Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

SNAKE BITE

Oleh:
Arista Devy Apriana

Pembimbing :
dr. Taufiek Hikmawan Yuliarto Benni Sembada, Sp. B

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PREMBUN


KEBUMEN
FEBRUARI 2019
BAB I
LAPORAN KASUS
TGL. MASUK RSUDP : 08 DESEMBER 2018
PUKUL : 00.47 WIB
No. RM : 014197
IDENTIFIKASI PASIEN

• Nama : Tn. P
• Umur : 35 thn
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Alamat : Krajan 03/01 Kaligubug, Padurejo,
Kebumen
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Status : Menikah
• Bangsa : Indonesia
• Agama : Islam
Primary survey

Airway Clear
Breathing
Snoring (-), Clear
Spontan, Circulation
gurgling (- RR 20x/m, Clear
), Disability
dada Sianosis (-), Clear
wheezing simetris pucat (-), TD Exposure
statis dan GCS 15 Clear
(-) 131/87 (E4V5M6), Menjaga
dinamis mmHg,
retraksi (-), pupil isokor, kehangatan
Nadi reflex
takipnea(-), 72x/menit, , T=36,7C
nafas cahaya
peningkata (+/+)
cuping n JVP(-),
hidung (-), akral dingin
SpO2 100% (-)

Kesimpulan : No Life Threatening


SECONDARY SURVEY

KELUHAN UTAMA

•Post tergigit ular sejak 2 jam SMRS

Riwayat Perjalanan Penyakit

• Keluhan post tergigit ular sejak 2 jam yang lalu SMRS.


• Pasien mengatakan hendak memasukan motor ke dalam rumah,
tiba-tiba ada ular yang menggigit jari tangan kanan nya.
• Ular berwarna hijau. Kemudian pasien mengikat tangan kanan
nya dan pasien pergi ke rumah sakit.
• Tangan terasa nyeri di tempat bekas gigitan ular, bengkak sampai
pergelangan tangan.
• Perdarahan di tempat gigitan (+) tidak aktif, mual (+), muntah (-),
pusing (-), sesak napas (-), kesemutan (-), mati rasa(-), lemah
anggota tubuh (-), kencing berwarna merah/hitam (-), gusi
berdarah (-), perdarahan konjungtiva (-).
Status • Menikah
Perkawinan

• a. Penyakit Dahulu : HT Dan DM


Riwayat Disangkal
Penyakit • b. Penyakit Dalam Keluarga : Disangkal

Obat-Obatan
Yang Sedang • Tidak ada
Dikonsumsi

• Riwayat alergi terhadap obat-obatan


Riwayat Alergi maupun makanan di sangkal oleh
pasien
PEMERIKSAAN FISIK

Status Present Status Generalis

• KU : Sakit sedang • Kepala


• Kes : Compos Mentis • Mata
• GCS : 15 (E4V5M6) • Telinga
• TD : 131/87 mmHg • Hidung Dalam
• HR : 72x/menit • Mulut batas
• RR : 20x/menit • Leher normal
•T : 36,7oC • Thorax
• Keadaan gizi : Cukup • Paru
• Tinggi badan : 160 cm • Abdomen
• Berat badan : 50 kg • Ekstremitas = pada status
lokalis
Status lokalis

Ekstremitas

•Superior
•Dextra : Pada regio manus terdapat fang mark
(+), oedem (+) eritema (-), sianosis (-), capillary
refill <2 detik, akral hangat, tonus otot cukup.
•Sinistra : oedem (-), eritema (-), sianosis (-),
capillary refill <2 detik, akral hangat, tonus otot
cukup.
•Inferior : oedem (-/-), sianosis (-/-), capillary refill
<2 detik, akral hangat, tonus otot cukup.
Hematologi 08 Desember 2018 jam 01.26 WIB

•Hb : 15,1 gr/dl


•Ht : 47 %
•Leukosit : 8.420 /ul
•Diff count : 4/0/54/35/7
•Trombosit : 259.000/mm3
•Eritrosit : 5,4 x106/mm3
•GDS : 116 mg/dl
•SGOT : 22 U/l
•SGPT : 18 U/l
•Ureum Darah : 29 mg/dl
•Kreatinin Darah : 0,6 mg/dl
•Blooding time : 3 menit
•Cloting time : 7 menit
PEMERIKSAAN EKG

