutama pelayanan kesehatan primer atau strata pertama.
Ketidakmerataan ini diakibatkan berbagai faktor, antara lain letak geografis, demografis,
keterjangkauan atau mekanisme pelayanan medis
Kendala pemerataan pelayanan kesehatan tersebut tampaknya juga dihadapi
Provinsi Maluku. Secara geografis Provinsi Maluku merupakan salah satu dari 7
provinsi kepulauan di Indonesia.Secara spesifik pulau-pulau yang ada di wilayah
Maluku merupakan pulau-pulau yang mengelompok secara bersama membentuk
gugusan pulau dan memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain
sebagainya
Provinsi Maluku terdiri dari 9 Kabupaten dan 2 Kota yaitu: 1. Kota Ambon; 2.
Kabupaten Maluku Tengah (Masohi); 3. Kabupaten Seram Bagian Barat (Piru); 4.
Kabupaten Seram Bagian Timur (Geser); 5. Kabupaten Maluku Tenggara (Langgur); 6.
Kota Tual; 7. Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Saumlaki); 8. Kabupaten Pulau Aru
(Dobo); 9. Kabupaten Buru (Namlea); 10. Kabupaten Maluku Barat Daya (Wetar); 11.
Kabupaten Buru Selatan (Leksula)
Wilayah-wilayah tersebut merupakan bagian gugus pulau. Wilayah pulau gugus
pulau tersebut tersebar dari utara sampai ke selatan dengan luas wilayah yang berbeda
baik dalam kondisi, karateristik geografis serta alamnya yang heterogen sehingga
potensi atau kapasitas antar wilayah juga berbeda. Sehingga perkembangan
pembangunan, termasuk upaya pelayanan kesehatan, terpusat pada pulau-pulau besar
atau wilayah tertentu yang lebih berkembang dibandingkan wilayah lain. Keadaan ini
makin dipersulit dengan kondisi topografi di Provinsi Maluku yang secara umum
berbukitbukit sepanjang garis pantai menuju dataran tinggi. Hal ini menyebabkan
masalah pada aspek kesehatan, seperti rendahnya askesibilitas masyarakat terhadap
fasilitas kesehatan dan ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai
1
Keadaan tersebut memicu perkembangan upaya pelayanan kesehatan di
Provinsi Maluku. Sebagai provinsi kepulauan, maka dibangun pelayanan kesehatan
dengan sistem gugus pulau guna menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan dasar
Pola pendekatan pelayanan kesehatan di Maluku ialah dengan pendekatan
gugus pulau. Pewilayahan gugus pulau di Provinsi Maluku berdasarkan Peraturan
Daerah Nomor 16 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Maluku terdapat
12 gugus pulau di 11 kabupaten/kota. Sehingga dalam perspektif Gugus Pulau
Pelayanan Kesehatan terdapat 39 Sub-gugus pulau Pelayanan Kesehatan dengan
pusat-pusat gugus pulau yang menjalankan fungsinya masing-masing di bantu dengan
Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) satelit di wilayah gugus pulau terkait.3,4
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Bidang
Perencanaan Gugus pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease memiliki empat Puskesmas
Pusat Gugus, yakni Puskesmas Pusat Gugus Ch. Tiahahu (Ambon), Puskesmas Pusat
Gugus Saparua, Puskesmas Pusat Gugus Hila, Puskesmas Pusat Gugus Tulehu.4
Sedangkan dari sumber yang sama pula, Dinas Kesehatan Provinsi Maluku dalam
materi pembicaraan yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
yang berjudul “Konsep Pelayanan Kesehatan Berbasis Gugus Pulau di Provinsi
Maluku”, disebutkan bahwa bentuk operasional dari konsep pelayanan gugus pulau
bidang kesehatan dilihat dari unit pelayanan ialah berbentuk unit pelayanan pusat
rujukan pusat gugus dengan puskesmas perawatan atau Rumah Sakit Pratama, dan
unit pelayanan puskesmas sebagai unit pelayanan satelit, dibantu oleh jaringan layanan
yaitu puskesmas pembantu (Pustu), Polindes, dan Posyandu.5 Dari satu kriteria di atas,
dapat dikatakan bahwa terdapat ketidaksesuaian penerapan kriteria Puskesmas Pusat
Gugus dengan penentuan Puskesmas Pusat Gugus Ambon, seperti Puskesmas Ch.
