Anda di halaman 1dari 13

DISUSUN OLEH:

Arya Nugraha Karya


1102014040

PEMBIMBING:
dr. Amin Husni, Sp.A
Demam (pireksi) yaitu peninggian suhu tubuh di atas 38,3o
C, sejak dahulu sudah dikenal sebagai tanda penyakit.
Didapatkan bahwa 30 – 35,8% alasan kunjungan ke
dokter ialah demam. Walaupun sebagian penderita dapat
menahan suhu tubuh antara 39,4oC – 40oC, demam dapat
menimbulkan efek yang merusak. Pada 3% anak yang
berumur kurang daripada 5 tahun terdapat kejang demam,
yang merupakan separuh daripada seluruh kejang pada
kelompok umur ini.1
Hiperpireksi meningkatkan metabolisme tubuh dan kerja
system kardiopulmoner dan menyebabkan kerusakan
jaringan sehingga harus ditanggulangi sebagai kasus
emergensi. Malignant hyperthermia pada anestesi dapat
menyebabkan kematian pada 60 – 80% kasus. 1
Pengobatan hiperpireksi tidak selalu mudah, efektif dan
berguna, bahkan mungkin berbahaya. Pengobatan yang
rasionil memerlukan pengertian yang baik tentang
mekanisme pengaturan suhu tubuh, patogenesis dan
patofisiologi demam serta pengetahuan tentang
mekanisme pengobatan yang dapat menurunkan suhu
tubuh.
Mengetahui tentang definisi, etiologi, patofisiologi,
gambaran klinis, penatalaksanaan dan prognosis
hiperpireksia
Demam adalah salah satu gejala yang dapat
membedakan apakah seorang itu sehat atau sakit.
Demam adalah kenaikan suhu badan di atas 38oC.
Hiperpireksia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh
lebih dari 41,1oC atau 106oF (suhu rectal).2
Sesuai dengan patogenesis, etiologi demam yang dapat mengakibatkan
hiperpireksia dapat dibagi sebagai berikut:
 Set point hipotalamus meningkat
 Pirogen endogen
 Penyakit atau zat

 Set point hipotalamus normal


 Pembentukan panas melebihi pengeluaran panas
 Lingkungan lebih panas daripada pengeluaran panas
 Pengeluaran panas tidak baik (rusak)

 Rusaknya pusat pengatur suhu


 Penyakit yang langsung menyerang set point hipotalamus
 Pengeluaran panas terutama melalui paru dan kulit. Udara
ekspirasi yang dikeluarkan paru jenuh dengan uap air yang
berasal dari selaput lendir jalan nafas. Untuk menguapkan 1 ml
air diperlukan panas sebanyak 0,58 kkal. Pengeluaran panas
melalui kulit dapat dengan dua cara yaitu:
 Konduksi – konveksi : pengeluaran panas melalui cara ini
bergantung kepada perbedaan suhu kulit dan suhu udara
sekitarnya.
 Penguapan air : air keluar dari kulit terutama melalui kelenjar
keringat. Dapat juga melalui perspirasi insensibilitas, difusi air
melalui epidermis. 1
Berdasarkan keadaan hipotalamus, demam dapat dibagi sebagai berikut:
 Set point hipotalamus meningkat: Pembentukan panas meningkat, pengeluaran
panas berkurang.
 Endogenous pyrogen (E.P):
 Leukosit polimorfonuklear (PMN)
 Non-PMN
 Non-endogenous pyrogen (non-EP): obat-obatan atau bahan lain

 Set point hipotalamus normal


 Pembentukan panas meningkat, pengeluaran panas normal
 Pembentukan panas normal, pengeluaran panas berkurang

 Kerusakan pusat pengatur suhu (central fever)


 Bila suhu badan meningkat terus dan pada pengukuran suhu rektal mencapai
41,1oC atau lebih terjadilah apa yang dinamakan hiperpireksia dan manifestasi
klinis akan bertambah dan bergantung pada keadaan. Gejala klinis yang penting
dan harus dikenal secepatnya supaya dapat ditanggulangi segera, yaitu:
 Gejala serebral seperti disorientasi, delirium, halusinasi, ataksia, fotofobi, kejang, koma dan
deserebrasi
 Kulit : merah, panas dan kering
 Tekanan darah : mula-mula naik, normal dan kemudian turun
 Jantung : takikardia dan aritmia
 Pernafasan : tak teratur atau tipe cheyne stokes
 Oliguria, dehidrasi, asidosis metabolik dan renjatan (shock)
 Ekimosis, petekiae, perdarahan dan dic (disseminated intravascular coagulation).2
Dalam menurunkan suhu tubuh secara simptomatik ada 2 hal tindakan yang perlu
dipisahkan, yaitu:

 Mengeluarkan panas tubuh secara fisik


Pengeluaran panas secara fisik dapat dilakukan dengan cara external cooling dan
internal cooling
 Menggunakan obat-obat.
 Dinginkan pasien secepatnya dengan air es atau dingin, kipas angin atau agen
pendingin lainnya.
 Berikan oksigen 100%. Jika pasien unresponsive, awasi jalan nafasnya
 Berikan infuse cairan isotonic cristaloid untuk hipotensi, dextrose 5% untuk
tekanan darah yang normal dan untuk maintenance. Monitor CVP (Central Venous
Pressure)
 Tempatkan monitor, dan cek temperature per rectal berkelanjutan dan pasang
kateter Folley serta NGT
 Pemeriksaan laboratorium meliputi: pemeriksaan darah rutin, elektrolit meliputi:
glukosa, kreatinin, protrombin time dan partial tromboplastin time (PT dan PTT),
keratin kinase, fungsi hati, AGD, urinalisis dan serum kalsium, magnesium dan
fosfat.
 Rawat di ICU khusus untuk anak. 4
Prognosis hiperpireksi bergantung kepada penyakit yang
menyebabkan hiperpireksi itu. Bila penatalaksanaannya
baik, kebanyakan kasus dapat sembuh daripada
hiperpireksinya dan fungsi basal kembali normal. Kematian
karena hiperpireksi saja 3-7%, sedangkan kematian karena
penyakit utamanya 20%. Jadi pengobatan yang ditujukan
terhadap penyakit yang menyebabkan hiperpireksi tetap
merupakan hal yang utama.1 Pada keadaan heat stroke yang
mengalami komplikasi dan hipertermia malignan
prognosisnya buruk.1,2

Anda mungkin juga menyukai