Kesan : Rinus Rhythm Normoaxis


Diagnosis

• Snake Bite regio manus dextra derajat 2


Penatalaksanaan
Informed consent

Rawat inap

Terapi Medikamentosa
•Drip ABU 1 vial dalam D5% 40 gtt/menit
•Inj. Metil Prednisolon 62,5 Amp Iv/12jam
•Inj. Ketorolac 30 mg Iv/12jam
•Inj. Ranitidine 50mg Iv/12jam
•Inj Ceftriaxone 1 Gram/12jam

Planing (Konsul dr. taufiek Sp. B, Advice) :


•Pasang spalk
•Drip ABU 1 vial dalam D5% 40 gtt/menit
•Inj. Metil Prednisolone 125mg/12 jam
•Inj. Ketorolac 30 mg Iv/12jam
•Inj. Ranitidine 50 mg Iv/12jam
•Inj Ceftriaxone 1 Gram/12jam
FOLLOW UP

Tanggal S O A P
IGD Jari tangan kanan di KU: CM Snake Bite  Drip ABU 1 vial dalam
gigit ular berwarna TD : 131/87 mmHg Regio 500cc D5% 40 gtt/menit
08/12/18 hijau. Nyeri (+), HR: 72x/menit Manus  Inj. Metil Prednisolon
00.50 wib bengkak (+) di RR : 20x/menit Derajat 1 62,5 Amp Iv/12jam
tempat gigitan T : 36,7oC  Inj. Ketorolac 30 mg
hingga pergelangan Iv/12jam
tangan, perdarahan di Status lokalis : pada  Inj. Ranitidine 50mg
tempat gigitan (+) ekstremitas superior Iv/12jam
tidak aktif. Mual (-), dextra region manus  Inj. Ceftriaxone 1
muntah (-), pusing (- digiti II terdapat fang Gram/12jam
), perdarahan (-). mark (+), edema (+),
eritema (-).
02. 00 wib Konsul dr. Taufieq Sp. B. Advice :
 Pasang spalk
 Drip ABU 1 vial dalam 500cc D5% 20 gtt/menit
 Inj. Metil Prednisolone 125mg/12 jam
 Inj. Ketorolac 30 mg Iv/12jam
 Inj. Ranitidine 50 mg Iv/12jam
 Inj. Ceftriaxone 1 Gram/12jam
FOLLOW UP

Bangsal Nyeri (+), bengkak KU: CM Snake Bite  IVFD RL 20 gtt/menit


(+) di tempat gigitan TD : 100/60 mmHg  Inj. Metil Prednisolone
08/12/18 hingga pergelangan HR: 70x/menit 125mg/12 jam
06.00 wib tangan, perdarahan di RR : 20x/menit  Inj. Ketorolac 30 mg
tempat gigitan (+) T : 37oC. Iv/12jam
tidak aktif. Pusing  Inj. Ranitidine 50 mg
(+), mual (+) Status lokalis : pada Iv/12jam
ekstremitas superior  Inj Ceftriaxone 1
dextra region manus Gram/12jam
digiti II terdapat fang
mark (+), edema (+),
eritema (-).
08.30 wib Nyeri di tangan KU: CM Snake Bite  Spalk sampai ante
kanan (+) TD : 100/60 mmHg of the right brachii dextra
Bedah HR: 64x/menit hand  Drip ABU 1 vial dlm
(dr. RR : 20x/menit 500 cc RL/D5%
Taufiek T : 37oC.  Inj. Metil Prednisolone
sp.B) 125mg/12 jam
Status lokalis : pada  Inj. Ketorolac 30 mg
ekstremitas superior Iv/12jam
dextra region manus  Inj. Ranitidine 50 mg
digiti II terdapat fang Iv/12jam
mark (+), edema (+)  Inj Ceftriaxone 1
hingga antebrachii, Gram/12jam
eritema (-).
FOLLOW UP

