Anda di halaman 1dari 14

PENYEGARAN KADER POSYANDU DALAM

PENGUKURAN ANTROPOMETRI DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS SIDOMULYO PEKANBARU

FITRI*, LILY RESTUSARI*


*Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau

ABSTRAK
Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program
perbaikan gizi, yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan
gizi anak. Disebutkan bahwa sekurangnya 80% balita disetiap kabupaten/kota di
timbang setiap bulan dan berat badannya naik sebagai indikasi bahwa balita
tersebut tumbuh sehat. Soekirman (2000) menyatakan bahwa salah satu penyebab
terjadinya kasus kurang gizi pada masyarakat karena tidak berfungsinya lembaga–
lembaga sosial dalam masyarakat seperti Posyandu. Penurunan aktivitas Posyandu
tersebut berakibat pemantauan gizi pada anak dan ibu hamil terabaikan. Salah satu
metode penilaian status gizi secara langsung yang paling popular dan dapat
diterapkan untuk populasi dengan jumlah sampel besar adalah antropometri.
Pengukuran antropometri di Posyandu biasanya dilakukan oleh kader. Hasil
penelitian Satoto dkk (2002), menunjukkan tingkat kemampuan, ketelitian dan
akurasi data yang dikumpulkan kader masih rendah, 90,3% kader tidak benar
dalam melakukan penimbangan. Kesalahan penimbangan terutama dalam
mengatur posisi bandul timbangan. Hasil penelitian tersebut juga menggambarkan
terdapat 88,9% dari kader yang dipilih sebagai sampel tidak mengetahui cara
menimbang yang benar. Akibatnya informasi status gizi anak balita menjadi tidak
akurat artinya seharusnya status gizi baik bisa menjadi gizi kurang, dan atau gizi
buruk dan sebaliknya.
Tujuan kegiatan ini yaitu untuk mengetahui penerapan pengukuran
antopometri oleh kader di posyandu. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini
yakni penyegaran (refreshing) kader dan pendampingan (bimbingan untuk kader).
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di 5 posyandu
(posyandu Lancang Kuning, Dang Merdu, Sri Mersing, Toyyibah dan Ibu Sejati)
wilayah kerja puskesmas Sidomulyo, Kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil kegiatan
yang telah dilaksanakan terjadi peningkatan Pengetahuan dan wawasan kader
tentang pengukuran antropometri pada bayi dan balita mengalami peningkatan
setelah dilaksanakan penyegaran dengan rata-rata nilai akhir yaitu pre-test 85,41
dan post-test 96,66. Kemampuan dan keterampilan kader dalam pengukuran
antropometri di posyandu mengalami peningkatan. Skor hasil evaluasi
pengukuran berat badan (100%), tinggi badan (100%), panjang badan (100%) dan
lingkar lengan atas (100%). Perlu dilakukan lagi kegiatan yang sama di posyandu-
posyandu lainnya. Serta pihak puskesmas diharapkan untuk selalu memantau
kerja kader posyandu dengan mendampingi dan memberi edukasi tentang
pengukuran antropometri yang benar.

Kata Kunci : Kader Posyandu, Penyegaran, Antropometri


Daftar Pustaka : 26 Referensi (2000-2017)

