HORDEOLUM
Pembimbing :
dr. Agah Gadjali, SpM
dr. Hermansyah, SpM
dr. Henry A. W, SpM (K)
dr. Mustafa K. Shahab, SpM
dr. Susan Sri Anggraeni Purwohusodo, Sp.M
Disusun oleh :
Karen Denisa
112017105
1
BAB I
I. IDENTITAS PASIEN
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Bangsa : Sunda
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Admin
Status : Kawin
Keluhan Utama :
Benjolan pada kelopak mata bawah kiri sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan
Nyeri pada benjolan dan terasa seperti ada yang menjanggal pada mata kiri dan
terasa gatal.
2
Riwayat penyakit sekarang
benjolan pada kelopak mata kiri bawah sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Benjolan terasa nyeri, gatal dan mengganjal. Benjolan ini timbul mendadak saat
pasien baru bangun dari tidur dan keluhan dirasakan semakin lama semakin
matanya tersebut. Keluhan lain seperti keluar kotoran, mata berair, dan
3
Status Generalis
massa (-), nyeri tekan (-) massa (-), nyeri tekan (-)
Palpebral inferior Edema (-), hiperemis (-), Edema (+), hiperemis
tekan (+)
Konjungtiva Tarsal Hiperemis (-), papil (-), Hiperemis (-), papil (-),
pemeriksaan pemeriksaan
4
Fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
Kesadaran : Komposmentis
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,7 c
Status Oftalmologis
Inspeksi :
5
IV. RESUME
Seorang wanita 43 tahun datang ke poli mata RS POLRI dengan keluhan benjolan
pada kelopak mata kiri bawah sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Benjolan
terasa nyeri, gatal dan mengganjal. Benjolan ini timbul mendadak saat pasien baru
bangun dari tidur dan keluhan dirasakan semakin lama semakin memburuk.
Pemeriksaan Fisik
Visus OD : 6/6
Visus OS : 6/6
Palpebral inferior
Inspeksi dan palpasi : hiperemis (+) bengkak (+), massa (+) nyeri tekan (+),
konsistensi kenyal
V. DIAGNOSIS KERJA
6
Hordeolum internum palpebra inferior OS
VI. PENATALAKSANAAN
Non- medikamentosa
Kompres air hangat selama 10-15 menit sebanyak 3-4 kali dalam
sehari.
Medikamentosa
Topical :
Sistemik :
Cefixime 2x200 mg
Edukasi
7
VII. PROGNOSIS
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI PALPEBRA
Struktur palpebra : 1
1. Lapisan Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar,
Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura
palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian
serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebral
dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian
9
dipersarafi oleh nervus facialis.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan fibrosa padat.
Sudut dan ekstensi lateral dan medial dari tarsus menempel pada margin orbita
5. Konjungtiva Palpebra
10
1
TEPIAN PALPEBRA
Panjang palpebra adalah 25-30mm dan lebarnya 2mm. Tepian ini dipisahkan oleh garis
1. Tepian anterior
Bulu mata: bulu mata terletak pada batas dari kelopak mata dan tersusun
secara tidak merata. Bulu mata bagian atas lebih panjang dan lebih banyak
2. Tepian posterior
Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat
3. Punktum lakrima
Terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum ini terfungsi
FISURA PALPEBRA 1
Fisura palpebrae adalah ruang elips diantara kedua palpebral yang terbuka. Fisura
ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari
tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Kanthus medialis lebih elips dari
11
kanthus lateralis dan mengelilingi lakus lakrimalis. Lakus lakrimalis terdiri atas dua buah
struktur yaitu karunkula lakrimalis, peninggian kekuningan dari modifikasi kulit yang
bermuara ke dalam folikel yang mengandung rambut-rambut halus dan plica seminularis.
SEPTUM ORBITALE 1
terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra
orbita. Pada septum orbitale terdapat pembuluh darah dan saraf lakrimal, pembuluh darah
dan saraf supratrochlear, pembuluh darah dan saraf supraorbital, dan saraf infratrochlear.
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebral superior dan tarsus
REFRAKTOR PALPEBRA 1
otot rangka adalah levator palpebra superior, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan
ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang
mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebral
inferior, refraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menulurkan jaringan
fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas
bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari refraktor palpebrae disarafi
oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus
okulomotoris.
12
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan
sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak
a. Kelenjar : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis
pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus. Kelenjar Meibom
(glandula tarsalis) terdapat di dalam tarsus, bermuara dalam tepi kelopak. Pada
palpebra atas terdapat 25 buah kelenjar dan pada palpebra bawah terdapat 20
lapisan terluar air mata. Kelenjar Zeis berhubungan dengan folikel rambut dan
lakrimal tambahan (aksesoria) terdiri atas kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring
13
inervasi dari serabut saraf pasca ganglioner simpatis yang mempunyai badan sel
di ganglion servikal superior.
Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis yang berasal dari rima orbita
sebagai pembatas isi orbita dengan kelopak depan. 2
II. HORDEOLUM
Definisi
Hordeolum merupakan infeksi dari kelenjar pada kelopak mata. Saat mengenai
kelenjar Meibom, terdapat pembengkakan yang besar disebut hordeloum interna. Jika
hordeolum berukuran lebih kecil dan lebih superfisial (pada hordeolum externa) infeksi
Etiologi
Klasifikasi
14
memecah sendiri ke arah kulit.
arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta
15
3
Faktor Resiko
16
3. Blefaritis kronis
4. Diabetes mellitus
Patofisiologi
Infeksi terjadi karena penebalan, pengeringan, atau stasis sekresi kelenjar Zeis,
Moll, atau Meibom. Kelenjar Zeis dan Moll adalah kelenjar siliaris mata. Kelenjar Zeis
mengeluarkan sebum dengan sifat antiseptik yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri.
