Anda di halaman 1dari 6

1.

KONSEP RUJUKAN SATELIT KE GUGUS PULAU


Provinsi Maluku merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki pulau kurang
lebi sebanyak 1.412 pulau (BAPEDA MALUKU, 2007). Pulau-pulau ini terdiri dari
pulau-pulau besar maupun pulau kecil. Luas wilayah provinsi Maluku adalah 712.480
Km2 yang terdiri dari 92.4% lautan dan 7.6% daratan. Daerah laut yang luas inilah yang
memisahkan ribuan pulau-pulau yang ada di Maluku. Dengan mempertimbangkan
kondisi geografis Provinsi Maluku dimana terdapat banyak pulau yang terpisah satu
dengan yang lainnya, maka dibuatlah konsep gugus pulau sehingga pembangunan dapat
lebih terarah. Gugus Pulau adalah sekumpulan pulau-pulau yang secara geografis saling
berdekatan, dimana ada keterkaitan erat dan memiliki ketergantungan/interaksi antar
ekosistem, kondisi ekonomi, sosial dan budaya, baik secara individual maupun secara
berkelompok. Berdasarkan definisi ini, maka dibentuk gugus-gugus pulau di Maluku
dimana dengan mempertimbangkan karakteristik setiap pulau terlebih dahulu. Konsep
gugus pulau yang dibangun bertujuan agar laut yang luas akan menjadi penyatu terhadap
hamparan pulau-pulau yang terpisah satu dengan yang lainnya.
Konsep gugus pulau di Provinsi Maluku telah mengalami perubahan selama 2 kali.
Awalnya berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Provinsi Maluku tahun 2003-2008
hanya terdapat 6 gugus pulau, tetapi dengan perkembangan waktu maka tuntutan
pembangunan juga meningkat sehingga terjadi pengembangan gugus pulau menjadi 12
gugus pulau yang dipertimbangkan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Maluku tahun 2007-2027. Pembangunan Daerah Maluku sebagai Provinsi Kepulauan,
akan dikembangkan melalui pendekatan pembangunan berbasis Gugus Pulau dan
Kawasan Laut Pulau. Berdasarkan BAPEDA Maluku, 2007, Provinsi Maluku 
dikelompokkan atas 12 Gugus Pulau yang didasarkan pada beberapa kriteria sebagai
berikut:
-    Kedekatan geografis,
-    Kesamaan budaya
-    Potensi sumberdaya alam
-    Kesamaan perekonomian, dan
-    Orientasi ekonomi. 
Masing-masing Gugus Pulau ini diharapkan dapat  menjadi wilayah yang
mandiri, yaitu mampu memenuhi kebutuhan wilayahnya  dan  mengembangkan
potensinya secara berkelanjutan. Pada setiap gugus pulau telah ditetapkan pusat
pertumbuhan gugus pulau, yang pengembangannya diharapkan mampu mendorong
wilayah sekitar atau wilayah belakang di dalam gugus pulau. Perubahan jumlah gugus
pulau berdasarkan kajian melalui RTRW Provinsi Maluku tahun 2007-2027 diharapkan
dapat menjamin adanya keterjangkauan (accessibility); ketersediaan (availability);
kepastian (acceptability); dan berkelanjutan (sustainablity) penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat. Perubahan ini
dilakukan lebih spesifik dengan mempertimbangkan Renstra sebelumnya yang
menetapkan 6 gugus pulau dengan cakupan geografis yang terlalu luas sehingga
aksesibiltas masyarakat tidak berjalan dengan baik.
Tujuan disusunnya konsep gugus pulau adalah memudahkan hubungan antar pulau
sebagai konsekuensi dari adanya penyebaran pulau-pulau dalam wilayah Provinsi
Maluku. Sehingga semua lapisan masyarakat pada pulau-pulau tersebut akan
mendapatkan pelayanan fasilitas sosial-ekonomi yang memadai sesuai proporsinya. Di
samping  memudahkan sektor-sektor melaksanakan program-programnya, serta tercapai
keterkaitan fungsional yang dapat mendorong peningkatan kualitas dan kemampuan
wilayah (BAPEDA MALUKU,2007).
Provinsi Maluku yang merupakan kepulauan dengan kondisi laut dalam mengakibatkan
terbatasnya hubungan antar satu pulau dengan pulau lain dan antar satu kabupaten dengan
kabupaten lain. Oleh karena itu untuk memudahkan koordinasi, pengelompokkan pulau-
pulau yang berdekatan dan saling berkaitan erat dilakukan sebagai upaya memudahkan
hubungan dan pengawasan serta pelaksanaan program kegiatan (BAPEDA MALUKU,
2007)

