Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

HORDEOLUM

Pembimbing :
dr. Agah Gadjali, SpM
dr. Hermansyah, SpM
dr. Henry A. W, SpM (K)
dr. Mustafa K. Shahab, SpM
dr. Susan Sri Anggraeni Purwohusodo, Sp.M

Disusun oleh :
Karen Denisa
112017105

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK.1 RADEN SAID SUKANTO
PERIODE 30 SEPTEMBER – 2 NOVEMBER 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UKRIDA

1
BAB I

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Irma

Umur : 43 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal lahir : 13- 08- 1976

Agama : Islam

Bangsa : Sunda

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Admin

Alamat : Citra Gran Blok A1 RT 01/11 no 6, Bekasi

Status : Kawin

Tangggal pemeriksaan : 4 Oktober 2019

II. ANAMNESIS ( Autoanamnesis pada tanggal 4 Oktober 2019)

Keluhan Utama :

Benjolan pada kelopak mata bawah kiri sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit

Keluhan Tambahan

Nyeri pada benjolan dan terasa seperti ada yang menjanggal pada mata kiri dan

terasa gatal.

2
Riwayat penyakit sekarang

Seorang wanita 43 tahun datang ke poli mata RS POLRI dengan keluhan

benjolan pada kelopak mata kiri bawah sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.

Benjolan terasa nyeri, gatal dan mengganjal. Benjolan ini timbul mendadak saat

pasien baru bangun dari tidur dan keluhan dirasakan semakin lama semakin

memburuk. Pasien mengaku belum pernah melakukan pengobatan untuk

matanya tersebut. Keluhan lain seperti keluar kotoran, mata berair, dan

penglihatan kabur disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien baru mengalami hal seperti ini

Riwayat penggunaan kacamata (+)

Riwayat benturan pada mata atau trauma benda lain (-)

Riwayat diabetes mellitus (+)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat alergi makan dan obat (-)

Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit keluarga dengan sakit yang sama disangkal.

Riwayat penyakit diabetes disangkal.

Riwayat penyakit hipertensi disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK

3
Status Generalis

Keadaan umum : Baik


OD OS
Posisi Hirshberg Ortoforia Ortoforia

Gerakan bola mata

Visus 6/6 6/6


TIO N/ palpasi N/ palpasi
Palpebral Superior Edema (-), hiperemis (-), Edema (-), hiperemis (-),

massa (-), nyeri tekan (-) massa (-), nyeri tekan (-)
Palpebral inferior Edema (-), hiperemis (-), Edema (+), hiperemis

massa (-), nyeri tekan (-) (+), massa (+), nyeri

tekan (+)
Konjungtiva Tarsal Hiperemis (-), papil (-), Hiperemis (-), papil (-),

Superior edema (-) edema (-)


Konjungtiva Tarsal Hiperemis (-), papil (-), Hiperemis (+), papil (-),

Inferior edema (-) edema (-)


Konjungtiva Bulbi Tenang, Injeksi Tenang, Injeksi

konjungtiva (-), injeksi konjungtiva (-), injeksi

siiar (-) siiar (-)


Kornea Jernih, ulkus (-) Jernih, ulkus (-)
Bilik Mata Depan Dalam, jernih Dalam, jernih
Iris Kripti (+), coklat Kripti (+), coklat
Pupil Bulat, isokor 3mm, RCL Bulat, isokor 3mm, RCL

(+), RCTL (+) (+), RCTL (+)


Lensa Jernih Jernih
Vitreus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

pemeriksaan pemeriksaan
4
Fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

pemeriksaan pemeriksaan
Kesadaran : Komposmentis

Tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,7 c

Status Oftalmologis

Inspeksi :

5
IV. RESUME

Seorang wanita 43 tahun datang ke poli mata RS POLRI dengan keluhan benjolan

pada kelopak mata kiri bawah sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Benjolan

terasa nyeri, gatal dan mengganjal. Benjolan ini timbul mendadak saat pasien baru

bangun dari tidur dan keluhan dirasakan semakin lama semakin memburuk.

Pemeriksaan Fisik

Visus OD : 6/6

Visus OS : 6/6

Palpebral inferior

Inspeksi dan palpasi : hiperemis (+) bengkak (+), massa (+) nyeri tekan (+),

konsistensi kenyal

V. DIAGNOSIS KERJA

6
Hordeolum internum palpebra inferior OS

VI. PENATALAKSANAAN

Non- medikamentosa

 Kompres air hangat selama 10-15 menit sebanyak 3-4 kali dalam

sehari.

Medikamentosa

 Topical :

 Tobroson Cendo (4 dd gtt OS)

 Sistemik :

 Cefixime 2x200 mg

 Asam Mefenamat 3x500 mg

Edukasi

 Berikan informasi mengenai penyakitnya yang merupakan infeksi,


oleh karena itu perlu diberikan antibiotik pada mata tersebut
 Pasien dihimbau untuk menjaga higienitas kelopak mata dan mata
yang bersangkutan
 Kompres hangat harus dilakukan secara disiplin dan teratur,
apabila ingin ditambahkan dengan pemijatan kelopak mata, perlu
dilakukan dengan halus dan lembut
 Hindari sentuhan yang terlalu banyak pada benjolan dan tidak
boleh menekan benjolan itu (misal ingin mengeluarkan isi benjolan
tersebut sendiri)

7
VII. PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : Ad Bonam

Quo Ad Fungsionam : Ad Bonam

Quo Ad Sanactionam : Ad Bonam

Quo Ad Cosmeticam : Ad Bonam

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI PALPEBRA

Untuk melindungi diri terhadap gangguan lingkungan, mata dilengkapi


dengan palpebra. Fungsi palpebra antara lain untuk melindungi dari segala
trauma, mencegah penguapan air mata, menjaga kelembaban mata, dan sebagai
estetika. Palpebra adalah termasuk komponen eksternal mata yang berupa lipatan
1
jaringan yang mudah bergerak dan berperan melindungi bola mata dari depan.
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian
belakang ditutupi selaput lender tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Konjungtiva tarsal hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak.
Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan
membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin.
Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata
sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.2

Struktur palpebra : 1

1. Lapisan Kulit

Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar,

dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.

2. Musculus Orbikularis Okuli.

Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura

palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian

serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebral

dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian

praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli

9
dipersarafi oleh nervus facialis.

3. Jaringan Areolar. Terdapat dibawah musculus orbikularis okuli, berhubungan

dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.

4. Tarsus

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan fibrosa padat.

Sudut dan ekstensi lateral dan medial dari tarsus menempel pada margin orbita

oleh karena ligament palpebral lateral dan medial.

5. Konjungtiva Palpebra

Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva

palpebra yang melekat erat pada tarsus.

Gambar 1. Anatomi Palpebra 3

10
1
TEPIAN PALPEBRA

Panjang palpebra adalah 25-30mm dan lebarnya 2mm. Tepian ini dipisahkan oleh garis

kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior.

1. Tepian anterior

 Bulu mata: bulu mata terletak pada batas dari kelopak mata dan tersusun

secara tidak merata. Bulu mata bagian atas lebih panjang dan lebih banyak

dibandingkan bulu mata bawah.

 Glandula Zeis: modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam

folikel rambut pada dasar bulu mata

 Glandula Moll: modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu

baris dekat bulu mata.

2. Tepian posterior

Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat

muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi (glandula

Meibom atau tarsal).

3. Punktum lakrima

Terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini terfungsi

menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.

FISURA PALPEBRA 1

Fisura palpebrae adalah ruang elips diantara kedua palpebral yang terbuka. Fisura

ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari

tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Kanthus medialis lebih elips dari

11
kanthus lateralis dan mengelilingi lakus lakrimalis. Lakus lakrimalis terdiri atas dua buah

struktur yaitu karunkula lakrimalis, peninggian kekuningan dari modifikasi kulit yang

mengandung modifikasi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea sebesar-besar yang

bermuara ke dalam folikel yang mengandung rambut-rambut halus dan plica seminularis.

SEPTUM ORBITALE 1

Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang

terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra

orbita. Pada septum orbitale terdapat pembuluh darah dan saraf lakrimal, pembuluh darah

dan saraf supratrochlear, pembuluh darah dan saraf supraorbital, dan saraf infratrochlear.

Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebral superior dan tarsus

superior; septum orbilae inferius menyatu dengan tarsus inferior.

REFRAKTOR PALPEBRA 1

Refraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebral superior, bagian

otot rangka adalah levator palpebra superior, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan

ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang

mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebral

inferior, refraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menulurkan jaringan

fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas

bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari refraktor palpebrae disarafi

oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus

okulomotoris.

12
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan

sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak

mata bawah oleh cabang kedua nervus V (n. Trigeminus).

