Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stunting atau kerdil adalah keadaan balita yang memiliki panjang atau tinggi badan
kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi balita stunting jika hasil pengukuran panjang
atau tinggi badan dibandingkan umur kurang dari minus dua standar deviasi pertumbuhan anak
berdasarkan World Health Organization (WHO).(Kemenkes RI, 2018). Stunting merupakan
masalah gizi kronik yang disebabkan berbagai faktor antara lain kurangnya asupan gizi anak,
kesakitan berulang,(World Health Organization, 2010) kurangnya gizi ibu saat hamil, kondisi
sosial ekonomi rendah.(Kemenkes RI, 2018) Terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses
keluarga atau rumah tangga ke makanan bergizi serta kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
juga dapat berperan dalam menyebabkan stunting.(TNP2K, 2017). Hal tersebut menimbulkan
konsekuensi jangka panjang dan bersifat permanen seperti ukuran tubuh, potensi akademis,
permasalahan reproduksi, dan risiko terkena penyakit infeksi. (World Health Organization,
2010).
Kejadian stunting merupakan salah satu masalah kesehatan global, terutama di negara
berkembang yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kesehatan. Secara
antara 171 juta sampai 314 juta balita tergolong stunting, dengan 90% berada di negara-negara
di Afrika dan Asia. (Predengast, 2014) Berdasarkan tren yang sama, pada tahun 2010 tingkat
stunting di Asia adalah 26,7% dan tingkat stunting di Asia Tenggara adalah 26,7%.(Onis, 2012)
Pada tahun 2017, prevalensi balita stunting di Indonesia sebesar 29,6%. Prevalensi stunting di
Bali diketahui sebesar 19,0% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2019) dan
berdasarkan laporan kinerja instansi pemerintahan Dinas Pemerintahan Provinsi Bali
prevalensi stunting pada tahun 2017 di Kabupaten Tabanan tercatat sebesar 16,2%. Akan
tetapi, pada tahun 2018 prevalensi stunting kembali meningkat menjadi 30,8% di Indonesia
dan di Bali sebesar 21,9%.(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2019). World
Health Organization (WHO) menyatakan suatu negara dikatakan memiliki tingkat stunting
yang tinggi jika berada pada rentangan 30 – 39%.
Dalam proses pendataan tersebut, pihak-pihak yang berperan penting adalah posyandu
dan kader posyandu. Posyandu atau pos pelayanan terpadu adalah salah satu bentuk upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat dan berfungsi untuk memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.(Kemenkes RI, 2014)
Kader posyandu adalah orang yang dipilih masyarakat dan dilatih untuk menangangi masalah
kesehatan perseorangan maupun masyarakat. Kader posyandu bekerja dalam hubungan yang
dekat dengan puskesmas.(Adistie, Fanny; Maryam, Nenden Nur Asriyani; Lumbantobing
2017)
Kader posyandu berperan penting dalam memantau tumbuh kembang balita. Kader
posyandu secara teknis bertugas antara lain untuk mendata balita, melakukan pengukuran berat
badan dan tinggi badan balita serta mencatatnya secara berkala tiap bulan dalam Kartu Menuju
Sehat (KMS). Hambatan kemajuan pertumbuhan berat badan anak dapat segera terlihat pada
kurva pertumbuhan hasil pengukuran periodik yang tertera dan dicatat pada KMS tersebut.
(Nurainun, Ardiani, & Sudaryati, 2015) Keterampilan kader posyandu salah satu diantaranya
meliputi kemampuan melakukan tahapan-tahapan penimbangan, dimana kader kesehatan
biasanya melakukan kegiatan penimbangan belum sesuai dengan prosedur-prosedur
pengukuran antropometri, sehingga hasil yang diperoleh dari penimbangan kurang tepat.
(Supriasa, 2001)
Ketelitian, pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam melakukan pengukuran
antropometri sangatlah penting, karena hal ini menyangkut dengan pertumbuhan balita.
Keterampilan kader yang kurang dapat menyebabkan interpretasi status gizi yang salah dan
dapat berakibat pula pada kesalahan dalam mengambil keputusan dan penanganan masalah
tersebut. (Handarsari, Syamsianah, Astuti, 2015)
Menurut data UPT Puskesmas Kerambitan I, tidak terdapat data terkait dengan evaluasi
tingkat pengetahuan kader posyandu tentang pengukuran antropometri pada balita.
Pengetahuan kader posyandu tentang pengukuran antropometri pada balita ini penting dalam
menjalankan tugasnya. Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa perlu melakukan penelitian
untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan kader posyandu tentang pengukuran
antropometri sebagai upaya deteksi kejadian stunting pada anak bawah lima tahun (balita) di
wilayah kerja UPT Puskesmas Kerambitan I pada bulan Juni 2019.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang muncul adalah bagaimanakah
gambaran tingkat pengetahuan kader posyandu terhadap cara pengukuran antropometri sebagai
upaya deteksi kejadian stunting pada anak bawah lima tahun (balita) di wilayah kerja UPT
Puskesmas Kerambitan I pada bulan Juni 2019 ?

1.2 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat pengetahuan kader
posyandu tentang cara pengukuran antropometri sebagai upaya deteksi kejadian stunting
pada anak bawah lima tahun (balita) di wilayah kerja UPT Puskesmas Kerambitan I pada
bulan Juni 2019.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader posyandu terhadap cara pengukuran
antropometri sebagai upaya deteksi kejadian stunting pada anak bawah lima tahun
(balita) di wilayah kerja UPT Puskesmas Kerambitan I pada bulan Juni 2019
berdasarkan usia kader posyandu.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader posyandu terhadap cara pengukuran
antropometri sebagai upaya deteksi kejadian stunting pada anak bawah lima tahun
(balita) di wilayah kerja UPT Puskesmas Kerambitan I pada bulan Juni 2019
berdasarkan pendidikan kader posyandu.
3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader posyandu terhadap cara pengukuran
antropometri sebagai upaya deteksi kejadian stunting pada anak bawah lima tahun
(balita) di wilayah kerja UPT Puskesmas Kerambitan I pada bulan Juni 2019
berdasarkan pekerjaan kader posyandu.
4. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader posyandu terhadap cara pengukuran
antropometri sebagai upaya deteksi kejadian stunting pada anak bawah lima tahun
(balita) di wilayah kerja UPT Puskesmas Kerambitan I pada bulan Juni 2019
berdasarkan lamanya menjadi kader.
5. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader posyandu terhadap cara pengukuran
antropometri sebagai upaya deteksi kejadian stunting pada anak bawah lima tahun
(balita) di wilayah kerja UPT Puskesmas Kerambitan I pada bulan Juni 2019
berdasarkan keikutsertaan dalam pelatihan.

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.1 Manfaat bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai tingkat pengetahuan kader
posyandu terhadap cara pengukuran antropometri sebagai upaya deteksi kejadian
stunting pada anak bawah lima tahun (balita) di wilayah kerja UPT Puskesmas
Kerambitan I dan dapat menjadi acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
1.3.2 Manfaat bagi Kader Posyandu
Dapat menjadi bahan evaluasi tingkat pengetahuan terhadap cara pengukuran
antropometri sebagai upaya deteksi kejadian stunting pada balita.
1.3.3 Manfaat bagi UPT Puskesmas Kerambitan I
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengevalusi pengetahuan kader posyandu
terhadap cara pengukuran antropometri sebagai upaya deteksi kejadian stunting pada
anak bawah lima tahun (balita) di wilayah kerja UPT Puskesmas Kerambitan I dan
untuk merencanakan pelatihan bagi kader posyandu.
DAFTAR PUSTAKA

Adistie, Fanny; Maryam, Nenden Nur Asriyani; Lumbantobing, V.B.M. 2017. Pengetahuan
Kader Kesehatan Tentang Deteksi Dini Gizi Buruk Pada Balita. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk
Masyarakat, 6(3), pp.173–177.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2019. Riset Kesehatan Dasar : Riskesdas
2018, Denpasar.
Handarsari, E., Syamsianah, A., & Astuti, R. (2015). Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan Kader Posyandu di Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan. Hal: 621-630.
Kemenkes RI. 2014. Kader Posyandu: Peranan dan Tantangan Pemberdayaannya dalam Usaha
Peningkatan Gizi Anak Indonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 13(04), pp.1–53.
Kemenkes RI. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia E. S. Sakti, ed., Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Nurainun., Ardiani, F., & Sudaryati, E. (2015). Gambaran Keterampilan Kader dalam
Pengukuran BB dan TB berdasarkan Karakteristik Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa
Timur Provinsi Aceh tahun 2015. Jurnal Gizi. Hal 1-10.
Onis M de, Blössner M, Borghi E. Prevalence and trends of stunting among pre-school

children, 1990–2020. Pub Health Nutr. 2012;15:142–8. 


Prendergast AJ, Humphrey JH. The stunting syndrome in developing countries. Paediatr Int

Child Health. 2014;34:250–65. 


Supariasa, I.D. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC


TNP2K. 2017. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil. Jakarta : TNP2K
Pp 5-10
World Health Organization, 2010. Interpretation Guide. Nutrition Landacape Information
System, pp.1–51.

Anda mungkin juga menyukai