2. MASALAH KESEHATAN DI DISTRIK ARANDAY, DESA TOMU,


KABUPATEN TELUK BINTUNI, PROVINSI PAPUA BARAT.
Masyarakat pesisir secara geografis merupakan masyarakat yang berdomisili di
pesisir pantai & umumnya mempunyai plurarisme budaya.Masyarakat kawasan pesisir
cenderung agresif karena kondisi lingkungan pesisir yang panas dan terbuka, keluarga
nelayan mudah diprovokasi (di pengaruhi), dan salah satu kebiasaan yang jamak di
kalangan nelayan (masyarakat pesisir) adalah karena kemudahan mendapatkan uang
menjadikan hidup mereka lebih konsumtif.

Masalah-masalah kesehatan perlu kita atasi dengan berbagai upaya atau cara agar
kita dapat beraktivitas dengan baik karena jika kita sehat kita dapat beraktivitas dengan
baik. Adapun untuk mempermudah memahami Masalah Kesehatan Masyarakat yang
sering terjadi, maka perlu dikelompokan menjadi:

• Masalah perilaku kesehatan, lingkungan dan pelayanan kesehatan yang kurang baik.
• Masalah gizi dan penyakit kulit.

3. STATUS GIZI PADA ANAK-ANAK SAMPAI DEWASA


Masalah gizi yang ada di masyarakat akan memengaruhi kualitas sumberdaya
manusia, sehingga menjadi problem yang cukup serius untuk pembangunan dimasa yang
akan datang.
pada tahun 2015 di Distrik Aranday mengalami peningkatan masalah kekurangan gizi.
Masalah ini menyerang mulai dari anak-anak sampai pada dewasa.
Gejala kekurangan gizi pada bayi dan anak-anak meliputi:
 Kegagalan pertumbuhan. Artinya anak gagal tumbuh untuk mencapai ambang
normal sesuai usianya, baik berat badan, tinggi badan atau keduanya.
 Kulit menjadi kering dan bersisik dan rambut bisa berubah kering, kusam dan
berwarna karat.
 Pembengkakan pada perut dan kaki. Perut bengkak terjadi karena kurangnya
kekuatan otot-otot perut. Hal ini menyebabkan isi perut menonjol keluar membuat
bengkak perut. Kaki bengkak karena edema. Hal ini disebabkan karena kurangnya
nutrisi penting. Kedua gejala ini terlihat pada anak-anak dengan gizi buruk.
4. PERANAN KESEHATAN UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT
MASYARAKAT
Upaya Kesehatan Mengatasi Masalah Gizi dan Masalah Kulit
Upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif

1. Rujukan kasus gizi buruk dan kasus penyakit kulit.

2. Perawatan balita gizi buruk.

Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif

1. Pendidikan (penyuluhan) gizi melalui promosi kesehatan.

2. Posyandu.

3. Pemberian suplemen gizi dan salep bagi kult.

4. Pemberian MP – ASI bagi balita.

5. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKAT PELAYANAN KESEHATAN


Setelah maraknya kasus gizi buruk maupun penyakit kulit di Distrik Aranday, Desa
Tomu, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Bupati beserta stafnya, Anggota
Dpr Dapil Aranday, Beserta Kepala RSUD Stenkool Bintuni dan tenaga kesehatan
lainnya meninjau langsung Desa tersebut dan bekerja sama dengan PKM Desa Tomu
untuk melakukan upaya-upaya demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

6. PERAN PERAWAT

Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai
pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik, koordinator, konsultan, dan
peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut (Hidayat, 2008) terdiri dari :

 Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan


Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan.
 Peran sebagai advokat pasien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya dan hak atas privasi.
 Peran edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
 Peran koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Peran kolaborator
Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain- lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
 Peran konsultan
Di sini perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
 Peran pembaharu
Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan
TUGAS

MANAJEMEN DISASTER KELAUTAN

OLEH

MEGAWATI OCTAVIA ANTHONIUS

12114201170156

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2020

Anda mungkin juga menyukai