1
2

PENDAHULUAN yang lebih buruk (Gibney et. al


Rencana Pembangunan Jangka 2009).
Menengah Nasional (RPJMN) 2015 Riset Kesehatan Dasar 2013
– 2019 menetapkan 4 sasaran mencatat prevalensi stunting nasional
pembangunan kesehatan, dimana mencapai 37,2 persen, meningkat
salah satu sasaran yang harus dicapai dari tahun 2010 (35,6%) dan 2007
adalah menurunkan prevalensi balita (36,8%). Artinya, pertumbuhan tak
stunting (pendek) 32,9% (2013) maksimal diderita oleh sekitar 8,9
menjadi 28% pada tahun 2019 juta anak Indonesia, atau satu dari
(Kementerian Perencanaan tiga anak Indonesia. Prevalensi
Pembangunan Nasional, 2015). stunting di Indonesia lebih tinggi
Stunting (pendek) atau kurang daripada negara-negara lain di Asia
gizi kronik adalah suatu bentuk lain Tenggara, seperti Myanmar (35%),
dari kegagalan pertumbuhan. Anak Vietnam (23%), dan Thailand (16%).
yang mengalami stunting sering Tinggi badan menurut umur
terlihat memiliki badan normal yang (TB/U) adalah indikator untuk
proporsional, namun sebenarnya mengetahui seorang anak stunting
tinggi badannya lebih pendek dari atau normal. Tinggi badan
tinggi badan normal yang dimiliki merupakan antropometri yang
anak seusianya. Stunting merupakan menggambarkan pertumbuhan
proses kumulatif dan disebabkan skeletal. Dalam keadaan normal,
oleh asupan zat-zat gizi yang tidak tinggi badan tumbuh seiring
cukup atau penyakit infeksi yang pertambahan umur. Pertumbuhan
berulang, atau kedua-duanya. tinggi badan relatif kurang sensitif
Stunting dapat juga terjadi sebelum terhadap masalah kekurangan gizi
kelahiran dan disebabkan oleh dalam waktu pendek. Indeks TB/U
asupan gizi yang sangat kurang saat menggambarkan status gizi masa
masa kehamilan, pola asuh makan lampau serta erat kaitannya dengan
yang sangat kurang, rendahnya sosial ekonomi (Supariasa dkk,
kualitas makanan sejalan dengan 2013).
frekuensi infeksi sehingga dapat Pemantauan pertumbuhan
menghambat pertumbuhan (UNICEF, merupakan salah satu kegiatan utama
2009). program perbaikan gizi, yang
Stunting yang terjadi pada anak menitikberatkan pada upaya
merupakan faktor risiko pencegahan dan peningkatan gizi
meningkatnya kematian, kemampuan anak. Disebutkan bahwa
kognitif, dan perkembangan motorik sekurangnya 80% balita disetiap
yang rendah serta fungsi-fungsi kabupaten/kota di timbang setiap
tubuh yang tidak seimbang (Allen & bulan dan berat badannya naik
Gillespie, 2001). Hasil dari beberapa sebagai indikasi bahwa balita
penelitian juga memperlihatkan tersebut tumbuh sehat. Soekirman
anak-anak yang di lahirkan dalam (2000) menyatakan bahwa salah satu
keadaan BBLR dan dengan usia penyebab terjadinya kasus kurang
kehamilan yang kurang ternyata gizi pada masyarakat karena tidak
memiliki nilai IQ yang lebih rendah, berfungsinya lembaga–lembaga
keterampilan berbicara yang lebih sosial dalam masyarakat seperti
buruk, kemampuan membaca yang Posyandu. Penurunan aktivitas
lebih rendah, dan prestasi di sekolah Posyandu tersebut berakibat
pemantauan gizi pada anak dan ibu dengan jumlah kegiatan utama yang
hamil terabaikan. dilaksanakan oleh posyandu dengan
Salah satu metode penilaian sistem layanan 5 meja atau 5 langkah
status gizi secara langsung yang kegiatan (Depkes RI, 2006).
paling popular dan dapat diterapkan Peningkatan kualitas pelayanan
untuk populasi dengan jumlah posyandu dapat dilakukan dari
sampel besar adalah antropometri. berbagai aspek pelayanan seperti
Antropometri sebagai indikator peningkatan fasilitas sarana dan
status gizi dapat dilakukan dengan prasarana, sumber daya manusia, dan
mengukur beberapa parameter, kegiatan pelaksanaan posyandu.
sedangkan parameter adalah ukuran Pelayanan posyandu yang berkualitas
tunggal dari ukuran tubuh manusia. harus diikuti oleh tugas dan fungsi
Tinggi badan merupakan parameter institusi pembina posyandu secara
yang penting bagi keadaan yang keseluruhan yaitu kelangsungan
telah lalu dan keadaan sekarang. posyandu sebagai unit pelayanan
Pengukuran tinggi badan atau kesehatan dasar masyarakat,
panjang badan pada anak dapat khususnya dari kelompok paling
dilakukan dengan alat pengukur rentan ibu dan anak. Meskipun
tinggi badan/panjang badan dengan posyandu merupakan unit pelayanan
presisi 0,1 cm (Supariasa dkk, 2013). kesehatan dasar berbasis masyarakat
Pengukuran antropometri di yang berada di desa/kelurahan,
Posyandu biasanya dilakukan oleh namun karena peran posyandu sangat
kader. Hasil penelitian Satoto dkk menentukan terhadap gambaran
(2002), menunjukkan tingkat kondisi ibu dan anak secara nasional,
kemampuan, ketelitian dan akurasi maka disetiap daerah perlu dilakukan
data yang dikumpulkan kader masih pemantauan kegiatan melalui
rendah, 90,3% kader tidak benar Revitalisasi Posyandu. Pada tingkat
dalam melakukan penimbangan. operasional (desa/kelurahan,
Kesalahan penimbangan terutama kecamatan), pemantauan dilakukan
dalam mengatur posisi bandul secara bulanan, dengan
timbangan. Hasil penelitian tersebut melaksanakan kunjungan lapangan
juga menggambarkan terdapat 88,9% atau dengan mempelajari laporan
dari kader yang dipilih sebagai yang disampaikan oleh posyandu di
sampel tidak mengetahui cara wilayah kerjanya (Depkes RI, 2001).
menimbang yang benar. Akibatnya Posyandu Lancang Kuning,
informasi status gizi anak balita Dang Merdu, Sri Mersing, Toyyibah
menjadi tidak akurat artinya dan Ibu Sejati merupakan posyandu
seharusnya status gizi baik bisa yang terletak diwilayah kerja
menjadi gizi kurang, dan atau gizi Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru.
buruk dan sebaliknya. Posyandu-posyandu tersebut
Kegiatan Posyandu sangat merupakan posyandu yang aktif dan
tergantung pada peran kader. ramai dikunjungi. Dari survei yang
Biasanya kegiatan rutin posyandu diperoleh di Puskesmas Sidomulyo,
diselenggarakan dan dimotori oleh ke lima posyandu tersebut memiliki
kader posyandu dengan bimbingan angka kunjungan yang tertinggi dan
teknis dari petugas kesehatan. pencatatan laporan bulanan posyandu
Jumlah minimal kader untuk setiap yang rapi dan terstruktur.
posyandu sebanyak 5 orang sesuai
4

