Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga


pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta
aktif masyarakat dalam bentuk partisipasi penimbangan balita setiap bulannya,
sehingga dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan ini membutuhkan
partisipasi aktif ibu-ibu yang memiliki anak balita untuk membawa balita-balita
mereka ke posyandu sehingga mereka dapat memantau tumbuh kembang balita
melalui berat badannya setiap bulan (Depkes RI, 2006).

Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk


mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare
kepada masyarakat setempat. Satu posyandu melayani sekitar 80-100 balita.
Dalam keadaan tertentu, seperti lokasi geografis, perumahan penduduk yang
terlalu berjauhan, dan atau jumlah balita lebih dari 100 orang, dapat dibentuk
posyandu baru (Depkes RI, 2006).
Secara kuantitas, perkembangan jumlah posyandu sangat
menggembirakan, karena di setiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu. Pada saat
posyandu dicanangkan pada Tahun 1986 jumlah posyandu tercatat sebanyak
25.000 posyandu, pada Tahun 2005 meningkat menjadi 238.699 posyandu
(Depkes RI, 2006), dan pada Tahun 2008 menjadi 269.202 posyandu (Depkes RI,
2009). Ditinjau dari aspek kualitas masih ditemukan banyak masalah, antara lain
kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai (Depkes RI,
2006).
Menurut Depkes RI (2001) meningkatkan kualitas pelayanan posyandu
merupakan tujuan khusus dari revitalisasi posyandu yang salah satunya yaitu
meningkatkan pengelolaan dalam pelayanan posyandu. Tujuan dari revitalisasi
posyandu tersebut yaitu meningkatkan kemampuan/pengetahuan dan keterampilan

1
teknis serta dedikasi kader di posyandu, memperluas sistem posyandu dengan
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan
rumah, menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan sarana
dan prasarana kerja posyandu, meningkatkan peran serta masyarakat dan
kemitraan dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kegiatan posyandu dan
memperkuat dukungan pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga
profesional dan tokoh masyarakat, termasuk unsur Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).
Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut pada kelompok lansia perlu
mendapatkan perhatian khususnya dari tenaga kesehatan atau dokter gigi. Hal ini
dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap status kesehatan umum lansia. Program
penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut belum pernah diberikan pada
kelompok posyandu lansia baik di desa Kalisat maupun Glagahwero. Kegiatan
rutin posyandu lansia pada setiap bulan hanyalah berupa pemeriksaan kesehatan
umum, itupun hanya pemeriksaan berat badan, tinggi badan serta tekanan darah.
Oleh karena itu perlu disosialisasikan pada lansia tentang pentingnya kesehatan
gigi dan mulut. Metode yang dilakukan berupa penyuluhan dan pelatihan
kesehatan gigi dan mulut meliputi DHE, cara pengisian kartu status dan
pemeriksaan sederhana kelainan di rongga mulut. Untuk mengetahui pengetahuan
lansia tentang kesehatan gigi dan mulut maka dapat dilihat dari soal pretes dan
post test yang diberikan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil
yang diperoleh berdasarkan penilaian pretest dan postest menunjukkan nilai
pretest pada 23 lansia Kalisat dan 24 lansia Glagahwero adalah diatas 50
sedangkan nilai postest terjadi peningkatan walaupun tidak ada yang mendapat
nilai 100. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah dengan program kesehatan gigi dan
mulut dapat menambah wawasan lansia serta membantu menurunkan angka
kesakitan gigi dan mulut pada lansia di wilayah kerja pukesmas Kalisat.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana konsep dari posyandu balita?
b. Apa saja hal-hal yang berkontribusi mengenai ketidakberhasilan
posyandu balita?

2
1.3 Tujuan
a. Untuk memahami konsep dari posyandu balita
b. Untuk mengetahui hal-hal yang berkontribusi mengenai
ketidakberhasilan posyandu balita.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi (Depkes, 2011).

Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan


pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai
nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu
merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan
keluarga berencana (Meilani, 2009).

Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya


mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan
kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi
keluarga, ketahanan pangan keluarga dan kesejahteraan sosial. UKBM adalah
wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan
dari petugas Puskesmas, intas sektor dan lembaga terkait lainnya (Depkes, 2011).

Kesehatan gigi dan mulut pada lansia perlu mendapatkan perhatian, hal
tersebut dikaitkan dengan penurunan fungsi dan produktifitas lansia serta penyakit
sistemik yang menyertai.
Proses penuaan adalah peristiwa yang normal dan alamiah yang dialami
oleh setiap individu. Perubahan terjadi dari berbagai aspek fisik, mental dan sosial
(Abikusno, 2013).

4
Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh.
Faktor yang juga mempengaruhi kondisi fisik dan daya tahan tubuh lansia adalah
pola hidup yang dijalaninya sejak usia balita. Pola hidup yang kurang sehat
berdampak pada penurunan daya tahan tubuh, masalah umum yang dialami adalah
rentannya terhadap berbagai penyakit (Wijayanti, 2008).
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memfasilitasi dan
membantu memberikan pelayanan kesehatan pada lansia yakni dengan
membentuk suatu posyandu lansia.
Pada kelompok posyandu lansia program kesehataan gigi dan mulut perlu
di berikan dalam rangka menunjang kesehatan lansia secara keseluruhan.
Gangguan kesehatan gigi dan mulut pada lansia bersifat kronis dan yang sering
dijumpai adalah karies gigi, kehilangan gigi dan penyakit periodontal. Gigi karies
adalah penyakit yang terutama terjadi pada orang tua. Terbukanya permukaan akar
disertai dengan status kesehatan dan pemakaian berbagai obat membuat lansia
beresiko tinggi untuk terkena karies akar. Gejala dari penyakit mulut dapat berupa
rasa sakit, infeksi dan terganggunya fungsi mengunyah yang dapat menurunkan
kualitas hidup pada lansia (Carranza,2006). Kegiatan yang dilakukan pada
posyandu lansia di Kalisat dan Glagahwero berupa penyuluhan kesehatan gigi dan
mulut, deteksi dini plak gigi, pemeriksaan rongga mulut secara sederhana serta
pengisian kartu status. Untuk mengetahui pemahaman lansia tentang kesehatan
gigi dan mulut diberikan soal pretest dan postest yang menunjukkan nilai pretest
pada 23 lansia Kalisat dan 24 lansia Glagahwero adalah diatas 50, sedangkan nilai
postest terjadi peningkatan walaupun tidak ada yang mendapat nilai 100. Hal
tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman pada lansia tentang
kesehatan gigi dan mulut. Tindakan awal yang perlu dilakukan dalam rangka
pencegahan penyakit gigi dan mulut pada lansia adalah dengan kontrol plak.
Metode kontrol plak merupakan dasar penghilangan plak gigi dan mencegah
akumulasi plak pada gigi dan perbatasan permukaan gingiva. Kontrol plak
merupakan komponen kritis pada praktek gigi, menentukan keberhasilan jangka
panjang dari perawatan jaringan periodontal dan gigi. Kontrol plak adalah
prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk 1)

5
menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak dan deposit lunak (materialba
dan debris makanan) dari permukaan gigi dan gingiva sekitarnya.2. Menstimulasi
atau memasase gingiva sehingga terjadi peningkatan tonus gingiva, keratinisasi
permukaan, vaskularisasi\gingiva, dan sirkulasi gingiva (Carranza, 2006;
Houwink etal., 1993).
Selain dengan cara kontrol plak, pemeriksaan gigi dan mulut secara
sederhana oleh kader lansia serta penulisan catatan medis rongga mulut pada kartu
status akan mempermudah dalam melakukan rujukan ke poliklinik gigi dan mulut
di Puskesmas Kalisat bagi lansia yang membutuhkan perawatan oleh dokter gigi.
2.2 Sasaran

Sasaran utama pelayanan Posyandu adalah kelompok-kelompok rentan


yakni ibu hamil, ibu menyusui bayi dan balita. Oleh sebab itu pelayanan Posyandu
mencakup pelayanan-pelayanan: kesehatan ibu dan anak, imunisasi, gizi,
penanggulangan diare, dan keluarga berencana. Tujuan dikembangkan Posyandu
sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan (Depkes, 2009).

