Anda di halaman 1dari 33

KEJANG DEMAM KOMPLEKS

Disusun Oleh:
Citra Utami Viollety

Pembimbing:
AKBP. dr. H. M. El Yandiko, Sp.An, M.M
dr. Hj. Zaitun Rahmawati
dr. Herawati
STATUS PASIEN
Identitas
 Nama : An. A
 Umur : 1 tahun 2 bulan
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Rt. 24, Selincah
 Nama Ayah : Tn. S
 Nama Ibu : Ny. A
 Agama : Islam
 Tanggal MRS : 09 Juli 2019
ANAMNESIS

Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien, pada tanggal 09 Juli 2019

Keluhan Utama : Kejang selama 15 menit sebanyak 2 kali SMRS

Keluhan Tambahan : Demam dan batuk


Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan KEJANG sejak 2 jam SMRS. Kejang
sebanyak 1 kali dengan durasi ±15 menit, saat kejang mata os
melihat keatas, kejang seluruh tubuh. Saat diperjalanan ke RS os
kembali kejang selama ±5 menit. Setelah kejang, kesadaran os pulih
kembali.

Ibu os mengatakan bahwa os mengalami BATUK sejak ± 3 hari


SMRS. Batuk berdahak (+), dahak berwarna kehijauan.

Setelah itu os mengalami DEMAM sejak 1 hari SMRS. Demam


dirasakan tiba-tiba meninggi. Ibu Os sudah memberi obat penurun
panas.
BAB dan BAK normal, muntah (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
 Os belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
 Riwayat trauma kepala (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
seperti os
Pemeriksaan Fisik Umum

• Keadaan umum : Tampak sakit sedang


• Kesadaran : Composmentis
• Tanda vital
Suhu : 39,5oC
Respirasi : 24 x/menit
Nadi : 101x/menit, irama reguler, kuat angkat
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva anemis(-/-)
Telinga : sekret (-)
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (+)
Mulut : sianosis (-)

Leher : pembesaran KGB (-)


Thoraks : simetris
Jantung : bunyi jantung I-II regular, gallop (-), murmur (-)
Paru : vesikuler (+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-)
Abdomen : datar, bising usus (+) 6x/menit
Ekstremitas : akral hangat (+),CRT <2 detik
Pemeriksaan Penunjang PARAMETER HASIL SATUAN NILAI NORMAL

Pemeriksaan darah rutin


Natrium (Na) 124.69 mmol/L 135-148
 WBC : 11.8 (4.0-10.0) 103/mm3
 RBC : 4.46 (3.5-5.5) 106/mm3 Kalium (K) 4.04 mmol/L 3.5-5.3
 HGB : 9.9 (11 – 16) gr/dl
 HCT : 29.9 (36 – 48) % Chlorida (Cl) 108.79 mmol/L 98-110
 PLT : 259 (150-400) 103/mm3
Kalsium (Ca) 1.02 mmol/L 1.12-1.23
 GDS : 129 mg/dl

Pemeriksaan Anjuran
 CT scan kepala
 Lumbal pungsi
 Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)
• Kejang Demam Kompleks
Diagnosis ec ISPA
Banding • Ensefalitis
• Meningitis

Diagnosis • Kejang Demam Kompleks


Kerja ec ISPA
Penatalaksanaan

 IVFD KAEN 3B 12 tpm makro


 Inj. Ceftriaxone 1x500 mg dalam Nacl 100ml habis dalam 1 jam
 Inj. Diazepam ½ amp IV pelan  jika kejang
 Paracetamol syrup 3 x 1 cth, jika T > 37,5◦c
 Ambroxol syrup 2x ½ cth