Berdasarkan latar belakang di HASIL DAN PEMBAHASAN


atas perlu adanya suatu kegiatan HASIL
pengabdian masyarakat dalam a. Hasil Pre-Test dan Post-Test
bidang pembinaan kader posyandu Dari hasil kegiatan
yang diharapkan dapat digunakan pengabmas yang telah dilakukan,
untuk meningkatkan kualitas terdapat 25 orang kader yang
pelayanan posyandu di Kota mengikuti kegiatan pengabmas.
Pekanbaru. Salah satu upaya yang Namun, pada saat pelatihan terdapat
dilakukan yaitu dengan memberikan 1 orang kader yang tidak hadir pada
pelatihan antropometri untuk saat pelatihan. Berikut hasil dari skor
meningkatkan keterampilan dan pre-test dan post-test kader
pengetahuan kader dalam posyandu.
pengukuran antropometri. Sehingga
dapat meningkatkan peran dan Tabel 1. Skor Pengetahuan Kader
kinerja kader dalam kegiatan Setelah Pelatihan
posyandu. Skor
No. Topik Pre-test Post-Test
PELAKSANAAN KEGIATAN B S B S
Waktu dan Lokasi 1. Pengertian Posyandu 21 3 24 0
Kegiatan dilaksanakan pada 2. Program Posyandu 7 17 18 6
bulan April sampai Juli 2018. Lokasi 3. Sistem 5 meja 23 1 24 0
kegiatan pengabdian kepada 4. Pengertian antropometri 18 6 24 0
masyarakat ini dilaksanakan di 5 5. Pengukuran PB 23 1 24 0
6. Pengukuran TB 23 1 24 0
posyandu (posyandu Lancang
7. Alat pengukur TB 22 2 24 0
Kuning, Dang Merdu, Sri Mersing,
8. Alat pengukur BB 22 2 23 1
Toyyibah dan Ibu Sejati) wilayah
9. Alat pengukur LILA 23 1 24 0
kerja puskesmas Sidomulyo, Kota 10. KMS 23 1 24 0
Pekanbaru.
Berikut hasil dari kenaikan
Sarana dan Alat rata-rata nilai pre-test dan post-test
Sarana yang digunakan dalam kader posyandu pada saat sebelum
kegiatan ini meliputi ruangan atau dan setelah penyegaran kader.
aula. Alat yang digunakan adalah
kuesioner, laptop, infokus, Tabel 2. Kenaikan Rata-Rata Nilai
timbangan, mikrotoa, alat panjang Pre-Test dan Post-Test Kader
badan, pita lila dan alat tulis dan Posyandu
buku saku pengukuran antropometri. Nilai Rata-
Selisih
Rata
Metode Pelaksanaan Posyandu Peningk
Pre- Post-
Metode yang dilaksanakan atan
Test Test
pada kegiatan pengabdian Dang Merdu 84 98 14
masyarakat ini adalah penyegaran Lancang Kuning 94 100 6
(refresing) kader, pendampingan Sri Mersing 92 100 8
(bimbingan untuk kader) dan Ibu Sejati 90 90 0
evaluasi. Toyyibah 68 94 26

Berikut hasil dari rata-rata


nilai pre-test dan post-test kader
posyandu pada saat sebelum dan Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hasil
setelah penyegaran kader. Penilaian Keterampilan
Pengukuran Antropometri Berat
Tabel 3. Hasil Rata-Rata Pre-Test Badan Kader Posyandu Toyyibah
dan Post-Test Kader Posyandu di Skor
Wilayah Kerja Puskesmas Penda Penda
Bagian Evalu
Sidomulyo mpin mpin
Observasi asi
Mean ± Std. gan 1 gan 2
Variabel P-Value n % n % n %
Deviation
Menyebut
Nilai Pre-test 85.41 ± 16.41 10 100 6 100 10 100
0.002* tujuan
Nilai Postest 96.66 ± 5.64 pengukuran
Ket : Ada perbedaan yang signifikan Mempersiapkan 10 100 6 100 10 100
dalam uji paired sample t-test ( alat
Meminimalisir
<0.05) 4 40 4 67 10 100
pakaian
responden
b. Hasil Observasi Membaca skala
10 100 6 100 10 100
Untuk melihat keberhasilan pada posisi
dalam kegiatan ini, kader diberikan yang benar
lembaran evaluasi berupa formulir Mengulangi 4 40 4 67 10 100
pengukuran 3x
checklist yang diisi oleh pelaksana
Mencatat hasil 10 100 6 100 10 100
kegiatan pengabmas. Berikut hasil pengukuran
skor lembar observasi yang
diperoleh. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Hasil
Penilaian Keterampilan
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran Antropometri Berat
Penilaian Keterampilan Pengukuran
Badan Kader Posyandu Dang
Antropometri Berat Badan Kader
Merdu
Posyandu Ibu Sejat
Skor
Skor
Penda Penda
Penda Penda Bagian Evalu
Bagian Evalu mpin mpin
mpin mpin Observasi asi
Observasi asi gan 1 gan 2
gan 1 gan 2
n % n % n %
n % n % n %
Menyebut
Menyebut tujuan 10 100 10 100 10 100
tujuan 10 100 7 100 10 100
pengukuran
pengukuran Mempersiapkan 10 100 10 100 10 100
Mempersiapkan alat
10 100 7 100 10 100
alat Meminimalisir
Meminimalisir pakaian 10 100 10 100 10 100
pakaian 6 60 3 42.8 10 100
responden
responden Membaca skala
Membaca skala pada posisi 10 100 10 100 10 100
pada posisi 10 100 7 100 10 100
yang benar
yang benar Mengulangi 7 70 10 100 10 100
Mengulangi pengukuran 3x
0 0 3 42.8 10 100
pengukuran 3x Mencatat hasil 10 100 10 100 10 100
Mencatat hasil pengukuran
10 100 7 100 10 100
pengukuran
6