2.3 Tujuan

Menurut Sulistyorini (2011) tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah


sebagai berikut:
a) Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu
hamil, melahirkan, dan nifas). AKI dsn AKB masih cukup tinggi
meskipun dari tahun ketahun sudah dapat diturunkan,
b) Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera),
c) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untu
mengembangkan kegiatan kesehatan dan Keluarga Berenacana (KB)
serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat
sehat sejahtera,
d) Posyandu berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga
Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi
Keluarga Sejahtera,

6
e) Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif
meningkatkan kesejahteraan ibu, bayi, dan balita dan keluarga serta
mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita.
2.4 Manfaat Posyandu

a. Bagi Masyarakat
Menurut Karwati, Pujiati, dan Mujiwati (2011) manfaat posyandu bagi
masyarakat adalah:
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi anak balita dan ibu,
2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi
kurang atau gizi buruk,
3. Bayi dan balita mendapatkan kapsul vitamin A,
4. Ibu hamil terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah
darah serta imunisasi tetanus toxoid (TT),
5. Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah,
6. memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan
ibu dan anak,
7. apabila mendapat kelainan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas
menyusuidapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas,
8. dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang ibu dan anak balita.

b. Bagi Kader
Karwati, Pujiati, dan Mujiwati (2011) mengidentifikasi manfaat
Posyandu bagi kader antara lain:
1) Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih
lengkap,
2) Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak
balita dan kesehatan ibu,
3) Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya
dalam bidang kesehatan,

7
4) Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu.

c. Bagi Puskesmas
Menurut Meilani, Setiyawati, Estiwidani, dan Sumarah (2009)
manfaat posyandu bagi puskesmas adalah:
1. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat
pelayanan kesehatan strata pertama,
2. dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat,
3. Meningkatkan efesiensi waktu, tenaga, dan dana melalui pemberian
pelayanan terpadu.
d. Bagi Sektor lain
Meilani, Setiyawati, Estiwidani, dan Sumarah (2009) manfaat
posyandu bagi sector lain adalah:
1. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI
dan AKB sesuai kondisi setempat.
2. Meningkatkan efesiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor.
2.5 Bentuk Kegiatan

Menurut Depkes RI (2011), kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama


dan kegiatan pengembangan atau pilihan. Secara rinci kegiatan utama
Posyandu adalah sebagai berikut:
a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
 Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran
tekanan darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar
lengan atas), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus

8
Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling)
termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
serta KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.
 Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan
Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain
sesuai dengan kesepakatan.
2. Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup:
a) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi,
b) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul
segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian
kapsul pertama),
c) Perawatan payudara,
d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,
pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh
petugas pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri
(rahim) dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
3. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan
Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB.
Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang
terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant (Depkes RI, 2011).
4. Imunisasi

9
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas
Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program
terhadap bayi dan ibu hamil (Depkes RI, 2011).
Menurut Syarifuddin, Theresia, dan Jomima (2009), survey
epidemiologi untuk menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin,
imunisasi untuk memberikan perlindungan kepada kelompok-kelompok
masyarakat sehingga dapat mencegah terjadi penularan penyakit seperti
TBC, tetanus, difteri, batuk rejan (pertusis), folio nyelitis, campak dan
hepatitis B.
5. Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader
Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan,
deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi,
pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan
tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK),
balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di
bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke
Puskesmas atau Poskesdes.
6. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu
dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih
lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.
Menurut Meilani, (2011), pada saat dikenal beberapa kegiatan tambahan
Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain: 1) Bina Keluarga Balita (BKB),
2) Kelompok peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA), 3) Penemuan dini dan
pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB), misalnya ISPA,
demam berdarah, gizi buruk, polio, campak, difteri, pertusis, tetanus neonatorum,
4) Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD), 5) Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat
Desa (UKGMD), 6) Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan
pemukiman (PAP-PLP), 7) Program diversifikasi tanaman pangan dan
pemanfaatan pekarangan melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA), 8) desa siaga,

10
9) Pos Malaria desa (Polmades), 10) Kegiatan Ekonomi produktif, seperti Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam, 11) Tabungan
Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas).