Prognosis
 Quo ad vitam : Dubia ad bonam
 Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam
Follow Up
Tanggal S O A P
10-07-2019 Batuk (+) HR: 128 x/menit Kejang Demam - IVFD KAEN 3B 12 tpm makro
Demam (+) RR: 25 x/menit Kompleks ec. ISPA - Inj. Ceftriaxone 1x500 mg dalam Nacl
Kejang (-) T: 37,9 oC 100ml habis dalam 1 jam
- Paracetamol syrup 3 x 1 cth
- Ambroxol syrup 2x ½ cth
11-07-2019 Batuk (+) HR: 125 x/menit Kejang Demam - IVFD KAEN 3B 12 tpm makro
Demam (+) RR: 26 x/menit Kompleks ec. ISPA - Inj. Ceftriaxone 1x500 mg dalam Nacl
Kejang (-) T: 37,2 oC 100ml habis dalam 1 jam
- Paracetamol syrup 3 x 1 cth
- Ambroxol syrup 2x ½ cth
12-07-2019 Batuk (+) HR: 115 x/menit Kejang Demam - IVFD KAEN 3B 12 tpm makro
Demam (-) RR: 25 x/menit Kompleks ec. ISPA - Inj. Ceftriaxone 1x500 mg dalam Nacl
Kejang (-) T: 36,5 oC 100ml habis dalam 1 jam
- Paracetamol syrup 3 x 1 cth
ACC PULANG - Ambroxol syrup 2x ½ cth
TINJAUAN PUSTAKA

 Kejang demam  bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(> 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.
 Demam harus terjadi mendahului kejang.
 Usia 6 bulan sampai 5 tahun, puncaknya pada usia 14-18 bulan
 Bila anak berumur <6 bulan atau >5 tahun mengalami kejang didahului
demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang
kebetulan terjadi bersama demam
KLASIFIKASI

KDS KDK
1. Kejang < 15 menit, dan
umumnya akan berhenti sendiri. 1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang berbentuk umum tonik 2. Kejang fokal atau parsial
dan atau klonik, tanpa gerakan satu sisi, atau kejang umum
fokal. didahului kejang parsial
3. Kejang tidak berulang dalam
waktu 24 jam. 3. Berulang atau lebih dari
1 kali dalam 24 jam
ETIOLOGI Kejang Demam
 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
 Otitis Media Akut
 Roseola
 Infeksi saluran Kemih
 Infeksi saluran cerna
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS

ANAMNESIS

PEM. FISIK

PEM. PENUNJANG
ANAMNESIS
 Waktu terjadi kejang durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang, sifat
kejang (fokal atau umum)
 Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)
 Kesadaran sebelum dan sesudah kejang
 Riwayat demam
 Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE)
 Riwayat kejang sebelumnya
 Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)
 Trauma kepala
PEMERIKSAAN FISIK
 Kesadaran: apakah terdapat penurunan kesadaran
 Tanda vital terutama suhu
 Manifestasi kejang yang terjadi, misal: pada kejang multifokal yang berpindah-pindah atau kejang
tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur otak
 Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi, henti nafas,
kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya negative, dan terdapatnya
kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventrikular
 Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan yang disebabkan oleh
trauma
 Ubun-ubun besar yang tegang dan menonjol menunjukkan adanya peninggian tekanan
intracranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan subarachnoid atau subdural.
 Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah rutin, kadar elektrolit dan gula darah
 Pungsi lumbal
 EEG
 Pencitraan : X ray kepala, Ct scan atau MRI
DIAGNOSIS BANDING
No Kriteria Kejang demam Epillepsi Meningitis
banding Ensefalitis
1 Demam Pencetusnya demam Tidak berkaitan Salah satu gejalanya
(Peningkatan suhu dengan demam demam (Demam
tubuh secara cepat terjadi bersamaan atau
diikuti oleh kejang) setelah kejang)

2. Defisit neurologi (-) (+) (+)


3. Kejang berulang (+) (+) (+)
4. Penurunan (+) (-) (+)
kesadaran
PENATALAKSANAAN
Pengobatan ketika demam
 Antipiretik
PCT :10-15 mg/kgBB/kali 4x1
Ibuprofen : 5-10mg/kgBB/kali 3x1

 Antikonvulsan
Diazepam oral : 0,3 mg/kgBB 3x1
Diazepam rectal : 0,5 mg/kgBB 3x1
Pengobatan rumatan
 Indikasi :
Kejang >15 menit
Kejang fokal
Kelainan neurologis nyata sebelum/sesudah kejang : hemiparesis, cerebral palsy,
retardasi mental, hidrosefalus

Dipertimbangkan apabila :
Kejang >2x/24 jam
Kejang pada bayi <12 bln
Kejang demam >4x/tahun
 Terapi
Asam valproat : 15-40mg/kgBB/hari 2-3x1
Fenobarbital : 3-4 mg/KgBB/hr 1-2x1

Lama terapi:
 1 tahun bebas kejang, dihentikan bertahap selama 1-2 bulan
PROGNOSIS
 Prognosis kejang demam secara umum sangat baik.
 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal.
 Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang berulang, baik
umum maupun fokal
ANALISA KASUS
KASUS TEORI
 An. A, laki-laki berusia 1 tahun 2 bulan,  pada kejang demam terjadi kenaikan suhu
dari anamnesis didapatkan keluhan berupa tubuh (>38oC) disebabkan oleh suatu
kejang selama ± 15 menit sebanyak 2 kali proses ekstrakranial.
SMRS. Kejang didahului oleh demam  Pada KDK didapatkan kejang > 15
tinggi. Menurut ibu os, os kejang seluruh menit, kejang berulang atau lebih dari 1
tubuh dan setelah kejang os sadar kali dalam 24 jam, kejang bersifat parsial
atau kejang umum yang didahului oleh
kejang parsial.
 Kejang demam biasanya terjadi pada bayi
dan anak biasanya terjadi antara umur 3
bulan - 5 tahun
 KASUS  TEORI
 os sebelumnya batuk ± 3  demam yang memicu kejang
hari yang lalu, batuk berasal dari proses ekstrakranial,
berdahak, berwarna paling sering disebakan karena
kehijauan infeksi saluran napas akut, otitis
media akut, roseola, infeksi saluran
kemih, dan infeksi saluran cerna.
Diagnosis Banding dan pem. anjuran
 KASUS  TEORI
DD DD
 Meningitis  Meningitis : kaku kuduk dan defisit
 Ensefalitis neurologis
 Ensefalitis : penurunan kesadaran
setelah kejang
Pem. Anjuran
 Ct scan
Pem. Anjuran
 Pungsi lumbal
 ct scan : menyingkirkan kelainan
 EEG
neurologi
 Pungsi lumbal : menyingkirkan
meningitis
 EEG : melihat fokus kejang diotak
Terapi
 KASUS  TEORI
IVFD KAEN 3B 12 tpm makro  KAEN3B : memenuhi kebutuhan
Inj. Ceftriaxone 1x500 mg harian air, kalori dan elektrolit untuk
Paracetamol syrup 3 x 1 cth, jika T >
mengganti ekskresi harian pada
37,5◦c kondisi asupan oral terbatas
Antibiotik : leukosit meningkat
Ambroxol syrup 2x ½ cth
 PCT : antipiretik
Diazepam IV ½ ampuljika kejang
Ambroxol : batuk
Diazepam : jika kejang berulang
DAFTAR PUSTAKA
 Arif Mansjoer., d.k.k,. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. Jakarta: 2000
 Ismail S,dkk. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta: 2016
 Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/Smf Ilmu Kesehatan Anak. Edisi III. Jakarta:
Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo; 2008
 Vestergaard M, Pedersen MG, Ostergaard JR, Pedersen CB, Olsen J, Christensen J. Death in children with febrile
seizures: a population-based cohort study. Lancet.2008;372(9637):457-63
 Pudjiadi AH, Latief A, penyunting. Buku Ajar Pediatric Gawat Darurat. Jakarta: Badan penerbit IDAI; 2008
 Hardiono DP, Dwi PW, Sofyan I, penyunting. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan penerbit IDAI;
2006
 Widyasari J. Kejang. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah; 2010
 Punjiadi AH, Hegar B, Hardyastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, penyunting. Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta: Badan penerbit IDAI; 2011
 Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, WHO, IDAI, dan Bakti Husada; 2008
 Wastoro DD, Muryawan M, Anindita. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Semarang: Fakultas kedokteran UNDIP; 2011
 Karen JM, Robert MK, Hal BJ, Richard EB. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi keVI. Jakarta: Saunders
Elsevier; 2011
 WHO based childgrowth http://www.who.int/childgrowth/standars/

Anda mungkin juga menyukai