Tiahahu.
Di kota Ambon sendiri memiliki satu Puskesmas Perawatan yang dapat
dikatakan telah melakukan pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan gugus
pulau, yaitu Puskesmas Hutumuri. Puskesmas ini memiliki empat puskesmas satelit,
yaitu Pustu Rutong, Pustu Toisapu, Pustu Leahari, dan Pustu Wailiha.6 Puskesmas
Hutumuri telah melayani permasalahan kesehatan di wilyah kerjanya, Negeri Hutumuri,
Negeri Rutong, dan Negeri Leahari, dengan pendekatan gugus pulau yakni dengan
konsep regionalisasi rujukan, melakukan pelayanan kesehatan secara bertingkat.6
Pelayanan kesehatan dengan pendekatan gugus pulau yang dilakukan di
Puskesmas Hutumuri terbukti dari sistem rujukan pasien yang berasal dari pustu di
wilayah kerjanya, dimana kasus yang dapat ditangani dan dirawat inap di Puskesmas
Hutumuri tidak perlu di rujuk ke rumah sakit regional atau rumah sakit tingkat provinsi.
Hal ini telah memperpendek akses pelayanan kesehatan yang memadai untuk
2
masyarakat yang jauh dari pusat kesehatan. Maka perlu diketahui bagaimana profil
Puskesmas Perawatan Hutumuri sebagai penyedia pelayanan kesehatan primer
dengan pendekatan gugus pulau.
B. Rumusan Masalah
Uraian latar belakang masalah di atas menjadi dasar perumusan masalah berikut ini.
1. Apakah yang dimaksud dengan puskesmas, puskesmas perawatan, puskesmas
pusat gugus, dan puskesmas satelit.
2. Apakah yang dimaksud dengan konsep pelayanan kesehatan berbasis gugus
pulau.
3. Apa saja kriteria puskesmas sebagai puskesmas pusat gugus.
4. Apa saja kendala yang dihadapi Puskesmas Perawatan Hutumuri dalam
menjalankan pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan gugus pulau.
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dibuat dengan tujuan:
1. Mengetahui definisi puskesmas, puskesmas perawatan, puskesmas pusat gugus, dan
puskesmas satelit.
2. Mengetahui konsep pelayanan kesehatan berbasis gugus pulau.
3. Mengetahui kriteria puskesmas sebagai puskesmas pusat gugus.
4. Mengetahui kendala yang dihadapi Puskesmas Perawatan Hutumuri dalam menjalankan
pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan gugus pulau.
3
BAB II
ISI PENULISAN
4
Masalah mendasar dari aspek kesehatan di Maluku sebagai provinsi kepulauan,
antara lain adalah kondisi alam Maluku yang merupakan lingkungan geografis laut
pulau dengan iklim tropis dan muzon dan topografi yang sulit. Hal ini menyebabkan
rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas kesehatan. Dipersulit dengan
ketidaktersediaan fasilitas kesehatan yang memadai. Hal-hal semacam ini menjadikan
pemerataan pelayanan kesehatan di wilayah-wilayah tertentu terkendala.5 Dengan
dasar permasalahan tersebut, maka dibentuk suatu konsep pembangunan gugus pulau
di bidang kesehatan Provinsi Maluku sebagai provinsi kepulauan.5
Upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Maluku untuk melakukan
pelayanan kesehatan dengan pendekatan Gugus Pulau Laut Pulau dibentuk pola
pendekatan gugus pulau (12 gugus pulau Maluku) yang terdiri atas dan 39 puskesmas
pusat gugus.4,5
5
1. Sasaran pola pelayanan kesehatan sistem gugus pulau
Sasaran pola pelayanan kesehatan sistem gugus pulau adalah untuk
mengatasi keterpencilan melalui prinsip kemandirian dengan cara sebagai berikut.
a. Mendekatkan pelayanan kesehatan.
b. Meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan.
c. Memperkuat jaringan pelayanan kesehatan termasuk upaya rujukan serta
pelayanan kesehatan.
d. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat.