09/12/18 Nyeri (+), bengkak KU: CM Snake Bite Konsul dr. Taufiek Sp. B.
09.00 wib (+) di tempat gigitan TD : 100/70 mmHg of the right advice :
hingga lengan atas. HR: 67x/menit hand  Drip ABU 1 vial dlm
Post ABU 3 vial RR : 20x/menit 500cc RL habis dalam
T : 37oC. 24 jam

Status lokalis : pada


ekstremitas superior
dextra region manus
digiti II terdapat fang
mark (+), edema (+)
hingga lengan, eritema
(-).
10/12/18 Keluhan tidak ada KU: CM Snake Bite  Boleh pulang
08.50 wib TD : 100/70 mmHg of the right  P.o Metil prednisolone
HR: 67x/menit hand 2x 4 mg
Bedah RR : 20x/menit
(dr. T : 37oC.
Taufiek
sp.B) Status lokalis : edema
(-)

11/12/18 Pasien pulang


FOLLOW UP
IGD Pasien datang lagi ke KU: CM  Snake  02 3 lpm nasal cannul
IGD RSUD TD : 120/80 mmHg bite of
12/12/18 Prembun. Pasien HR: 78 x/menit the right
08.50 wib mengatakan melepas RR : 24x/menit hand
spalk tadi pagi T : 36,5oC  trombosi
karena ingin mandi. topenia
Pasien mengeluhkan Status lokalis : pada
sesak napas (+), ekstremitas superior
nyeri dada bagian dextraedema (+)
kiri (+), bengkak (+) hingga bagian perut
meluas hingga ke dextra, eritema (-).
bagian perut bagian EKG : sinus ritme
kanan. Mual (-), normoaxis
muntah (-), pusing (-
), perdarahan (-). Hasil lab :
Hb : 14,3
AL : 7.140
Trombosit : 74.000
Ht : 42%
Diffcount:
1/0/59/27/13
Gol. Darah : A
10.55 Konsul dr. Taufiek Sp.B. Advice:
 Rawat inap
 O2 3 lpm nasal cannul
 Drip ABU 1vial dalam 500cc NaCl 0,9% 20 gtt/menit
 Inj. Metil prednisolone 125mg/8 jam
 Transfusi TC 5 unit
 Pasang spalk ulang
 Rontgen thorak
FOLLOW UP
Bangsal Sesak napas (+) TD : 120/80 mmHg  Snake  02 3 lpm nasal cannul
13.55 namun sudah HR: 80x/menit bite of  IVFD RL 20 gtt/menit
berkurang, nyeri RR : 20x/menit the right  Inj. Metilprednisolone
dada bagian kiri (+) T : 36,5oC hand 125mg/8 jam
berkurang.  trombosi
Status lokalis : pada topenia
ekstremitas superior
dextraedema (+)
hingga bagian perut
dextra, eritema (-).
13/12/18 sesak napas (-), nyeri TD : 122/80 mmHg  Snake  Infus stop
09.18 (-) HR: 74x/menit bite  ABU stop
RR : 24x/menit  Trombos  Inj. Metil prednisolone
T : 36.0oC itopenia 125mg/8 jam
perbaika  Jika sore tidak ada
Status lokalis : pada n keluhan boleh pulg
ekstremitas superior  Cefadrodyl 2x500 mg
dextra edema (+)  Meloxicam 2x7,5mg
hingga bagian perut
 Ranitidine 2x150
dextra, eritema (-).
 Vit. C 2x100mg
Hasil lab :
Trombosit : 168.000
Ht : 40%
Eritrosit : 4,9
Diffcount:
1/0/59/27/13
III. Tinjauan Pustaka
KLASIFIKASI

Gambar 2. Perbandingan ular berbisa dan ular tidak berbisa dapat terlihat
pada
KLASIFIKASI WHO
•Gigi taring pendek di depan (proteroglyph
•Panjang, kurus,
•Warna seragam dengan sisik simetrikal besar halus pada
Elapidae puncak kepala

•Gigi taring yang cukup panjang (solenogyph)


•Relatif pendek,
•Bertubuh tebal dengan banyak sisik kasar pada puncak kepala
Viperidae •Pola warna yang khas pada permukaan dorsal tubuh