2.6 Peran Kader


a) Sebelum Hari Buka Posyandu
 Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu.
 Menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui
pertemuan warga setempat atau surat edaran.
 Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi pendaftaran,
penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian makanan tambahan,
serta pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader.
 Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya
terkait dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan. Jenis kegiatan
ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Posyandu sebelumnya atau
rencana kegiatan yang telah ditetapkan berikutnya.
 Menyiapkan bahan penyuluhan dan pemberian makanan tambahan.
Bahan-bahan penyuluhan sesuai permasalahan yang di dihadapi para
orangtua serta disesuaikan dengan metode penyuluhan, misalnya:
menyiapkan bahan-bahan makanan apabila ingin melakukan demo
masak, lembar balik untuk kegiatan konseling, kaset atau CD, KMS,
buku KIA, sarana stimulasi balita.
 Menyiapkan buku-buku catatan kegiatan Posyandu.

b) Saat Hari Buka Posyandu


 Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas,
ibu menyusui, dan sasaran lainnya.
 Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada
Posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan,
pengukuran lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas anak, pemantauan
status imunisasi anak, pemantauan terhadap tindakan orangtua tentang
pola asuh yang dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan
anak balita, dan lain sebagainya.

11
 Membimbing orangtua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil
pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.
 Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam kegiatan
ini, kader bisa memberikan layanan konsultasi, konseling, diskusi
kelompok dan demonstrasi dengan orangtua/keluarga anak balita.
 Memotivasi orangtua balita agar terus melakukan pola asuh yang baik
pada anaknya, dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.
 Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang ke
Posyandu dan minta mereka untuk kembali pada hari Posyandu
berikutnya.
 Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader apabila
ada permasalahan terkait dengan anak balitanya.
 Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka
Posyandu.
c) Sesudah Hari Buka Posyandu
 Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka
Posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak yang mengalami gizi buruk
rawat jalan, dan lain-lain.
 Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan pekarangan
dalam rangka meningkatkan gizi keluarga, menanam tanaman obat
keluarga, membuat tempat bermain anak yang aman dan nyaman. Selain
itu, memberikan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
 Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah
untuk menyampaikan hasil kegiatan Posyandu serta mengusulkan
dukungan agar Posyandu terus berjalan dengan baik.
 Menyelenggarakan pertemuan, diskusi dengan masyarakat, untuk
membahas kegiatan Posyandu. Usulan dari masyarakat digunakan
sebagai bahan menyusun rencana tindak lanjut kegiatan berikutnya.
 Mempelajari Sistem Informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem
pencatatan data atau informasi tentang pelayanan yang diselenggarakan
di Posyandu. Manfaat SIP adalah sebagai panduan bagi kader untuk
memahami permasalahan yang ada, sehingga dapat mengembangkan
jenis kegiatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran.

12
2.7 Hal yang Berkontribusi Ketidakberhasilan Posyandu

Di Indonesia posyandu balita dianggap belum sepenuhnya berhasil


mengatasi masalah yang ada. Pada kenyataannya masih banyak balita yang
menderita gizi buruk dan penyakit lain, sehingga angka kematian bayi dan balita
masih belum menurun. Berikut merupakan faktor yang mempengaruhi perihal
tersebut :