2. Bentuk operasional konsep pelayanan kesehatan gugus pulau
Ditinjau dari unit pelayanan, bentuk operasional dari konsep pelayanan gugus
pulau bidang kesehatan ialah sebagai berikut.
a. Unit pelayanan pusat rujukan pusat gugus dengan Puskesmas Perawatan
atau Rumah Sakit Pratama.
b. Unit pelayanan Puskesmas, sebagai unit pelayanan satelit.
c. Unit pelayanan Pustu, sebagai jaringan pelayanan.
d. Unit pelayanan Polindes, sebagai jaringan pelayanan.
e. Unit pelayanan Posyandu, sebagai jaringan pelayanan.
6
Gambar 2. Skema alur rujukan medis.
7
Selain sebagai pusat rujukan kasus, puskesmas pusat gugus juga ditujukan
menjadi pusat logistik, seperti obat-obatan, alat medis, hingga alat tulis kantor, baik
untuk puskesmas itu sendiri maupun untuk puskesmas satelit yang dinaunginya. Peran
lainnya ialah menjadi pusat pemeliharaan dan pusat informasi, serta merupakan pusat
pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan, juga masyarakat.5
Karena perannya sebagai pusat dari segala fungsi pelayanan kesehatan primer,
maka disebutkan bahwa ketersediaan sumber daya manusia (SDM), alat kesehatan,
dan fasilitas penunjang lainnya relative lebih lengkap dan lebih berkualitas dibandingkan
puskesmas lain yang bukan pusat gugus atau puskesmas pembantu (puskesmas
satelit).
Puskesmas pusat gugus memiliki peran aktif dan bertanggung jawab penuh
pada pelaksanaan program yang dikembangkan atau sedang dijalankan di gugus pulau
yang bersangkutan dan jaringannya. Sehingga disini puskesmas pusat gugus menjadi
koordinator dari semua program-program tersebut.
Puskesmas pusat gugus juga mampu menjalankan fungsi penelitian. 5 Selain
menyediakan layanan kesehatan primer, puskesmas ini juga dapat menemukan
masalah-masalah, baik masalah kesehatan maupun masalah kemasyarakatan, di
wilayah kerjanya dan membuat suatu solusi terhadap masalah-masalah tersebut.
Sedangkan puskesmas satelit merupakan jaringan pelayanan kesehatan pusat
gugus dan merupakan ujung tombak pelayanan. Dalam menjalankan fungsinya
puskesmas satelit harus berkoordinasi dengan pusat gugus, serta bertanggung jawab
langsung kepada pusat gugus. Tenaga Kesehatan di puskesmas satelit terdiri atas
perawat, bidan dan/atau tenaga kesehatan lainnya. Ketersediaan dokter di puskesmas
satelit bisa ada dan bisa juga tidak, sebab puskesmas ini biasanya berupa pustu.5
8
Sebagai apresiasi dari upaya kerja tenaga kesehatan di masing-masing
pelayanan kesehatan primer, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota akan mengupayakan
insentive atau reward bagi tenaga kesehatan.5
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap Puskesmas wajib
memiliki izin untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Izin sebagaimana
dimaksud diperoleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dimana puskesmas terkait
7
berada. Sehingga fungsi dari DInas Kesehatan Kabupaten/ kota pula untuk memberi
atau tidak memberi izin tingkat maupun status dari suatu puskesmas.
Gambar 3. Peta kecamatan Leitimur Selatan, wilayah kerja puskesmas Hutumuri secara
umum.
9
Sebagai satu-satunya puskesmas perawatan di kota Ambon, puskesmas
Hutumuri memiliki visi dan misi sebagai berikut.6
Visi : mewujudkan kemandirian masyarakat yang hidup dalam ling-
kungan dan perilaku sehat.
Misi:
1. Meningkatkan kualitas dan keprofesionalisme sumber daya manusia
puskesmas dalam pelayanan kesehatan
2. Meningkatkan pembinaan program yang berbasis masyarakat
3. Meningkatkan sarana dan prasarana serta pelayanan puskesmas perawatan
4. Meningkatkan kemitraan dalam rangka promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit
5. Menjadi puskesmas perawatan pertama di Kota Ambon dengan pelayanan
terbaik.
KOORDINATOR PERLENGKAPAN
ADMINISTRASI
BENDAHARA
10
Kedua status tersebut menggambarkan bahwa puskesmas Hutumuri mampu
mengadakan pelayanan 24 jam.