Pada kelopak terdapat bagaian-bagian :

a. Kelenjar : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis

pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus. Kelenjar Meibom

(glandula tarsalis) terdapat di dalam tarsus, bermuara dalam tepi kelopak. Pada

palpebra atas terdapat 25 buah kelenjar dan pada palpebra bawah terdapat 20

kelenjar. Kelenjar Meibom menghasilkan sebum (minyak) yang merupakan

lapisan terluar air mata. Kelenjar Zeis berhubungan dengan folikel rambut dan

juga menghasilkan sebum. Kelenjar Moll merupakan kelenjar keringat. Kelenjar

lakrimal tambahan (aksesoria) terdiri atas kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring

yang keduanya terdapat di bawah konjungtiva palpebra. Mereka menghasilkan

komponen air yang merupakan lapisan tengah air mata. 1,2

 Otot-otot palpebral: M. Orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam


kelopak atas dan bawah, terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo
palpebral terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M.Rioland.
M.orbikularis berfungsi menutup bola mata (berkedip) yang dipersarafi N.fasial.
M. levator palpebra, yang berorigo pada annulus foramen orbita dan berinsersi
pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbicularis okuli menuju kulit
kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.levator palpebral terlihat
sebagai sulkus (lipatan) palpebral. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi
untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. Muskulus tarsalis superior
(Mulleri) dan inferior yang berfungsi untuk memperlebar celah mata, mendapat

13
inervasi dari serabut saraf pasca ganglioner simpatis yang mempunyai badan sel
di ganglion servikal superior.
 Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
 Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis yang berasal dari rima orbita
sebagai pembatas isi orbita dengan kelopak depan. 2

II. HORDEOLUM

Definisi

Hordeolum merupakan infeksi dari kelenjar pada kelopak mata. Saat mengenai

kelenjar Meibom, terdapat pembengkakan yang besar disebut hordeloum interna. Jika

hordeolum berukuran lebih kecil dan lebih superfisial (pada hordeolum externa) infeksi

terdapat pada kelenjar Zeis atau Moll. 1

Etiologi

Kebanyakan hordeolum disebabkan oleh infeksi staphylococcal, biasanya

Staphylococcus aureus. Pemeriksaan kultur jarang dilakukan. 1

Klasifikasi

Hordeolum dibagi menjadi:


1,2,3
1. Hordeolum eksternum

Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll

dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum

eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya

kearah kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan mengalami supurasi,

14
memecah sendiri ke arah kulit.

2. Hordeolum internum 1,2,3

Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak

didalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva

tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan

hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke

arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta

jarang mengalami supurasi dan tidak memecah sendiri.

15
3
Faktor Resiko

Faktor resiko hordeolum adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kelainan refraksi

2. Kebiasaan menggosok mata

16
3. Blefaritis kronis

4. Diabetes mellitus

Patofisiologi

Infeksi terjadi karena penebalan, pengeringan, atau stasis sekresi kelenjar Zeis,
Moll, atau Meibom. Kelenjar Zeis dan Moll adalah kelenjar siliaris mata. Kelenjar Zeis
mengeluarkan sebum dengan sifat antiseptik yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri.
Kelenjar Moll menghasilkan imunoglobulin A, musin 1, dan lisosom yang sangat penting
dalam pertahanan kekebalan terhadap bakteri di mata. Saat kelenjar ini tersumbat atau
tersumbat, pertahanan mata terganggu. Stasis dapat menyebabkan infeksi bakteri dengan
Staphylococcus aureus menjadi patogen yang paling umum. Setelah respons inflamasi
terlokalisasi terjadi dengan infiltrasi oleh leukosit, kantung bernanah atau abses
berkembang. 4

1,3
Manifestasi klinis

a. Nyeri pada kelopak mata

b. Bengkak

c. Fotofobia

d. Eritem

e. Edem seperti gambaran abses kecil

f. Terasa panas dan tidak nyaman pada kelopak mata

g. Sakit bila ditekan pada kelopak mata

h. Ada rasa yang mengganjal

Stadium hordeolum meliputi: 3

a. Stage of cellulitis

17
Ditandai dengan kelopak mata merah, bengkak pada batas kelopak mata

b. Stage of abscess

Ditandai dengan adanya benjolan berisi pus.

Diagnosa 3

Diagnosa hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan


oftalmologis. Pada hordeolum eksterna akan ditemukan adanya benjolan yang disertai
eritema lokal dengan nyeri tekan pada tepi palpebra tanpa ada riwayat masuknya benda
asing maupun trauma sebelumnya. Benjolan tampak seperti pustul kekuningan yang
dapat disertai atau tidak disertai eksudat. Apabila benjolan cukup besar, dapat ditemukan
pseudptosis. Pemeriksaan gerak bola mata akan didapati hasil yang baik dan tidak ada
nyeri yang berkaitan dengan pergerakan bola mata tersebut.
Pada hordeolum interna, gejala klinis yang ditimbulkan hampir sama seperti
hordeolum eksterna, hanya saja rasa sakit yang ditimbulkan lebih berat dikarenakan
pembengkakan pada jaringan fibroid. Pada pemeriksaan, hordeolum interna dapat
dibedakan dari hordeolum eksterna dengan melakukan eversi pada palpebra untuk
melihat permukaan konjungtiva tarsal.

Diagnosa banding 3,5

Diagnosa banding hordeolum adalah :

1. Kalazion.

Lesi pada kelopak mata akibat inflamasi kronis non-infeksi dari kelenjar meibom.

Lesi biasanya menimbulkan pembengkakan yang tidak nyeri dan menimbulkan

perasaan mengganjal pada kelopak mata.

2. Blefaritis

18
Inflamasi subakut atau kronis dari tepi kelopak. Penyakit ini dapat dibagi menjadi
beberapa tipe berdasarkan gejala klinis, diantaranya: blefaritis seboroik,
stafilokokkus atau ulkus blefaritis, blefaritis posterior, dan blefaritis parasit.
Gejala umumnya kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket dan
epiforia.
3. Selulitis Preseptal
Infeksi kelopak mata dan jaringan lunak preorbital yang bermanifestasi dengan

eritema kelopak mata akut dan edema. Preseptal selulitis dapat disebabkan oleh

bakteri, virus, dan jamur.

4. Basal Cell carcinoma

Kanker non melanositik pada kulit yang mengenai sell basal. Biasanya ditemukan

pearly appearance.

Penatalaksanaan

Non medikamentosa

Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. 1,3

a. Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat 3-4 kali

sehari selama 10-15 menit untuk membantu drainase. Dilakukan dengan mata

tertutup

b. Membersihkan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan sabun atau

shampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi hal ini dapat

membantu proses penyembuhan dan dilakukan dengan mata tertutup

c. Menghindari pemakaian make up pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi

penyebab infeksi.

19
d. Jangan menekan atau menusuk hordeolum hal ini dapat menimbulkan infeksi

serius pada mata.

e. Jangan menggunakan lensa kontak karena dapat menyebabkan infeksi kornea

Medikamentosa

Antibiotik

Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan

dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum

a. Topikal

Salep antibiotik makrolida seperti salep mata eritromisin sering digunakan dan
memiliki manfaat tambahan pelumasan. Jika pembengkakan signifikan dan
menyebabkan tekanan pada kornea, steroid topikal dapat digunakan untuk durasi
yang singkat. Jika infeksi menyebar dan berkembang menjadi selulitis periorbital
atau orbital, diperlukan antibiotik sistemik. 4

b. Sistemik 2,5

Antibiotik sistemik yang diberikan ciprofloxacin 250-500 mg atau amoksisilin 3

kali sehari. Bila terdapat infeksi stafilokokus di bagian tubuh lain maka sebaiknya

diobati juga bersama-sama. bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat

tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular Eritromisin 250mg atau 125

250mg diklosasilin 4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Pada kasus

hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan

cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari.

20
c. Pembedahan
2
Insisi

Terlebih dahulu diberikan anestei topikal dengan tetes mata pantokain. Dilakukan

anestesi infiltrat dengan prokain atau lidokain didaerah hordeolum dan dilakukan

insisi.

 Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fliktuasi pus, tegak lurus

pada margo palpebra.

 Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.

Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan

meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.

21
Komplikasi

Penyulit dari hordeolum yaitu selulitis palpebra, yang merupakan radang jaringan ikat

jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.

Pencegahan

Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan cara berikut :

1. Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum

menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.

2. Mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk

membersihkan ekskresi kelenjar lemak.

3. Menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh

kuman.

4. Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.

Prognosis

Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa

mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap

dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.

22
BAB III

Kesimpulan

Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak

mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan

bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum.

Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.

Diagnosa hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan

oftalmologis. Pada hordeolum eksterna akan ditemukan adanya benjolan yang disertai

eritema lokal dengan nyeri tekan pada tepi palpebra tanpa ada riwayat masuknya benda

asing maupun trauma sebelumnya. Pada hordeolum interna, gejala klinis yang

ditimbulkan hampir sama seperti hordeolum eksterna, hanya saja rasa sakit yang

ditimbulkan lebih berat dikarenakan pembengkakan pada jaringan fibroid

Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanya edema dan hiperemi pada

palpebral yang disertai nyeri. Benjolan menonjol kearah kulit dan ikut bergerak dengan

pergerakan kulit disertai adanya supurasi tanpa injeksi konjungtiva. Kadang ditemukan

23
pseudoptosis atau ptosis yang terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar

diangkat.

Penatalaksanaan terdiri dari perawatan umum seperti kompres hangat, antibiotik

topikal ataupun sistemik dan insisi.

24
ANALISA KASUS

Berdasarkan teori Berdasarkan kasus


Gejala 1. Nyeri pada kelopak mata 1. Nyeri pada kelopak mata atas
2. Bengkak (palpebral superior sinistra)
3. Eritem sejak 5 hari yang lalu.
4. Edem seperti gambaran abses 2. Kemerahan pada kelopak mata
kecil kiri bawah yang setiap hari
5. Terasa panas dan tidak nyaman semakin memerah.
pada kelopak mata 3. Bengkak pada kelopak mata
6. Sakit bila ditekan pada kelopak bawah atas (palpebral superior
mata sinistra) yang semakin
7. Ada rasa yang mengganjal membesar.
4. Sakit bila ditekan pada kelopak
mata bawah kiri.
5. Ada rasa yang mengganjal
pada mata kiri sejak 5 hari
yang lalu yang semakin
mengganggu.
Pemeriksaan 1. Dari inspeksi tampak benjolan 1. Pemeriksaan inspeksi terlihat
Fisik kemerahan yang semakin lama kelopak mata kiri bawah bengkak
semakin besar, pada palpasi akan dan kemerahan, pada palpasi
terasa nyeri apabila ditekan. didapatkan nyeri tekan.

2. Pemeriksaan Oftalmologi 2. Pemeriksaan Oftalmologi


Edema dan hiperemi pada palpebral Pada pasien tampak palpebral inferior
yang disertai nyeri. Benjolan sinistra udem dan hiperemi. Benjolan
menonjol kearah kulit konjungtiva menonjol kearah kulit konjungtiva dan
dan tidak ikut bergerak dengan tidak ikut bergerak dengan pergerakan
pergerakan kulit. Kadang ditemukan kulit.
pseudoptosis atau ptosis yang terjadi
akibat bertambah beratnya kelopak
sehingga sukar diangkat.

Pemeriksaan Pemeriksaan Biopsy untuk Belum dilakukan pemeriksaan


Penunjang membedakan dengan tumor palpebra. penunjang pada pasien ini.
Terapi 1. Terapi Non medikamentosa : 1. Terapi causal : pada pasien ini
kompres hangat 3-4 kali sehari diberikan Tobroson Cendo
selama 10-15 menit untuk (Tobaramycin dan Dexamethasone)
membantu drainase. yang diindikasikan untuk infeksi
2. Terapi causal : Topikal Bacitracin pada mata pasien.
atau tobramicin salep mata Pasien juga diberikan obat per oral
diberikan setiap 4 jam selama 7-10 cefixime agar tidak terjadi infeksi
hari. Dapat juga diberikan sistemik dan asam mefenamat
eritromisin salep mata untuk kasus sebagai pereda nyeri.
hordeolum eksterna. Sebagai 2. Terapi edukasi : mengedukasi cara

25
pengobatan sistemik diberikan menjaga higenitas dan
eritromisin 250mg atau 125 250mg menggunakan obat yang benar serta
diklosasilin 4 kali sehari, dapat mengompres kelopak mata yang
juga diberi tetrasiklin. bengkak 3-4x sehari selama 10-15
3. Terapi edukasi : memberikan edukasi menit per hari.
bagaimana menjaga higenitas mata
dalam upaya tindakan pencegahan
dan menggunakan obat yang benar.
Membersihkan mata dengan mata
tertutup menggunakan sabun yang
tidak mengiritasi mata seperti sabun
bayi dan mengompres mata dengan
air hangat untuk drainase.

Prognosis Bila dilakukan dengan penangan yang


tepat dan segera maka prognosis dari
Hordeolum:

Quo Ad Vitam : Ad Bonam Quo Ad Vitam : Ad Bonam


Quo Ad Fungsionam : Ad Bonam Quo Ad Fungsionam : Ad Bonam
Quo Ad Sanactionam : Ad Bonam Quo Ad Sanactionam : Ad Bonam
Quo Ad Cosmetican : Ad Bonam Quo Ad Cosmetican : Ad Bonam

DAFTAR PUSTAKA

26
1. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 17, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta,
2014
2. Sidarta I, SR Yulianti. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan IV, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta 2011
3. AK Khurana. Comprehensive ophthalmology. Edisi 6. Cetakan 1, New Age
International: India, 2015
4. Bragg KJ, Le JK. Hordeolum. [Updated 2019 May 4]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441985/
5. Bessette MJ. Hordeolum and stye in emergency medicine. Medscape [Internet].
2019 [updated July 24th 2018, cited october 8th 2019]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/798940-treatment.

27

Anda mungkin juga menyukai