•Rhabdophis subminiatus berleher merah dan rhabdophis


triginus. Piton besar (boidae), merupakan python reticularis di
indonesia, pernah dilaporkan menyerang dan menelan
Colubridae manusia, yang biasanya petani (warrell 2016).
Colubridae
Gambar ular berdasarkan klasifikasi WHO

Elapidae Viperidae

Sumber : WHO, Warrel 2016


PATOFISIOLOGI
Komposisi Bisa Ular Fungsi
Enzim Hyaluronidase Enzim proteolitik, dan sitotoksin polipeptida.
Zinc metalloproteinase Merusak endotel pembuluh darah, menyebabkan
haemorrhagins perdarahan.

Enzim prokoagulan Aktivasi faktor X, protrombin.


Fosfolipase A (lechitinase) Merusak mitokondria, sel darah merah, leukosit,
trombosit, saraf perifer, otot lurik, endotel pembuluh
darah, menyebabkan pelepasan histamin dan
antikoagulan.

Toksin non-enzimatik polipeptida Ikatan dengan reseptor asetilkolin pada motor end
(neurotoksin) a-bungarotoxin, plate. Mencegah pelepasan neurotransmitter.
cobrotoxin, crotoxin, taipoxin
Manifestasi klinis
Faktor Efeknya terhadap hasil akhir
Ukuran tubuh korban Semakin besar ukuran, hasil akhir semakin baik karena jumlah toksin
yang lebih sedikit per kg berat badan.
Komorbiditas Predisposisi terhadap efek membahayakan bisa ular
Lokasi gigitan Gigitan pada tubuh, wajah, dan secara langsung ke aliran darah memiliki
prognosis buruk
Latihan fisik Latihan fisik setelah gigitan ular memiliki hasil akhir buruk karena
peningkatan absorpsi sistemik toksin.
Sensitivitas individual terhadap bisa mempengaruhi gambaran klinis
Sensitivitas individual

Karakteristik gigitan Jumlah; kedalaman; “gigitan kering”; gigitan melalui pakaian, sepatu, atau
perlindungan lain; jumlah bisa yang diinjeksi; kondisi gigi taring; dan
durasi ular melekat pada korban mempengaruhi hasil akhir.
Spesies ular Spesies yang berbeda memiliki dosis, periode mematikan dan agresifitas
berbeda
Infeksi sekunder Ada atau tidaknya organisme patogenik pada mulut ular.
Pengobatan Adanya bantuan dasar diberikan dan waktu yang berlalu sebelum dosis
Pengobatan pertama antivenom.
Manifestasi klinis
Derajat Venerasi Luka Nyeri Edema/ eritema Sistemik

0 0 + +/- <3 cm/ 12 jam 0


I +/- + - 3-12 cm/ 12 jam 0

II + + +++ 12-25 cm/ 12 + neurotoksik, mual,


jam pusing, syok

III + + +++ >25 cm/ 12 jam ++ ptekhi, syok, ekhimosis

IV +++ + +++ >ekstremitas ++ gagal ginjal akut, koma,


perdarahan
Tanda dan gejala

Tanda dan gejala lokal pada bagian


yang tergigit (Warrell 2016)
•Fang marks
•Nyeri lokal
•Perdarahan lokal
•Memar
•pembengkakan lokal yang menyebar
•Limfangitis
•Pembesaran nodus limfa
•Tanda-tanda inflamasi (bengkak, kemerahan,
panas)
•Melepuh
•Lokal infeksi; abses,
•Nekrosis
Tanda dan gejala
Gejala dan tanda sistemik umum