Status puskesmas Hutumuri sebagai puskesmas perawatan dan PONED juga
ditunjang dengan SDM atau tenaga kesehatan yang ada.
Tenaga kesehatan yang tersedia pada Puskesmas Hutumuri sebanyak 15 orang
yang merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS), yakni terdiri atas:
1 orang dokter umum
1 orang dokter gigi (ada hanya dua hari dalam seminggu)
8 orang perawat
4 orang bidan
1 petugas gizi
1 petugas sanitarian
1 petugas farmasi.
Jumlah tersebut juga ditambah dengan tenaga sukarela sebanyak 10 orang, dengan
variasi profesi sebagai berikut:
5 orang perawat
1 orang petugas gizi
4 lainnya tenaga penunjang.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai penyedia pelayanan kesehatan
primer, Puskesmas Hutumuri memiliki jaringan layanan dan sarana penunjang
yang berfungsi dengan baik, termasuk di dalamnya ialah:
4 Pustu
7 Poskesdes
2 rumah dinas dokter
2 unit mobil puskesmas keliling (Pusling)
1 unit ambulans
11
infeksi, karies gigi, penyakit kulit alergi, kecelakaan dan rudapaksa, diare dan penyakit
infeksi usus lain.6
12
puskesmas Hutumuri yang dipaparkan dalam profil puskesmas tahun 2014 terkait
dengan pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan gugus pulau.6
1. Tidak adanya koordinasi dan kerjsama lintas sektor dalam segala program.
2. Kurang aktifnya kunjungan daerah binaan.
3. Masalah kuantitas dan kualitas SDM serta kurangnya sarana dan prasarana.
4. Tidak adanya sistem tata kelola sampah.
5. Tidak tersedia tempat-tempat sampah institusi.
6. Poskesdes yang tidak dimanfaatkan dengan baik.
7. Pustu Rutong dan Leahari yang kosong petugas.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan perseorangan tingkat pertama, lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
baik di wilayah kerjanya. Puskesmas Perawatan adalah puskesmas yang diberi
fasilitas lebih untuk keadaan gawat darurat (tindakan operatif terbatas atau rawat
inap sementara). Puskesmas pusat gugus adalah puskesmas yang ditunjuk sebagai
pusat rujukan kasus dalam wilayah gugus pulau tertentu, dengan tujuan
memperpendek jarak akses pelayanan kesehatan. Puskesmas satelit merupakan
jaringan pelayanan kesehatan pusat gugus yang berperan sebagai ujung tombak
pusat gugus.
2. Pelayanan kesehatan sistem gugus pulau adalah untuk mengatasi keterpencilan
melalui prinsip kemandirian dengan cara mendekatkan pelayanan kesehatan yang
menitikberatkan pada sistem regionalisasi rujukan.
3. Kriteria puskesmas pusat gugus antara lain ialah merupakan puskesmas rawat inap,
memiliki SDM, alat kesehatan dan fasilitas penunjang lain yang lebih lengkap dan
berkualitas, mampu mengkoordinir program yang dikembangkan di gugus pulau dan
jaringannya, menjadi pusat pendidikan, pemeliharaan dan informasi, serta
menangani masalah-masalah kesehatan di wilayah kerjanya.
4. Kendala yang dihadapi oleh puskesmas Hutumuri guna menyediakan layanan
kesehatan dengan pendekatan gugus pulau terutama mengenai masalah kuantitas
dan kualitas SDM serta kurangnya sarana dan prasarana sehingga menimbulkan
beberapa jaringan puskesmas ini tidak terisi SDM, seperti pustu Rutong dan Leahari
yang merupakan ujung tombak pelayanan, kosong petugas. Hal ini menyebabkan
tidak terbetuknya jenjang rujukan sebagaimana yang dikembangkan dalam konsep
pelayanan kesehatan berbasis gugus pulau berupa regionalisasi rujukan.
B. Saran
Diharapkan dengan baiknya mutu pelayanan kesehatan primer dengan
pendekatan gugus pulau yang dilakukan oleh puskesmas Hutumuri, juga ditunjang
dengan adanya regulasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota yang menguatkan
fungsi puskesmas ini sebagai puskesmas pusat gugus.
Diharapkan agar Puskesmas Hutumuri mendapat perhatian dari pihak terkait,
terutama mengenai SDM yang masih menjadi kendala pelayanan di puskesmas ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
15