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hasil Tabel 9. Distribusi Frekuensi Hasil


Penilaian Keterampilan Penilaian Keterampilan
Pengukuran Antropometri Berat Pengukuran Antropometri
Badan Kader Posyandu Lancang Panjang Badan Kader Posyandu
Kuning Dang Merdu
Skor Skor
Penda Penda Penda Penda
Bagian Evalu Bagian Evalua
mpin mpin mping mping
Observasi asi Observasi si
gan 1 gan 2 an 1 an 2
n % n %n % n % n % n %
Menyebut Menyebut tujuan
10 100 10 100 10 100 10 100 8 100 10 100
tujuan pengukuran
pengukuran Mempersiapkan
10 100 8 100 10 100
Mempersiapkan 10 100 10 100 10 100 alat
alat Mngarahkan
Meminimalisir asisten untuk 10 100 8 100 10 100
7 70 10 100 10 100
pakaian membantu
responden Meminimalisir
10 100 8 100 10 100
Membaca skala pakaian bayi
10 100 10 100 10 100
pada posisi Meletakkan bayi
yang benar pada posisi yang 10 100 8 100 10 100
Mengulangi 7 70 10 100 10 100 benar
pengukuran 3x Melakukan
10 100 8 100 10 100
Mencatat hasil 9 90 10 100 10 100 pengukuran PB
pengukuran Membaca skala
pada posisi yang 10 100 8 100 10 100
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Hasil benar
Penilaian Keterampilan Mengulangi
7 70 8 100 10 100
Pengukuran Antropometri Berat pengukuran 3x
Mencatat hasil
Badan Kader Posyandu Sri Mersing 10 100 8 100 10 100
pengukuran
Skor
Penda Penda
Bagian Evalu Tabel 10. Distribusi Frekuensi
mpin mpin
Observasi asi Hasil Penilaian Keterampilan
gan 1 gan 2
n % n % n % Pengukuran Antropometri
Menyebut Panjang Badan Kader Posyandu
10 100 8 100 10 100 Lancang Kuning
tujuan
pengukuran Skor
Mempersiapkan 10 100 8 100 10 100 Penda Penda
Bagian Evalua
alat mping mping
Observasi si
Meminimalisir an 1 an 2
9 90 8 100 10 100
pakaian n % n % n %
responden Menyebut tujuan 10 100 10 100 7 100
Membaca skala pengukuran
10 100 8 100 10 100
pada posisi Mempersiapkan 10 100 10 100 7 100
yang benar alat
Mengulangi 9 90 8 100 10 100 Mngarahkan
pengukuran 3x 10 100 10 100 7 100
asisten untuk
Mencatat hasil 10 100 8 100 10 100 membantu
pengukuran Meminimalisir 10 100 10 100 7 100
pakaian bayi
Meletakkan bayi Tabel 12. Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian
10 100 10 100 7 100
pada posisi yang Keterampilan Pengukuran Antropometri Tinggi Badan
benar Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas
Melakukan 10 100 10 100 7 100 Sidomulyo
pengukuran PB Posyandu
Membaca skala Bagian Ibu Dang Lancang Sri
10 100 10 100 7 100
pada posisi yang Observasi Sejati Merdu Kuning Mersing
benar n % n % n % n %
Mengulangi 7 70 10 100 7 100 Menyebut
pengukuran 3x
tujuan 1 100 2 100 3 100 4 100
Mencatat hasil 10 100 10 100 7 100 pengukuran
pengukuran
Mempersiapkan
1 100 2 100 3 100 4 100
alat
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Meminimalisir
Hasil Penilaian Keterampilan pakaian 1 100 2 100 3 100 4 100
Pengukuran Antropometri responden
Panjang Badan Kader Posyandu Menunjukkan
Sri Mersing posisi kepala 1 100 2 100 3 100 4 100
Skor yang benar
Penda Penda Melakukan
Bagian Evalua pengukuran 1 100 2 100 3 100 4 100
mping mping
Observasi si tinggi badan
an 1 an 2
n % n % n % Membaca skala
Menyebut tujuan 6 100 4 100 6 100 pada posisi 1 100 2 100 3 100 4 100
pengukuran yang benar
Mempersiapkan 6 100 4 100 6 100 Mengulangi
1 100 2 100 3 100 4 100
alat pengukuran 3x
Mngarahkan Mencatat hasil
1 100 2 100 3 100 4 100
6 100 4 100 6 100 pengukuran
asisten untuk
membantu
Meminimalisir 5 83.3 4 100 6 100 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian
pakaian bayi Keterampilan Pengukuran Antropometri LILA
Meletakkan bayi Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas
6 100 4 100 6 100
pada posisi yang Sidomulyo
benar Ibu Sejati Sri Mersing
Melakukan 6 100 4 100 6 100 Bagian Pendam Pendampi
pengukuran PB Evaluasi Evaluasi
Observasi pingan ngan
Membaca skala n % n % n % n %
6 100 4 100 6 100
pada posisi yang Menyebut
benar tujuan 0 0 1 100 4 100 2 100
Mengulangi 5 83.3 4 100 6 100 pengukuran
pengukuran 3x Mempersiapkan
Mencatat hasil 6 100 4 100 6 100 0 0 1 100 4 100 2 100
alat
pengukuran Meminimalisir
pakaian 0 0 1 100 4 100 2 100
responden
Menunjukkan
posisi kepala 0 0 1 100 4 100 2 100
yang benar
Melakukan
pengukuran 0 0 1 100 4 100
tinggi badan 2 100
8