• Kardiovascular (Viperidae)
Kelainan penglihatan, pusing, kolaps, syok hipotensi, aritmia kordis, udem
pulmo, udem konjungtiva.
• Kelainan perdarahan dan pembekuan darah (Viperidae) : Perdarahan dari
luka gigitan, perdarahan sitemik spontan – dari gusi, epistaksis, hemopteu,
hematemesis, melena, hematuri, perdarahan per vaginam perdarahan pada
kulit seperti petechiae, purpura, ekimosis dan pada mukosa seperti pada
konjungtiva, perdarahan intracranial
• Neurologik (Elapidae): Kelemahan, parestesia, abnormalitas dari penciuman
dan perabaan. kelopak mata berat, ptosis, oftalmoplegia eksternal, paralisis
otot wajah dan otot lain yang diinervasi nervus kranialis, afoni, susah
menelan, paralisis flaksid umum dan sistem respirasi.
• Otot rangka (Hidrophidae)
Nyeri menyeluruh, kaku dan nyeri otot, trismus, myoglobinuria,
hyperkalaemia, serangan jantung, gagal ginjal akut
• Ginjal (Viperidae, ular laut)
LBP (lower back pain), haematuria, haemoglobinuria, myoglobinuria,
oliguria/anuria, tanda dan gejala dari uraemia (nafas asidosis, hiccups, mual,
nyeri perut pleuritis)
• Endokrin (insufisiensi pituari dan adrenal akut)
Fase akut: syok, hypoglikemia Fase kronik (beberapa bulan sampai tahun
setelah gigitan): lemah, kehilangan rambut pubis sekunder, amenorea, atrofi
testikuler, hipotiroidisme. (Warrel, 2016)
Sumber : WHO, Warrel 2016
Pemeriksaan dan penegakan diagnosis
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis fisik penunjang
1. Bagian mana yang Perkembangannya dilihat 20WBCT
terkena setiap 12 jam
2. kapan tergigit, apakah 1. Status lokalis : adanya nyeri ELISA
segera sebelum di bawa tekan edema, penyebaran ke Konsentrasi HB
ke rs /sudah berapa lama limfonodi regional, gambaran
trombosis intravaskuler dan HT
3. Dimana pasien digigit
(edema, dingin, imobil, pulsasi
ular karena dapat
arterial tidak terpalpasi), Hitung leukosit
menentukan jenis
ularnya. gambaran nekrosis (kulit gelap Abnormanalitas
dengan batas jelas,
4. Apakah ularnya di penurunan sensasi, dan bau biokimiawi
tangka setelah menggigit daging yang membusuk)
pasien, karena dapat Sistem
membantu 2. Pengukuran tekanan darah koagulasi
mengidentifikasi jenis respirasi. Pemeriksaan kulit
ular. dan membran mukosa untuk Urinalisis
melihat petekhia, purpura,
5. apakah yang dirasakan ekimosis. Pemeriksaan sulcus Radiografi
sekarang , nilai urin yang gingivalis menunjukkan
keluar setelah tergigit perdarahan spontan. Nyeri EKG
ular, penurunan kelopak perut mungkin iskemia renalis
mata, padangan kabur, akut. Perdarahan intrakranial
penglihatan ganda, dan ditandai dengan lateralisasi
perdarahan (warrell gejala neurologis, konvulsi,
2016). penurunan kesadaran)
(Warrell 2016).
PENATALAKSANAAN
PERTOLONGA Transport to Treatment di
N PERTAMA hospital RS

• Segera • Kirim • Primari


melepask pasien ke survey dan
an gigitan medical resusitasi
• Imobilisasi care • Terapi
tubuh dengan spesifik
pasien/ segera • Terapi
bagian • Posisikan suportif
yang pasien
tergigit dalam
dengan posisi
spalk recovery
• Hindari
metode
terapi
traditional
TATALAKSANA DI RUMAH SAKIT

Survei primer dan resusitasi

• 1) Airway.
• 2) Breathing (pergerakan nafas).
• 3) Circulation (pulsasi arteri).
• 4) Disability nervous system (kesadaran).
• 5) Exposure and Enviromental Control (perlindungan dari
dingin, risiko tenggelam).

Pada bagian luka gigitan

• Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril
• Untuk efek lokal dianjurkan imobilisasi menggunakan perban
katun elastis dengan lebar 10-15 cm, panjang 4,5m, yang
dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, namun
tidak boleh terlalu kuat karena dapat menekan pulsasi perifer
yang nantinya akan terjadi iskemik.
Terapi spesifik (Pemeberian SABU atas
indikasi) :
• Abnormalitas hemostasis: terdapat manifestasi perdarahan
secara klinis dan koagulopati (PT dan PTT abnormal,
trombosit < 100.000).
• Tanda neurotoksik (ptosis, optalmoplegia, paralisis).
• Abnormalitas kardiovaskular (hipotensi, syok, aritmia, EKG
abnormal).
• Gagal ginjal akut: oliguria/ anuria, peningkatan BUN dan
kreatinin.
• Hemoglobinuria/ mioglobinuria; produk urin kecoklatan,
nyeri hebat pada otot.
• Pembengkakan lokal yang melibatkan lebih dari setengah
ekstremitas yang tergigit dalam 48 jam atau
pembengkakan setelah gigitan pada jari.
• Penambahan bengkak yang cepat, dalam beberapa jam.
• Pembesaran limfonodi dan nyeri tekan limfonodi yang
menjadi drainase tempat gigitan.
Derajat Terapi
0-1 Tidak diperlukan antivenom, dilakukan
evaluasi dalam 12 jam, bila derajat
meningkat maka diberikan antivenom.
2 3-4 vial antivenom
3 5-15 vial antivenom
4 Berikan penambahan 6-8 vial
antivenom
Respon ABU
1. Umum: pasien mengalami perbaikan. Nausea, sakit kepala dan nyeri menyeluruh
berkurang secara cepat. Hal ini juga dapat sebagian peran dari efek plasebo.

2. Perdarahan sistemik spontaneous: biasanya berhenti dalam 15-30 menit.

3. Koagulabilitas darah: biasanya kembali normal dalam 3-9 jam. Perdarahan dari
luka baru dan lama biasanya berhenti lebih cepat.

4. Pada pasien syok: tekanan darah meningkat dalam 30-60 menit pertama dan
aritmia mengalami perbaikan.

5. Envenomasi neurotoksik pada tipe post-sinaptik (tipe kobra) dapat dijumpai


perbaikan dalam 30 menit setelah antivenom, tetapi biasanya membutuhkan
beberapa jam. Envenomasi dengan toksin presinaptik (krait dan ular laut) tidak
berespons.
6. Hemolisis dan rhabdomiolisis aktif dapat berhenti dalam beberapa jam dan urine
kembali menjadi warna normal
Kapan ABU perlu di
lanjutkan?
•Inkoagulabilitas darah
menetap atau timbul setelah 6
jam atau perdarahan setelah
1-2 jam.
•Perburukan tanda-tanda
neurotoksik atau
kardiovaskular setelah 1-2 jam.
Terapi supportif
ANTIBIOTIK

ANALGETIK

ANTITETANUS

adrenalin, antihistamin anti H-


1 blocker dan kortiko steroid
III. ANALISIS KASUS

Anamnesis
1. Pasien mengelukan 1. WHO mengklasifikasikan jenis gigitan ular
digigit ular yang berdasarkan keluhan yang muncul pada
menggigit berwarna penderita. Berdasarkan keluhan tersebut
hijau namun tidak tau kemungkinan ular yang mengigit adalah ular
secara jelas jenis berbisa jenis viperidae (all species)
ularnya, bengkak pada
bagian yang tergigit (+), 2. Pada kasus ini pasien mengikat tangannya
nyeri (+), mual (+), begitu kencang, pertolongan dengan mengikat
perdarahan (+) namun sangat tidak di perbolehkan karena dapat
tidak aktif. menyebabkan oklusi pada pulsasi perifer
iskemik. Penanganan pertama yang
2. Pasien mengikat pada direkomendasikan adalah membuat penderita
bagian tangan yang tetap tenang, menjaga agar tempat gigitan
tergigit ular berada lebih rendah dari posisi jantung ,
mengimobilisasi bagian yang tergigit ular, dan
rujuk penderita ke fasilitas kesehatan yang tepat.
Pemeriksaan Fisik
1. Pada primary survey A=
clear, B= spontan RR 1. Hal ini menandakan tidak terjadi komplikasi
20x/m, SpO2 100%, C= paralisis otot-otot pernafasan akibat pengaruh
TD 131/87 mmHg, Nadi bisa neurotoksik, maupun di temukan tanda-
72x/menit, syok (-). tanda syok pada pasien
D=GCS 12. Kesimpulan
no life threatening.