Kelenjar Moll menghasilkan imunoglobulin A, musin 1, dan lisosom yang sangat penting
dalam pertahanan kekebalan terhadap bakteri di mata. Saat kelenjar ini tersumbat atau
tersumbat, pertahanan mata terganggu. Stasis dapat menyebabkan infeksi bakteri dengan
Staphylococcus aureus menjadi patogen yang paling umum. Setelah respons inflamasi
terlokalisasi terjadi dengan infiltrasi oleh leukosit, kantung bernanah atau abses
berkembang. 4
1,3
Manifestasi klinis
b. Bengkak
c. Fotofobia
d. Eritem
a. Stage of cellulitis
17
Ditandai dengan kelopak mata merah, bengkak pada batas kelopak mata
b. Stage of abscess
Diagnosa 3
1. Kalazion.
Lesi pada kelopak mata akibat inflamasi kronis non-infeksi dari kelenjar meibom.
2. Blefaritis
18
Inflamasi subakut atau kronis dari tepi kelopak. Penyakit ini dapat dibagi menjadi
beberapa tipe berdasarkan gejala klinis, diantaranya: blefaritis seboroik,
stafilokokkus atau ulkus blefaritis, blefaritis posterior, dan blefaritis parasit.
Gejala umumnya kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket dan
epiforia.
3. Selulitis Preseptal
Infeksi kelopak mata dan jaringan lunak preorbital yang bermanifestasi dengan
eritema kelopak mata akut dan edema. Preseptal selulitis dapat disebabkan oleh
Kanker non melanositik pada kulit yang mengenai sell basal. Biasanya ditemukan
pearly appearance.
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. 1,3
a. Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat 3-4 kali
sehari selama 10-15 menit untuk membantu drainase. Dilakukan dengan mata
tertutup
b. Membersihkan kelopak mata dengan air bersih ataupun dengan sabun atau
shampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi hal ini dapat
c. Menghindari pemakaian make up pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi
penyebab infeksi.
19
d. Jangan menekan atau menusuk hordeolum hal ini dapat menimbulkan infeksi
Medikamentosa
Antibiotik
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan
a. Topikal
Salep antibiotik makrolida seperti salep mata eritromisin sering digunakan dan
memiliki manfaat tambahan pelumasan. Jika pembengkakan signifikan dan
menyebabkan tekanan pada kornea, steroid topikal dapat digunakan untuk durasi
yang singkat. Jika infeksi menyebar dan berkembang menjadi selulitis periorbital
atau orbital, diperlukan antibiotik sistemik. 4
b. Sistemik 2,5
kali sehari. Bila terdapat infeksi stafilokokus di bagian tubuh lain maka sebaiknya
250mg diklosasilin 4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Pada kasus
hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan
cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari.
20
c. Pembedahan
2
Insisi
Terlebih dahulu diberikan anestei topikal dengan tetes mata pantokain. Dilakukan
anestesi infiltrat dengan prokain atau lidokain didaerah hordeolum dan dilakukan
insisi.
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fliktuasi pus, tegak lurus
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
21
Komplikasi
Penyulit dari hordeolum yaitu selulitis palpebra, yang merupakan radang jaringan ikat
Pencegahan
kuman.
Prognosis
dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.
22
BAB III
Kesimpulan
mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan
bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum.
oftalmologis. Pada hordeolum eksterna akan ditemukan adanya benjolan yang disertai
eritema lokal dengan nyeri tekan pada tepi palpebra tanpa ada riwayat masuknya benda
asing maupun trauma sebelumnya. Pada hordeolum interna, gejala klinis yang
ditimbulkan hampir sama seperti hordeolum eksterna, hanya saja rasa sakit yang
palpebral yang disertai nyeri. Benjolan menonjol kearah kulit dan ikut bergerak dengan
pergerakan kulit disertai adanya supurasi tanpa injeksi konjungtiva. Kadang ditemukan
23
pseudoptosis atau ptosis yang terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar
diangkat.
24
ANALISA KASUS
25
pengobatan sistemik diberikan menjaga higenitas dan
eritromisin 250mg atau 125 250mg menggunakan obat yang benar serta
diklosasilin 4 kali sehari, dapat mengompres kelopak mata yang
juga diberi tetrasiklin. bengkak 3-4x sehari selama 10-15
3. Terapi edukasi : memberikan edukasi menit per hari.
bagaimana menjaga higenitas mata
dalam upaya tindakan pencegahan
dan menggunakan obat yang benar.
Membersihkan mata dengan mata
tertutup menggunakan sabun yang
tidak mengiritasi mata seperti sabun
bayi dan mengompres mata dengan
air hangat untuk drainase.
DAFTAR PUSTAKA
26
1. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 17, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta,
2014
2. Sidarta I, SR Yulianti. Ilmu Penyakit Mata, Cetakan IV, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta 2011
3. AK Khurana. Comprehensive ophthalmology. Edisi 6. Cetakan 1, New Age
International: India, 2015
4. Bragg KJ, Le JK. Hordeolum. [Updated 2019 May 4]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441985/
5. Bessette MJ. Hordeolum and stye in emergency medicine. Medscape [Internet].
2019 [updated July 24th 2018, cited october 8th 2019]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/798940-treatment.
27