Membaca skala hasil post-test yang diperoleh oleh


pada posisi 0 0 1 100 4 100 semua kader posyandu mengalami
yang benar peningkatan, kecuali posyandu ibu
Mengulangi sejati. Berdasarkan selisih
0 0 1 100 4 100
pengukuran 3x
peningkatan, nilai rata-rata kader
Mencatat hasil
pengukuran
0 0 1 100 4 100 posyandu Toyyibah memiliki
peningkatan nilai yang paling tinggi
yaitu sebesar 26. Sedangkan
PEMBAHASAN
posyandu Ibu Sejati tidak mengalami
a. Penyegaran (Refresing) Kader
peningkatan.
Kegiatan penyegaran kader
Berdasarkan tabel 3 dapat
yaitu berupa pelatihan. Kegiatan
dilihat bahwa rata-rata nilai kader
diawali dengan memberikan pre-test
yaitu pre-test 85,41 dan post-test
sebelum menjelaskan tentang sistem
96,66. Hasil uji statistik didapatkan
5 meja dan pengukuran antropometri
nilai 0,002 (p<0,01), artinya ada
di posyandu. Setelah penjelasan
perbedaan yang signifikan antara
materi, para peserta diberikan post-
hasil pre-test dan post-test yang
test dengan pertanyaan yang sama
dilakukan oleh kader posyandu.
dengan pre-test terkait dengan materi
Maka dapat dilihat bahwa setelah
yang telah dijelaskan. Hal ini untuk
diberikan pelatihan terjadi
melihat sejauh mana pemahaman
peningkatan pengetahuan kader.
kader terhadap materi yang telah
Pelatihan merupakan salah
dijelaskan.
satu cara untuk meningkatkan
Dapat dilihat dari tabel 1 para
pengetahuan, keterampilan dan sikap
peserta kurang mengetahui tentang
kader. Hasil ini sesuai dengan
program posyandu. Hal ini dapat
penelitian Sukiarso (2007) yang
dilihat dari hasil pre-test dan post-
mendapatkan hasil terjadinya
test pertanyaan tentang program
peningkatan sebesar 63,3% pada
posyandu masih banyak yang
kader gizi yang dilakukan pelatihan
menjawab salah. Namun, terlihat
dengan metode BBM (Belajar
perbedaan dari hasil pre-test dan
Berdasarkan Masalah). Pelatihan
post-test. Berdasarkan hasil pre-test
dengan metode ceramah yang
sebelum pelatihan, kader banyak
disertai diskusi, simulasi, dan praktik
yang masih belum mengetahui
dapat meningkatkan pengetahuan
tentang program posyandu,
mahasiswa dalam melakukan
antropometri dan alat-alat
kegiatan penimbangan balita di
antropometri. Sedangkan setelah
posyandu. Temuan ini juga sesuai
pelatihan, hasil post-test
dengan pernyataan yang
menunjukkan bahwa pengetahuan
dikemukakan Notoatmojo (2003),
kader tentang program posyandu,
bahwa pendidikan kesehatan dalam
antropometri dan alat-alat
jangka waktu pendek dapat
antropometri meningkat. Hal ini
menghasilkan perubahan dan
dapat dilihat dari skor kader pada
peningkatan pengetahuan individu,
saat post-test meningkat dari hasil
kelompok, dan masyarakat.
skor pre-test.
Dari hasil penyegaran yang
Setelah dilakukan pelatihan,
telah dilakukan dapat dikatakan
rata-rata nilai kader tiap posyandu
bahwa selama proses pelatihan para
mengalami peningkatan. Dari tabel 2
kader sangat antusias dalam
dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
mengikuti pelatihan. Hal ini dapat atau panjang badan dan Lila. Serta
dilihat dari respon para kader, adanya menginterpretasikan hasil
pertanyaan mengenai materi yang pengukuran
dijelaskan dan keinginan kader untuk 1. Keterampilan Kader dalam
bisa melakukan pengukuran Pengukuran Berat Badan
antropometri yang sesuai prosedur. Hasil pengamatan pada
Dalam pelatihan ini para peserta pengukuran berat badan sudah cukup
diajarkan secara teori tentang tata baik. Sebelum menimbang, kader
cara menggunakan alat antropometri terlebih dahulu sudah menjelaskan
berat badan, panjang badan atau tujuan dilakukan penimbangan berat
tinggi badan dan pita lila. badan dan menyiapkan peralatan
Pemberian materi dan praktik yang akan digunakan. Timbangan
secara keseluruhan diberikan pada yang digunakan sudah diletakkan di
kader posyandu, khusus untuk tempat yang datar dan mudah dibaca
praktik pelaksanaannya ada yang serta sudah dikalibrasi. Untuk dacin,
difokuskan pada beberapa poin cara digantungkan di tempat yang kokoh.
pengukuran antropometri (berat Setelah itu anak yang akan ditimbang
badan dan tinggi badan) yang diminimalisir pakaian yang
menjadi kelemahan kader posyandu. digunakannya. Namun, beberapa
Hasil penyegaran kader ini kader masih ada yang lupa
menunjukan adanya peningkatan melepaskan atribut yang dipakai
skor pre-test ke post-test. Hal ini anak pada saat menimbang dan tidak
dapat disimpulkan pelatihan yang mengulangi pengukuran sebanyak 3
diberikan kepada kader posyandu kali. Selain itu, di posyandu
mengenai keterampilan kader dalam Toyyibah ditemukan adanya
pengukuran antropometri sudah kekurangan alat yaitu hanya tersedia
berhasil meningkatkan keterampilan 1 dacin. Sehingga penimbangan
kader posyandu. balita di posyandu Toyyibah
memerlukan waktu yang cukup lama
b. Pendampingan (Bimbingan dibandingkan posyandu lainnya.
untuk Kader) Setelah data hasil penimbangan
Kegiatan pendampingan dibaca dan dicatat, kader diminta
kader yang dilakukan berupa untuk menginterpretasikan hasilnya
kunjungan ke posyandu pada saat kedalam status gizi. Namun sebagian
hari posyandu untuk melihat besar kader belum melakukannya.
penerapan dari hasil penyegaran Tindakan koreksi yang dilakukan
kader yang telah dilakukan. Kegiatan yaitu sebaiknya setiap kader dibekali
ini dilakukan sebanyak 2 kali, yang buku saku yang berisi pedoman
pertama kader masih didampingi dan tentang antropometri dan cara
dibimbing oleh petugas pengabmas membaca status gizi.
dalam melakukan pengukuran
antropometri. Sedangkan yang 2. Keterampilan Kader dalam
kedua, kader hanya didampingi dan Pengukuran Panjang Badan
melakukan pengukuran antropometri atau Tinggi Badan.
secara mandiri. Setiap posyandu Hasil pengamatan pada
diambil 10 sampel responden yang pengukuran panjang badan atau
terdiri dari bayi, balita dan ibu hamil tinggi badan sudah cukup baik.
untuk diukur berat bada, tinggi badan Sebelum mengukur, kader terlebih
10

dahulu sudah menjelaskan tujuan ketrampilan kader dalam melakukan


dilakukan penimbangan berat badan kegiatan antropometri masih perlu
dan menyiapkan peralatan yang akan ditingkatkan lagi dan dilakukan lebih
digunakan. Namun, untuk alat teliti lagi. Karena masih adanya
pengukur tinggi atau panjang badan kader yang kurang terampil pada
di semua posyandu masih sangat kegiatan penimbangan berat badan
terbatas. Sebelum kegiatan dan pengukuran tinggi badan, seperti
pendampingan dilakukan, posyandu tidak mengusahakan anak ditimbang
Dang Merdu, Lancang Kuning dan dengan pakaian yang seminimal
Sri Mersing sudah menyiapkan mungkin, pengukuran tidak
alatnya. Kader posyandu tersebut dilakukan 2 atau 3 kali. Hal ini sesuai
membuat sendiri alat pengukur dengan penelitian UNICEF (2002)
panjang badan dengan menggunakan bahwa tingkat ketelitian kader dalam
kayu atau menggunakan meteran. menimbang hanya 39% dan tingkat
Sedangkan posyandu ibu sejati dan akurasinya hanya 3%. Rendahnya
toyyibah tidak menyiapkan alat ketelitian dan keterampilan kader
pengukur panjang badan. Sehingga dalam melakukan penimbangan berat
sampai akhir kegiatan pengabmas badan balita mungkin disebabkan
tidak dapat dilakukan pengukuran oleh banyak faktor, seperti :
tinggi badan dan panjang badan. pelaksanaan prosedur penimbangan,
Selain itu, pengukuran panjang atau pengetahuan, umur, pendidikan,
tinggi badan tidak diulangi 3 kali dan pekerjaan, jumlah pelatihan yang
tidak di interpretasikan hasil diikuti dan frekuensi penimbangan
pengukurannya. Tindakan koreksi yang dilakukan (Dodinofria, 2008).
yang dilakukan yaitu sebaiknya Selain itu, tindakan koreksi
setiap kader dibekali buku saku yang lainnya yang dilakukan yaitu
berisi pedoman tentang antropometri sebaiknya setiap kader dibekali buku
dan cara membaca status gizi. Juga saku yang berisi pedoman tentang
diperlukan kreatifitas kader untuk antropometri dan cara membaca
mengatasi masalah keterbatasan alat, status gizi. Penggunaan media buku
sehingga pengukuran tetap dapat saku ini dapat meningkatkan
terlaksana. pengetahuan kader dalam
menginterpretasikan status gizi.
3. Keterampilan Kader dalam
Pengukuran Lingkar Lengan c. Evaluasi Kader Posyandu
Atas (LILA) Untuk melihat keberhasilan
Hasil pengukuran lingkar dalam kegiatan ini, kader diberikan
lengan atas pada ibu hamil sudah lembaran evaluasi berupa formulir
terlaksana dengan baik. Semua kader checklist tentang prosedur
sudah melakukan prosedur pengukuran berta badan, tinggi
pengukuran Lila dengan baik dan badan atau panjang badan dan
benar. Untuk interpretasi hasil lingkar lengan atas. Lembar
pengkuran masih ada beberapa kader observasi ini diisi oleh pelaksana
yang masih belum bisa kegiatan pengabmas.
melakukannya. 1. Pengukuran Berat Badan
Berdasarkan hasil dari Berdasarkan tabel 4 diketahui
seluruh kegiatan pendampingan, bahwa keterampilan pengukuran
dapat disimpulkan bahwa antropometri berat badan sebagian
besar kader di posyandu Ibu Sejati melakukan semua tahapan dengan
masih banyak yang belum benar.
melakukan minimalisirkan pakaian Pada tabel 8 diketahui bahwa
atau melepaskan aksesoris responden keterampilan pengukuran
(42,86%) dan mengulang antropometri berat badan sebagian
pengukuran sebanyak 3 kali besar kader di posyandu Sri Mersing
(42,86%) pada saat pendampingan sudah baik. Tapi masih ada beberapa
kader. Namun, pada saat evaluasi kader yang tidak melakukan
semua kader sudah melakukan semua minimalisir pakaian atau melepaskan
tahapan dengan benar. aksesoris responden dan mengulang
Pada tabel 5 dapat kita pengukuran sebanyak 3 kali pada
ketahui bahwa keterampilan saat pendampingan kader pertama.
pengukuran antropometri berat badan Namun, pada saat pendampingan
sebagian besar kader di posyandu kedua dan evaluasi semua kader
Toyyibah masih banyak yang belum sudah melakukan semua tahapan
melakukan minimalisirkan pakaian dengan benar.
atau melepaskan aksesoris responden
(67%) dan mengulang pengukuran 2. Pengukuran Panjang Badan
sebanyak 3 kali (67%) pada saat Pengukuran antropometri
pendampingan kader. Namun, pada panjang badan di posyandu Ibu Sejati
saat evaluasi semua kader sudah dan Toyyibah tidak dapat dilakukan
melakukan semua tahapan dengan penilaian karena pengukuran tidak
benar. dilakukan. Hal ini dikarenakan
Pada tabel 6 dapat diketahui posyandu Ibu Sejati dan Toyyibah
bahwa keterampilan pengukuran tidak memiliki alat pengukuran
antropometri berat badan sebagian panjang badan.
besar kader di posyandu Dang Merdu Berdasarkan tabel 9 diketahui
sudah baik. Tapi masih ada beberapa bahwa keterampilan pengukuran
kader yang tidak melakukan antropometri panjang badan sebagian
pengulangan pengukuran sebanyak 3 besar kader di posyandu Dang Merdu
kali (70%) pada saat pendampingan sudah baik. Tapi masih ada beberapa
kader. Namun, pada saat kader yang tidak melakukan
pendampingan kedua dan evaluasi pengulangan pengukuran sebanyak 3
semua kader sudah melakukan semua kali pada saat pendampingan kader
tahapan dengan benar. pertama. Namun, pada saat
Pada tabel 7 dapat diketahui pendampingan kedua dan evaluasi
bahwa keterampilan pengukuran semua kader sudah melakukan semua
antropometri berat badan sebagian tahapan dengan benar.
besar kader di posyandu Lancang Berdasarkan tabel 10
Kuning sudah baik. Tapi masih ada diketahui bahwa keterampilan
beberapa kader yang tidak pengukuran antropometri panjang
melakukan minimalisir pakaian atau badan sebagian besar kader di
melepaskan aksesoris responden posyandu Lancang Kuning sudah
(67%) dan mengulang pengukuran baik. Tapi masih ada beberapa kader
sebanyak 3 kali (67%) pada saat yang tidak melakukan pengulangan
pendampingan kader. Namun, pada pengukuran sebanyak 3 kali pada
saat pendampingan kedua dan saat pendampingan kader pertama.
evaluasi semua kader sudah Namun, pada saat pendampingan
12

kedua dan evaluasi semua kader badan, panjang badan dan lingkar
sudah melakukan semua tahapan lengan atas dapat dilihat peningkatan
dengan benar. skor kemampuan kader dalam
Berdasarkan tabel 11 melakukan setiap tahapan
diketahui bahwa keterampilan pengukuran. Meningkatnya hasil
pengukuran antropometri panjang evaluasi tersebut sesuai dengan
badan sebagian besar kader di penelitian terdahulu. Peningkatan
posyandu Sri Mersing sudah baik. pengetahuan dan keterampilan akan
Tapi masih ada beberapa kader yang terjadi antara sebelum dan sesudah
tidak melepaskan topi responden dan pelatihan. Menurut Noto atmodjo
tidak mengulang pengukuran (2005), pelatihan memiliki tujuan
sebanyak 3 kali pada saat penting untuk meningkatkan
pendampingan kader pertama. pengetahuan dan keterampilan
Namun, pada saat pendampingan sebagai kriteria keberhasilan
kedua dan evaluasi semua kader program kesehatan secara
sudah melakukan semua tahapan keseluruhan. Tujuan umum pelatihan
dengan benar. kader posyandu adalah
meningkatkan kemampuan kader
3. Pengukuran Tinggi Badan posyandu dalam mengelola dan
Berdasarkan tabel 12 menyampaikan pelayanan kepada
diketahui bahwa keterampilan masyarakat.
pengukuran antropometri tinggi Hasil ini juga sejalan dengan
badan kader di posyandu Ibu Sejati, penelitian Nurainun, Ardiani dan
Dang Merdu, Lancang Kuning dan Sudaryati (2015) menyatakan bahwa
Sri Mersing sudah baik. Hal ini dapat ada kecenderungan semakin baik
dilihat bahwa kemampuan kader pengetahuan kader semakin terampil
dalam melakukan semua tahapan kader tersebut dalam pengukuran BB
pengukuran sudah benar (100%). dan TB, begitu juga sebaliknya
Namun, di posyandu Toyyibah tidak semakin kurang pengetahuan kader
dilakukan penilaian kader, karena maka semakin tidak terampil dalam
tidak ada responden yang diukur melakukan pengukuran BB dan TB.
dengan alat pengukuran tinggi badan.
KESIMPULAN DAN SARAN
4. Pengukuran Lingkar Lengan KESIMPULAN
Atas 1. Pengetahuan dan wawasan kader
Berdasarkan tabel 13 pada tentang pengukuran antropometri
saat evaluasi dilakukan terdapat pada bayi dan balita mengalami
peningkatan skor keterampilan kader peningkatan setelah dilaksankan
di posyandu Ibu Sejati dan Sri penyegaran. Rata-rata nilai akhir
Mersing pada saat pengukuran yaitu pre-test 85,41 dan post-test
lingkar lengan atas. Namun, di 96,66.
posyandu Toyyibah, Dang Merdu 2. Kemampuan dan keterampilan
dan Lancang Kuning tidak dilakukan kader dalam pengukuran
penilaian kader, karena tidak ada antropometri di posyandu
responden ibu hamil yang diukur mengalami peningkatan. Skor
lingkar lengan atasnya. hasil evaluasi pengukuran berat
Berdasarkan hasil evaluasi badan (100%), tinggi badan
pengukuran berat badan, tinggi
(100%), panjang badan (100%) Departemen Kesehatan RI. 2003.
dan lingkar lengan atas (100%). Petunjuk Teknis Pemantauan
Status Gizi Orang Dewasa
SARAN dengan Indeks Massa Tubuh.
Perlu dilakukan lagi kegiatan Jakarta.
yang sama di posyandu-posyandu Departemen Kesehatan RI. 2006.
lainnya. Serta pihak puskesmas Pedoman Umum
diharapkan untuk selalu memantau Pengelolaan Posyandu.
kerja kader posyandu dengan Jakarta.
mendampingi dan memberi edukasi Departemen Kesehatan RI. 2006.
tentang pengukuran antropometri Bimbingan Manajemen Pusat
yang benar. Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta: Departemen
Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA Gibney, M. J. , et al. 2009. Gizi
Allen, L. , Gillespie, S. 2001. What Kesehatan Masyarakat.
works? A review of the Jakarta: EGC.
efficacy and effectiveness of Gibson, R. S. 2005. Principles of
nutrition intervention. Nutritional Assessment.
ACC/SCN. Nutrition Policy Second Edition. Oxford
Paper No. 15. University Press Inc, New
Badan Penelitian dan Pengembangan York.
Departemen Kesehatan Harjatmo, Titus Priyo; Par’i, Holil
Republik Indonesia. 2001. M. ; Wiyono, S. , 2017.
Survei Kesehatan Nasional Penilaian Status Gizi, Jakarta:
2001. Laporan SKRT 2001: Kementerian Kesehatan RI.
Studi Morbiditas dan Kementrian Kesehatan RI. 2011.
Disabilitas. Keputusan Menteri
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik
Departemen Kesehatan Indonesia Nomor :
Republik Indonesia. 2013. 1995/Menkes/SK/XII/2010
Riset Kesehatan Dasar tentang Standar
2013. Jakarta. Antropometri Penilaian
Badan Penelitian dan Pengembangan Status Gizi Anak. Jakarta:
Departemen Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Republik Indonesia. 2010. Direktoral Jenderal Bina Gizi
Riset Kesehatan Dasar dan Kesehatan Ibu dan Anak.
2010. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2013.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pemantauan Pertumbuhan
Departemen Kesehatan Balita. Jakarta: Direktorat
Republik Indonesia. 2007. Gizi Masyarakat, Ditjen Bina
Riset Kesehatan Dasar Kesehatan Masyarakat.
2007. Jakarta. Kementerian Perencanaan
Cahyo Ismawati S. , 2010. Pembangunan Nasional.
Posyandu dan Desa Siaga. 2015. Rencana
Panduan untuk Bidan dan Pembangunan Jangka
Kader. Bantul : Nuha Medika Menengah Nasional 2015-
2019. Jakarta.
14

World Health Organization (WHO).


Notoatmojo, Soekidjo. 2003. 2012. Angka Kematian Bayi.
Pendidikan dan Perilaku Amerika: WHO.
Kesehatan. Cetakan Pertama.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nurainun., Ardiani, F., & Sudaryati,
E. 2015. Gambaran
Keterampilan Kader dalam
Pengukuran BB dan TB
berdasarkan Karakteristik
Kader di Wilayah Kerja
Puskesmas Langsa Timur
Provinsi Aceh tahun 2015.
Jurnal Gizi. Hal 1-10.
Satoto, AB. , Jahari, dan Soekirman.
2002. Growth Data from
Posyandu in Indonesia:
Precision, Accuracy,
Reliability and Utilization.
Jurnal Gizi Indonesia. 26:
17-23.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan
Aplikasinya. Jakarta:
Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan
Nasional.
Sukiarso, Edy. 2007. Pengaruh
Pelatihan dengan Metode
Belajar Berdasarkan
Masalah terhadap
Pengetahuan dan
Keterampilan Kader Gizi
dalam Kegiatan Posyandu.
Tesis tidak diterbitkan. FKM
Universitas Diponegoro,
Semarang.
Supariasa, I. D. N. , Bakhyar, B. &
Ibnu F. 2013. Penilaian
Status Gizi (Edisi Revisi).
Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Unicef. 2009. Tracking Progress on
Child and Maternal Nutrition
a Survival and Development
Priority. New York. USA.

Anda mungkin juga menyukai