2. Status lokalis : pada


ektremitas superior
dextra region manus 2. Keluhan ini merupakan efek sitotoksik dan
digiti II terdapat fang neurotoksik bisa ular pada daerah gigitan dan
mark (+), edema (+) dapat di simpulkan gigitan ular tersebut masuk
hingga ke lengan atas dalam kategori derajat 2.
dalam waktu <12 jam,
eritema (-).
Derajat Venerasi Luka Nyeri Edema/ eritema Sistemik

0 0 + +/- <3 cm/ 12 jam 0


I +/- + - 3-12 cm/ 12 jam 0

II + + +++ 12-25 cm/ 12 + neurotoksik, mual,


jam pusing, syok

III + + +++ >25 cm/ 12 jam ++ ptekhi, syok, ekhimosis

IV +++ + +++ >ekstremitas ++ gagal ginjal akut, koma,


perdarahan
Penatalaksanaan
1. Pasang spalk , IVFD D5 1. Terapi pemberian antivenom di berikan
+ ABU 1 vial 20 berdasarkan derajat gigitan ular ataupun
gtt/menit, Inj. Metil kondisi-kondisi yang mengharuskan segera
Prednisolone 2x 125mg, untuk di berikan ABU. Derajat 0 dan 1: tidak
Inj. Ketorolac 1 Amp diperlukan antivenom, dilakukan evaluasi
Iv/12jam, Inj. Ranitidine dalam 12 jam, bila derajat meningkat maka
1 Amp Iv/12jam, Inj diberikan antivenom, derajat 2: 3-4 vial
Ceftriaxone 1 antivenom, derajat 3: 5-15 vial antivenom,
Gram/12jam. Pada derajat 4: berikan penambahan 6-8 vial
followup pukul 08.30 antivenom.
wib, keluhan masih tetap
di tambah ABU drip 1
vial dlm 500 cc RL/D5%
Follow Up
1. Pada tanggal 10 siang 1. Pada keadaan ini pasien baru saja
pasien pulang dan pada melepaskan spalk yang terpasang.
tgl 11 desember 2018 Fungsi spalk pada kasus gigitan ular
pukul 08.50 wib, pasien yaitu untuk imobilisasi bagian tubuh
datang lagi ke IGD RSUD
yang tergigit dengan cara agar tidak
Prembun Pasien
mengatakan melepas terjadi kontraksi otot karena
spalk tadi pagi karena pergerakan atau kontraksi otot dapat
ingin mandi. Pasien meningkatkan penyerapan bisa ke
mengeluhkan sesak dalam aliran darah dan getah bening.
napas (+), nyeri dada
bagian kiri (+), bengkak
(+) meluas hingga ke
bagian perut bagian
kanan
1. Pada pemeriksaan 1. Trombositopenia terjadi karena abnormalitas
laboratorium didapatkan homeostasis akibat aktivasi oleh bisa ular.
parameter trombosit Trombosit penting dalam pembentukan
mengalami penurunan sumbat hemostasis dan menjaga hemostasis
yaitu 74.000/mm3 normal. Pada kondisi pasien ini merupakan
(150.000450.000/mm3 indikasi pemberian anti bisa ular yaitu terjadi
). Kemudian pasien
abnormalitas hemostasis: terdapat
dilakukan pemberian
manifestasi perdarahan secara klinis dan
transfuse TC sebanyak 5
koagulopati (PT dan PTT abnormal, trombosit
unit dan di lanjutkan
dengan terapi ABU drip < 100.000) dan Pembengkakan lokal yang
1 vial dalam NaCl 0,9% melibatkan lebih dari setengah ekstremitas
20 gtt/menit dan di yang tergigit dalam 48 jam atau
pasang spalk ulang. pembengkakan setelah gigitan pada jari.
Apabila diperlukan (gejala akibat bisa ular
misalnya perdarahan tidak berkurang atau
bertambah) atau masuk kalam kriteria kondisi
pemberian ABU lanjutan ABU dapat terus
diberikan setiap 24 jam sampai maksimum
(80-100 mL).
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai