RESPONSI
KEJANG
DEMAM
SEDERHANA
B R S U D TA B A N A N
PEMBIMBING:
Dr. Kadek Ayu Lestari, SpA
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang demam adalah tipe gangguan kejang masa kanak-kanak yang paling umum, terjadi
pada usia tertentu, dan dikaitkan dengan demam 38.0℃ atau lebih tinggi, dan tidak ada
bukti adanya penyakit penyebab yang pasti pada intrakranial atau kelainan metabolik
maupun elektrolit
Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidak sama, tergantung
nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan kejang harus
mendapat penanganan yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung lama dan
berulang.
Untari, Ervina T, Irdawati, Kartinah. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejang Demam Dengan Frekuensi Kejang Anak Toddler Di Rawat Inap Puskesmas Gatak Sukoharjo.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.2013.
Chung S. Febrile seizures. Korean Journal of Pediatrics. 2014;57(9):384-395.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah. Pedoman Pelayanan Medis. Denpasar; 2010
EPIDEMIOLOGI
Kejang demam terjadi pada 2–5% anak berusia 6 bulan–5 tahun dan
merupakan jenis kejang yang paling umum terjadi pada anak-anak berusia di
bawah 60 bulan.
Untari, Ervina T, Irdawati, Kartinah. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejang Demam Dengan Frekuensi Kejang Anak Toddler Di Rawat Inap Puskesmas Gatak Sukoharjo.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.2013.
Chung S. Febrile seizures. Korean Journal of Pediatrics. 2014;57(9):384-395.
ETIOLOGI
Penyebab langsung dari kejang demam tidak diketahui, tetapi faktor terkait
yang paling penting terjadinya kejang adalah demam, epilepsi, hipoglikemia,
hipokalsemia, cedera kepala, keracunan dan penggunaan obat berlebihan,
infeksi pernapasan, atau gastroenteritis.
Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag./SMFIlmu Kesehatan Anak RSU dr. Soetomo, Surabaya. 2006.
KLASIFIKASI
Talsim. S. Soetomenggolo, dkk. 2016. Konsesus Penanganan Kejang Demam. IDAI. Jakarta.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lumbal Pungsi
Pemeriksaan cairan serebrospinal dialakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Dalam melakukan lumbal pungsi
harus memperhatikan beberapa indikasi medis. Rekomendasi dilakukannya
lumbal pungsi didasarkan pada usia anak.
Pencitraan
Tindakan pencitraan jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya
atas indikasi seperti kelainan neurologis fokal yang menetap
(hemiparesis), paresis nervus VI dan ditemukannya papil edema.
Talsim. S. Soetomenggolo, dkk. 2016. Konsesus Penanganan Kejang Demam. IDAI. Jakarta.
DIAGNOSIS BANDING
Infeksi susunan saraf pusat dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan
cairan cerebrospinal. Kejang demam yang berlangsung lama kadang-kadang
diikuti hemiperesis sehingga sukar dibedakan dengan kejang karena proses
intrakranial. Sinkop juga dapat diprovokasi oleh demam, dan sukar dibedakan
dengan kejang demam. Meningitis, ensefalitis, anak dengan demam tinggi
dapat mengalami delirium, menggigil, pucat dan sianosis sehingga
menyerupai kejang demam.
Talsim. S. Soetomenggolo, Sofyan Ismail. 1999. Buku Ajar Neurologi Anak. IDAI. Jakarta.
PENATALAKSANAAN
• Penanganan kejang
Pengobatan fase akut TAHAP 1
• Pemberian obat saat demam
• Profilaksis intermittent
Pengobatan profilaksis TAHAP 3
• Profilaksis rumatan/ continue
Talsim. S. Soetomenggolo, Sofyan Ismail. 1999. Buku Ajar Neurologi Anak. IDAI. Jakarta.
Talsim. S. Soetomenggolo, dkk. 2016. Konsesus Penanganan Kejang Demam. IDAI. Jakarta.
PENATALAKSANAAN
Penanganan Kejang
• Bila kejang berhenti, selanjutnya diberikan dosis rumatan fenitoin 5-10 mg/kg dalam 2
dosis atau Fenobarbital 1-5 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis
• Bila kejang belum berhenti, maka pasien harus dirawat di ruang intensif dengan
memberikan Midazolam atau Propofol ataupun Fenobarbital.
Talsim. S. Soetomenggolo, Sofyan Ismail. 1999. Buku Ajar Neurologi Anak. IDAI. Jakarta.
Talsim. S. Soetomenggolo, dkk. 2016. Konsesus Penanganan Kejang Demam. IDAI. Jakarta.
PENATALAKSANAAN
Pemberian Obat saat Demam
• Tidak ditemukan adanya bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang
demam
• Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari . Diindikasikan
untuk anak yang berumur diatas 2 bulan, suhu tubuh diatas 390C atau jika anak terlihat tidak nyaman.
Pilihan lain adalah ibuprofen dengan dosis 5-10 mg/kg/kali diberikan 3-4 kali sehari.
• Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko
berulangnya kejang pada 30-60% kasus. Begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8
jam pada suhu > 38,50C. Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna
untuk mencegah kejang demam.8
Talsim. S. Soetomenggolo, Sofyan Ismail. 1999. Buku Ajar Neurologi Anak. IDAI. Jakarta.
Talsim. S. Soetomenggolo, dkk. 2016. Konsesus Penanganan Kejang Demam. IDAI. Jakarta.
PENATALAKSANAAN
Profilaksis Intermittent Profilaksis Rumatan/ Continue
• Indikasi: • Indikasi
1. Kelainan neurologis ringan (tidak nyata), 1. Adanya kelainan neurologis yang nyata
misalnya keterlambatan motoric, sebelum atau sesudah kejangKejang
keterlambatan bicara, maupun retardasi demam lebih dari 15 menit
mental 2. Kejang fokal
2. Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun 3. Dapat dipertimbangkan pada kejang
3. Usia < 6 bulan berulang > 2 kali dalam 24 jam, bayi usia <
4. Bila kejang terjadi pada suhu < 39oC 12 bulan dan kejang demam kompleks
5. Apabila pada episode kejang demam berulang > 4 kali
sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan • Fenobarbital 3-4 mg/kg/hari oral dalam 2 dosis
cepat atau Asam Valproat 15-40 mg/kg/hari oral
• Diazepam 0,3 mg/kg/kali PO atau Diazepam 0,5 dalam 2-dosis. Pemakaian fenobarbital dapat
mg/kg/kali Intrarektal (5 mg untuk berat < 12 kg menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan
dan 10 mg untuk berat > 12 kg), sebanyak 3 kali belajar. Sedangkan asam valproat dapat
sehari, dengan dosis maksium diazepam 7,5 menyebabkan gangguan fungsi hati.
mg/kali diberikan selama 48 jam pertama
demam.
Talsim. S. Soetomenggolo, Sofyan Ismail. 1999. Buku Ajar Neurologi Anak. IDAI. Jakarta.
Talsim. S. Soetomenggolo, dkk. 2016. Konsesus Penanganan Kejang Demam. IDAI. Jakarta.
PENATALAKSANAAN
Informasi Umum mengenai Kejang Tindakan saat kejang kembali terjadi
• Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya • Tetap tenang dan tidak panik
mempunyai prognosis yang baik • Kendorkan pakaian yang ketat terutama di
• Memberitahu cara penanganan kejang sekitar leher
• Memberikan informasi mengenai kemungkinan • Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang
kejang kembali dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
• Pemberian obat untuk mencegah rekurensi atau lendir di mulut atau hidung.
memang efektif namun harus diingat adanya • Ukur suhu, observasi, dan catat lama dan
efek samping bentuk kejang
• Tetap bersama pasien selama kejang
• Berikan diazepam rektal dan jangan
diberikan bila kejang telah berhenti
• Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang
berlangsung 5 menit atau lebih
Talsim. S. Soetomenggolo, Sofyan Ismail. 1999. Buku Ajar Neurologi Anak. IDAI. Jakarta.
Talsim. S. Soetomenggolo, dkk. 2016. Konsesus Penanganan Kejang Demam. IDAI. Jakarta.
PROGNOSIS
• Terdapat empat potensi dampak buruk kejang demam yang secara teori dapat diubah dengan
penatalaksanaan yang efektif yaitu penurunan IQ, risiko terjadinya kejang demam berulang,
peningkatan risiko epilepsi, dan kematian.
• Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah:
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
• Faktor risiko menjadi epilepsi meliputi:
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
LAPORAN KASUS
NAMA NKLKP
24 Oktober 2018
PASIEN
TANGGAL MRS
NO RM 717520
KELUHAN UTAMA
Kejang
II •
•
Anak ketiga dari tiga bersaudara
Kakak pasien pernah kejang demam sebelumnya
• Sehari-hari pasien diasuh oleh ayah dan ibu kandung pasien.
ANAMNESIS
• Pasien tinggal bersama kakak dan orang tua di rumah.
• Kebersihan rumah secara umum cukup baik dan dikatakan
dibersihkan setiap hari.
• Tidak ada anggota keluarga yang merokok.
RIWAYAT PERSALINAN
• Persalinan normal pervaginam pada usia kehamilan 40
minggu.
• Pasien lahir dengan bantuan bidan dan segera menangis
saat pasien baru lahir.
• BBL 3600 gram | PBL 50 cm | LK n/a
RIWAYAT IMUNISASI
·BCG : 1 kali
·Hepatitis B : 3 kali
·HiB : 3 kali
·DPT : 3 kali
·Polio : 4 kali
II ·Campak : 1 kali
ANAMNESIS
RIWAYAT NUTRISI
STATUS ANTROPOMETRI
KEPALA Normocepahali, fraktur (-), depresi (-)
III THT Sekret (-), nafas cuping hidung (-), epistaksis (-)
COR
III PALPASI ictus cordis tidak teraba, kuat angkat (-), thrill (-)
PEMERIKSAA
N FISIK EKSTREMITAS Akral hangat (+), sianosis (-), edema (-), CRT < 2 detik
PEMBAHASAN
KASUS TEORI
ANAMNESIS
Definisi kejang demam yakni bangkitan kejang yang
terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun
yang mengalami kenaikan suhu tubuh di atas 38oC
Pasien merupakan anak perempuan berusia 11 bulan dengan metode pengukuran suhu apapun yang
dengan kejang sebanyak 1x pada suhu 39,6°C . tidak disebabkan proses intrakranial
Pasien tidak memiliki keluhan lain serta riwayat
yang memberi petunjuk adanya gangguan BUKAN kejang demam:
metabolik dan elektrolit. • Kejang tanpa disertai demam
• Kejang pada usia < 1 bulan atau < 6 bulan
• Kejang pada usia < 1 bulan dikatakan sebagai
kejang neonatus
• kejang di usia < 6 bulan perlu dipikirkan
adanya proses intrakranial.
• Kejang yang disertai gangguan elektrolit atau
metabolik.
KASUS TEORI
DIAGNOSIS
Kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6). Kesadaran Perlu dibedakan penyebab kejang, apakah
pasien terganggu hanya saat kejang berlangsung, intrakranial atau ekstrakranial. Penyebab
sedangkan sebelum dan setelah kejang pasien sadar intrakranial yang mungkin adalah meningitis,
baik yang ditandai dengan pasien menangis ensefalitis, dan ensefalopati metabolik. Pada ketiga
penyakit ini didapat kesadaran terganggu mulai dari
delirum hingga koma.
Meningeal sign seperti Kernig sign, Burdzinksi I, dan Tanda pathognomik meningitis yakni adanya kaku
Burdzinski II yang negatif. kuduk (+) dengan pemeriksaan rangsang meningeal
seperti Kernig dan Burdzinski sign positif
Muntah proyektil (-), UUB tegang menonjol (-) Kejang dapat juga disebabkan oleh peningkatan TIK
RR 28/min, HR 109x/min dengan tanda-tanda: muntah proyektil, UUB
tegang menonjol, penurunan GCS, dan Trias
Fraktur dan depresi kepala (-) Cushing (hipertensi, bradikardi, bradipnea).
KASUS TEORI
TATALAKSANA
SIMPULAN
Pasien dalam kondisi baik saat pemeriksaan dimana keluhan kejang saat di
rumah sakit sudah tidak ada. Saat ini pasien mampu beraktivitas seperti saat
sebelum pasien masuk rumah sakit.
A N
P UL
SI M
Selain itu penderita agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat bila
orang tua merasa pasien menunjukkan gejala demam atau gejala infeksi
lainnya, karena jika pasien pernah mengalami kejang demam, maka kejang
demam berikutnya dapat timbul pada demam dengan suhu lebih rendah
dibandingkan demam dengan suhu lebih tinggi sebelumnya serta meyakinkan
orang tua bahwa kejang demam sederhana memiliki prognosis baik.
A N
P UL
SI M
PEDIATRI
RESPONSI
TERIMA
KASIH
J E J A R I N G – B R S U TA B A N A N
PEMBIMBING:
Dr. Kadek Ayu Lestari, SpA