A. Posyandu
1. Kader

Kendala-kendala yang dapat menganggu pelaksanaan Posyandu


karena faktor kader adalah:

a) kurangnya kader,
b) banyak terjadi angka putus (drop-out) kader,
c) Kepasifan dari pengurus Posyandu karena belum adanya pembentukan
atau resuffle pengurus baru dari kegiatan tersebut,
d) Keterampilan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS),
e) sistem pencatatan buku register tidak lengkap atau kurang lengkap,
f) kader Posyandu sering berganti-ganti tanpa diikuti dengan pelatihan
atau training sehingga kemampuan teknis gizi para kader yang aktif
tidak memadai. Hal ini mengakibatkan kegiatan pemantauan
pertumbuhan balita tidak dapat dilakukan secara optimal sehingga
upaya pencegahan timbulnya kasus gizi kurang dan buruk menjadi
kurang efektif,
g) Kemampuan kader posyandu dalam melaksanakan konseling dan
penyuluhan gizi menjadi macet. Akhirnya balita yang datang hanya
ditimbang, dicatat/dituliskan hasil penimbangannya di KMS atau buku
KIA tanpa dimaknakan kemudian mengambil jatah PMT dan pulang.
Balita yang sudah selesai mendapatkan imunisasi lengkap tidak mau
datang lagi ke Posyandu, karena merasa tidak memperoleh manfaat
apa-apa.
2. Ketersediaan Dana

13
Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat
melalui gotong royong dengan kegiatan himpitan beras dan hasil
potensi desa lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat
yang dihimpin melalui kegiatan dana sehat (Depkes, 2011).
3. Sarana dan prasarana

Sarana prasarana merupakan alat yang digunakan untuk menunjang


kegiatan Posyandu. Sehingga sarana dan prasarana merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan Posyandu. Kendala-
kendalanya adalah:

a) Tempat pelaksanaan Posyandu kurang representatif (dikantor


kelurahan, polindes, atau gedung PKK), sehingga tidak
memungkinkan menyediakan tempat bermain bagi balita,
b) ketepatan jam buka posyandu,
c) kebersihan tempat pelaksanaan posyandu,
d) kurang kelengakapan untuk pelaksanaan KIE seperti buku-buku yang
berkaitan dengan gizi dan kesehatan, poster-poster, leaflet, lembar
balik, modul, dan lain-lain,
e) kurangnya kelengkapan alat ukur dan timbangan,
f) sarana dan peralatan yang ada dipuskesmas dan Posyandu masih
kurang. (Sulistyorini, Pebriyanti, dan Proverawati, 2010).
B. Masyarakat

Ada beberapa masyarakat yang mengabaikan untuk mengajak anaknya


datang ke posyandu setiap bulan karena ada yang beranggapan posyandu
tidak penting, ada pula para ibu yang sibuk sehingga tidak bisa mengajak
anaknya ke posyandu. Para Ibu yang sibuk terseut pada akhirnya tidak
dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

Di sebagian masayrakat yang sudah mau datang ke posyandu


mengabaikan penyuluhan yang diberikan di posyandu contohnya
pemberian asi eksklusif pada 6 bulan pertama yang tidak dilakukan,
padahal ASI sangat bermanfaat bagi bayi. Hal tersebut dikarenakan
beberapa ibu yang sibuk dengan kegiatannya sendiri sehingga tidak

14
sempat untuk memberikan ASI dan memilih menggantinya dengan susu
formula. Selain itu di masyarakat yang masih beredar mitos tentang
kolostrum yang harus dibuang, padahal kolostrum dapat meningkatkan
kekebalan tubuh bayi.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. Pengabdian yang dilakukan oleh tim pengabdi pada kelompok


posyandu lansia Kalisat dan Glagahwero mendapatkan respon yang
positif dari masyarakat, kegiatan yang dilakukan diharapkan dapat
membantu menurunkan angka kesakitan gigi dan mulut pada lansia di
wilayah kerja puskesmas Kalisat. Oleh karena itu program kesehatan
gigi dan mulut pada kelompok posyandu lansia seperti ini perlu di
galakkan secara terus menerus dan diharapkan menjadi kegiatan rutin
posyandu lansia dalam menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29988/5/Chapter%20I.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/50747/4/Chapter%20II.pdf

http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/buku-saku-
posyandu.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai